KELOMPOK 2
Alias Safitri
Maisaroh
Wiranti Jutrina
RIAU
2020
KATA PENGENTAR
Dengan menyebut nama Allah subhanallahu taala yang maha pengasih lagi
maha penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “POLA DAN PERUBAHAN
KEPRIBADIAN” guna memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi Kepribadian”.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca.
Pekanbaru, 2020
Kelompok 2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................iii
B.Rumusan Masalah..................................................................................iv
C.Tujuan penulis.......................................................................................iv
A.pola kepribadian....................................................................................1
A.Kesimpulan............................................................................................16
B.Saran......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
bagaimana pola dan perubahan kepribadian
mengetahui awal berbentuknya karakteristik kepribadian
apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dan
perkembangan kepribadian.
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah PSIKOLOGI KEPRIBADIAN dan juga untuk melatih dalam
membuat karya ilmiah serta untuk menambah wawasan bagi penulis, dan
pembaca tentang “ POLA DAN PERUBAHAN KEPRIBADIAN SERTA”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN NILAI
1
Joko Untoro, Buku Pintar Pelajaran, ( Jakarta: PT Wahyu Media, 2010 ), hlm. 350
2
Sulastri, Nilai Karakter Dalam Pembelajaran, ( Banda Aceh: IKAPI, 2018), hlm. 16
sifat kepribadian konselor. Seorang konselor harus memiliki kepribadian yang
baik. Kepribadian konselor sangat berperan dalam usaha membantu siswa untuk
tumbuh. Banyak penelitian telah dilakukan oleh sejumlah ahli tentang ciri-ciri
khusus yang dibutuhkan oleh seorang konselor.
Konselor sebagai profesi yang menekankan pada profesionalisme
memiliki elemen dasar secara etis untuk memakai pertimbangan moral dalam
memberikan layanan kepada orang lain (masyarakat). Standar moral yang
dijadikan pedoman bagi anggota profesi (konselor) diatur dan diterjemahkan
dalam kode etik konselor. Kode etik konselor mengatur anggota profesi untuk
memakai dasar-dasar pertimbangan moral dalam layanan konseling, pada satu sisi
kode etik juga memperkuat aturan hukum bagi anggota yang tidak selaras dengan
kode etik konselor. Diperlukannya aturan hukum karena dalam moralitas dan etik
tidak mengatur sangsi bagi siapapun yang melakukan perbuatan-perbuatan buruk.
Aturan hukum (kode etik) merupakan alat yang dipakai untuk memberikan
jaminan kepastian hukum terhadap anggota profesi yang melakukan aktivitas
profesinya tidak sesuai dengan moralitas dan prinsip-prinsip nilai.3
sifat-sifat kepribadian konselor diantaranya:
4
Bk14-ubt, “Keterlibatan Nilai-Nilai Pribadi Klien dan Konselor Dalam Melakukan
Konseling” diakses dari http://bk14-ubt.blogspot.com/2015/02/makalah-keterlibatan-nilai-
nilai.html, pada 2015
5
Amallian Putri, “Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling Untuk
Membangun Hubungan Antar Konselor Dan Konseli” Bimbingan Konseling Indonesia, Vol, 1
No.1, 2016, hlm. 10
dijalankan oleh manusia atau pribadi yang berkualitas. Ungkapan the man behind
the system (orang di balik system) atau the man behind the gun (orang di balik
senjata) menggambarkan bahwa penentu proses pendidikan adalah manusia juga
(setelah Tuhan). Hal ini berlaku pula bagi kegiatan bimbingan dan konseling.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan pribadi konselor seharusnya
diarahkan untuk meraih kualitas Insan Paripurna, yang otaknya sarat dengan ilmu
yang bermanfaat, hatinya dipenuhi dengan iman, Islam, dan ihsan, sikap dan
perilakunya merealisasikan nilai-nilai yang mantap dan teguh, wataknya terpuji,
dan bimbingannya kepada orang lain (konseli).
Gladding (2015, hlm. 38-41) memaparkan pendapat beberapa ahli
mengenai
kualitas pribadi konselor. Myrick berpendapat kualitas pribadi konselor adalah
peduli
terhadap orang lain (altrustik), ramah, bersahabat, dan sensitif. Foster dan Guy
menjelaskan aspek-aspek dari kehidupan pribadi seseorang yang membuat dia
cocok
berperan sebagai seorang konselor, diantaranya adalah:
a. keingintahuan dan kepedulian
b. kemampuan mendengarkan
c. suka berbincang
d. empati dan pengertian
e. menahan emosi
f. introspeksi
g. kapasitas menyangkal diri
h. toleransi keakraban
i. mampu berkuasa
j. mampu tertawa.
4) Dapat dipercaya,
konselor dituntut untuk konsisten dalam ucapan dan perbuatan,
memakai ungkapan verbal dan non verbal untuk menyatakan jaminan
kerahasiaan, tidak pernah membuat seseorang menyesal telah membuka
rahasianya.
5) Kejujuran
konseor bersifat terbuka, otentik dan penuh keihklasan.
6) Memiliki kekuatan untuk mengayomi klien,
kemampuan untuk membuat klien merasa aman yang ditunjukkan
dalam hal memiliki batasan yang beralasan dalam berpikir, dapat
mengatakan sesuatu yang sulit dan membuat keputusan yang tidak
populer, fleksibel dan menjaga jarak dengan klien (tidak terbawa emosi
klien).
7) Kehangatan
merupakan komunikasi yang sering dilakukan secara non verbal,
dengan tujuan untuk mencairkan kebekuan suasana, berbagi
pengalaman emosional dan memungkinkan klien menjadi pedulipada
dirinya sendiri.
8) Pendengar yang aktif,
ditunjukkan dengan sikap dapat berkomunikasi dengan orang di luar
kalangannya sendiri, memberikan perlakukan kepada klien dengan cara
yang dapat memunculkan respons yang berarti, dan berbagi tanggung
jawab secara seimbang dengan klien.
9) Kesabaran
sikap sabar ditunjukkan dengan kemampuan konselor untuk
bertoleransi pada keadaan yang ambigu, mampu berdampingan secara
psikologis dengan klien, tidak merasa boros waktu, dan dapat menunda
pertanyaan yang akan disampaikan pada sesi berikutnya.
10) Kepekaan,
11) Kebebasan,
Sebagian dari kita tidaklah asing lagi dengan kata releksi, refleksi disebut
juga dengan pantulan perasaan yaitu untuk mengungkap respon perasaan Klien.
8
Sigit Sanyata, “Perspektif Nilai Dalam Konseling : Membangun Interaksi Efektif
Antara Konselor – Klien”,Paradigma, No. 2, 2006, hlm.3
Disebut pemantulan karena berpijak pada ungkapan yang disampaikan klien
sendiri.
terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
Konselor yang memiliki integritas kepribadian yang tinggi maka dia akan
mudah mematuhi kode etik profesi konselor. Karena ketika integritas itu sudah
Henri Saputro, The Counseling Way Catatan tentang Konsepsi dan Keterampilan
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
seorang konselor yang baik harus mempunyai nilai-nilai pribadi. Selaku
konselor profesional harus memiliki kesadaran dalam melakuka pekerjaan
dengan menampilkan keutuhan pribadi seorang konselor .Seorang
konselor dalam menjalankan tugasnya harus dalam keadaan sadar dan
menampilkan kepribadian yang sesuai dengan keprofesonalitasnya. Dan
sebagai klien harus mempunyai nilai-nilai pribadi baik saat dia menilai
dirinya sendiri, orang lain dan diri idaman.
B. Saran
10
Widianamahidinros, “Refleksi Integritas Pribadi Konselor”, diakses dari
http://widianamahidinros.blogspot.com/2014/05/makalah-refleksi-integritas-pribadi.html,
pada 2014
DAFTAR PUSTAKA