Oleh :
Adela Nofira
Esi Zarisman
Maisaroh
Wely Hespalini
2020
KATA PENGENTAR
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca.
Pekanbaru, 2020
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................iii
B.Rumusan Masalah..................................................................................iii
C.Tujuan penulis........................................................................................iv
A.Kesimpulan............................................................................................9
B.Saran......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iii
Rumusan Masalah
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah KONSELING ANAK DAN REMAJA dan juga untuk melatih dalam
membuat karya ilmiah serta untuk menambah wawasan bagi penulis, dan
pembaca tentang “KONSEP BIMBINGAN DAN KONSELING REMAJA”.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1
Taufiqur, Rahman, Kiat-Kiat Menulis Karya Ilmiah Remaja, (Semarang: CV. Pilar Nusantara,
2018, hlm. 55
2
Ahmad Zaini, “Urgensi Bimbingan dan Konseling bagi remaja (Upaya Pencegahan Terhadap
Perilaku Menyimpan” Bimbingan dan Konseling. Vol. 4 No.2, 2013, hlm. 373
3
Wahyu Nuraisya, Dwi Yuliawati, Komunikasi dan Konseling (Feminisme)=Dalam Pelayanan
Kebidanan, (Yogyakarta: Deepublish, 2012), hlm. 89
1
B. KONSEP DIRI PADA REMAJA
Konsep diri menurut Depdikbud (1994: 520), terdiri dari dua kata, konsep
dan diri. Konsep adalah gambaran mental dari objek, sedangkan diri menurut
Depdikbud adalah “orang”. Jadi definisi konseptual konsep diri adalah gambaran
mental seseorang. Definisi operasional konsep diri adalah pandangan dan
perasaan tentang diri sendiri (persepsi diri). Diri menurut Hutagalung (2007:21)
adalah “ semua ciri jenis kelamin, pengalaman, latar belakang budaya,
pendidikan, dan sebagainya yang melekat pada diri seseorang. Makin dewasa dan
makin tinggi kecerdasan seseorang maka makin mampu ia menggambarkan
dirinya sendiri, makin baik konsep dirinya”.
4
Andrisoesilo, “Konseling Remaja (Konsep Diri ) Bimbingan dan Konseling”, diakses dari
https://andrisoesilo.blogspot.com/2015/11/bimbingan-konseling-remaja-konsep-diri-positif.html,
pada 2015
2
Agustiani. H (2006) menjelaskan bahwa konsep diri terbentuk dari
gambaran diri yang pembentukannya dari proses bertanya pada diri sendiri.
“siapakan saya?”, “apa peran saya dalam kehidupan?”. Dan lain-lain. jawaban dari
pertanyaan tersebut akan membentuk konsep diri. 5
a. Pengetahuan
5
H. Sajidan, Jurnal Penelitian Forum Komunikasi Pengembangan Profesi Pendidikan Kota
Surabaya, (Surakarta: Forum Komuniaksi Guru Pengawas Surakarta, 2008), hlm. 50
3
b. Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya, secara
fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, agama dan lain
sebagainya.
c. Harapan
Pada saat-saat tertentu, individu yang mempunyai satu aspek
pandangan tentang kemungkinan dirinya menjadi apa di masa depan.
Singkatnya, individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk
menjadi diri yang ideal. Diri yang ideal sangat berbeda pada masing-
masing individu.
d. Penilaian
Di dalam penilaian, individu berperan sebagai penilai tentang dirinya
sendiri. Pakah bertentangan dengan "Siapakah Saya", Pengharapan
Bagi Individu “ Seharusnya saya Menjadi apa?”. Hasil penilaian
tersebut disebut harga diri. Semakin tidak sesuai antara harapan dan
standar diri, maka akan semakin rendah harga diri seseorang.6
Keadaan remaja pada masa kini bila tidak ada bimbingan dan arahan akan
semakin mengkhawatirkan. Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan
diberbagai bidang termasuk kemajuan teknologi informasi apabila tidak ada
pengawasan dan kontrol dari pemangku kebijakan akan memberikan dampak yang
negatif bagi semua pihak. Pada dasarnya keadaan remaja dari dulu hingga
sekarang problematika yang dihadapinya tidak terlalu jauh berbeda, namun yang
membedakan adalah faktor penyebab pada masa sekarang ini dan pada masa-masa
yang akan datang pastinya lebih kompleks lagi. Adapun beberapa problematika
yang dihadapi para remaja adalah sebagai berikut:
4
Setiap remaja memikirkan hari depannya, ia ingin mendapat
kepastian, akan jadi apakah ia nanti setelah tamat. Pemikiran akan
hari depan itu semakin memuncak dirasakan oleh mereka yang
duduk di bangku universitas atau mereka yang berada di dalam
kampus. Tidak jarang kita mendengar kalimat-kalimat yang
memantulkan kecemasan akan hari depan itu, misalnya: “hari depan
suram”, “buat apa belajar, toh sama saja yang berijazah dan tidak
berijazah sama-sama tidak dapat bekerja” dan sebagainya
b. Masalah Moral dan Agama
Tampaknya masalah ini semakin memuncak, terutama di kotakota
besar barangkali pengaruh hubungan dengan kebudayaan asing
semakin meningkat melalui film, bacaan, gambar-gambar dan
hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang datang dengan
berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai
oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak
didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan,
waktu dan tempat. Keadaan nilai yang berubah-ubah itu
menimbulkan kegoncangan pula, karena menyebabkan orang hidup
tanpa pegangan yang pasti.Nilai yang tetap dan tidak berubah
sepanjang zaman, tidak dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan
c. Masalah Hubungan dengan Orang Tua
Hal inipun termasuk masalah yang dihadapi oleh remaja dari dulu
sampai sekarang. Seringkali terjadi pertentangan pendapat antara
orang-tua dan anak-anaknya yang telah remaja atau dewasa. Kadang-
kadang hubungan yang kurang baik itu timbul, karena remaja
mengikuti arus dan mode: seperti rambut gondrong, pakaian kurang
sopan, lagak lagu dan terhadap orang tua kurang hormat. Dalam
pengalaman saya merawat orang-orang yang menderita jiwa, banyak
saya jumpai ketidakserasian hubungan antara remaja dan orang
tuanya; yang menderita bukan remaja saja, tapi orang tua kadang-
kadang lebih menderita lagi. Ada remaja yang patah semangat,
mogok belajar, menjadi nakal, melawan kepada orang tua, merusak
5
barang-barang di rumah, lari dari rumah, benci kepada orang tua,
bahkan kadangkadang samapai kepada niat akan membunuh orang
tuanya karena sangat panik.7
a. Pemahaman.
Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan
emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih
memilih kontrol rasional ketimbang perasaan dan tindakan.
b. Berhubungan dengan orang lain.
Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan
yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain, misalnya, dalam
keluarga atau di tempat kerja.
c. Kesadaran diri.
Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini
ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat
berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.
d. Penerimaan diri.
Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh
kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek
kritik diri dan penolakan.
7
Ahmad Zaini, “Urgensi Bimbingan dan Konseling bagi remaja (Upaya Pencegahan Terhadap
Perilaku Menyimpan” Bimbingan dan Konseling. Vol. 4 No.2, 2013, hlm 374
8
Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah (konsep teori dan aplikasinya), Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018, hlm.165
6
e. Aktualisasi diri atau individuasi.
Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi
bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.
f. Pencerahan.
Membantu klien mencapai kondisi spiritual yang lebih tinggi.
g. Pemecahan masalah.
Menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak bisa dipecahkan
oleh klien seorang diri. Menuntut kompetensi umum dalam pemecahan
masalah.
h. Pendidikan psikologi.
Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami
dan mengontrol tingkah laku.
i. Memiliki keterampilan sosial.
Mempelajari dan menguasai keterampilan sosial dan interpersonal
seperti mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan,
asertif, atau pengendalian kemarahan.
j. Reproduksi dan aksi sosial.
Menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas untuk
peduli terhadap orang lain, membagi pengetahuan, dan
mengkontribusikan kebaikan bersama melalui kesepakatan politik dan
kerja komunitas
7
e. menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya dan
kepentingan masyarakat
f. menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya,
g. mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara
optimal.9
BAB III
PENUTUP
9
Ahmad Zaini, “Urgensi Bimbingan dan Konseling bagi remaja (Upaya Pencegahan Terhadap
Perilaku Menyimpan” Bimbingan dan Konseling. Vol. 4 No.2, 2013, hal. 380
8
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
9
Rahman, Taufiqur. 2018. Kiat-Kiat Menulis Karya Ilmiah Remaja,
(Semarang: CV. Pilar Nusantara
Zaini, Ahmad. 2013 Urgensi Bimbingan dan Konseling bagi remaja
(Upaya Pencegahan Terhadap Perilaku Menyimpan. Jurnal Bimbingan dan
Konseling. 4 (2)
Nuraisya, Wahyu dan YuliaWati, Dwi. 2012. Komunikasi dan Konseling
(Feminisme)=Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish,
Sajidan, H. 2008. Jurnal Penelitian Forum Komunikasi Pengembangan
Profesi Pendidikan Kota Surabaya. Surakarta: Forum Komuniaksi Guru
Pengawas Surakarta
Andrisoesilo. 2015. “Remaja (Konsep Diri ) Bimbingan dan Konseling”.
Diakses dari https://andrisoesilo.blogspot.com/2015/11/bimbingan-konseling-
remaja-konsep-diri-positif.html,
Susanto, Ahmad. 2018. Bimbingan dan Konseling di Sekolah (konsep teori
dan aplikasinya), Jakarta: Prenadamedia Group
10