Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH PANCASILA

“PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA II”

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PANCASILA

DOSEN PENGAMPUH : RACHMA DINI FITRIA,M.SI

DISUSUN OLEH

ANGGOTA KELOMPOK 08

1.Kamelia tsabata [222101090043]

2.madinatul munawaroh [222101090053]

3.Qurotul uyun [224101090002

PROGAM TADRIS IPS

FAKULTAS TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN KYAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia
dan hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Penulisan makalah ini ditujukan untuk, memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak luput dari kekurangan. Untuk itu,
kami menerima kritik dan saran yang mendukung penulisan makalah kami untuk menjadikannya
lebih baik. Dengan ini kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta memberi
pemahaman mengenai cara menyusun dan merinci kerangka karangan.

Jember 26.oktober 2022

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Dinameka dan tantangan pancasila sebagai sistem etika ......................... 2


B. Urganisasi ............................................................................................... 5
C. Implementasi pancasial sebagai sisitem etika di indonesia.................. ... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULIAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila memiliki peran-peran yang sangat penting bagi masyarakat berbangsa
dan bernegara di Indonesia. Peran pancasila sebagai dasar negara, pncasila sebagai cita -
cita bangsa, pancasila sebagai pedoman atau landasan hidup bagi bangsa Indonesia dan
pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia. Pancasila sebagai sistem etika tujuannya untuk
mengembangkan dimensi moral pada setiap individu sehingga dapat mewujudkan sikap
yang baik dalam berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Pancasila sebagai sistem
etika mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai pancasila, yaitu nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.Kelima nilai tersebut
membentuk perilaku manusia indonesia dalam semua aspek kehidupannya.Meskipun
nilai-nilai Pancasila merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial,
keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa indonesia, namun sebenarnya nilai-
nilai pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang disebut denamika dan tantangan pancasila sebagai sisitem etika?
2. Apa yang disebut urgansasi pancasiala sebagai sistem etika?
3. Apa yang disebut implementasi pancasila sebagai sistem etika indonesia?

C.TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dinamika dan tantangan pancasila sebagai sisitem etika.
2. Untuk mengeta pengertian urganisasipancasila sebagai sistem etika.
3. Untuk mengetahui pengertian implementasi pancasila sebagai sistem etika.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A.Dinamika Pancasila sebagai sistem etika

Dinamika Pancasila sebagai sistem etika akan mengalami ancaman diantaranya:

1) berubahnya tatanan kehidupan sosial dan budaya masyarakat,


2) lunturnya wibawa pemerintahan,
3) munculnya konsep ekonomi liberal dan kapitalisme,
4) penegakan hukum yang tidak menjungjung tinggi nilai-nilai keadilan, dan
5) pamanfaatan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk hal-hal
negative.

1.Alasan diperlukanya pancaila sebagai sistem etika

Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika Pancasila sebagai sistem etika
diperlukan dalam kehidupan politik untuk mengatur sistem penyelenggaraan negara.
Bayangkan apabila dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara tidak ada sistem etika yang
menjadi guidance atau tuntunan bagi para penyelenggara negara, niscaya negara akan hancur.
Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. korupsi akan bersimaharajalela karena para penyelenggara negara tidak memiliki rambu-
rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara negara tidak dapat
membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk (good and
bad). Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman atas kriteria baik (good)
dan buruk (bad). Archie Bahm dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan
buruk merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam
kehidupan manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu muncul.
Ketika seseorang menjadi pejabat dan mempunyai peluang untuk melakukan tindakan
buruk (korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu,
simpulan Archie Bahm, ”Maksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan” (Bahm, 1998:
58).
b. dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi muda sehingga
membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda yang tidak mendapat
pendidikan karakter yang memadai dihadapkan pada pluralitas nilai yang melanda
Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga mereka kehilangan arah. Dekadensi moral
itu terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi
justru nilai-nilai dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi moral, antara
lainpenyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat kepada
orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan para pelajar. Kesemuanya itu

2
menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan kehadirannya sejak dini, terutama
dalam bentuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
c. pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara di Indonesia
ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain. Kasus-
kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media, seperti penganiayaan
terhadap pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak
yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-lain.
Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai sistem etika belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, di samping diperlukan
sosialisasi sistem etika Pancasila, diperlukan pula penjabaran sistem etika ke dalam
peraturan perundang-undangan tentang HAM.
d. kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan manusia,
seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan datang, global
warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut menunjukkan
bahwa kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika belum mendapat
tempat yang tepat di hati masyarakat. Masyarakat Indonesia dewasa ini cenderung
memutuskan tindakan berdasarkan sikap emosional, mau menang sendiri, keuntungan
sesaat, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari perbuatannya. Contoh yang
paling jelas adalah pembakaran hutan di Riau sehingga menimbulkan kabut asap. Oleh
karena itu, Pancasila sebagai sistem etika perlu diterapkan ke dalam peraturan perundang-
undangan yang menindak tegas para pelaku pembakaran hutan, baik pribadi maupun
perusahaan yang terlibat.

2 . Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika

Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika. Beberapa argumen tentang
dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia
dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pertama, pada zaman Orde Lama, pemilu diselenggarakan dengan semangat


demokrasi yang diikuti banyak partai politik, tetapi dimenangkan empat partaipolitik,
yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI),
Partai Nahdhatul Ulama (PNU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tidak dapat
dikatakan bahwa pemerintahan di zaman Orde Lama mengikuti sistem etika
Pancasila, bahkan ada tudingan dari pihak Orde Baru bahwa pemilihan umum pada
zaman Orde Lama dianggap terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno menganut
sistem demokrasi terpimpin, yang cenderung otoriter.
b. Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk
penataran P-4. Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusiaIndonesia
seutuhnya sebagai cerminan manusia yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya dalam pandangan Orde

3
Baru, artinya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang secara
kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani, dan
makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk pribadi
memiliki emosi yang memiliki pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, dan
tanggapan emosional dari manusia lain dalam kebersamaan hidup. Manusia sebagai
mahluk sosial, memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera. Tuntutan
tersebut hanya dapat terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain, baik langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itulah, sifat kodrat manusia sebagai mahluk
individu dan sosial harus dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang
(Martodihardjo 1993: 171). Manusia Indonesia seutuhnya (adalah makhluk mono-
pluralis yang terdiri atas susunan kodrat: jiwa dan raga; Kedudukan kodrat: makhluk
Tuhan dan makhluk berdiri sendiri; sifat kodrat: makhluk sosial dan mahluk
individual. Keenam unsur manusia tersebut saling melengkapi satu sama lain dan
merupakan satu kesatuan yang bulat. Manusia Indonesia menjadi pusat persoalan,
pokok dan pelaku utama dalam budaya Pancasila. (Notonagoro dalam Asdi, 2003: 17-
18).
c. Ketiga, sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia demokrasi.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi tanpa dilandasi
sistem etika politik akan menjurus pada penyalahgunaan kekuasaan, serta
machiavelisme (menghalalkan segala cara untuk mencapi tujuan). Sofian Effendi,
Rektor Universitas Gadjah Mada dalam sambutan pembukaan Simposium Nasional
Pengembangan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan
Nasional (2006: xiv) mengatakan sebagai berikut. “Bahwa moral bangsa semakin hari
semakin merosot dan semakin hanyut dalam arus konsumerisme, hedonisme,
eksklusivisme, dan ketamakan karena bangsa Indonesia tidak mengembangkan
blueprint yang berakar pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa”.

3. Argumen tentang Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika

Hal-hal berikut ini dapat menggambarkan beberapa bentuk tantangan terhadap sistem etika
Pancasila.

a. Pertama, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama berupa sikap
otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin dalam penyelenggaraan negara
yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem
etika Pancasila yang lebih menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat.
b. Kedua, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait dengan
masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan penyelenggaraan
negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan sosial karena nepotisme, kolusi, dan
korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok tertentu.

4
c. Ketiga, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa eforia
kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya, munculnya
anarkisme yang memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan kebebasan
berdemokrasi.

B.Urgensi pancasila sebagai sistem etika

Menurut Regina Audri (2021) karakter nilai sila Pancasila hendak terintegrasi menjadi guiding
principles atau kaidah penuntun bagi generasi muda dalam menhamparkan jiwa kepandaiannya.
Jika dilihat Pancasila sebagai sistem etika ini adapun masalah yang terjadi bagi bangsa Indonesia
yakniPertama, banyaknya masalahpenggelapan yang mewabahdi negeri Indonesia sehingga
akibatnya bisa melunturkan sendi-sendi kehidupan warga negara. Kedua, masih terjadinya aksi
pelaku terror atau terorisme yang menggunakan simbol kepercayaan sehingga dapat menghambat
semangat toleransi dalam kehidupan antar umat beragama, budaya, golongan, mengancam
disintegrasi bangsa dan persatuan. Ketiga, masih banyaknya pelanggaran hak asasi manusia
(HAM) dalam kehidupan berbangsa. Keempat, kesenjangan antara kelompok sosial masyarakat
antara yang kaya dan miskin masih menandai kehidupan warga Indonesia sehingga tidak sama
rata. Kelima, ketidakadilan aturan yang masih terjadi pada proses peradilan di Indonesia, masih
ada hukum yang tidak seimbang dan kadang melihat jabatan dan adanya kesenjangan antara
miskin dan kaya. Maka dapat disimpulkan bahwa di atasmenunjukkanpentingnya peranan
Pancasila serta kedudukan Pancasila menjadi sistem etika lantaran Pancasila menjadi arahan atau
sebagai prinsip utama bagi warga negara untuk beraktivitasserasi dengan menggunakan nilai-
nilai Pancasila.

Etika Pancasila ini sangat diharapkanpada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
karena tuntunan nilai-nilai moral yang di gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, jika
dilihat masyarakat Indonesia diharapkan melakukan kajian kritisrasional terhadap nilai-nilai
moral pada kebiasaan sehari-hari agartidak terjebak kepada pandangan yang bersifat mitos.
Contohnya kita lihat orang korupsi terjadi lantaran seorang pejabat diberi hadiah oleh seseorang
yang memerlukan bantuan atau jasa dari pejabat ini agar urusannya lancar. Oleh karena itu
pejabat yang membantu menerima hibah tanpa memikirkan alasan orang tadi menaruh
memberikan pemberian. Dengan demikian seperti dengan warga negara yang mendapatkan
sesuatu dalam kedudukan politik sehingga dapat dikategorikan sebagai bentuk suap.

Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai system etika meliputi
hal-hal sebagai berikut :

a. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai system etika berarti menempatkan Pancasila


sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang
diambil setiap warga negara.

5
b. Pancasila sebagai system etika memberi guidance bagi setiap warga negara sehingga
memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan, baik local, nasional, regional, maupun
internasional.
c. Pancasila sebagai system etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai kebijakan yang
dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari semangat negara kebangsaan
yang berjiwa Pancasila.
d. Pancasila sebagai system etika dapat menjadi filter untuk menyaring pluralitas nilai yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak globalisasi yang memengaruhi
pemikiran warga negara.

C.Impelmentasi pancasila sebagai etika di indonesia

Implementasi ialah penyedian sarana untuk melaksanakan suatu yang menimbulkan dampak atau
akibat terhadap sesutu. Adapun 5 contoh sikap atau perbuatan yang mencerminkan implementasi
dari Pancasila sebagai sebuah sistem etika yaitu ;

1. Menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama sehingga tercipta kerukunan sosial.
Maksudnya, kita sebagai masyarakat menggangap baik bila kita dapat menghargai dan
bekerja sama dengan pemeluk agama lain, sebaliknya kita akan menggangap itu buruk bila
kita acuh bahkan mencaci pemeluk agama lain. Sehingga penerapan Pancasila sebagai
sistem etika khususnya sila pertama, memang telah menjadi nilai luhur terhadap kebudayaan
sosial di masyarakat. Maka bila kita menyimpang dari nilai sosial tersebut maka kita secara
tidak langsung akan “dicap negatif” oleh masyarakat. Karena memang nilai yang berlaku
pada masyarakat sejak dahulu kala seperti itu, dan bilamana seseorang mengindahkan
perilaku baik tersebut, ia akan secara otomatis dicap kurang baik dalam beretika.
2. Meminta doa restu atau berpamitan sebelum pergi kepada orang tua. Disini maksudnya kita
memiliki etiket baik terhadap orang yang lebih tua, khususnya orang tua sendiri. Dalam
pandangan masyarakat yang berlaku selama ini, bila seorang anak ingin bepergian jauh
maupun dekat, hendaklah ia berpamitan terlebih dahulu kepada orangtuanya. Hal seperti ini
merupakan adab kepada orang tua. Terlebih lagi kita sebagai anak, maka sepatutnya
bersikap baik kepada kedua orangtua. Dan sikap ini juga merupakan salah satu etika dalam
Pancasila, sila kedua.
3. Berkata jujur kepada orang lain. Misalnya, bila orang bertanya tentang suatu peristiwa, maka
hendaknya kita menjawab dengan jujur. Tidak boleh dikarang-karang, ataupun melebihkan
suatu berita. Karena bila kita menyebarkan atau menyampaikan berita-berita yang kita
sendiri belum tau kejelasannya dan mengarangnya seakan-akan kejadian buruk akan terjadi
bila kita tidak menyebarkan, terlebih berita itu terkait khalayak umum, maka hal yang kita
perbuat dapat memecah belah bangsa. Dampaknya, masyarakat akan terpecah menjadi dua
kubu, kubu yang setuju dan kubu tidak setuju. Sehingga seharusnya kita tidak boleh
menyebarkan berita seperti itu. Hal ini berhubungan erat dengan nilai etika dalam Pancasila,
sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia.

6
4. Tidak menyela saat orang berbicara dengan orang lain. Misalnya, bila teman kita sedang
berbicara dengan temannya, dan kita juga hendak berbicara dengannya, maka hendaknya
kita menunggu mereka selesai bicara. Bilamana pembicaraan mereka itu memakan waktu
lama, maka kita dapat mengirimkan pesan singkat bahwa kita hendak berbicara dengannya,
dan menanyakan kapankah ia bisa untuk berbicara dengan kita. Hal yang seperti itu cara kita
menghargai orang lain. Walaupun hanya sekedar membiarkan mereka selesai berbicaraa. Ini
juga merupakan cerminan atas nilai etika dalam Pancasila, sila ke empat.
5. Tidak bergaya hidup mewah. Artinya, bila kita terbiasa menggunakan pakaian branded,
aksesoris branded, kemana-mana menggunakan mobil mercedes benz, makan selalu di
restoran bintang 5, liburan hari raya selalu ke luar negeri atau gunakan tas tas mahal, itu
semua dapat merenggankan hubungan sosial terhadap masyarakat sekitar. Masyarakat yang
kalangan berkecukupan akan berpikir mengapa ia tidak menggunakan hartanya untuk orang
sekitarnya. Padahal, masyarakat sekitar hidupnya kurang dari cukup. Dapat kita bayangkan
sendiri bilamana ada orang yang seperti itu di lingkungan masyarakat. Pasti masyarakat akan
enggan menegur mereka, dan sebaliknya. Maka dari itu, berhubung kita merupakan makhluk
sosial, sepatutnya kita menjaga kerukunan dalam bermasyarakat, bukannya merengangkan
hubungan sosial itu sendiri. Sikap seperti ini juga sewajibnya ditiru, karena ini juga
merupakan nilai etika dalam Pancasila, sila kelima.

7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila dan etika ialah dua gambaran yang tidak boleh disisihkanlantaranisinya
ialah suatu sistem yang menciptakansuatu kepaduan yang utuh serta bertautan antara
dengan lainnya yang dijadikan panduan dalam kehidupan bermasyarakat.Implementasi
Pancasila sebagai sistem etika mampu terbentukjika pemerintahsertamasyarakatbisa
melaksanakan nilai serta sila yang terdapat padaPancasila dengan mementingkanasas
kesamarataanwarga negara. Pancasila sebagai sistem etika menggambarkan bahwa nilai
sila Pancasila melaksanakan aktivitas kehidupan warga negara.Dengan demikian
padaetika Pancasila ini di dalamnyatercantum nilai-nilai seperti ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, dan kerakyatan, serta keadilan. Kelima nilai tersebut menciptakanbudi pekerti
warga negara pada seluruh aspek kehidupannya. Dengan begitu pula kesalahan dalam
kehidupan bermasyarakat, Misalnyapenyelewengan (penyalahgunaan kekuasaan) dapat di
hilangkan.Sebagai masyarakat Indonesia perilaku tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila dan harus bisa meninggikan nilai-nilai yang ada menjadi suatu hal yang lebih
memberikan faedah kepada banyak orang.
B. SARAN
Pancasila seharusnya menjadi asassertapijakan bagi Bangsa Indonesia dalam
berperilakusertaperbuatan.Sehingga diharapkanbisa terbentukwarga negara yang adil dan
makmur serasi dengan maksud negara Indonesia.Pada setiap aktivitas kehidupan di
Indonesia, warga negara harus bisa melaksanakanperilaku nilai sila pancasila baik dalam
kehidupan pribadi atau bersosialisasiserta aturan yang berlaku sehinga terbentuk perilaku
etika yang memuliakan nilai kesusilaan sebagai pelaksanaan dari identitassertakarakter
dari warga negara Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/putrinurdin/619e0f1a06310e22f7725282/tantangan-bagi-
pancasila-sebagai-sistem-etika-di-indonesia

https://www.slideshare.net/dayurikaperdana19/esensi-dan-urgensi-pancasila-sebagai-
sistem-etika

https://www.coursehero.com/file/p4adllmb/4-Mendeskripsikan-Esensi-dan-Urgensi-
Pancasila-sebagai-Sistem-Etika-a-Esensi/

https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/1327

file:///C:/Users/ASUS/Documents/1327-Article%20Text-2470-1-10-
20210519%20(1)%20(1).pdf
https://sipejar.um.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=235592

Anda mungkin juga menyukai