Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBAGAN PESETA DIDIK


ISU-ISU PERMASALAHAN MASA REMAJA DAN SOLUSINYA
Dosen Pengampu : Dr. Sarwan, M.Pd.

Disusun oleh :

KELOMPOK 9

1. Fatimatus Zahro 224101090015


2. Qurrotul Uyun 224101090002
3. Maulana Arif Nusqi 000101090045

PRODI TADRIS IPS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Teriring
doa serta rasa syukur alhamdulillah atas kehadirat sang Illahi Rabbi Tuhan penguasa alam,
yang telah memberikan rahmat, taufiq, inayah, hidayah, serta keterbukaan hati dan pikiran.
Sehingga semua nikmat yang telah dianugerahkan dalam bentuk akal sehat ini penulis
mampu mengolah pengetahuan menjadi tulisan dalam menyelesaikan makalah Perkembangan
Peserta Didik ini.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda Nabi agung
yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang telah mengantarkan umatnya dari zaman kebodohan
menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan yaitu ad-diinul islam.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian dan pembahasan dalam makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang penulis miliki. Untuk itu disini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca.

Jember, 24 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB 1 : PENDAHULUAN .......................................... ..................................................... iii
1. Latar belakang ...................................................................................................... iii
2. Rumusan masalah ................................................................................................. iii
3. Tujuan ................................................................................................................... iv
BAB 2 : PEMBAHASAN .................................................................................................... 1
1. Perkembangan remaja ........................................................................................... 1
2. Permasalahan dan akibat remaja ........................................................................... 4
3. Solusi masalah remaja ........................................................................................... 6
BAB 3 : PENUTUP .............................................................................................................. 8
1. Kesimpulan ............................................................................................................ 8
2. Saran ....................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa pubertas dimana


perkembangan fisik dan mental berkembang secara pesat. Masa remaja merupakan awal dari
proses menuju kedewasaan. Pada masa inilah individu sering mengalami pergejolakan dalam
dirinya. Emosi yang tak terkontrol (labil) merupakan ciri khas dalam proses perkembangan
remaja. Orang tua, lingkungan, dan pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh dalam
pembentukan mental para remaja. Tidak semua individu bisa melalui masa remaja dengan hal
positif dan berkembang menjadi orang dewasa yang berpikiran matang, cerdas, dan kritis.
Sebagian remaja justru terjebak dalam hal-hal negatif seperti pergaulan bebas, narkoba,
kekerasan, dan lain sebagainya.
Di zaman globalisasi seperti saat ini, kenakalan remaja ataupun masalah sosial yang
melibatkan remaja merupakan suatu hal yang tidak asing lagi bagi kita. Seringkali kita
mendengar berita-berita mengenai kenakalan dan kekerasan yang terjadi pada remaja. Salah
satunya seperti kasus penusukan seorang siswa SMA berusia 16 tahun oleh teman sekelasnya
yang dipicu oleh hal sepele, yaitu berebut bangku. Ironis memang, apalagi kejadian ini terjadi
ketika jam pelajaran sedang berlangsung di kelas dan disaksikkan oleh guru dan teman
sekelasnya.
Dari kasus tersebut tergambar jelas bahwa remaja merupakan individu yang sangat emosional
dan tidak ragu untuk meluapkan emosinya dalam bentuk hal-hal negatif. Peranan orang tua,
sekolah, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menghindarkan remaja dari hal-hal negatif
serta membimbing, mengarahkan, dan mengawasi perkembangan remaja terutama
perkembangan psikis atau mental para remaja.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan remaja?
2. Hal apa saja yang dapat memicu terjadinya perilaku-perilaku negatif pada remaja?
3. Apa saja yang dapat dilakukan untuk menghindarkan remaja dari perilaku negatif?

iii
3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah
sebagai berikut:
1.Mengetahui cara perkembangan remaja,
2.Menjelaskan dan mendeskripsikan hal-hal yang menyebabkan perilaku negatif pada remaja,
3.Memberikan solusi-solusi untuk menghindarkan remaja dari perilaku negatif.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Remaja
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja
merupakan masa yang banyak menarik perhatian, karena sifat-sifat khas dan peranannya yang
menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Ditinjau dari sisi
psikologis, hakikat utama masa remaja adalah menemukan jati dirinya sendiri, meneliti sikap
hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru menuju pribadi yang dewasa (Ahmadi,
1997:41).

1. Pengertian Perkembangan
Berikut merupakan pengertian perkembangan yang dikemukakan oleh beberapa ahli,
yaitu:
Prof. Dr. F.J. Monks, dkk mengartikan perkembangan sebagai suatu proses ke arah yang
lebih sempurna dan tidak dapat terulang kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai
proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih
tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
a. Desmita mendefinisikan
Perkembangan tidak terbatas pada pengertian perubahan secara fisik, melainkan di
dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan secara terus menerus dari fungsi-fungsi
jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan, melalui
pertumbuhan dan belajar (Desmita, 2005:4).
b. Menurut Harlimsyah
Perkembangan adalah segala perubahan yang terjadi pada individu dilihat dari berbagai
aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif, dan psikososial.

Menurut Zein perkembangan merupakan perubahan-perubahan psiko, fisik sebagai hasil dari
proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak ditunjang oleh faktor lingkungan
dan proses belajar dalam masa waktu tertentu menuju kedewasaan (digilib.unimus.ac.id).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan suatu
proses perubahan individu baik fisik, psikis, dan kognitifnya menuju kedewasaan yang terjadi
seumur hidup.
1
2. Teori-teori Perkembangan Remaja
Perkembangan remaja bersifat kompleks dan mempunyai banyak sisi. Walaupun tidak
ada satu teori pun yang mampu menjelaskan semua aspek perkembangan remaja, setiap teori
telah memberikan sumbangan penting tentang pemahaman tentang perkembangan remaja ini.
Ada empat teori utama mengenai perkembangan remaja yaitu psikoanalisis, kognitif, belajar
sosial dan tingkah laku, serta teori ekologi (Santrock, 2003:42).
a. Teori Psikoanalisis
Bagi ahli psikoanalisis, perkembangan terutama tidak disadari. Artinya di luar kesadaran
dan sangat diwarnai oleh emosi. Mereka percaya bahwa tingkah laku hanyalah ciri
permukaan, dan untuk betul-betul memahami perkembangan kita harus mengaalisis arti
simbolik tingkah laku dan kerja pikiran yang terdalam. Dua teori psikoanalisis penting adalah
dari Freud dan Erikson. Freud mengatakan bahwa kepribadian terdiri dari tiga struktur
yaitu id, ego, dan superego. Tuntutan yang saling bertentangan dari struktur kepribadian
remaja menimbulkan rasa cemas. Freud yakin bahwa masalah berkembang karena
pengalaman di masa kecil. Ia mengatakan bahwa individu melalui lima tahap psikoseksual
yaitu oral, anal, falik, latensi, dan genital. Erikson mengembangkan teori yang menekankan
delapan tahap perkembangan psikososial yaitu percaya vs tidak percaya, otonomi vs rasa
malu dan ragu-ragu, inisiatif vs rasa salah, industry vs inferioritas, identitas vs kekacauan
identitas, intimasi vs isolasi, generativitas vs stagnasi, dan integritas vs rasa putus asa.
b. Teori Kognitif
Bila teori-teori psikoanalisis menekankan pentingnya pikiran remaja yang tidak disadari,
maka teori-teori kognitif mementingkan pikiran-pikiran sadar mereka. Dua teori kognitif
yang penting adalah teori perkembangan kognitif dari piaget dan teori pemrosesan informasi.
Piaget mengatakan bahwa remaja termotivasi untuk memahami dunia dan menyesuaikan
berpikirnya untuk mendapatkan informasi baru. Piaget mengatakan bahwa kita melalui empat
tahap perkembangan kognitif : sensorimotorik, pra-operasional, operasional konkrit, dan
operasional formal. Teori pemrosesan informasi berkaitan dengan bagaimana individu
memproses informasi tentang dunianya, mengeni bagaiman informasi masuk ke dalam
pikiran remaja, bagaimana informasi disimpan dan ditranformasi, dan bagaimana informasi
dikeluarkan kembali untuk memungkinkan berpikir dan pemecahan masalah.
c. Teori Tingkah Laku dan Belajar Sosial
Behaviorisme menekankan bahwa kognisi tidaklah penting dalam memahami tingkah
laku remaja.
2
Menurut B.F. Skinner (seorang ahli tingkah laku yang terkenal) perkembangan adalah
tingkah laku yang diobservasi, yang ditentukan oleh ganjaran dan hukuman dalam
lingkungan. Teori belajar sosial, dikembangkan oleh Albert Bandura dan lainnya,
menyatakan bahwa lingkungan merupakan determinan tingkah
laku yang penting, tetapi begitu pula proses kognitif. Menurut pandangan teori belajar sosial,
remaja mempunyai kemampuan untuk mengontrol tingkah laku mereka sendiri.
d. Teori Ekologi
Urie Bronfenbrenner mengusulkan pandangan tentang perkembangan anak yang sangat
berorientasi pada lingkungan, yang sekarang mendapat perhatian. Teori ekologi adalah
pandangan perkembangan sosial-kultural yang terdiri dari lima sistem lingkungan yang
berkisar dari masukan kecil dari interaksi langsung dengan agen sosial sampai pada masukan
dari budaya. Kelima sistem dalam teori Bronfenbrenner adalah sistem mikro, sistem meso,
sistem ekso, sistem makro, dan sistem krono.

3. Perkembangan Sosio-Emosional Remaja


Emosi banyak berpengaruh pada fungsi-fungsi psikis seperti pengamatan, tanggapan,
pemikiran, dan kehendak. Individu akan memberikan tanggapan positif terhadap suatu objek
jika disertai emosi yang positif, dan memberikan tanggapan negatif terhadap objek jika
disertai emosi yang negatif pula (Kemali, 2015:66).
Golleman (dalam Kemali, 2015) menyebutkan beberapa ciri utama pikiran emosional remaja
adalah sebagai berikut:
1. Respons yang cepat tetapi ceroboh
Dikatakannya bahwa pikran yang emosional itu ternyata jauh lebih cepat daripada pikiran
yang rasional karena pikiran emosional sesungguhnya langsung melompat bertindak tanpa
mempertimbangkan apapun yang akan dilakukannya. Karena kecepatannya itu sehingga
sikap hati-hati dan proses analitis dalam berpikir dikesampingkan begitu saja sehingga tidak
jarang sekali menjadi ccceroboh.
2. Mendahulukan perasaan kemudian
Pikiran Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lama
dibandingkan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul adalah
dorongan hati atau emosi, kemudian dorongan pikiran. Memperlakukan realitas sebagai
realitas simbolik
3. Logika pikiran emosional yang disebut juga logika hati bersifat asosiatif
3
Artinya memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sendiri. Oleh sebab
itu, seringkali berbagai perumpamaan, pantun, kiasan, gambaran, karya seni, novel, film,
puisi, nyanyian, opera, dan teater secara langsung ditujukan kepada pikiran emosional.
4. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang
Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa dengan
kenangan masa lampau yang mengandung muatan emosi maka pikiran emosional dan
menaggapinya dengan memicu perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang diingat.
Pikiran emosional akan bereaksi terhadap keadaan sekarang seolah keadaan itu adalah masa
lampau.
5. Realitas yang ditentukan oleh keadaan
Pikiran emosional individu banyak ditentukan oleh keadaan dan didiktekan oleh perasaan
tertentu yang sedang menonjol pada saat itu. Cara seseorang berpikir dan bertindak pada saat
merasa senang dan romantis akan sangat berbeda dengan perilakunya ketika sedang dalam
keadaan sedih, marah, atau cemas.

B. Masalah Remaja
Pada bagian pendahuluan makalah, penulis mengangkat sebuah masalah yang
dipandang sebagai bentuk perilaku negatif remaja yaitu kasus penusukan seorang siswa SMA
terhadap teman sekelasnya yang dipicu oleh masalah perebutan bangku. Emosi yang tidak
terkontrol antara kedua remaja yang bersiteru ini memicu terjadinya perkelahian yang
berujung pada penusukan yang dilakukan oleh Andrian Kaspari terhadap Yusuf Saputra.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja. Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian dapat
digolongkan menjadi 2 jenis delikuensi yaitu:
1. Delikuensi Situasional,
Perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan mereka untuk berkelahi.
Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara
cepat.
2. Delikuensi Sistematik,
Para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng.
Di sini ada aturan, norma, dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggotanya, termasuk
berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompoknya (Kemali, 2015:162).
4
Kasus penusukan yang disebutkan di atas merupakan salah satu bentuk delikuensi situasional.
Penusukan dilakukan sebagai salah satu bentuk upaya meluapkan emosi yang tidak
terkontrol.
Sifat individu yang berkaitan dengan emosional dapat dikatakan sebagai temperamen. Sifat-
sifat emosionl adalah bawaan (warisan/turunan), sehingga bersifat permanen dan tipis
kemungkinan untuk dapat berubah (Ahmadi, 1997).
Dari analisis mengenai kasus penusukan yang dilakukan seorang siswa SMA terhadap
teman sekelasnya serta berdasarkan teori yang telah diuraikan mengenai perkembangan
remaja, beberapa faktor yang menyebabkan siswa melakukan penusukan tersebut antara lain
adalah sebagai berikut:

a.Faktor Internal
1. Emosi yang tidak terkontrol
Kurangnya kecerdasan remaja
dalam mengontrol emosi yang meluap-luap berupa amarah, rasa sedih, maupun senang dapat
membuatnya berperilaku di luar kesadaran atau akal sehat. Remaja lebih cenderung
melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan akibatnya.
2. Kurangnya dasar-dasar keimanan
Agama merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diajarkan karena agama merupakan
salah satu benteng diri. Kurangnya pendidikan agama atau dasar-dasar keimanan dalam diri
remaja dapat membuat seorang remaja melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma,
moral, hukum, dan agama.

b.Faktor Eksternal
1. Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orang tua diterapkan. Jika seorang
anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan di dalam keluarganya maka setelah ia
tumbuh menjadi remaja, ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang
datang dari keluarganya (Kemali, 2015:169). Seperti halnya dalam kasus penusukan ini,
Andrian mengungkapkan bahwa ternyata ayahnya tengah menjadi seorang buronan karena
terlibat kasus pembunuhan. Artinya, telah terjadi kesalahan dalam proses pendidikan oleh
orang tua kepada anak.

5
2. Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup
berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Dalam
rangka pembinaan anak didik ke arah kedewasaan itu, kadang-kadang sekolah merupakan
penyebab timbulnya kenakalan remaja. Hal ini mungkin bersumber dari guru, fasilitas
pendidikan, norma-norma tingkah laku, interaksi dengan teman sekolah, dan lain sebagainya.
3. Media
Di zaman canggih seperti saat ini iformasi semakin mudah di dapat baik dari media cetak
maupun elektronik. Berbagai informasi yang bersifat positif atau negatif bisa dengan mudah
kita ketahui. Banyaknya berita-berita seperti kekerasan, pembunuhan, tawuran, dan lain
sebagainya merupakan salah satu pemicu seseorang dapat bertindak demikian terutama
remaja. Usia remaja merupakan usia labil dimana remaja masih cenderung dipengaruhi oleh
hal-hal atau informasi yang diperolehnya tanpa mempertimbangkan sisi positif dan
negatifnya.

C. Solusi Permasalahan Remaja


Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah kepribadian remaja yang
emosional dan mengatasi perilaku negatif remaja adalah sebagai berikut:
1. Memberikan Pendidikan Agama
Pendidikan agama yang kokoh dan melekat di jiwa dapat dijadikan sebagai pondasi dan
benteng yang kuat untuk meningkatkan keimanan di dalam diri remaja sehingga para remaja
dapat mengontrol emosinya serta bersikap lebih sabar dalam mengatasi segala masalah yang
dihadapinya. Pendidikan agama dapat diperoleh remaja dari keluarga maupun sekolah.
2. Keteladanan Keluarga
Setiap tingkah laku dan sikap yang ditunjukkan oleh remaja sebagian besar dipengaruhi oleh
keluarga. Pola asuh orang tua terhadap anaknya sangat menentukan perangai anak. Dalam
masalah ini, Adrian sebagai remaja pelaku penusukan mengatakan bahwa ayahnya menjadi
buronan polisi karena terlibat kasus pembunuhan. Dari sini dapat kita cermati bahwa adanya
ketidak harmonisan di dalam keluarga tersebut. Kurangnya perhatian, pengawasan, kasih
sayang, serta keharmonisan dalam keluarga dapat memicu perilaku negatif remaja. Hal yang
harus disadari adalah bahwa penstabil utama dari anak remaja bukanlah kewaspadaan atau
peraturan atau peringatan atau ancaman dari orang tua. Melainkan kekaguman anak pada
orang tua mereka, keinginan mereka untuk tumbuh dewasa seperti orang tuanya.
6
Untuk itu orang tua hendaknya memberikan perhatian, pengawasan, kasih sayang,
sertamenunjukkan
sikap-skap positif yang dapat diteladani oleh remaja sehingga para remaja tidak melakukan
tindakan-tindakan negatif.
Metode yang paling efektif untuk menjangkau anak remaja adalah melalui sikap
orang tua dan cara bicara. Tetapi hal ini tentu saja tidak mudah. Hal yang mudah bagi orang
tua adalah bersikap seperti siap berperang dan antagonis atau membicarakan usia dan
pengalaman mereka atau menyela dengan tidak sabar dan berbicara dengan merendahkan
diri. Anak muda sangat ingin diperlakukan seperti orang dewasa. Orang tua memiliki
tanggung jawab, akan berharga apabila orang tua mencoba menjaga level antara orang
dewasa dengan orang dewasa sebisa mungkin. Ini berarti menyediakan diri ketika mereka
ingin bicara, mendesak mereka supaya berbicara dengan bebas dan bukannya menyela
pembicaraan mereka, mendengarkan dengan tenggang hati dan penuh pengertian, bersikap
jujur, menunjukkan rasa humor, berusaha untuk santai (John, 2003:195-196).
Peran sekolah
3. Sekolah
Merupakan tempat memperoleh pendidikan selanjutnya bagi para remaja setelah
pendidikan yang didapat dalam keluarga. Sekolah tentu saja sangat berperan untuk
membentuk mental dan karakter remaja yang bermoral dan berintegritas. Sekolah
bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pengawasan, mendeteksi dan
menagani perilaku negatif remaja, serta menjalin komunikasi dengan para remaja. Dengan
hal-hal tersebut, diharapkan remaja akan menjadi individu yang matang dalam bersikap,
berpikir, dan berinteraksi, serta individu yang cerdas secara emosi maupun kognitif.
4. Peran Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial tempat remaja tinggal dan berinteraksi akan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan emosi dan tingkah laku remaja. Lingkungan yang buruk dan
cenderung memberikan hal-hal negatif akan membuat remaja melakukan tindakan –tindakan
negatif pula. Ini dikarenakan remaja merupakan individu yang sedang mengalami proses
perkembangan menuju kedewasaan dan mencari jati diri sehingga sangat mudah dipengaruhi.
Kebanyakan remaja tidak bisa mengontrol diri dan cenderung mengikuti hal-hal yang biasa
dilakukan oleh lingkungan sosialnya. Oleh sebab itu, remaja hendaknya dibesarkan dalam
lingkungan sosial yang baik sehingga akan tumbuh menjadi pribadi yang baik pula.

7
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Perkembangan merupakan proses menuju kematangan atau kedewasaan secara fisik,
psikis, dan kognitif yang terjadi seumur hidup.
Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian, karena sifat-sifat khas dan
peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa.
Perilaku negatif remaja terjadi karena kurangnya kontrol diri dan emosi yang masih labil
dalam diri remaja. Pengawasan dan perhatian dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan
sosial sangat dibutuhkan untuk membentuk remaja yang bertanggung jawab, cerdas secara
kognitif maupun emosional.

2. Saran
Masalah serta solusi yang dituangkan dalam makalah ini hanyalah salah satu dari
sekian banyak masalah yang menyangkut perkembangan peserta didik, dalam hal ini terutama
pada perkembangan remaja. Untuk itu diharapkan para pembaca untuk lebih mendalami dan
mengkritisi teori-teori perkembangan remaja dari referensi yang lain.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Munawar Sholeh. 1997. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Bransford, John D. 2003. The Best Year: Emosi Anak di Masa Remaja. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Santrock, John W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga

Syarif, Kemali. 2015. Perkembangan Peserta Didik. Medan: UNIMED Press


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-dimasajila-5137-3-bab2.pdf
(diakses 17 Oktober 2015, pukul 10:46 WIB)

Anda mungkin juga menyukai