Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Psikologi Kepribadian Zulamri.MA

NILAI-NILAI KONSELOR DAN KONSELI

KELOMPOK 2

Alias Safitri

Maisaroh

Wiranti Jutrina

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

RIAU

2020
KATA PENGENTAR

Dengan menyebut nama Allah subhanallahu taala yang maha pengasih lagi
maha penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “POLA DAN PERUBAHAN
KEPRIBADIAN” guna memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi Kepribadian”.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah


mempercayakan kepada kami untuk pembuatan makalah ini, dan kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca.

Pekanbaru, 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................iii

A.Latar belakang ......................................................................................iii

B.Rumusan Masalah..................................................................................iv

C.Tujuan penulis.......................................................................................iv

BAB II: PEMBAHASAN....................................................................................1

A.pola kepribadian....................................................................................1

B.awal terbentuknya karakteristik kepribadian.........................................4

C.faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian.............5

BAB III: PENUTUP............................................................................................16

A.Kesimpulan............................................................................................16

B.Saran......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konseling sebagai sebuah profesi digambarkan dengan tampilnya konselor


yang mampu memberikan ketenteraman dan harapan baru bagi klien. Sikap
profesional paling tidak memunculkan sikap-sikap empati, rasa hormat,
penghargaan, kehangatan, kejujuran dan jaminan kerahasiaan (kemananan).
Integritas kepribadian konselor tidak cukup hanya dengan penguasaan wawasan,
teknik dan pendekatan-pendekatan konseling.
Ada tiga isu sentral dalam mendiskusikan tentang kualitas pribadi
konselor, yaitu : pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian (Cavanagh, 1982).
Kepribadian merupakan titik tumpu dari dua jenis kemampuan yang lain
(pengetahuan dan ketrampilan), namun demikian ketiga aspek memiliki
keterkaitan bersifat reciprocal atau dengan kata lain ketiganya harus ada dan
saling mempengaruhi. Secara umum mekanisme untuk meningkatkan kualitas
tersebut dipersiapkan melalui jalur normal untuk mencapai standar kompetensi
tertentu, sedangkan usaha magang dipakai sebagai model untuk menjembatani
antara teori dengan praktek, sejauh mana kemampuan calon konselor dalam
mengimplementasikan studi ilmiahnya terhadap pengalaman-pengalaman di
lapangan. Jalur formal menjadi salah satu media bagi calon konselor untuk
mengembangkan kemampuan keterampilan dan pengetahuan tentang teori,
konsep dan kerangka kera seorang konselor. Satu kondisi yang memerlukan
bentukbentuk penyadaran pribadi dan kemampuan untuk bertindak sebagai helper
adalah aspek kepribadian.
Kepribadian tidak terbentuk semata-mata karena pengalaman, tetapi
merupakan suatu integritas dari kemauan dan kemampuan dirinya untuk dapat
bersikap dan bertindak sebagai konselor profesional. Figur ini merupakan titik
awal dan sebagai landasan sekaligus penyeimbang antara ketrampilan dan
kemampuan. Realitas menunjukkan bahwa sikap dan volunteerism (filantropi)
konselor memiliki derajat yang tinggi dalam mengangkat klien ke arah
pengenalan terhadap realitas.Makalah ini di susun seiring era globalisasi yang
banyak menimbulkan dampak dampak negatif bagi pemikiran dan tingkah laku
manusia.

B. Rumusan Masalah
 bagaimana pola dan perubahan kepribadian
 mengetahui awal berbentuknya karakteristik kepribadian
 apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dan
perkembangan kepribadian.

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah PSIKOLOGI KEPRIBADIAN dan juga untuk melatih dalam
membuat karya ilmiah serta untuk menambah wawasan bagi penulis, dan
pembaca tentang “ POLA DAN PERUBAHAN KEPRIBADIAN SERTA”.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NILAI

Nilai adalah ukuran-ukuran, patokan-patokan, anggapan-anggapan dan


keyakinan-keyakinan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta di anut
oleh banyak orang yang berguna untuk menentukan apa yang benar, pantas, baik
untuk dilakukan.
Ada beberapa pengertian nilai menurut para ahli, yaitu:
a. Perry (1954)
Nilai adalah segala sesuatu yang menarik bagi manusia sebagai subjek
b. Papper (1958)
Nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik dan yang buruk
c. Kluckhon (1959)
Nilai adalah hasil pengaruh seleksi pelaku.1

Nilai itu merupakan panduan umum untuk membimbing tingkah laku


dalam rangka pencapaian tujuan hidup seseoang . nilai adalah sesuatu yang
memberi makna pada hidup, yang member acuan, titik tolak dan tujuan hidup.
Nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi yang dapat menjiwai tindakan
sesorang.2

B. PENTINGNYA KESADARAN AKAN NILAI-NILAI SEORANG


KONSELOR

Selaku konselor profesional harus memiliki kesadaran dalam melakukan


pekerjaan dengan menampilkan keutuhan pribadi seorang konselor. Seorang
konselor dalam menjalankan tugasnya harus dalam keadaan sadar dan
menampilkan kepribadian yang sesuai dengan keprofesonalitasnya. Syarat petugas
bimbingan, dalam hal ini adalah seorang konselor di sekolah diantaranya adalah

1
Joko Untoro, Buku Pintar Pelajaran, ( Jakarta: PT Wahyu Media, 2010 ), hlm. 350
2
Sulastri, Nilai Karakter Dalam Pembelajaran, ( Banda Aceh: IKAPI, 2018), hlm. 16
sifat kepribadian konselor. Seorang konselor harus memiliki kepribadian yang
baik. Kepribadian konselor sangat berperan dalam usaha membantu siswa untuk
tumbuh. Banyak penelitian telah dilakukan oleh sejumlah ahli tentang ciri-ciri
khusus yang dibutuhkan oleh seorang konselor.
Konselor sebagai profesi yang menekankan pada profesionalisme
memiliki elemen dasar secara etis untuk memakai pertimbangan moral dalam
memberikan layanan kepada orang lain (masyarakat). Standar moral yang
dijadikan pedoman bagi anggota profesi (konselor) diatur dan diterjemahkan
dalam kode etik konselor. Kode etik konselor mengatur anggota profesi untuk
memakai dasar-dasar pertimbangan moral dalam layanan konseling, pada satu sisi
kode etik juga memperkuat aturan hukum bagi anggota yang tidak selaras dengan
kode etik konselor. Diperlukannya aturan hukum karena dalam moralitas dan etik
tidak mengatur sangsi bagi siapapun yang melakukan perbuatan-perbuatan buruk.
Aturan hukum (kode etik) merupakan alat yang dipakai untuk memberikan
jaminan kepastian hukum terhadap anggota profesi yang melakukan aktivitas
profesinya tidak sesuai dengan moralitas dan prinsip-prinsip nilai.3
sifat-sifat kepribadian konselor diantaranya:

a. Konselor adalah pribadi yang intelegen, Yaitu memiliki kemampuan


berpikir verbal dan kuantitatif, bernalar dan mampu memecahkan
masalah secara logis dan persetif.
b. Konselor menunjukkan minat kerja sama dengan orang lain, Di
samping seorang ilmuwan yang dapat memberikan pertimbangan dan
menggunakan ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku individual
dan social.
c. Konselor menampilkan kepribadian yang dapat menerima dirinya dan
tidak akan menggunakan kliennya untuk kepuasan kebutuhan
pribadinya melebihi batas yang ditentukan oleh kode etik
profesionalnya.
d.  Konselor memiliki nilai-nilai yang diakui kebenarannya sebab nilai-
nilai ini akan mempengaruhi perilakunya dalam situasi konseling dan
tingkah lakunya secara umum.
3
Sigit Sanyata, “Perspektif Nilai Dalam Konseling : Membangun Interaksi Efektif
Antara Konselor – Klien”,Paradigma, No. 2, 2006, hlm 4
e. Konselor menunjukkan sifat yang penuh toleransi terhadap masalah-
masalah yang mendua dan ia memiliki kemampuan untuk menghadapi
hal-hal yang kurang
f. menentu tersebut tanpa terganggu profesinya dan aspek kehidupan
pribadinya.
g. Konselor cukup luwes untuk memahami dan memperlakukan secara
psikologis tanpa tekanan-tekanan sosial untuk memaksa klien
menyesuaikan diri
h. Komunikasi Situasi konseling menuntut reaksi yang adekuat dari
pihak konselor, yaitu konselor harus dapat bereaksi sesuai dengan
perasaan dan pengalaman konseli. Bentuk reaksi ini sangat diperlukan
oleh konseli karena dapat membantu konseli melihat perasaanya
sendiri.

Kepribadian konselor yang menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai


kemanusiaan sebagai berikut, memiliki kemampuan:
a. Membedakan perilaku yang menggambarkan pandangan positif,
Konselor harus bisa membedakan perilaku klien yang dimana perilaku
klien tersebut merupakan sebuah pandangan atau persepsi klien yang
bisa diorientasikan sebagai pandangan yang positif. Pandangan positif
ini bisa berwujud seperti persepsi-persepsinya konseli mengenai dunia
politik, pendidikan, situasi sosial,bencana yang ada di indonesia, dan
sebagainya.
b. Membedakan perilaku yang menggambarkan pandangan negatif
Seorang konselor dituntut untuk bisa mengerti dan memahami kondisi
psikologis konseli, memahami disini bisa diartikan bahwa seorang
konselor mampu membedakan pandangan-pangdangan yang
diungkapkan konselinya mengenai dunia luar maupun pandangan-
pandangannya terhadap dirinya sendiri.
c. Membedakan individu yang berpotensi dalam layanan bimbingan dan
konseling,
Konselor harus mampu membedakan mana konseli yang berpotensi
dan mana konseli yang kurang menunjukkan adanya potensi diri.
Pengetahuan tentang hal ini bisa membantu konselor dalam
menjalankan tugasnya.4

C. NILAI-NILAI YANG DIANUT KONSELOR DALAM KONSELING

Konselor merupakan pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling.


Bimbingan dan Konseling sebagai sebuah profesi digambarkan dengan tampilnya
konselor yang dapat memberikan ketenteraman, kenyaman dan harapan baru bagi
klien. Untuk menjadi seorang konselor professional haruslah menampilkan sikap
hangat, empati, jujur, menghargai, dan yang paling penting dapat dipercaya
(terjaga
kerahsiaan konseli)
Ada tiga isu sentral dalam mendiskusikan tentang kualitas pribadi
konselor, yaitu : pengetahuan, keterampilan dan kepribadian.
Dari ketiga hal tersebut kepribadian merupakan hal yang paling penting
meskipun yang lain juga tak kalah pentingnya dan ketiganya merupakan satu
kesatuan yang tak dapat dipisahkan Kualitas pribadi konselor merupakan faktor
yang sangat penting dalam konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian
konseling yang efektif. Di antara kompetensi konselor, yang dirasa paling penting
adalah kualitas pribadi konselor, karena konselor sebagai pribadi harus mampu
menampilkan jati dirinya secara utuh, tepat, dan berarti, serta membangun
hubungan antarpribadi yang unik
dan harmonis, dinamis, persuasif, dan kreatif, sehingga menjadi motor penggerak
keberhasilan layanan bimbingan. Dalam hal ini hal yang paling penting untuk
dipakai dalam pekerjaan seorang konselor adalah dirinya sendiri sebagai pribadi.5
Kenyataan menunjukkan bahwa suatu sistem, metode, atau teknik,
betatapun ilmiah dan canggihnya, tidak akan berdaya-guna selama tidak

4
Bk14-ubt, “Keterlibatan Nilai-Nilai Pribadi Klien dan Konselor Dalam Melakukan
Konseling” diakses dari http://bk14-ubt.blogspot.com/2015/02/makalah-keterlibatan-nilai-
nilai.html, pada 2015
5
Amallian Putri, “Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling Untuk
Membangun Hubungan Antar Konselor Dan Konseli” Bimbingan Konseling Indonesia, Vol, 1
No.1, 2016, hlm. 10
dijalankan oleh manusia atau pribadi yang berkualitas. Ungkapan the man behind
the system (orang di balik system) atau the man behind the gun (orang di balik
senjata) menggambarkan bahwa penentu proses pendidikan adalah manusia juga
(setelah Tuhan). Hal ini berlaku pula bagi kegiatan bimbingan dan konseling.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan pribadi konselor seharusnya
diarahkan untuk meraih kualitas Insan Paripurna, yang otaknya sarat dengan ilmu
yang bermanfaat, hatinya dipenuhi dengan iman, Islam, dan ihsan, sikap dan
perilakunya merealisasikan nilai-nilai yang mantap dan teguh, wataknya terpuji,
dan bimbingannya kepada orang lain (konseli).
Gladding (2015, hlm. 38-41) memaparkan pendapat beberapa ahli
mengenai
kualitas pribadi konselor. Myrick berpendapat kualitas pribadi konselor adalah
peduli
terhadap orang lain (altrustik), ramah, bersahabat, dan sensitif. Foster dan Guy
menjelaskan aspek-aspek dari kehidupan pribadi seseorang yang membuat dia
cocok
berperan sebagai seorang konselor, diantaranya adalah:
a. keingintahuan dan kepedulian
b. kemampuan mendengarkan
c. suka berbincang
d. empati dan pengertian
e. menahan emosi
f. introspeksi
g. kapasitas menyangkal diri
h. toleransi keakraban
i. mampu berkuasa
j. mampu tertawa.

Cormier & Cormier memaparkan kualitas tambahan dari seorang konselor


yang efektif yang meliputi: (1) kompetensi intelektual (2) energi untuk dapat aktif
dan tetap aktif (3) keluwesan (4) dukungan terhadap konseli (5) niat baik (6)
kesadaran diri.6
6
Siti Haolah , Atus , Rima Irmayanti, “Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam
Pelaksanaan Konseling Individual”, Fokus, Vol. 1 No. 6, 2018, hlm 220
Beberapa penelitian pakar konseling menemukan bahwa keefektifan
konselor banyak ditentukan oleh kualitas pribadinya. Secara umum, berangkat
dari hasil penelitian tersebut, khususnya untuk konteks Indonesia, beberapa
karakteristik kepribadian yang perlu dimiliki seorang konselor adalah sebagai
berikut:

a. beriman dan bertakwa


b. menyenangi manusia
c. komunikator yang terampil
d. pendengar yang baik
e. memiliki ilmu yang luas, terutama tentang wawasan tentang manusia dan
sosial-budaya
f. menjadi narasumber yang kompeten
g. fleksibel, tenang, dan sabar
h. menguasai keterampilan atau teknik
i. memiliki intuisi
j. memahami etika profesi
k. respek, jujur, asli, menghargai, dan tidak menilai\empati, memahami,
menerima, hangat, dan bersahabat
l. fasilitator dan motivator
m. emosi stabil; pikiran jernih, cepat, dan mampu
n. Objektif, rasioanl, logis, dan konkrit
o. konsisten dan tanggung jawab.7

Cavanagh (1982) merekomendasikan 12 kualitas pribadi seorang konselor,


yaitu :
1) Pemahaman tentang diri sendiri
karakteristik yang ditunjukkan adalah menyadari kebutuhannya,
menyadari perasaannya, menyadari faktor yang membuat kecemasan
dalam konseling dan cara yang dilakukan untuk mengurangi
kecemasan, dan menyadari akan kelebihan dan kekurangan diri.
7
Musdalifah Yasin, Nilai Pribadi Konselor”, diakses dari
https://musdalifahyasin.wordpress.com/2012/09/25/nilai-pribadi-konselor/, pada 2012
2) Kompetensi,
upaya mendapatkan kualitas secara fisik,
intelektual, emosional, sosial dan kualitas moral yang harus dimiliki
oleh konselor.
3) Keadaan psikologis konselor yang baik,
konselor yang memiliki kesehatan psikologis yang baik memiliki
karakteristik, mencapai kepuasan akan kebutuhannya, proses konseling
tidak dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan pengalaman pribadi
di luar proses konseling yang tidak memilliki implikasi penting dalam
konseling.

4) Dapat dipercaya,
konselor dituntut untuk konsisten dalam ucapan dan perbuatan,
memakai ungkapan verbal dan non verbal untuk menyatakan jaminan
kerahasiaan, tidak pernah membuat seseorang menyesal telah membuka
rahasianya.
5) Kejujuran
konseor bersifat terbuka, otentik dan penuh keihklasan.
6) Memiliki kekuatan untuk mengayomi klien,
kemampuan untuk membuat klien merasa aman yang ditunjukkan
dalam hal memiliki batasan yang beralasan dalam berpikir, dapat
mengatakan sesuatu yang sulit dan membuat keputusan yang tidak
populer, fleksibel dan menjaga jarak dengan klien (tidak terbawa emosi
klien).
7) Kehangatan
merupakan komunikasi yang sering dilakukan secara non verbal,
dengan tujuan untuk mencairkan kebekuan suasana, berbagi
pengalaman emosional dan memungkinkan klien menjadi pedulipada
dirinya sendiri.
8) Pendengar yang aktif,
ditunjukkan dengan sikap dapat berkomunikasi dengan orang di luar
kalangannya sendiri, memberikan perlakukan kepada klien dengan cara
yang dapat memunculkan respons yang berarti, dan berbagi tanggung
jawab secara seimbang dengan klien.
9) Kesabaran
sikap sabar ditunjukkan dengan kemampuan konselor untuk
bertoleransi pada keadaan yang ambigu, mampu berdampingan secara
psikologis dengan klien, tidak merasa boros waktu, dan dapat menunda
pertanyaan yang akan disampaikan pada sesi berikutnya.

10) Kepekaan,

memiliki sensitivitas terhadap reaksi dirinya sendiri dalam proses


konseling, dapat mengajukan pertanyaan yang “mengancam” klien
secara arif dan peka terhadap hal-hal yang mudah tersentuh dalam
dirinya.

11) Kebebasan,

sikap konselor yang mampu membedakan antara manipulasi dan


edukasi serta pemahaman perbedaan nilai kebebasan dan menghargai
perbedaan.
12) Kesadaran menyeluruh
memiliki pandangan secara menyeluruh dalam hal menyadari dimensi
kepribadian dan kompleksitas keterkaitannya, terbuka terhadap teori-
teori perilaku.8

D. IMPLIKASI NILAI DALAM KONSELING


E. REFLEKSI INTEGRITAS KONSELOR

Sebagian dari kita tidaklah asing lagi dengan kata releksi, refleksi disebut
juga dengan pantulan perasaan yaitu untuk mengungkap respon perasaan Klien.

8
Sigit Sanyata, “Perspektif Nilai Dalam Konseling : Membangun Interaksi Efektif
Antara Konselor – Klien”,Paradigma, No. 2, 2006, hlm.3
Disebut pemantulan karena berpijak pada ungkapan yang disampaikan klien
sendiri.
terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :

a. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat


memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan non verbal klien.

b. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan


pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non
verbal klien.

c. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-


pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan
non verbal klien.9

Konselor yang berintegritas adalah konselor yang memiliki kepribadian


yang utuh, yaitu konselor yang tidak mudah terpengaruh oleh suasana yang
timbul pada saat konseling. Konselor seperti ini adalah konselor yang dapat
mengendalikan dirinya dari pengaruh suasana hati yang dialaminya sebagai
konselor atau sebagai anggota keluarga atau masyarakat.

Karakteristik pribadi konselor salah satunya Menurut Mamat Supritna


(2011:23) adalah menampilkan integritas dan stabilitas kepribadian kematangan
emosional. Seorang konselor hendaknya memiliki kepribadian yang utuh,
sehingga dalam melaksanakan tugas konselor tidak mudah dipengaruhi oleh
pendangan atau pendapat orang luar, terutama konselor tidak mudah terpengaruh
oleh suasana yang timbul saat konseling. seorang konselor harus dapat
mengendalikan dirinya dari pengaruh suasana hati yang dialaminya sebagai
konselor, atau sebagai anggota keluarga atau masyarakat. Ia juga harus memiliki
kestabilan emosi yang mantap, agar tidak mudah laurt dalam suasana emosional
klien.

Konselor yang memiliki integritas kepribadian yang tinggi maka dia akan
mudah mematuhi kode etik profesi konselor. Karena ketika integritas itu sudah
Henri Saputro, The Counseling Way Catatan tentang Konsepsi dan Keterampilan
9

Konseling, (Yogyakarta: Deepublish, 2012), hlm. 85


ada dalam diri maka rasa tanggung jawab dan kejujuran dalam melaksanakan
tugas itu akan muncul, sehingga sikap keprofesionalan akan mampu
dikembangkan. Bagi konselor yang belum memiliki integritas maka berusaha
untuk mematuhi kode etik profesi, dengan demikian integritas diri pun akan
berkembang.10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
seorang konselor yang baik harus mempunyai nilai-nilai pribadi. Selaku
konselor profesional harus memiliki kesadaran dalam melakuka pekerjaan
dengan menampilkan keutuhan pribadi seorang konselor .Seorang
konselor dalam menjalankan tugasnya harus dalam keadaan sadar dan
menampilkan kepribadian yang sesuai dengan keprofesonalitasnya. Dan
sebagai klien harus mempunyai nilai-nilai pribadi baik saat dia menilai
dirinya sendiri, orang lain dan diri idaman.
B. Saran

Pemakalah menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, baik dari segi penulisan maupun dari segi materi yang semuanya
membutuhkan tambahan-tambhan materi dan sistematika penulisan, agar makalah
ini dapat dikatakan sedikit mendekati kesempurnaan.

10
Widianamahidinros, “Refleksi Integritas Pribadi Konselor”, diakses dari
http://widianamahidinros.blogspot.com/2014/05/makalah-refleksi-integritas-pribadi.html,
pada 2014
DAFTAR PUSTAKA

Nurihsan, Achmad, Juntika.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT Remaja


Rosda Karya.

Susanto Agus dan halem Lubis.Dkk.2019.Psikologi


Kepribadian.Jakarta:PT Bumi Aksara.

Jahja yudrik.2015.Psikologi Perkembangan.Jakarta:Prenadamedia Group.

Fudyartanta ki.2012.Psikologi kepribadian.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Widiarti, Pratiwi wahyu. (2017).Konsep Diri (self concept) dan


Komunikasi Interpersonal Dalam Pendampingan Pada Siswa SMP Se Kota
Yogyakarta. Informasi kajian ilmu komunikasi, 47.

Ranung,Jumesallan. (2014). kepribadian manusia terbentuk sejak didalam


kandungan.http://www.kompasiana.com/jamessalan.rarung/54f99226a33311c158
8b45e9/kepribadian-manusia-terbentuk-sejak-di-dalam-kandungan (diakses pada
agustus 2016).

Anda mungkin juga menyukai