4. KESIMPULAN......................................................................................................11
5. DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia yang memegang peranan penting dalam
setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia salah satunya adalah “Pancasila sebagai suatu
sistem etika”. Di dunia internasional bangsa Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang
memiliki etika yang baik, rakyatnya yang ramah, sopan santun, dll.
Pancasila adalah suatu kesatuan yang majemuk tunggal, setiap sila tidak dapat berdiri
sendiri terlepas dari sila lainnya, diantara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan. Inti
dan isi Pancasila adalah manusia monopluralis yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat
(jasmani –rohani), sifat kodrat (individu-makhluk sosial), kedudukan kodrat sebagai pribadi
berdiri sendiri, yaitu makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam hubungannya
dengan pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi
sebagai sistem etika.
Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikatnya merupakan suatu sistem nilai
yang menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma
kenegaraan lainnya. Disamping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,
mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat
adalah suatu nilai-nilai yang mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2
1.2 Tujuan dan manfaar
1. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa lebih memahami tentang materi Pancasila Sebagai Sistem
Etika.
b. Untuk mendorong semangat mahasiswa agar memiliki etika yang sesuai
dengan Sila dalam Pancasila.
2. Tujuan Umum
a. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika.
b. Untuk memberi gambaran secara tertulis tentang Pancasila Sebagai Sistem
Etika.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DINAMIKA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika.
Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika Beberapa argumen tentang dinamika
Pancasila sebagai sistem etika dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan
sebagai berikut.
Pertama, pada zaman Orde Lama, pemilu diselenggarakan dengan semangat demokrasi yang
diikuti banyak partai politik, tetapi dimenangkan empat partai politik, yaitu Partai Nasional Indonesia
(PNI), Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI), Partai Nahdhatul Ulama (PNU), dan Partai Komunis
Indonesia (PKI).Tidak dapat dikatakan bahwa pemerintahan di zaman Orde Lama mengikuti sistem etika
Pancasila, bahkan ada tudingan dari pihak Orde Baru bahwa pemilihan umum pada zaman Orde Lama
dianggap terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno menganut sistem demokrasi terpimpin, yang
cenderung otoriter.
Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk penataran P-4.
Pada zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusia Indonesia seutuhnya sebagai cerminan manusia
yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya
dalam pandangan Orde Baru, artinya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
secara kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk
individu sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki emosi yang memiliki
pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, dan tanggapan emosional dari manusia lain dalam
kebersamaan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju
dan sejahtera.Tuntutan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain, baik
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itulah, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
sosial harus dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang (Martodihardjo, 1993: 171).
Manusia Indonesia seutuhnya (adalah makhluk mono-pluralis yang terdiri atas susunan kodrat:
jiwa dan raga; Kedudukan kodrat: makhluk Tuhan dan makhluk berdiri sendiri; sifat kodrat: makhluk
sosial dan makhluk individual.
Keenam unsur manusia tersebut saling melengkapi satu sama lain dan merupakan satu kesatuan
yang bulat. Manusia Indonesia menjadi pusat persoalan, pokok dan pelaku utama dalam budaya
Pancasila. (Notonagoro dalam Asdi, 2003: 17-18).
Ketiga, sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia demokrasi. Namun
seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi tanpa dilandasi sistem etika politik akan
menjurus pada penyalahgunaan kekuasaan, serta machiavelisme (menghalalkan segala cara untuk
mencapi tujuan). Sofian Effendi, Rektor Universitas Gadjah Mada dalam sambutan pembukaan
Simposium Nasional Pengembangan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan
Nasional (2006: xiv).
4
2.2 TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait dengan masalah
NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan penyelenggaraan negara. Hal tersebut
tidak sesuai dengan keadilan sosial karena nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya
menguntungkan segelintir orang atau kelompok tertentu.
Tantangan pancasila sebagai sistem etika dalam menghasilkan pemimpin yang demokratis
dan amanah.Selain itu pemahaman niali-nilai dari sila-sila yang ada pada pancasila terhadap
masyarakat Indonesia harus diperdalam agar pemilihan pemimpin dapat sesuai dengan
pancasila sebagai pedoman bangsa yang demokratis dan amanah.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan
nyata dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam norma-norma
yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi :
1. Norma moral..................................................................................................:Yang
berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik dan
buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila
2. Norma hokum................................................................................................ :
Sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat dan
waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulah
Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Dengan
demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang
5
langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem
nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.
Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat :
A. Alport
mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat
dalamenam macam, yaitu :
Nilai teori
Nilai ekonomi
Nilai estetika
Nilai sosial
Nilai politik dan
Nilai religi
B. Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan, yaitu:
Nilai kenikmatan
Nilai kehidupan
Nilai kejiwaan
Nilai kerohanianc
C. Notonagoro,
membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :
Nilai material
Nilai vital
Nilai kerokhanian
Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai manusia
berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan yang
bersumber pada berbagai sistem nilai.
6
a. Norma sopan santun, adalah norma yang mengaturtata pergaulan sesame
manusia di dalam masyarakat.Contohnya, hormat terhadap orang tua dan guru,
berbicara dengan bahasa yang sopan kepada semuaorang.
b. Norma agama, adalah norma yang mengaturkehidupan manusia yang berasal
dari peraturan kitabsuci melalui wahyu yang diturunkan nabi berdasarkanagama
dan kepercayaannya masing-masing.Contohnya, membayar zakat tepat pada
waktunya bagi agama islam, menjalankan perintah Tuhan YangMaha Esa serta
menjauhi egala sesuatu yang dilarangoleh agama yang idanutnya.
c. Norma hokum, adalah norma yang mengaturkehidupan sosial kemasyarakatan
yang berasal dariundang-undang yang berlaku di Negara KesatuanRepublik
Indonesia untuk menciptakan kondisinegara yang damai, tertib, aman, sejahtera,
makmur,dan sebagainya. Contohnya, tidak melanggar rambu-rambu lalu lintas
walaupun tidak ada polentas,menghormati pengadilan, dna peradilan di
Indonesia,taat membayar pajak serta menghindari KKN.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwaikeempat sila lainnya.
Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yangdidirikan adalah pengejawantahan tujuan
manusia sebagai mahluk Tuhan YangMaha esa.Konsekuensi yang muncul kemudian adalah
realisasi kemanusiaanterutama dalam kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan (hak
asasimanusia) bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk memelukagama dan
menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan kepercayaannyamasing-masing. Hal itu telah
dijamin dalam Pasal 29 UUD. Di samping itu, didalam negara Indonesia tidak boleh ada paham
yang meniadakan ataumengingkari adanya Tuhan (atheisme).
Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu mahluk yang berbudayadengan memiliki
potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yangmendudukkan manusia pada tingkatan
7
martabat yang tinggi yang menyadarinilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan terutama
berarti hakikat dan sifat-sifatkhas manusia sesuai dengan martabat. Adil berarti wajar yaitu
sepadan dansesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab sinonim dengan
sopansantun, berbudi luhur, dan susila, artinya, sikap hidup, keputusan dan tindakanharus
senantiasa berdasarkan pada nilai-nilai keluhuran budi, kesopanan, dankesusilaan. Dengan
demikian, sila ini mempunyai makna kesadaran sikap danperbuatan yang didasarkan kepada
potensi budi nurani manusia dalamhubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya,
baik terhadap dirisendiri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.Hakikat
pengertian diatas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 AlineaPertama :”bahwa
sesungguhnyakemerdekaan itu adalah hak segala bangsa danoleh sebab itu, penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuaidengan perikemanusiaan dan perikeadilan ...”.
Selanjutnya dapat dilihatpenjabarannnya dalam Batang Tubuh UUD.
C. Persatuan Indonesia
Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsaIndonesia dan
bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darahindonesia, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupanbangsa, serta mewujudkan perdamaian
dunia yangabadi.Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaanIndonesia
yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yangadil dan beradab. Oleh
karena itu, paham kebangsaan Indonesia tidak sempit(chauvinistis), tetapi menghargai bangsa
lain. Nasionalisme Indonesia mengatasipaham golongan, suku bangsa serta keturunan. Hal ini
sesuai dengan alineakeempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, ” Kemudian daripada itu
untukmembentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenapbangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia...”. Selanjutnya dapatdilihat penjabarannya
dalam Batang Tubuh UUD 1945.
berasal dari kata rakyatyaitu sekelompok manusia yangberdiam dalam satu wilayah
negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwabangsa Indonesia menganut sistem demokrasi
yang menempatkan rakyat diposisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.Hikmat kebijasanaan
8
berarti penggunaanratio atau pikiran yang sehatdengan selalu mempertimbangkan
persatuan dan kesatuan bangsa, kepentinganrakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur
dan bertanggung jawab sertadidorong dengan itikad baik sesuai dengan hati nurani.
Permusyawaratan adalahsuatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan
ataumemutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga tercapaikeputusan
yang bulat dan mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem, dalam arti,tat cara mengusahakan
turut sertanya rakyat mengambil bagian dalamkehidupan bernegara melalui lembaga
perwakilan.
Dengan demikian sila ini mempunyai makna bahwa rakyat dalammelaksanakan tugas
kekuasaanya ikut dalam pengambilan keputusan-keputusan. Sila ini merupakan sendi asas
kekeluargaan masyarakat sekaligussebagai asas atau prinsip tata pemerintahan Indonesia
sebagaimanadinyatakan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi :”...maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatanrakyat ...”
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segalabidang kehidupan,
baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesiaberarti untuk setiap orang yang
menjadi rakyat Indonesia.Pengertian itu tidak sama dengan pengertian sosialistis
ataukomunalistis karena keadilan sosial pada sila kelima mengandung maknapentingnya
hubungan antara manusia sebagai pribadi dan manusia sebagaibagian dari masyarakat.
Konsekuensinya meliputi :
9
keseimbangan dankeselarasan diantara keduanya sehingga tujuan
harmonisasi akan dicapai.Hakikat sila ini dinyatakan dalam Pembukaan UUD
1945yaitu :”danperjuangan kemerdekaan kebangsaan Indonesia ... Negara
Indonesia yangmerdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”
BAB III
10
KESIMPULAN
Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan
jugamoral dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan nilai
socialmerupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik
dan apayang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong
memilikinilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Dan dapat juga dicontohkan, seorang
kepalakeluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai
kepalakeluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang melihat siswanya gagal
dalamujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi
sebagailandasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya.
Nilaimencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam
masyarakat. Ituadalah yang dimaksud dan juga contoh dari nilai.
Nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila, maka berikut inikita
uraikan :
1.Ketuhanan yang maha esa
2. kemanusiaan yang adil dan beradap
3. persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan Kerakyatan.
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Demikian penulisan makalah tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika. Harapan penulis
semoga penulisan makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan penulis pada
khususnyadan pembaca pada umumnya.Selama melaksanakan perkuliahan dan kegiatan ini,
maka penulis atau penyusun dapatmembuat kesimpulan yaitu sebagai berikut:
sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika
bangsa ini sangat berandil besar. Denganmenjiwai butir-butir Pancasila masyarakat dapat
bersikap sesuai etika baik yang berlaku dalammasyarakat, bangsa dan negara.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
1. https://www.academia.edu/34850797/
MAKALAH_PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_ETIKA
2. https://www.google.com/search?
q=TANTANGAN+PANCASILA+SEAGAI+SISTEM+ETIKA&oq=TANTANGAN+PANCASILA+
SEAGAI+SISTEM+ETIKA&aqs=chrome..69i57j0i13l2j0i22i30l7.3520j0j15&sourceid=ch
rome&ie=UTF-8
3. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi Penerbit Ristekdikti Tahun 2016
(Cetakan Pertama)Hartono, S. (2019, Januari Jumat). Bab 6 Pancasila sebagai Etika.
Diambil kembali dari slideplayer.info: https://slideplayer.info/slide/15012978/
4. https://www.academia.edu/39644406/
MAKALAH_PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_ETIKA_NAMA_PRASETYO_WIBOWO_NIM
_30518093_DAFTAR_ISI
5. https://www.academia.edu/38141119/PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_ETIKA_pdf
6. https://www.academia.edu/31089595/BAB_III_PANCASILA_SEBAGAI_SISTEM_ETIKA
13