Anda di halaman 1dari 6

TASK B: jelaskan,sebutkan dan berikan contoh manajemen risiko K3 di luar Gedung

Latar belakang
Sukses hanya akan dicapai oleh orang yang berani mengambil risiko karena itu mau tidak mau,
setiap orang harus mengambil resiko yang ada dalam hidupnya. Hanya mereka yang berani
menghadapi resiko yang akan bertahan hidup”. Henry W. Longfellow (1807-1882). Risiko telah
menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sejak hidup di muka bumi, manusia dihadapkan pada
berbagau resiko. Manusia purba misalnya, menghadapi resiko yang berasal dari alam, seperti
ancaman binatang buas, kondisi lingkungan alam yang ganas dan bencana yang mengancam.
Banyak orang yang tidak menyadari dalam kehidupan sehari-hari mereka telah menjalankan
konsep manajemen risiko Dengan melaksanakan manajemen risiko diperoleh berbagai manfaat
antara lain:
1. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan yang
mengandung bahaya.
2. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan.
3. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai kelangsungan dan keamanan
investasinya.
4. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap unsure dalm
organisasi/perusahaan.
5. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.
Manajemen risiko K3 telah berkembang sejak lama. Pada tahun 1970. British Safety Council di
Inggris mendirikan Institut of Risk Management untuk mengembangkan dan melakukan
pembinaan terhadap ahli-ahli K3 mangenai manajemen risiko. Sebelumnya manajemen risiko K3
telah diaplikasikan di lingkungan asuransi untuk menentukan tingkat tanggungan dan premi
asuransi. Karena itu, lembaga Asuransi memiliki hubungan dengan perusahaan penilai risiko
(Risk Survey) yang melakukan analisa risiko terhadap perusahaanperusahaan yang akan
mempertanggungkan asetnya. Manajemen risiko sangat arat hubungannya dengan K3.
Timbulnya aspek K3 disebabkan katena adanya risiko yang mengancam keselamatan pekerja,
sarana dan lingkungan kerja sehingga harus dikelola dengan baik.
PENGERTIAN
K3 adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik,
mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan
terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi
pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan. Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan orang
lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari akibat kecelakaan kerja. Menurut Milton
C Regan dalam bukunya “Risky Business”, pengertian manajemen risiko adalah penerapan
beragam kebijakan dan prosedur untuk meminimalisasi peristiwa yang menurunkan kapasitas
dan kualitas kerja perusahaan. Sementara itu menurut Noshworthy, pengertian manajemen risiko
adalah usaha mengurangi risiko dalam proses pelaksanaan teknis dan pengambilan keputusan
bisnis. Secara umum Manajemen Risiko didefinisikan sebagai proses, mengidentifikasi,
mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan strategi untuk mengelolah risiko
tersebut(Soputan et al., 2014). Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan
terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk
meningkatkan hasil dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada.(Soputan et
al., 2014). Manajemen risiko K3 di luar gedung RS adalah suatu keadaan yang menunjukan
kondisi yang aman atau selamat dari risikopenderitanan,kerusakan atau kerugian di tempat
kerja. Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenalirisiko dalam sebuah proyek dan
mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkanmenghindarinya, dilain sisi juga harus
dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada(Wideman, 1992). Dalam mencapai tujuan
tersebut diperlukan suatu proses di dalammenangani risiko-risiko yang ada, sehingga dalam
penanganan risiko tidak akan terjadikesalahan. Proses tersebut antara lain adalah identifikasi,
pengukuran risiko dan penanganan risiko.
Menurut standar AS/NZS 4360 tentang Standar Manajemen Risiko, proses manajemen risiko
mencakup langkah sebagai berikut:
a. Menentukan konteks
b. Identifikasi Risiko
c. Penilaian Risiko
d. Analisa Risiko
e. Evaluasi Risiko
f. Pengendalian Risiko
g. Komunikasi dan Konsulatasi
h. Pemantauan dan Tinjau Ulang
i. Identifikasi risiko
Faktor Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Diluar Gedung Rumah Sakit
1.Ruang bangunan dan halaman : semua ruang/unit dan halaman yang ada dalam batas pagar RS
(bangunan fisik dan kelengkapannya ) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan
RS.
2.Lingkungan bangunan RS harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar
yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas
3.Lingkungan bangunan RS harus bebas dari banjir, jika berlokasi didaerah rawan banjir
harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
4.Lingkungan RS harus bebas dari asap rokok, tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat
genangan air, dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang
penerima air masuk dan disesuiakan dengan luas halaman
5.Pencahayaan : jalur pejalan kaki harus cukup terang, lingkungan bangunan RS harus
dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup terutama pada area dengan
bayangan kuat dan yang menghadap cahaya yang menyilaukan
6.Kebisingan : terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau
membahayakan kesehatan. Dengan menanam pohon(green belt), meninggikan tembok dan
meninggikan tanah (bukit buatan) yang berfungsi untuk penyekatan/ penyerapan bising
7.Kebersihan : halaman bebas dari bahaya dan risiko minimum untuk terjadinya infeksi silang,
masalah kesehatan dan keselamatan kerja
8.Saluran air limbah domestic dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-masing
dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan air limbah.
9.Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan, sehingga
tesedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir
10.Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan
sampah harus disediakan tempat sampah
11.Lingkungan, ruang, dan bangunan RS harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas
sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat berenang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat,
dan binatang pengganggu lainnya
12.Jalur lalulintas pejalan kaki dan jalur kendaraan harus dipisahkan.
Jalur pejalan kaki : lebar, tidak licin, mengakomodasi penyandang cacat, memiliki rambu atau
marka yang jelas, bebas penghalang dan memiliki rel pemandu
Jalur kendaraan : cukup lebar, konstruksi kuat, tidak berlubang,drainase baik, memiliki
pembatas kecepatan (polisi tidur),marka jalan jelas, memiliki tanda petunjuk tinggi atau lebar
maksimum,
memungkinkan titik perlintasan dan parkir, menyediakan penyebrangan bagi pejalan kaki
13.Ketetapan yang diatur oleh the environment protection act 1990 Mendefenisikan:
Polutan : limbah padat dibuang ke tanah,limbah cair dibuang ke tanah atau saluran air,
dibuang ke atmosfir, bising dalam komunitas masyarakat
Limbah terkendali : limbah rumah tangga, limbah industri, limbah usaha komersial
Limbah khusus : limbah terkendali yang berbahaya sehingga membutuhkan prosedur
pembuangan khusus
14.Kriteria limbah berbahaya
Dapat menyala/mudah menyala
Iritan
Berbahaya
Beracun
Karsinogenik
Korosif
Produk obat-obatan yang hanya diresepkan

Proses Manajemen Resiko Diluar Gedung Rumah Sakit


1.Identifikasi resiko
Identifikasi resiko adalah proses menemukan, mengenal dan mendeskripsikan resiko. Resiko
yang dapat di identifikasi diluar
gedung rumah sakit yaitu:
Resiko bahaya fisik, meliputi :
1) Resiko bahaya mekanik :
Resiko jatuh dari ketinggian yang sama; terpeleset,tersandung, dan lain-lain. Resiko ini
terutama pada lantai-lantai yang miring baik di koridor, ramp atau batas lantai dengan halaman.
Jatuh dari ketinggian berbeda. Resiko ini pada ruang perawatan anak dan jiwa. Selain itu
perlu diperhatikan pada pekerjaan konstruksi bangunan atau pembersihan kaca pada posisi yang
cukup tinggi.
2)Resiko bahaya radiasi :
Resiko bahaya listrik adalah bahaya dari konsleting listrik dan kesetrum arus listrik.
Dari contoh kasus resiko yang terjadi diluar gedung rumah sakit diatas merupakan kejadian yang
di akibatkan karena:
a. Kurangnya pengawasan dari pihak rumah sakit terhadap penggunaan keramik pada lantai
rumah sakit yang masih licin atau tidak adanya rambu-rambu yang di
gunakan guna memberikan informasi mengenai lantai yang licin
b. Kuragnya pengawasan dari pihak rumah sakit terkait penggunaan peralatan listrik yang sudah
out off date dan juga belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
c. Kurangnya pengawasan dari pihak rumah sakit terkait pemasangan teralis pengaman pada
jendela-jendela yang terdapat di lantai 2 keatas dan kurangnnya pengawasan dari pihak
perawat mengenai pasien yang sering jatuh dari ketinggian.

2.Analisa Risiko
Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan peringkat risiko. Dari
identifikasi resiko yang terdapat di luar gedung rumah sakit dapat di lakukan analisa
resiko yang dilakukan dengan cara:
a. Dampak (Consequences) : Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat
akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal.
b. Probabilitas / Frekuensi /Likelihood : Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah
seberapa seringnya insiden tersebut terjadi.
1)Resiko jatuh dari ketinggian yang sama
Kejadian berdampak luka sedang = 3
Derajat resiko = kemungkinan (4) x konsekuensi (3) = 12
2)Resiko jatuh dari ketinggian yang berbeda
Kejadian berdampak meninggal = 5
Derajat resiko = kemungkinan (2) x konsekuensi (5) = 10
3)Resiko bahaya listrik
Kejadian berdampak meninggal = 5
Derajat resiko = kemungkinan (2) x konsekuensi (5) = 10

3.Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko dengan kriteria risiko
untuk menentukan apakah risiko dan/atau besarnya dapat diterima atau ditoleransi.
1)Kejadian risiko jatuh dari ketinggian yang sama memiliki resiko tinggi, sehingga harus
mendapatkan pengawasanlangsung oleh kepala divisi rumah sakit serta dilakukan peninjauan
rutin dengan frekuensi tiap 2 bulan.
2)Kejadian risiko jatuh dari keringgian yang berbeda memiliki resiko tinggi, sehingga
harus mendapatkan pengawasan langsung oleh kepala divisi rumah sakit serta dilakukan
peninjauan rutin dengan frekuensi tiap 2 bulan.
3)Kwjadian resiko bahaya listrik memiliki resiko tinggi,sehingga harus mendapatkan
pengawasan langsung oleh kepala divisi rumah sakit serta dilakukan peninjauan rutin dengan
frekuensi tiap 2 bulan.

4.Penanganan Risiko
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko.Bentuk-bentuk penanganan risiko
di luar gedung rumah sakit diantaranya:
1)Resiko jatuh dari ketinggian yang sama,
pengendalian yang dilakukan yaitu : Pemasangan keramik anti licin pada koridor dan lantai yang
miring dan Pemasangan rambu “awas licin”
2)Resiko jatuh dari ketinggian yang berbeda,
Pengendalian yang dilakukan yaitu :Kebijakan penggunaan sabuk keselamatan pada
pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian lebih dari 2
Meter dan Pemasangan teralis pengaman pada jendela-jenela yang terdapat di lantai 2 keatas
rumah sakit.
3)Resiko bahaya listrik, pengendalian yang dilakukan yaitu :
- adanya kebijakan penggunaan peralatan listrik harus memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI) dan harus dipasang oleh bagian IPSRS atau orang yang kompeten.
- Peralatan elektronik di rumah sakit secara berkala dilakukan maintenance oleh bagian IPSRS
dan seluruh peralatan yang layak pakai akan diberikan label layak
pakai berupa stiker warna hijau, sedangkan yang tidak layak pakai akan diberikan stiker merah
dan peralatan tersebut ditarik oleh bagian IPSRS.
-Selain itu unit K3 dan IPSRS secara berkala melakukan sosialisasi ke seluruh satuan kerja
tentang perilaku aman dalam menggunakan listrik di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Azza Ivana, B. W. (2014, Januari). Analisa Komitmen Manajemen Rumah Sakit (RS) Terhadap
Keselamatan Dan. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal), 2(1), 35-41.
Dian Putri Maharani, A. S. (2017). PENGETAHUAN, SIKAP, KEBIJAKAN K3 DENGAN
PENGGUNAAN. Jurnal of Health Education, 10, 33-38.
Ezra Zimri Ruben Abiam Mantiri, O. R. (2020, Juli). FAKTOR PSIKOLOGI DAN PERILAKU
DENGAN PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA RUMAH SAKIT. Indonesian Journal of Public Health and Community
Medicine, 1(3), 19-27.
Iwan M. Ramdan, A. R. (2017, Desember). Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) pada Perawat. JKP, 5(3), 229-241.
Sentya Putri, S. E. (2018, Juni). PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA TERHADAP KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PERAWAT RUMAH
SAKIT. Jurnal Endurance, 3(2), 271-277.
Soputan, G., Sompie, B., & Mandagi, R. (2014). Manajemen Risiko Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja (K3) (Study Kasus Pada Pembangunan Gedung Sma Eben Haezar). Jurnal Ilmiah
Media Engineering, 4(4), 99095.

Anda mungkin juga menyukai