Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONSELING REMAJA

Dosen Pengampu: Nani Barorah Nasution S.Psi, MA

DISUSUN OLEH :
Nama : Ilham Firmansyah Panjaitan
Aditia Kharisma Meliala
Pranuda Novand SG
Kelas : BK Reguler D-2018

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Segala puja bagi Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena dengan
rahmat dan karuniaNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Konseling Remaja.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak.
Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 22 februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4
C. Manfaat.........................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian remaja menurut Psikologi..........................................................................5
B. Pengertian remaja menurut Pendidikan......................................................................5
C. Pengertian remaja menurut Bimbingan dan Konseling...............................................6
D. Tugas tugas perkembangan remaja..............................................................................7
E. Faktor Faktor Pembentuk Perilaku Remaja................................................................7
F. Masa Perkembangan Remaja........................................................................................10
G. Mengenal Remaja generasi Z diera Digitalisasi...........................................................11
BAB III...................................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................................14
A. KESIMPULAN............................................................................................................14
B. SARAN........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
terus berlangsung sampai dewasa, sebelum memasuki masa dewasa setiap
individu melewati fase-fase perkembangan  termasuk perkembangan pada masa
remaja. Masa remaja ini merupakan masa transisi  atau peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan
sosial-emosional (Santrock, 1995).
Perubahan-perubahan pada masa remaja sangat membingungkan oleh
remaja saat mereka menjalaninya. Pertumbuhan dan perkembangan yang dramatis
di dalam tubuh seorang remaja menimbulkan kekhawatiran yang akut akan tubuh
mereka dan menimbulkan berbagai pertanyaan, keraguan dan ketakutan. Dalam
proses perkembangan kematangan psikologis dan biologis remaja kerap
menghadapi ketegangan dan kekhawatiran. Remaja mengalami perasaan labil,
mencoba sesuatu hal yang baru dan sering melakukan sesuatu tanpa berpikir
panjang. Karena pada masa ini juga dikenal dengan masa pencarian jati diri
diperlukan pengetahuan bagaimana perkembangan psikologi masa remaja dan
bagaimana masa ini terlewati dengan berbagai kesulitan sehingga dengan
mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang
timbul pada masa remaja dalam keseharian bermasyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan remaja menurut pandangan psikologi?
2. Apakah yang dimaksud dengan remaja menurut pandangan pendidikan?
3. Apakah yang dimaksud dengan remaja menurut pandangan bimbingan dan
konseling?
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian remaja menurut pandangan psikologi
2. Untuk mengetahui pengertian remaja menurut pandangan pendidikan
3. Untuk mengetahui pengertian remaja menurut pandangan bimbingan dan
konseling
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian remaja menurut Psikologi


Piaget (dalam Hurlock, 1999), mengatakan bahwa secara psikologis masa
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia
dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua,
melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam
masalah hak. Hurlock (1999), menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat anak secara

seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal
anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga
12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula
pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang
dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual
seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya
suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat
menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga. 

B. Pengertian remaja menurut Pendidikan

Remaja adalah suatu proses perkembangan yang dialami seseorang ketika


memasuki usia 12 tahun – 22 tahun, pada masa ini disebut juga masa peralihan
dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hal ini sering membuat bingung baik
oleh si remaja sendiri dan orang tua. Begitu juga, orang tua sering kali tidak tahu
harus berbuat apa kepada anak remajanya yang sepertinya mulai nakal. Oleh
karena itu, peran yang diberikan pendidikan kepada remaja sebagai penerus
kehidupan bangsa masih tetap melekat, bahkan semakin dituntut.

Peran demikian tentu saja tidak dengan sendirinya bisa terjadi, tetapi
menuntut adanya konsekuensi-konsekuensi yang serius, antara lain
mempersiapkan para remaja untuk dapat melakukan eksistensinya secara
fungsional. Berbagai kegiatan sistematik dan berkelanjutan untuk mempersiapkan
para remaja agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal perlu dilakukan.
Kegiatan pendidikan, latihan, dan pemberian keterampilan bagi para remaja
menjadi hal yang perlu diupayakan.

C. Pengertian remaja menurut Bimbingan dan Konseling


Masa remaja merupakan masa yang tersulit dalam hidup seseorang. Masa
remaja ini dianggap sebagai periode badai dan tekanan, yaitu suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan psikis.
Hurlock (1980) mengatakan bahwa dalam pandangan orang dewasa remaja
seringkali menjadi sasaran dari rasa cemas dan frustrasi, bahkan sampai saat ini
masa remaja sering dipandang sebagai masa yang menegangkan dan menyulitkan.

Masa krisis pada remaja terjadi ketika remaja harus menemukan identitas
dirinya dan mengembangkan potensi dirinya dengan tepat (Hurlock, 1980).
Erikson (dalam Santrock, 2007) berpendapat bahwa masa remaja merupakan
masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point(poin penting) dari
pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah
memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini. Erikson memandang
pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode
saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, dan
mampu menjawab pertanyaan siapa saya. Erikson mengingatkan bahwa kegagalan
remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi
perkembangan dirinya. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa
identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan
kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang
menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri
(mengisolasi diri) dari masyarakat.

D. Tugas tugas perkembangan remaja


Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya sikap dan
meninggalkan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk kemampuan
bersikap dan perilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan
masa remaja, menurut Hurlock (Asrori, 2004:10) adalah berusaha:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang
sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota anggota
masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua
h. Mengembakan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.

E. Faktor Faktor Pembentuk Perilaku Remaja


1. Faktor Internal
Merupakan potensi yang sudah ada pada diri seseorang sejak lahir.
Maryana mengungkapkan harga diri dan kecerdasan merupakan faktor
internal yang paling berpengaruh terhadap perilaku sosial. Harga diri
yaitu sejauh mana individu memandang dan menghargai dirinya sendiri
sehingga ia mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan
sosialnya. Menurut Krech (dalam Maryana,2006) peningkatan derajat
harga diri dapat membawa seseorang kepada inisiatif sosial, sedangkan
penurunan derajat harga diri dapat membawa seseorang pada sifat agresif
dan tidak bersahabat. Faktor kecerdasan yaitu kemampuan secara
kognitif yang dimiliki oleh individu. Seseorang dapat berperilaku baik,
bergaul secara efektif apabila ia memiliki kecerdasan sosial. Melalui
kemampuan seseorang mampu menangkap pesan-pesan dari suatu
perilaku serta mampu memahami perilaku sosial yang harus di tampilkan
dalam hubungan sosial.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari pengalaman atau
lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku sosial siswa antara lain:
1) Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan
manusia dan yang paling dekat, tempat belajar dan menyatakan diri
sebagai manusia sosial didalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya. Hubungan dengan anggota keluarga mempengaruhi
perilaku sosial anak terhadap orang lain diluar lingkungan rumah.
Perilaku dan sikap sosial mencerminkan perlakuan yang baik dan
diterima dirumah (Aziz, 2015).
2) Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran,dan latihan
dalam rangka membantu siswa agar mampu mandiri dan mampu
mengembangkan potensi dirinya baik aspek moral, spiritual,
intelektual, emosional, maupun sosial. Sekolah merupakan faktor
penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam berfikir,
bersikap maupun berperilaku (Hurlock). Sekolah mempunyai
peranan dan tanggung jawab dan membantu siswa dalam mencapai
tugas perkembangannya (Baskoro, 2010).
3) Teman sebaya
Proses sosialisasi remaja dengan teman sebaya menurut Hurlock yaitu:
a) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, artinya dalam
kelompok terdapat aturan bagi anggota kelompoknya misalnya
komunikasi dengan baik dan menarik dan dapat dimengerti
kelompoknya.
b) Belajar memainkan peran yang dapat diterima, artinya aturan kelompok
memiliki kebiasaan yang telah ditentukan dan disepakati oleh
anggotanya.
c) Perkembangan sikap sosial, artinya remaja dituntut untuk bergaul
dengan baik dan harus menyukai orang lain dan aktivitas sosial
kelompoknya (Qomariah, 2010).
4) Media massa
Pesatnya kemajuan tehnologi memudahkan remaja untuk memperoleh
informasi dan komunikasi dengan cepat. Media massa berupa perangkat
komunikasi mempunyai peranan dalam mengembangkan perilaku sosial
remaja, misalnya televisi, internet proses peniruan dapat dilakukan remaja
dalam kehidupan sosialnya apabila dominan pada televisi. Hal ini bukan
hanya menimbulkan dampak positif tetapi juga dampak negatif bagi
perkembangan perilaku sosial remaja (Adwitiya,2015).
F. Masa Perkembangan Remaja

Menurut (Sarwono, 2012) ada tiga tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa, antara lain:

1. Remaja awal (Early Adolescence)

Masa remaja awal berada pada rentang usia 10-13 tahun ditandai dengan
adanya peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik, sehingga
intelektual dan emosional pada masa remaja awal ini sebagian besar pada penilaian
kembali dan restrukturisasi dari jati diri. Pada tahap remaja awal ini penerimaan
kelompok sebaya sangatlah penting (Aryani, 2010).

2. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Masa remaja madya berada pada rentang usia 14-16 tahun ditandai dengan
hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, dimana timbulnya
keterampilanketerampilan berpikir yang baru, adanya peningkatan terhadap
persiapan datangnya masa dewasa, serta keinginan untuk memaksimalkan emosional
dan psikologis dengan orang tua (Aryani, 2010).

3. Remaja akhir (Late Adolescence)

Masa remaja akhir berada pada rentang usia 16-19 tahun. Masa ini
merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapain
lima hal, yaitu:

a. Minat menunjukkan kematangan terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Ego lebih mengarah pada mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain
dalam mencari pengalaman baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang permanen atau tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan


keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e. Tumbuh pembatas yang memisahkan diri pribadinya (Private Self) dengan


masyarakat umum (Sarwono, 2012).
G. Mengenal Remaja generasi Z diera Digitalisasi
Berdasarkan temuan kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), remaja
Indonesia adalah pengguna media sosial yang paling aktif. Remaja yang dimaksud adalah
remaja berusia 9-19 tahun yang sebanyak 65,34 persen telah menggunakan media sosial,
sedangkan usia 20-29 tahun mencapai 75,95 persen.

Berdasarkan temuan tersebut, bila merujuk pada definisi remaja menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional(BKKBN) bahwa rentang usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah, maka dapat dikatakan interaksi media sosial di
Indonesia didominasi oleh kelompok remaja yang kebanyakan memanfaatkan media
sosial untuk mencari relasi,hiburan dan referensi di dunia digital. Dapat dikatakan remaja
sekarang merupakan generasi digital native sebuah generasi yang sudah sangat adaptif
terhadap perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama media
sosial, hal ini yang kemudian membentuk perilaku remaja pada satu generasi di masing-
masing zamannya.

Di Indonesia saat ini terdapat empat generasi yang masih hidup dalam kurun
waktu 100 tahun yang akan, masih atau telah beraktivitas diberbagai sektor kehidupan
yaitu generasi baby boomers, generasi X, generasi Y (milanial) hingga generasi Z.
Generasi baby boomers adalah generasi yang lahir pada rentang waktu 1930-1966.
Remaja baby boomers pada masanya lebih banyak mendengarkan radio atau membaca
media cetak dalam mencari informasi. Selanjutnya adalah generasi X yaitu generasi yang
lahir pada kurun waktu 1967-1980. Remaja pada generasi ini mengenal perangkat
komputer dan meyakini bahwa tehnologi tersebut dapat mempermudah kehidupan
manusia di dunia. Komputer sendiri baru masuk di Indonesia pada tahun  1967 dan lebih
banyak dimanfaatkan oleh instansi pemerintahan untuk mempermudah urusan
administrasi.
Setelah generasi X, adapula generasi Y, yaitu generasi milenial yang lahir kurun
waktu 1980-1995. Generasi Y merupakan remaja yang hidup di era komputer yang sudah
bisa di akses di rumah, di sekolah maupun di warung internet (Warnet). Generasi Y
adalah generasi yang dibesarkan oleh perkembangan game online, gadget,smartphones,
internet dan media sosial. Hal ini membuat generasi Y menjadi generasi yang hidup
dalam fasilitas teknologi terkomputerisasi yang memudahkan remaja generasi ini untuk
mendapatkan informasi secara cepat.

Adapula generasi Z atau yang sering disebut sebagai generasi Post


Milenial atau information Generation (iGeneration) adalah remaja yang lahir di awal
tahun 1995-2000an. Sejak bayi, generasi Z terbiasa dengan keberadaan dan manfaat
teknologi, bahkan smartphone sudah menggantikan permainan tradisional. Banyak
generasi Z yang bahkan baru lahir telah dibuatkan akun media sosial oleh orang tua
mereka.Bagi generasi Z kemajuan teknologi bukanlah hal besar, tidak seperti
generasi baby boomers, generasi X dan generasi Y yang kadang-kadang masih takjub
dengan dengan perkembangan teknologi terkini.
Lahir di era digital membuat generasi Z mudah untuk beradaptasi dengan situasi
apapun. Dengan kemampuan beradaptasi tersebut membuat generasi Z memiliki
wawasan luas, ambisius dalam berkarir dan kecenderungan berpikir instan. Selain itu
generasi Z adalah generasi yang haus akan pengakuan, cinta kebebasan, menghargai
perbedaan dan teliti kepada sesuatu yang detail.

Bila merujuk pada definisi remaja menurut BKKBN yaitu berusia 10-24 tahun
maka saat ini remaja Indonesia bukanlah generasi milenial tetapi mayoritas merupakan
generasi Z. Proyeksi BPS menujukkan bahwa pada tahun 2018 jumlah laki-laki generasi
Z sebanyak 34.207.900 sedangkan perempuan 32.737.000 orang dengan total generasi Z
dari kedua jenis kelamin tersebut sebanyak 66.944.900 orang atau sama dengan 24,9
persen dari 265 juta jumlah penduduk di Indonesia, dan jumlah ini akan terus meningkat
bertambah pada tahun 2019. Di tahun 2020,proporsi generasi Z semakin membesar dan
akan mulai masuk dunia kerja, dunia pendidikan tinggi dan mulai memikirkan
membangun rumah tangga. Untuk itu kita perlu memahami kecenderungan perilaku
setiap generasi agar nantinya dapat memberikan perlakuan sesuai dengan yang
dibutuhkan generasi tersebut.

David Stillman dan Jonah Stillman penulis “Gen Z at work:How the Next


Generation Is Transforming the Workplace” menyebutkan ada 7 sifat khas generasi Z
yang perlu diketahui yaitu:
 Figital: Remaja generasi Z mengganggap dunia nyata dengan dunia virtual merupakan
sesuatu yang terintegrasi, karena dunia virtual sendiri merupakan realitas bagi generasi Z.
Generasi Z mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan digital terbaru bahkan mereka
mampu memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi dengan bantuan teknologi
 Hiper – Kustomisasi: Remaja generasi Z sangat berupaya keras agar dikenal dunia
sebagai individu yang beda,menarik dan unik
 Realistis : Remaja generasi Z sangat praktis dan pragmatis dalam berkarir. Generasi Z
hanya ingin menjalankan sesuatu yang memang sesuai keinginan,kemampuan dan kebutuhan
mereka
 FOMO : Remaja Generasi Z yang selalu dibanjiri informasi menjadi sangat takut jika
melewatkan tren atau tertinggal sesuatu yang baru
 Weconomist: Remaja generasi Z adalah generasi yang hidup di era semangat ekonomi
berbagi mulai dari munculnya start up dan bisnis sosial. Hal ini membentuk generasi Z selalu
berharap bahwa sebuah perusahaan idealnya tidak hanya berpikir mencari untung tetapi
seharusnya memberikan kontribusi positif kepada seluruh aspek kehidupan
 DIY: Remaja generasi Z adalah generasi Do-it-yourself (DIY) atau generasi yang ingin
melakukan sesuatu secara sendiri dan mandiri
 Terpacu: Remaja generasi Z merupakan generasi yang terpacu oleh teknoligi, informasi,
kompetisi, situasi ekonomi,dinamika politi, pergeseran tradisi dan didikan orangtua dari generasi
X untuk menjadikan mereka lebih mandiri.
Generasi Z memiliki karatersitik yang berbeda dari pendahulunya termasuk generasi milenial.
Generasi Z adalah remaja Indonesia yang hidup dan berkembang saat ini. Perilaku,budaya dan
gaya hidup dibentuk oleh kecanggihan teknologi informasi. Terkait hal tersebut, BKKBN dan
Forum Genre perlu kerja keras untuk memahami dan memetakan generasi Z untuk mendapatkan
perhatiannya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa remaja merupakan masa yang tersulit dalam hidup seseorang. Masa remaja
ini dianggap sebagai periode badai dan tekanan, yaitu suatu masa dimana ketegangan
emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan psikis. Pada masa ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan
idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. 
B. SARAN
Remaja harus mulai dapat mengenali dirinya dan mulai mengembangkan potensi
dirinya agar tidak terjerumus ke perilaku yang menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Grasindo, 2008
Gunarsa, S.D., dan Gunarsa, Y.S., Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2001 Hurlock, E.B.,
Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta:
Erlangga, 1993 Jahja, Yudrik,
Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta: PT Rajawali Press, 2006

Anda mungkin juga menyukai