Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Etikolegal Kebidanan
Disusun oleh :
Jalum 1B
Kelompok 2
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Nilai Sosial dan Nilai Luhur dalam
Pelayanan Kebidanan”. Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk
memahami tentang nilai sosial dan nilai luhur dalam pelayanan kebidanan. Selain itu
penyusun berharap tulisan ini dapat menjadi dasar pengantar dan pemenuhan materi
perkuliahan tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat sangat membangun, penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
penyusunan tulisan ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Nilai adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (Kamus Bahasa
Indonesia). Nilai merupakan keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap
standar perilaku personal. Simon (1973) menyatakan bahwa nilai adalah seperangkat
keyakinan dan sikap pribadi seseorang tentang kebenaran, keindahan, dan
penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau perilaku yang berorientasi pada
tindakan danpemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang.
Nilai juga diartikan sebagai kebebasan pilihan dan kepercayaan atau perilaku
yang sangat berharga bagi seseorang, objek, ide atau kegiatan. Etika berkaitan dengan
nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat, sedang
nilai adalah keyakinan pribadi tentang kebenaran dan manfaat dari pemikiran, objek
atau perilaku (Kozier dkk, 1997). Potter dan Perry, 1997 menyatakan nilai adalah
keyakinan personal mengenai harga atas suatu ide, tingkah laku dan kebiasaan objek
yang menyusun suatu standar dan mempengaruhi tingkah laku (Potter dan Perry,
1997). Kesimpulan dari nilai yaitu keyakinan yang mendasari seseorang untuk
melakukan tindakan dan tindakan itu kemudian menjadi suatu standar untuk tindakan
selanjutnya. Nilai timbul dari pengalaman pribadi seseorang dan akan berbeda untuk
setiap orang. Nilai juga dipelajari sejak kecil dirumah kemudian berkembang
sepanjang hidup. (Riyanti, 2018)
4
6. Bagaimana pertimbangan nilai-nilai?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut (Simon, 1973) dalam Ismani (2001) Nilai adalah seperangkat keyakinan dan
sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari
suatu pemikiran, objek, atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian
arah serta makna pada kehidupan seseorang.
Menurut (Znowski, 1974) dalam Ismani (2001) Nilai adalah keyakinan seseoang
tentang sesuatu yang berharga, kebenaan, atau keinginan mengenai ide-ide, objek,
atau perilaku khusus.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh
seseorang sesuai dengan tuntutan hati nuraninya. (Ismani, 2001).
Nilai merupakan sesuatu yang baik, sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari,
sesuatu yang menyenangkan, yang disukai dan diinginkan. Value is the address of a
yes (Jerman Hang Jonas)
Nilai adalah sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya, sifat-
sifat (sesuatu) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (contoh, kejujuran)
(suryani soepardan) dalam etika kebidanan dan hokum kesehatan (2008)
Nilai mempunyai konotasi yang positif dan memiliki 3 ciri sebagai berikut:
Dari pengertian diatas menunjukan bahwa nilai-nilai tersebut bersifat pribadi. Para
ahli sepakat bahwa nilai-nilai timbul dari pengalaman pribadi seseorang dan akan
berbeda untuk setiap orang. Nilai-nilai tersebut merupakan suatu ciri, yaitu sebagai
berikut:
6
1) Nilai membentuk nilai dasar perilaku seseorang.
2) Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola perilaku yang konsisten.
3) Nilai-nilai menjadi kontrol internal bagi perilaku seseorang.
4) Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang
secara intelektual diyakinkan tentang suatu nilai serta memegang teguh dan
mempertahankannya. (Octa Dwienda, 2014)
6. Dapat diaplikasikan
7
4. Menetapkan pilihan terbatas yang tidak melanggar hak orang lain.
Individu tidak lahir dengan membawa nilai, nilai diperoleh dan berkembang
melalui informasi, lingkungan keluarga serta budaya sepanjang hidupnya. Nilai
tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain:
1. Modelling
Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau
buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat
lingkungannya dimana dia bergaul.
2. Moralisasi
Orangtua dan pendidik memegang standar apa yang benar dan apa yang salah
serta memberlakukannya secara keras guna membatasi anak agar mengikuti perangkat
nilai mereka.
3. Laissez- Faire
Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan
sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih
serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri.
Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya
bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik
internal bagi individu.
4. Pilihan bertanggung jawab (Responsible Choice)
Keseimbangan antara kebebasan dan pembatasan memungkinkan seseorang
untuk memilih nilai yang mengarah pada kepuasan pribadi dan dukungan orang tua.
Pilihan nilai pada anak-anak lebih terbatas dibandingkan dengan pendekatan Laissez-
Faire.
5. Penguatan dan hukuman (Reward and Punishnment)
Pemberian penguatan atau hadiah untuk suatu sikap dari nilai tertentu akan
membantu seseorang untuk mengendalikan tingkah laku. Ketika seorang anak gagal
untuk melakukan tingkah laku tertentu, orang tua memberikan hukuman.
8
2.2 Penyerapan dan Pembentukan Nilai
Pada hakekatnya nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan
objek itu sendiri. Sesuatu hal yang mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas
yang melekat pada sesuatu itu. Dengan demikian maka nilai adalah suatu kenyataan
yang tersembunyi dibalik kenyataan lainnya. Adapun nilai itu karena adanya kenyataan
lain sebagai pembawa nilai (wertrager).
Keputusan nilai yang dilakukan oleh subjek penilaian berhubungan dengan unsur-
unsur jasmani, akal, perasaan, karsa (kehendak) dan kepercayaan.
Apabila membicarakan nilai maka sebenarnya membahas tentang hal yang ideal yang
merupakan cita-cita, harapan dan keharusan das sollen bukan das sein. Nilai memiliki
makna normative artinya antara dunia ideal dan real saling berhubungan yang harus
direalisasikan dalam perbuatan sehari-hari yang merupakan fakta.
Artinya nilai sangat erat kaitannya dengan norma :aturan atau kaidah yang dipakai
sebagai tolak ukur menilai sesuatu yang meliputi 3 hal:
9
konsisten dan menjadi control internal bagi seseorang, serta merupakan komponen
intelektual dan emosional dari seseorang.
Kode etik merupakan ikhtisar mengenai nilai-nilai personal suatu profesi yang
menegaskan dan merinci aturan-aturan mengenai perilaku terhadap mana para
anggotanya harus memihak dan melibatkan diri agar mereka tetap berdiri dijalan dan
berpenampilan baik didalam organisasi profesi, Jadi kode etik merupakan batasan-
batasan mengenai pertanggung jawaban dan perilaku yang diharapkan serta
pertanggungjawaban dan perilaku yang diwajibkan.
Perilaku dan sifat utama nilai-nilai personal yang harus dimiliki sebagai suatu profesi
adalah:
1. Kualitas pribadi
Memelihara standar tingkah laku pribadi yang tinggi dalam kapasitasnya sebagai
profesi social
2. Pengembangan kompetensi professional
Berjuang untuk tetap proefisien didalam praktek profesionalnya dan dalam
penampilan fungsi-fungsi profesionalnya
3. Pelayanan
Memandang tugas melayani sebagai kewajiban utama bagi profesi
10
4. Integritas
5. Bertindak secara selaras dan serasi dengan integritas profesionalnya yang tertinggi
6. Belajar dan meneliti
Melibatkan diri dalam studi dan penelitian berpedoman kepada konvensi penelitian
ilmiah yang lazim dipergunakan kalangan ilmiah. (Octa Dwienda, 2014)
11
C. Nilai Luhur Dalam Pelayanan Kebidanan
a. Pengertian Nilai Luhur
Merupakan suatu keyakinan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh setiap
orang, dimana sikap-sikap tersebut berupa kebaikan, kejujuran, kebenaran
yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna pada
kehidupan seseorang.
Nilai luhur dalam pelayanan kebidanan yaitu suatu penerapan fungsi
nilai dalam etika profesi seorang bidan, dimana seorang bidan yang
professional dapat memberikan pelayanan pada klien dengan berdasarkan
kebenaran, kejujuran, serta ilmu yang diperoleh agar tercipta hubungan yang
baik antara bidan dan klien.
Dalam nilai luhur profesi erat kaitannya dengan etika profesi, dimana
profesi merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian sehingga
profesionalisme dapat diartikan orang yang melakukan pekerjaan purna waktu
dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian bukan hanya
sekedar hobi, untuk senang-senang atau mengisi waktu luang.
Dalam nilai luhur profesi erat kaitannya dengan etika profesi, dimana
profesi merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian sehingga
profesionalisme dapat diartikan orang yang melakukan pekerjaan purna waktu
dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian bukan hanya
sekedar hobi, untuk senang-senang atau mengisi waktu luang.
12
Suatu profesi dianggap profesi luhur karena menekankan pengabdian
atau pelayanan kepada masyarakat pada umumnya yang dilaksanakan sebagai
panggilan hidup dimana nafkah dilihat sekedar sebuah imbalan (akibat)
dariSuatu23menjalankan profesinya demi kepentingan masyarakat dan bukan
sebagai tujuan utama dari kegiatan itu bahkan bersedia mengorbankan
hidupnya hanya demi menunaikan profesinya.
Secara umum terdapat beberapa ciri atau sifat yangmelekat pada nilai profesi
luhur
Tanggung jawab
Keadilan
Otonomi
Pada saat sekarang ini unsur bisnis mengotori nilailuhur suatu profesi,
hal ini disebabkan oleh pandangan masyarakat yang beranggapan bahwa bisnis
adalah suatu pekerjaan yang kotor dan dicemoohkan. Kesan dan sikap
masyarakat seperti itu sebenarnya disebabkan oleh ulah orang bisnis itu
sendiri. Beberapa orang mengambil keuntungan sebesar-besarnya dalam
menawarkan suatu barang kepada masyarakat tanpa menghiraukan kepuasan,
kesejahteraan, keamanan dan kepentingan masyarakat menyebabkan
citrabisnis menjadi hal yang harus dijauhi. (Octa Dwienda, 2014)
13
c. Penerapan Nilai Luhur
Seorang bidan harus mampu menerapkan nilai – nilai luhur dimanapun
dan kapanpun dia memberikan pelayanan kebidanan. Karena nilia luhur dalam
praktek kebidanan sangat menunjang dalam proses pelayanan serta pemberian
asuhan pada klien.
Nilai luhur yang dimiliki oleh setiap orang mempunyai kadar yang
berbeda. Nilai luhur tergantung oleh setiap individu, bagaimana cara individu
menerapakan dan mengelola dalam kehidupannya.
Nilai luhur bukan hanya diterapkan pada klien saja, tetapi juga pada
rekan – rekan seprofesi, tenaga kesehatan lainnya, serta masyarakat secara
umum. Sebab hubungan yang dijalin berdasarkan nilai – nilai luhur dapat
membantu dalam peningkatan paradigma kesehatan, khususnya dalam praktek
kebidanan.
Nilai – nilai luhur yang sangat diperlukan oleh bidan yaitu :
Kejujuran
Lemah lembut
Ketetapan setiap tindakan
Menghargai orang lain
a) Secara umum terdapat beberapa ciri atau sifat yangmelekat pada nilai profesi
luhur
Adanya pengetahuan khusus
Adanya kaidah dan standar moral tinggi
Mengabdi kepada kepentingan masyarakat
Ada izin untuk bisa menjalankan suatu profesi
Anggota dari suatu organisasi profesi
b) Prinsip-prinsip utama yang erdapat pada profesiIuhur adalah sebagai berikut:
Tanggung jawab
Keadilan
Otonomi
c) Cerminan profesi luhur dalam pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat.
Pada saat sekarang ini unsur bisnis mengotori nilai luhur suatu profesi,
hal ini disebabkan oleh pandangan masyarakat yang beranggapan bahwa bisnis
14
adalah suatu pekerjaan yang kotor dan dicemoohkan. Kesan dan sikap
masyarakat seperti itu sebenarnya disebabkan oleh ulah orang bisnis itu
sendiri. Beberapa orang mengambil keuntungan sebesar-besarnya dalam
menawarkan suatu barang kepada masyarakat tanpa menghiraukan kepuasan,
kesejahteraan, keamanan dan kepentingan masyarakat menyebabkan citra
bisnis menjadi hal yang harus dijauhi. (Octa Dwienda, 2014)
Klarifīkasi nilai (value) merupakan suatu proses dimana seorang dapat mengerti
system nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Merupakan suatu proses yang
memungkinkan seseorang menemukan system perilaku sendiri melalui perasaan atau
analisis yang dipilihnya dan muncul alternative-alternatif, apakah pilihan ini sudah
dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari suatu kondisi sebelumnya.
Ada 3 fase dalam klarifikasi nilai-nilai yang perludipahami oleh bidan. Yaitu:
1) Pilihan
a) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan setiap individu
b) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada, asuhan yang diberikan bukan
hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang diberikan
mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlukan
c) Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan
konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat
2) Penghargaan
a) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri
b) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak
bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya
3) Tindakan
a) Gabunganan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari
b) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam
kehidupan pribadi dan professional, sehingga timbul rasa sensitive atas
tindakan yang dilakukan. Semakin didasari nilai-nilai professional maka
semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan serta selalu konsisten untuk
mempertahankannya. (Octa Dwienda, 2014)
15
2.5 Pertimbangan Nilai
Pertimbangan nilai (value judgement) dilakukan seorang komunikator disaat
mengemas pikiriannya dengan bahasa dama ideasi, sesaat sebelum suatu pesan
ditransmisikan kepada komunikan. Proses internelasasi atau pembatinan ini teramat
penting bagi seorang komunikator agar komunikasi sosial secara teleologis yang ia
lancarkan, berlangsung sebagaimana ia harapkan. Pentingnya pemahaman nilai, karena
melekat pada keterpautan antara sejumlah manusia yang terikat sebagai konsekuensi
dari hubungan sosial.
1. Berbeda dengan pertimbangan fakta
2. Pertimbangan fakta dapat menentukan pertimbangan nilai
Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang
dilakukan serta selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan
sejawat atau pasen dan ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu
yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang dianutnya yaitu; penghargaan terhadap
martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin kita tidak lagi merasa
nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita
perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus
dalam kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-
nilai positif yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat
luas. (Octa Dwienda, 2014)
16
BAB III
Bidan DSB dan NN alias Na, ibu muda yang sedang hamil 5 bulan, menjadi tersangka
dalam kasus aborsi. NN melakukan aborsi di klinik bersalin milik DSB. Berdasarkan
pengakuan NN, aborsi dilakukan karena janin yang dikandungnya tidak berkembang dan
denyutnya tidak terekam. NN datang ke klinik bidan bersama ibunya, pada tanggal 17
Januari 2016. Bidan DSB melakukan pemeriksaan dan menyimpulkan bahwa janin
dalam kandungan NN harus dikeluarkan karena sudah mati. NN diberi obat untuk
menggugurkan kandungannya, dan harus membayar biaya tindakan aborsi dan perawatan
sebesar 10 juta rupiah. Kasus aborsi di klinik bidan DSB diketahui pihak kepolisian
akibat laporan warga setempat yang mencurigai perubahan fisik NN. Hasil penyelidikan
polisi menunjukkan kecurigaan bahwa klinik tersebut tidak memiliki ijin dari dinas
kesehatan setempat. Bidan DSB memiliki dua klinik di wilayah tersebut. Berdasarkan
keterangan saksi, praktik aborsi sering dilakukan di Bonipoi,” kata Didik, setelah
pihaknya mendapati dua kuburan janin di klinik miliki DSB di Pasir Panjang, maka tidak
menutup kemungkinan klinik ini juga dijadikan tempat aborsi.
...Praktik aborsi itu, lanjut Didik, terbongkar setelah polisi mendapatkan informasi
dari masyarakat yang curiga akan perut N yang tiba-tiba mengecil... .
(https://www.tribunnews.com/regional/2016/01/25/dua-klinik-bidan-di-kupang-diduga-
jadi-tempat-praktik-aborsi.)
17
Masyarakat tidak semua memahami batas kewenangan dan etika profesi bidan.
Kecurigaan telah terjadi pelanggaran hukum, menyebabkan kasus ini dilaporkan ke
polisi.
“Ada dua tempat praktik milik bidan DSB yang memiliki izin yakni di Kelurahan
Pasir Panjang, sedangkan di Kelurahan Bonipoi itu tidak memiliki izin...”
(https://www.tibunnews.com/regional/2016/01/25/dua-klinik-bidan-di-kupang-diduga-
jadi-tempat-praktik-aborsi.)
32. Pembahasan
(timor express/fri/jpnn)
Kasus tersebut bersumber pada: Merdeka.com pada Jumat, 22 Januari 2016 pukul
20:23 WIB dengan reporter Ananias Petrus; TRIBBUNNEWS.COM pada Senin,25
Januari 2016 dan Kamis, 4 Februari pukul 19:57 WIB dengan penulis Dion Kota dan
editor Eko Sutriyanto; Kompas.com – 28/09/2016, 10:34 WIB Kontributor Kupang,
Sigiranus Marutho Bere; Liputan6.com, 23 Februari 2017, 14:31 WIB, Ola Keda;
timorexpress/fri/jpnn, Sabtu, 23 Januari 2016 – 09:43 WIB; mediantt.com; che, Januari
2016.
Isu-isu sosial dan dukungan masyarakat terhadap perempuan hamil perlu menjadi
bahan diskusi dalam kegiatan pendidikan bidan berkelanjutan. Fokus utama kegiatan
pendidikan bidan berkelanjutan tidak hanya tentang standar pelayanan, kompetensi, dan
prosedur, melainkan tentang menerapkan konsep kemanusiaan dan hak asasi dalam
praktik sehari-hari yang tentunya berkaitan dengan nilai personal dan nilai luhur yang
harus dijunjung oleh Bidan. Diskusi kelompok kecil bidan tentang pelayanan kebidanan
berbasis kemanusiaan, dapat memanfaatkan kasus-kasus malpraktik bidan yang dimuat
di media online. Bidan harus belajar dari kasus kasus tersebut, agar dapat memilih
informasi yang tepat untuk membangkitkan rasa kemanusiaan masyarakat terhadap
perempuan.
18
Pembahasan tentang isu etikolegal, situasi sosial yang melatarbelakangi kejadian
pelanggaran kemanusiaan, serta membentuk dukungan masyarakat terhadap ibu hamil di
lingkungan mereka sebaiknya dilakukan oleh bidan bersama ahli kesehatan masyarakat
dan ahli ilmu sosial.
Kepercayaan sosial dan ketergantungan penuh wanita pada bidan menjadi suatu
kondisi yang dapat berkontribusi dalam pengabaian hak asasi manusia dan keselamatan
dalam proses pencarian dan pertolongan persalinan, tindakan di luar otoritas profesional,
dan pencarian keuntungan dalam praktik pribadi petugas kesehatan.
Dalam kasus tersebut, jelas bertolakbelakang dengan nilai personal yang harus
dimiliki oleh seorang bidan terlebih itu adalah klinik milik sendiri yang sudah seharusnya
menjadi tanggungjawab sendiri dan bisa menentukan tindakan apa yang seharusnya
dilakukan dan masih berada dalam wewenangnya.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam upaya mendorong profesi kebidanan agar dapat diterima dan dihargai oleh
pasien,masyarakat atau profesi lain, maka mereka harus memanfaatkan nilai-nilai
kebidanan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam
mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat atau bidan yang
menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan atau kebidanan
secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi
keselamatan pasen, penghormatan terhadap hak-hak pasen, akanberdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan kebidanan.
Nilai personal merupakan nilai yang timbul dari pengalaman pribadi seseorang,
nilai tersebut membentuk dasar prilaku seseorang yang nyata melalui pola prilaku yang
konsisten dan menjadi control internal bagi seseorang, serta merupakan komponen
intelektual dan emosional dari seseorang.
Nilai luhur dalam pelayanan kebidanan yaitu suatu penerapan fungsi nilai dalam etika
profesi seorang bidan, dimana seorang bidan yang professional dapat memberikan
pelayanan pada klien dengan berdasarkan kebenaran, kejujuran, serta ilmu yang
diperoleh agar tercipta hubungan yang baik antara bidan dan klien.
20
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Dwienda, Octa. 2014 Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan ; Yogyakarta CV budi
Utamahttps://books.google.co.id/books?id=4WvkCAAAQBAJ&pg=PA22&dq=nilai2+person
al+dan+nilai2+luhur+dalam+pelayanan+kebidanan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiiyeHRy4
LnAhXEXSsKHW6qCvEQ6wEIMTAB#v=onepage&q=nilai2%20personal%20dan%20nilai
2%20luhur%20dalam%20pelayanan%20kebidanan&f=false
https://dokumen.tips/download/link/makalah-nilai-personal
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan , Vol. 2 , No. 3, Desember 2018
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id
Soepardan, Suryani. 2008 Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan:Jakarta Penerbit Buku
Kedokteran
22