Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PANCASILA

Anak Agung Gde Oka Widana,M.Pd.H

Oleh :

Nama : Ni Made Ratniawati


KELAS : A14 A Keperawatan
NIM : 203213207

STIKes Wira Medika PPNI Bali

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
2.1 Pancasilla.................................................................................................................4
2.2 Hakikat Pancasila Sebagai system Etika.................................................................6
2.3 Gelandangan dan Pengemis.....................................................................................7
2.4 Analisis pelanggaran nilai-nilai etika Pancasila......................................................8
BAB III PENUTUP...........................................................................................................12
3.1 Kesimpulan............................................................................................................12
3.1 Saran.......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………14

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki dasar negara yaitu Pancasila.

Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya merupakan sumber dari segala norma, baik

norma hukum, norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya. Norma hukum adalah suatu

sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Di Negara Republik Indonesia, Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum,

artinya selain Pancasila masih ada sumbersumber hukum yang lain. Sumber hukum belum

tentu merupakan hukum dalam arti peraturan perundang-undangan.Hukum nasional yang

bersumber dari Pancasila merupakan hasil eklektisasi dari berbagai sumber hukum itu.

Sebagai suatu system etika, Pancasila pun menjadi pedoman dalam bekehidupan

berbangsa dan bernegara salah satuya adalah etika. Secara etimologis, etika berasal

daribahasa Yunani, ethos, yang artinya watak kesusilaan atau adat. Sedangkan bentuk

jamaknyata etha” artinya adat kebiasaan. Istilah etika berarti ilmu tentang apa yang bisa

dilakukan, atau ilmu tentang adat kebiasaan. Istilah ini identik dengan moral yang berasal

dari bahasa Latin, mos yang jamaknya mores, yang juga berarti adat atau cara hidup.

Meskipun kata etika dan moral memiliki kesamaan arti, dalam pemakaian seharihari dua kata

ini digunakan secara berbeda. Moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang

dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada . Dalam bahasa

Arab, padanan kata etika adalah akhlak yang merupakan kata jamak khuluk yang berarti

perangai, tingkah laku atau tabiat.

1
Objek etika manurut Franz Magnis-Suseno adalah pernyataan moral. Apabila

diperiksa segala macam moral, pada dasarnya hanya ada dua macam, yaitu, pernyataan

tentang tindakan manusia dan pernyataan tentang manusia sendiri atau tentang unsur-unsur

kepribadian manusia seperti motif-motif, dan watak. Ada himpunan pernyataan ketiga yang

tidak bersifat moral, tetapi penting dalam rangka pernyataan tentang tindakan.

Diperlukannya Pancasila sebagai sistem etika. Etika Pancasila adalah cabang filsafat

yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung

nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai

tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.

Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika kebajikan,

meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan teleologis termuat pula di

dalamnya. Melakukan suatu Tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila tentu

telah melanggar system etika Pancasila itu sendiri. Seperti halnya saat ini banyaknya

gelandangan dan pengemis yang tersbar dibeberapa daerah yang sudah melanggar etika

Pancasila terkait kemanusiaan dan keadilan. Namun, Bagaimanakah penjelasam pelaggaran

berdasarkan masing-masing sila pada Pancasila? Hal tersebut akan penulis bahas secara

terpertinci melalu makalah ini.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, adapun rumusan masalah pada makalah ini

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana penjelasan mengenai Hakikat Pancasila sebagai suatu system etika ?

2. Bagaimana penjelasan nilai-nilai etika Pancasila sebagai sebuah pedoman hidup suatu

bangsa?

3. Bagaimana penjelasan pelanggaran nilai-nilai etika Pancasila pada Kasus Gepeng yang

mejamur di Kabupaten Badung ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, adapun tujuan penulisan pada makalah

ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui penjelasan mengenai Hakikat Pancasila sebagai suatu system etika.

2. Mendeskrpsikan secara jelas nilai-nilai etika Pancasila sebagai sebuah pedoman

hidup suatu bangsa.

3. Menjelaskan pelanggaran nilai-nilai etika Pancasila pada Kasus Gepeng yang

mejamur di Kabupaten Badung

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila

Pancasila sebagai sumber nilai bagi bangsa Indonesia seharusnya dikembangkan tidak hanya

dalam kehidupan bernegara, tetapi juga dalam bidang akademis sehingga teori ilmiah yang

diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia berorientasi pada nilai-nlai Pancasila

tersebut. Dunia akademis tidak berkembang dalam ruang hampa nilai sebab semangat

akademis harus berisikan nilai spiritualitas untuk menggugah kesadaran tentang pentingnya

keyakinan kepada Sang Pencipta sebagai pendorong dan pembangkit motivasi kegiatan

ilmiah.

Sri Untari (2012) menjabarkan fungsi Pancasila antara lain: (1) Pancasila sebagai identitas

dan kepribadian bangsaPancasila adalah kepribadian bangsa yang digali dari nilai-nilai

yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan budaya bangsa Indonesia. (2)

Pancasila sebagai sistem filsafat Pancasila bersifat obyektif ilmiah karena uraiannya bersifat

logis dan dapat diterima oleh paham yang lain.(3) Pancasila sebagai sumber nilai, Nilai dasar

Pancasila adalah nilai ketuanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan

nilai keadilan. (4) Pancasila sebagai sistem etika, Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa

yang dimaksud etika Pancasila adalah etika yang mengacu dan bersumber pada nilai-nilai,

norma Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa (Sri Untari, 2012). (5)

Pancasila sebagai paradigma keilmuan ekonomi, politik, hukum, dan Pendidikan (6)

Pancasila sebagai ideologi terbuka, Menurut Winarno dalam Sri Untari (2012) disebut

4
terbuka sebab ideologi Pancasila bersumber pada kondisi obyektif, konsep, prinsip, dan

nilai-nilai orisinal masyarakat Indonesia sendiri.

Pancasila sebagai dasar Negara, pandanga hidup bangsa Indonesia, dan sebagai

ideologi bangsa, menurut Suko Wiyono (2013) memuat nilai-nilai/karakter bangsa

Indonesia yang tercermin dalam sila-sila Pancasila sebagai berikut:

1. Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa: terkandung di dalamnya prinsip asasi (1)

Kepercayaan dan Ketaqwaan kepada Tuhn Yang Maha Esa; (2) kebebasan beragama

dan berkepercayaan paa Tuhan Yang Maha Esa sebagai hak yang paling asasi

bagi manusia; (3) toleransi di antara umat beragama dan berkepercayaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa; dan (4) Kecintaan pada semua makhluk ciptaan Tuhan,

khususnya makhluk manusia.

2. Nilai-nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: terkandun di dalamnya prinsip

asasi (1) Kecintaan kepada sesama manusia sesuai dengan prinsip bahwa

kemanusiaan adalah satu adanya; (2) Kejujuran; (3) Kesamaderajatan manusia; (4)

Keadilan; dan (5) Keadaban.

3. Nilai-nilai Persatua Indonesia: terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Persatuan;

(2) Kebersamaan; (3) Kecintaan pada bangsa; (4) Kecintaan pada tanah air; dan

(5) Bhineka Tunggal Ika.

4. Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan: terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Kerakyatan;

(2) Musyawarah mufakat; (3) Demokrasi; (4) Hikmat kebijaksanaan, dan (Perwakilan).

5
5. Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: terkandung di dalamnya

prinsip asasi (1) keadilan (2) sikap sosial

Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila

untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.

Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,

persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia

Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi

bangsa Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam

kehidupan bernegara, seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan

2.2 Hakikat Pancasila Sebagai Sistem Etika

Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai berikut:

1. Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa

Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku warga negara

harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada norma agama. Setiap

prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama, 193 maka prinsip tersebut

memiliki kekuatan (force) untuk dilaksanakan oleh pengikut-pengikutnya.

2. Kedua, hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan manusia

yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus

homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan yang mengandung

implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga

6
menjamin tata pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai

kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.

3. Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai

warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan individu atau

kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada semangat kebersamaan, solidaritas

sosial akan melahirkan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai yang bersifat

memecah belah bangsa.

4. Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat.

Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.

5. Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan

perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata

(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih

menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan itu

sendiri.

2.3 Gelandangan dan Pegemis

Berdasarkan PP No. 31 Tahun 1980 gelandangan didefinisikan sebagai orang-orang yang

hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat

setempat, tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap dan hidup mengembara

di tempat umum, sedangkan pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan

dengan meminta-minta di tempat umum dengan berbagai cara/ alasan untuk mendapatkan

belas kasihan dari orang lain. Gepeng (gelandangan dan pengemis) merupakan suatu

fenomena sosial yang harus ditanggapi dengan serius.

7
2.4 Analisis pelanggaran nilai-nilai etika Pancasila pada Kasus Gepeng yang mejamur

di Kabupaten Badung, bahkan mantan pekerja SPA alih profesi mengemis.

Sumber: https://www.balipost.com/news/2021/03/26/182996/Gepeng-Menjamur-di-

Badung,Bahkan...html

Mangupura, Bali Post.com - keberadaan gelandangan dan pengemis (gepeng) di

Kabupaten Badung menjamur di tengah pandemic COVID-19. Keberadaan gepeg kerap

kucing-kudingan dengan petugas.

Guna mengantisipasi keberadaan para gepeng, petugas gabungan dari satpol PP

setempat. Kepala satpol PP Badung, I Gusti Agung Ketut Suryanegara saat dikonfrmasi

Jumat (26/3) membenarkan jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun lalu.

8
Bahkan sejak januari 2021 pppihaknya telah mengamankan sebanyak 108

gepeng yang berkeliaran di wilayah kabupaten Badung. “Jumlah gepeng ini sudah

meningkat jumlahnya” jelasnya.

Birokrrat asal Denpasar ini mengakui gepeng-geeng tersebut merupaa muka

lama yang kerap terjaring Razia. Namun, tahun ini ada penambahan gepeng akibat

kehilangan pekerjaan lantaran pandemic Covid-19.

Ia mengungkapkan ada yang dulu bekerja di Spa, namun karena kehilangan

pekerjaan alih profesi sebagai pengemis. “mereka terjaring di beberapa titik, yakni

simpang Jalan Nakula, simpang Jalan Imam Bonjol, Perempatan Patih Jelantik,

Perempatan Merta Nadi dan Simpang Jalan By Pass Ngurah Rai tepatnya di depan

Benoa Square” katanya.

Kendati telah di tertibkan para gepeng tesebut masih saja Kembali mengemis.

“kendala kami adalah tndak lanjur terhadap pelanggar atau gepeng tersebut, karena

tidak ada yang menindak lanjuti hingga tuntas” sebutnya.

Ia mengatakan jika dibandingkan dengan tahun lalu, sejak triwulan ini jumlah

gepeng yang terjaring operasi sebanyak 108 orang. Selain gepeng kami juga

mengamankan anak punk 4 orang, pengamen 4 orang, orang terlantar 1 orang dan orang

gangguan jiwa 1 orang.

Hasil interogasi kebanyakan gepeng yang terjaring mengaku berasal dari

muntigunung, pedahan, Karangasem. Dengan rinciana, januari 2021 sebanyak 63

gepeng tertangkap. Februari sebanyak 43 gepeng dan maret baru tertangkap 2 orang.

9
Dikatakan, beberapa cara dilakukan baik, mengawasi, patrol, atau ngepos di

titik-titik gepeng beroprasi. Hanya saja mereka memanfaatkan kesempatan saat

pihaknya istirahat atau berganti jadwal.

“kami harap masyarakat jangan ada yang mudah iba atau prihatin yang

membuat merka yakin akan mendapay uang dengan gampang”

Analisis Kasus

Berdasarkan berita tersebut, dapat saya analisis bahwa pelanggaran etika

Pancasila terjadi pada berita tersebut adalah pada sila kedua yakni kemanusiaan yang

adil dan beradab. Pada sila kedua mengandung nilai Nilai-nilai dan prinsip asasi (1)

Kecintaan kepada sesama manusia sesuai dengan prinsip bahwa kemanusiaan

adalah satu adanya; (2) Kejujuran; (3) Kesamaderajatan manusia; (4) Keadilan;

dan (5) Keadaban. Pada hakikatnya sila kedua ini mengandung makna yaitu tindakan

manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan dengan

actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan kemanusiaan yang

mengandung implikasi moral diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan

beradab sehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang

bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan.

Kegiatan mengemis yang dilakukan di jalan tidak sesuai dengan prinsip

kejujuran. Banyaknya gepeng yang berkeliaran biasanya mengaku belum makan

beberapa hari demi mendapatkan uang ataupun makanan dari orang lain. Selain itu

banyaknya kasus gelandangan yang biasanya menawarkan dagangan ataupun

meminta uang dengan cara memaksa sehingga tidak terlihat adanya keadaban.

10
Meskipun sudah ada dalam undang-undang mengenai fakir miskin dan rakyat

terlantar di pelihara oleh negara, tapi banyak gepeng yang kabur ketika berangsung Razia

penertiban. Sebaiknya jika memang merasa kurang mampu dan kurang berkecukupan

silahkan melaporkan diri kepada pihak yang berwenang agar mendapat bantuan dari

negara.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas didapat kesimpulan sebagai berikut.

1. Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa

Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Kedua, hakikat sila kemanusiaan

terletak pada actus humanus, yaitu tindakan manusia yang mengandung implikasi dan

konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus homini, yaitu tindakan manusia

yang biasa. Ketiga, hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup

bersama sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas

kepentingan individu atau kelompok. Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada

prinsip musyawarah untuk mufakat. Kelima, hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan

pada kewajiban semata (deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka

(teleologis), tetapi lebih menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung

dalam nilai keadilan itu sendiri.

2. Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila

Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-

nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai

tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.

Pentingnya pancasia sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu

12
normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara,

seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan

3. Berdasarkan berita tersebut, dapat saya analisis bahwa pelanggaran etika Pancasila

terjadi pada sila kedua yakni kemanusiaan yang adil dan beradab. Kegiatan

mengemis yang dilakukan di jalan tidak sesuai dengan prinsip kejujuran. Banyaknya

gepeng yang berkeliaran biasanya mengaku belum makan beberapa hari demi

mendapatkan uang ataupun makanan dari orang lain. Selain itu banyaknya kasus

gelandangan yang biasanya menawarkan dagangan ataupun meminta uang dengan

cara memaksa sehingga tidak terlihat adanya keadaban.

3.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan adalah tetap pegang teguh nilai-nilai pancasilan dalam

beretika dalam kehidupan sehari-hari. Agar tugas ini dijadikan acuan untuk meneliti lebih

lanjut kaitannya dengan penerapan etika Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Gesmi, I., Sos, S., & Yun Hendri, S. H. (2018). Buku Ajar Pendidikan Pancasila. Uwais

Inspirasi Indonesia.

Kemenrisetdikti.(2016). Buku: Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan tinggi. Jakarta:

Departeman Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia.

Lonto, A. L., & Pangalila, T. (2016). Buku: Etika Kewarganegaraan. Ombak.

Rindjin, K. (2013). Pendidikan pancasila untuk perguruan tinggi. Gramedia Pustaka Utama.

Rahayu, A. S. (2017). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Bumi Aksara.

Sulaiman, A. (2015). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: CV Arfino.

Jurnal;

Amri, S. R. (2018). Pancasila Sebagai Sistem Etika. Voice of Midwifery, 8(01), 760-768.

Asmaroini, A. P. (2017). Menjaga eksistensi Pancasila dan penerapannya bagi masyarakat di era

globalisasi. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(2), 50-64.

Anggriana, T. M., & Dewi, N. K. (2016). Identifikasi Permasalahan Gelandangan dan Pengemis

di UPT Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis. INQUIRY: Jurnal Ilmiah

Psikologi, 7(1).

14

Anda mungkin juga menyukai