Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Konseling Anak dan Remaja Fatmawati, M.Ed

REVIEW KONSEP BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK


REMAJA

Oleh :
Adela Nofira

Esi Zarisman

Maisaroh

Wely Hespalini

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS NEGERI SULTAN SYARIF KASIM


RIAU

2020
KATA PENGENTAR

Dengan menyebut nama Allah subhanallahu ta’ala yang maha pengasih


lagi maha penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “REVIEW KONSEP BIMBINGAN DAN
KONSELING UNTUK REMAJA” guna memenuhi tugas mata kuliah “Konseling
Anak dan Remaja”.

kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah


mempercayakan kepada kami untuk pembuatan makalah ini, dan kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca.

Pekanbaru, 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................iii

A.Latar belakang ......................................................................................iii

B.Rumusan Masalah..................................................................................iii

C.Tujuan penulis........................................................................................iv

BAB II: PEMBAHASAN....................................................................................1

A. Pengertian remaja dan konseling remaja..............................................1

B. konsep diri pada remaja........................................................................2

C. karakteristik konsep diri pada remaja...................................................3

D. aspek-aspek konsep diri pada remaja...................................................3

E. bentuk keadaan remaja pada masa kini dan problematikanya..............4

F. tujuan bimbingan dan konseling remaja................................................6

BAB III: PENUTUP............................................................................................9

A.Kesimpulan............................................................................................9

B.Saran......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya anak-anak yang usianya sudah menginjak usia 12 atau 13


tahun disebut sebagai remaja awal dan diakhiri pada usia 21 atau 22 tahun yang
disebut sebagai remaja akhir. Dunia remaja adalah dunia yang penuh dengan
dinamika yang menarik.Umumnya mereka menginginkan hal-hal baru yang
belum pernah dicobanya selama ini. Sesuatu yang baru apabila berimplikasi
kepada perbuatan yang positif tentu tidak masalah, namun apabila mengarah
kepada perbuatan yang negatif ini akan menimbulkan masalah.

Sebenarnya manusia pada usia berapa pun akan menghadapi masalah


termasuk mereka yang masih pada usia remaja. Remaja yang memiliki masalah
dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri maka Urgensi Bimbingan dan
Konseling bagi remaja hal tersebut bernilai positif. Namun, sebaliknya kalau
memiliki masalah dan tidak dapat menyelesaikannya sendiri serta
melampiaskannya kepada perbuatan yang negatif ini berarti perlu bantuan orang
lain. Konselor lah yang diharapkan dapat membantu remaja yang bermasalah
untuk dicarikan solusinya yang terbaik sesuai dengan ringan dan beratnya
problematika yang dihadapi oleh remaja tersebut.Konselor ataupun psikolog
memiliki peran yang penting dalam mencegah penyimpangan yang dilakukan oleh
remaja, selain juga orang tua, sekolah, dan masyarakat.

Berangkat dari hal tersebut, maka yang menjadi pertanyaan dan


permasalahanadalah siapa yang disebut remaja?Apa saja problematika yang
dihadapi oleh para remaja? Mengapa dunia remaja penuh dengan gejolak?
Bagaimana upaya pencegahan terhadap perilaku menyimpang?Dan bagaimana
peran bimbingan dan konseling dalam hal ini diwakili oleh para konselor atau
psikolog, orang tua, sekolah, dan masyarakat dalam mencegah penyimpangan
tersebut?

iii
Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan remaja?

 Apa yang dimaksud dengan konseling remaja?

 Bagaimana konsep diri pada remaja?

 Bagiamana karakteristik konsep diri pada remaja?

 Apa saja aspek-aspek konsep diri pada remaja?

 Bagaimana bentuk keadaan remaja pada masa kini dan


problematikanya?

 Apa saja tujuan bimbingan dan konseling pada remaja?

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah KONSELING ANAK DAN REMAJA dan juga untuk melatih dalam
membuat karya ilmiah serta untuk menambah wawasan bagi penulis, dan
pembaca tentang “KONSEP BIMBINGAN DAN KONSELING REMAJA”.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN REMAJA DAN KONSELING REMAJA

Remaja adalah waktu manusia berumur brlasan tahun, remaja adalah


peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Dimana masa remaja ini terjadi
proses pematangan fisik maupun psikologis1

Pengertian tentang remaja ada banyak pendapat, demikian halnya tentang


rentang usia remaja. Diantaranya menurut Mappiare masa remaja seperti dikutip
oleh Ali dan Asrori (2005: 9) berlangsung antara usia 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia
remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan
17/18 tahun adalah remaja awal dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun
adalah remaja akhir.2

Konseling remaja merupakan fase kehidupan yang menandai transisi dari


masa kanak-kanak ke masa dewasa. Perlu diberikan konseling pada masa ini yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri remaja
terhadap perubahan fisik dan emosi mereka. Dalam hal ini perlu juga membangun
hubungan saling percaya, bersikap tidak menghakimi, memvaludasi sudut
pandang remaja, melakukan refleksi, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
terbuka akan membuat remaja merasa dihargai dan didorong mengeksplorasikan
alternatif-alternatif masa depannya.3

1
Taufiqur, Rahman, Kiat-Kiat Menulis Karya Ilmiah Remaja, (Semarang: CV. Pilar Nusantara,
2018, hlm. 55
2
Ahmad Zaini, “Urgensi Bimbingan dan Konseling bagi remaja (Upaya Pencegahan Terhadap
Perilaku Menyimpan” Bimbingan dan Konseling. Vol. 4 No.2, 2013, hlm. 373
3
Wahyu Nuraisya, Dwi Yuliawati, Komunikasi dan Konseling (Feminisme)=Dalam Pelayanan
Kebidanan, (Yogyakarta: Deepublish, 2012), hlm. 89

1
B. KONSEP DIRI PADA REMAJA

Konsep diri menurut Depdikbud (1994: 520), terdiri dari dua kata, konsep
dan diri. Konsep adalah gambaran mental dari objek,  sedangkan diri  menurut
Depdikbud adalah “orang”. Jadi definisi konseptual konsep diri adalah gambaran
mental seseorang. Definisi operasional konsep diri adalah pandangan dan
perasaan tentang diri sendiri (persepsi diri). Diri menurut Hutagalung (2007:21)
adalah “ semua ciri jenis kelamin, pengalaman, latar belakang budaya,
pendidikan, dan sebagainya yang melekat pada diri seseorang. Makin dewasa dan
makin tinggi kecerdasan seseorang maka makin mampu ia menggambarkan
dirinya sendiri, makin baik konsep dirinya”.

Menurut Atwater (dalam Kemali Syarif 2013:125) disebutkan bahwa  “


konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang
tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan
dirinya”. Sementara menurut Zuyina (2010: 13) konsep diri adalah : “perasaan
seseorang tentang dirinya sebagai pribadi yang utuh dengan karakteristik yang
unik, sehingga akan mudah dikenali sebagai sosok yang mempunyai ciri khas
tersendiri”. Pudjiyogyanti (1995: 2) menjelaskan konsep diri  mencakup “seluruh
pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadinya, motivasi,
kelemahan, kepandaian dan kegagalannya".4

Untuk mengenal dan menumbuhkan konsep diri, hsl yang pertama


dilakukan adalah biasanya menilai kemampuan dirik kita sendiri. konsep diri
adalah pandangan atau kesan individu terhadap dirinya secara menyeluruh yang
meiputi pendapatnya tentang dirinya sendiri maupun ganbarab diri orang lain
tentang hal-hal yang dapat dicapai dari ligkungannya, meliputi 3 deminsi
pengetahuan tentang dirinya sendiri, harapan unruk diri sendiri dan evakuasi
mengenai diri sendiri.

4
Andrisoesilo, “Konseling Remaja (Konsep Diri ) Bimbingan dan Konseling”, diakses dari
https://andrisoesilo.blogspot.com/2015/11/bimbingan-konseling-remaja-konsep-diri-positif.html,
pada 2015

2
Agustiani. H (2006) menjelaskan bahwa konsep diri terbentuk dari
gambaran diri yang pembentukannya dari proses bertanya pada diri sendiri.
“siapakan saya?”, “apa peran saya dalam kehidupan?”. Dan lain-lain. jawaban dari
pertanyaan tersebut akan membentuk konsep diri. 5

C. KARAKTERISTIK KONSEP DIRI POSITIF

Menurut Winarti (2007:23) mengatakan bahwa indikator konsep diri


positif adalah :
a. Yakin akan kemampuannya menyelesaikan masalah. 
b. Orang tersebut biasanya terbuka. 
c. Tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan orang lain, 
bahkan dalam situasi yang masih asing. 
d. Cepat tanggap terhadap situasi yang sekelilingnya. 
e. Merasa setara dengan orang lain. 
f. Ia menyadari,  bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, 
keinginan,  perilaku yang sekurangnya disetujui oleh lingkungan
sosial. 
g. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan
aspek – aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusah
mengubahnya. 

D. ASPEK-ASPEK KONSEP DIRI


Menurut pendapat Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron dan Risna
wati, 2011: 17) mengatakan konsep diri terdiri dari tiga dimensi atau
aspek diantaranya adalah :

a. Pengetahuan
5
H. Sajidan, Jurnal Penelitian Forum Komunikasi Pengembangan Profesi Pendidikan Kota
Surabaya, (Surakarta: Forum Komuniaksi Guru Pengawas Surakarta, 2008), hlm. 50

3
b. Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya, secara
fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, agama dan lain
sebagainya.
c. Harapan
Pada saat-saat tertentu, individu yang mempunyai satu aspek
pandangan tentang kemungkinan dirinya menjadi apa di masa depan.
Singkatnya, individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk
menjadi diri yang ideal. Diri yang ideal sangat berbeda pada masing-
masing individu.
d. Penilaian
Di dalam penilaian, individu berperan sebagai penilai tentang dirinya
sendiri. Pakah bertentangan dengan "Siapakah Saya", Pengharapan
Bagi Individu “ Seharusnya saya Menjadi apa?”. Hasil penilaian
tersebut disebut harga diri. Semakin tidak sesuai antara harapan dan
standar diri, maka akan semakin rendah harga diri seseorang.6

E. KEADAAN REMAJA PADA MASA KINI DAN


PROBLEMATIKANYA

Keadaan remaja pada masa kini bila tidak ada bimbingan dan arahan akan
semakin mengkhawatirkan. Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan
diberbagai bidang termasuk kemajuan teknologi informasi apabila tidak ada
pengawasan dan kontrol dari pemangku kebijakan akan memberikan dampak yang
negatif bagi semua pihak. Pada dasarnya keadaan remaja dari dulu hingga
sekarang problematika yang dihadapinya tidak terlalu jauh berbeda, namun yang
membedakan adalah faktor penyebab pada masa sekarang ini dan pada masa-masa
yang akan datang pastinya lebih kompleks lagi. Adapun beberapa problematika
yang dihadapi para remaja adalah sebagai berikut:

a. Masalah Hari Depan


6
Andrisoesilo, “Konseling Remaja (Konsep Diri ) Bimbingan dan Konselng, diakses dari
https://andrisoesilo.blogspot.com/2015/11/bimbingan-konseling-remaja-konsep-diri-positif.html,
pada 2015

4
Setiap remaja memikirkan hari depannya, ia ingin mendapat
kepastian, akan jadi apakah ia nanti setelah tamat. Pemikiran akan
hari depan itu semakin memuncak dirasakan oleh mereka yang
duduk di bangku universitas atau mereka yang berada di dalam
kampus. Tidak jarang kita mendengar kalimat-kalimat yang
memantulkan kecemasan akan hari depan itu, misalnya: “hari depan
suram”, “buat apa belajar, toh sama saja yang berijazah dan tidak
berijazah sama-sama tidak dapat bekerja” dan sebagainya
b. Masalah Moral dan Agama
Tampaknya masalah ini semakin memuncak, terutama di kotakota
besar barangkali pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing
semakin meningkat melalui film, bacaan, gambar-gambar dan
hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang datang dengan
berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai
oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak
didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan,
waktu dan tempat. Keadaan nilai yang berubah-ubah itu
menimbulkan kegoncangan pula, karena menyebabkan orang hidup
tanpa pegangan yang pasti.Nilai yang tetap dan tidak berubah
sepanjang zaman, tidak dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan
c. Masalah Hubungan dengan Orang Tua
Hal inipun termasuk masalah yang dihadapi oleh remaja dari dulu
sampai sekarang. Seringkali terjadi pertentangan pendapat antara
orang-tua dan anak-anaknya yang telah remaja atau dewasa. Kadang-
kadang hubungan yang kurang baik itu timbul, karena remaja
mengikuti arus dan mode: seperti rambut gondrong, pakaian kurang
sopan, lagak lagu dan terhadap orang tua kurang hormat. Dalam
pengalaman saya merawat orang-orang yang menderita jiwa, banyak
saya jumpai ketidakserasian hubungan antara remaja dan orang
tuanya; yang menderita bukan remaja saja, tapi orang tua kadang-
kadang lebih menderita lagi. Ada remaja yang patah semangat,
mogok belajar, menjadi nakal, melawan kepada orang tua, merusak

5
barang-barang di rumah, lari dari rumah, benci kepada orang tua,
bahkan kadangkadang samapai kepada niat akan membunuh orang
tuanya karena sangat panik.7

F. TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA REMAJA

Tujuan bimbingan dan konseling bagi perkembangan remaja yaitu sebagai


petunjuk bagi remaja untuk mengetahui apa dan mengembangkan identitas
dirinya.8

Tujuan bimbingan konseling umumnya sama bagi siapapun termasuk bagi


remaja. Berikut ini beberapa di antara tujuan yang didukung secara eksplisit
maupun implisit oleh para konselor:

a. Pemahaman.
Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan
emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih
memilih kontrol rasional ketimbang perasaan dan tindakan.
b. Berhubungan dengan orang lain.
Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan
yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain, misalnya, dalam
keluarga atau di tempat kerja.
c. Kesadaran diri.
Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini
ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat
berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.
d. Penerimaan diri.
Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh
kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek
kritik diri dan penolakan.

7
Ahmad Zaini, “Urgensi Bimbingan dan Konseling bagi remaja (Upaya Pencegahan Terhadap
Perilaku Menyimpan” Bimbingan dan Konseling. Vol. 4 No.2, 2013, hlm 374
8
Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (konsep teori dan aplikasinya), Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018, hlm.165

6
e. Aktualisasi diri atau individuasi.
Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi
bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.
f. Pencerahan.
Membantu klien mencapai kondisi spiritual yang lebih tinggi.
g. Pemecahan masalah.
Menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak bisa dipecahkan
oleh klien seorang diri. Menuntut kompetensi umum dalam pemecahan
masalah.
h. Pendidikan psikologi.
Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami
dan mengontrol tingkah laku.
i. Memiliki keterampilan sosial.
Mempelajari dan menguasai keterampilan sosial dan interpersonal
seperti mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan,
asertif, atau pengendalian kemarahan.
j. Reproduksi dan aksi sosial.
Menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas untuk
peduli terhadap orang lain, membagi pengetahuan, dan
mengkontribusikan kebaikan bersama melalui kesepakatan politik dan
kerja komunitas

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan


kesempatan untuk:

a. mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas


perkembangannya
b. mengenal dan memahami potensi dan peluang yang ada di
lingkungannya,
c. mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana
pencapaian tujuan tersebut
d. memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri

7
e. menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya dan
kepentingan masyarakat
f. menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya,
g. mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara
optimal.9

BAB III

PENUTUP

9
Ahmad Zaini, “Urgensi Bimbingan dan Konseling bagi remaja (Upaya Pencegahan Terhadap
Perilaku Menyimpan” Bimbingan dan Konseling. Vol. 4 No.2, 2013, hal. 380

8
A. Kesimpulan

Pada dasarnya keadaan remaja dari dulu hingga sekarang problematika


yang dihadapinya tidak terlalu jauh berbeda, namun yang membedakannya adalah
faktor penyebabnya, dan dimungkinkanpada masa-masa yang akan datang
pastinya lebih kompleks lagi. Adapun beberapa problematika yang dihadapi para
remaja adalah sebagai berikut: masalah hari depan, masalah hubungan dengan
orang tua, masalah moral dan agama.

Remaja dengan segala romantikanya memiliki karakteristik yang unik.


Antara satu remaja dengan remaja lainnya memiliki karakteristik yang hampir
sama walaupun pasti ada perbedaannya juga. Karakteristik umum perkembangan
remaja adalah Bimbingan Konseling Islam sebagai berikut: merasa gelisah,
pertentangan, senang berkhayal, senang dengan aktivitas berkelompok, keinginan
mencoba segala sesuatu

B. Saran

penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, baik dari segi penulisan maupun dari segi materi yang semuanya
membutuhkan tambahan-tambahan materi dan sistematika penulisan, agar
makalah ini dapat dikatakan sedikit mendekati kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

9
Rahman, Taufiqur. 2018. Kiat-Kiat Menulis Karya Ilmiah Remaja,
(Semarang: CV. Pilar Nusantara
Zaini, Ahmad. 2013 Urgensi Bimbingan dan Konseling bagi remaja
(Upaya Pencegahan Terhadap Perilaku Menyimpan. Jurnal Bimbingan dan
Konseling. 4 (2)
Nuraisya, Wahyu dan YuliaWati, Dwi. 2012. Komunikasi dan Konseling
(Feminisme)=Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish,
Sajidan, H. 2008. Jurnal Penelitian Forum Komunikasi Pengembangan
Profesi Pendidikan Kota Surabaya. Surakarta: Forum Komuniaksi Guru
Pengawas Surakarta
Andrisoesilo. 2015. “Remaja (Konsep Diri ) Bimbingan dan Konseling”.
Diakses dari https://andrisoesilo.blogspot.com/2015/11/bimbingan-konseling-
remaja-konsep-diri-positif.html,
Susanto, Ahmad. 2018. Bimbingan dan Konseling di Sekolah (konsep teori
dan aplikasinya), Jakarta: Prenadamedia Group

10

Anda mungkin juga menyukai