Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HAZARD RUMAH SAKIT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah K3

Psik 7 Reg A1

Dosen pengampu :

Mareta Akhriansyah S.kep.,Ners.,M.kep

Disusun oleh :
Arwin Hudawan 18.14201.30.30

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN HAZARD RS

A. Definisi
Hazard merupakan semua sumber situasi ataupun aktifitas yang berpotensi
menimbukan cedera ,kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja , berdasarkan
OHSAS 1z001 : 200Rh.
Risiko dapat didfinisikan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan
terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah atau sakit akibat
kerja dan terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya ,OHSAS 1z001 :
200Rh.

B. Macam –Macam Hazard Dirumah Sakit


Berikut merupakan penjelasan mengenai sistem pengendalian bahaya dan
resiko rumah sakit yang harus dilakukan di rumah sakit , Modul Pelatihan
Dasar wajib Pengendalian Risiko Bahaya di Rumah Sakit :

1. Risiko bahaya fisik


Bahaya fisik berpotensi menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat
Kerja (PAK), dari penyakit yang ringan akibat pajanan bising, sampai
penyakit yang berat seperti kanker akibat pajanan radiasi pengion. Jenis-jenis
bahaya yang termasuk dalam golongan risiko bahaya fisik adalah sebagai
berikut.
a) Risiko bahaya mekanik
1) Risiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum terpeleset
ataupun menabrak dinding pintu kaca. Pengendalian yang harus
dilakukan antara lain : penggunaan safety box limbah tajam
kebijakan dilarang menutup kembali jarum bekas pemasangan
keramik anti licin pada koridor dan lantai yang miring pemasangan
rambu awas licin pemasangan kaca film dan stiker pada dinding
pintu kaca agar lebih kelihatan.
2) Benda-benda bergerak yang dapat membentur. Seperti kita ketahui
di rumah sakit banyak digunakan kereta dorong untuk mengangkut
pasien dan barang-barang logistik. Resiko yang dapat muncul
adalah pasien jatuh dari brankar tempat tidur, terjepit, tertabrak
kereta dorong dan lain-lain.
3) Resiko terjepit tertimbun dan tenggelam. Resiko ini dapat terjadi
dimana saja meskipun kejadiannya tidak terlalu sering. Hal-hal
yang perlu diperhatikan terutama di ruang perawatan anak dan
ruang perawatan jiwa. Pastikan tidak ada pintui jendela atau
fasilitas lain yang memiliki resiko untuk terjepit tenggelam
tersebut.
4) Resiko jatuh dari ketinggian yang sama; terpeleset tersandung dan
lain-lain. Resiko ini terutama pada lantai-lantai yang miring baik di
koridor ramp atau batas lantai dengan halaman. Pastikan area yang
beresiko licin sudah ditandai dan jika perlu pasanglah handriil atau
pemasangan alat lantai anti licin serta rambu peringatan awas licin.
5) Jatuh dari ketinggian berbeda. Resiko ini pada ruang perawatan
anak dan jiwa. Selain itu perlu diperhatikan pada pekerjaan
konstruksi bangunan atau pembersihan kaca pada posisi yang
cukup tinggi. Jika pekerjaan dilakukan pada ketinggian lebih dari 2
meter sebaiknya pekerja tersebut menggunakan sabuk keselamatan.
Pada ruang perawatan anak dan jiwa yang terletak di lantai atas
pastikan jendela yang ada sudah terpasang teralis pengaman dan
anak-anak selalu dalam pengawasan orang dewasa saat bermain.
b) Risiko bahaya radiasi
1) Risiko ini terdapat di ruang radiologi, radio therapy kedokteran
nuklir, dan beberapa kamar operasi yang memiliki x-ray.
Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : pemasangan
rambu peringatan bahaya radiasi pengecekan tingkat paparan
radiasi secara berkala dan pemantauan paparan radiasi.
2) Bahaya radiasi non pengion adalah Radiasi elektromagnetik
dengan energi yang tidak cukup untuk ionisasi misal radiasi infra
merah atau radiasi gelombang mikro.
Pengendalian resiko bahaya radiasi dilakukan untuk pekerja radiasi
peserta didik pengunjung dan pasien hamil. Pekerja radiasi harus
sudah mendapatkan informasi tentang resiko bahaya radiasi dan
cara pengendaliannya. Selain APD yang baik monitoring tingkat
paparan radiasi dan kepatuhan petugas dalam pengendalian bahaya
radiasi merupakan hal yang penting. Sebagai indikator tingkat
paparani semua pekerja radiasi harus memakai personal dosimetri
untuk mengukur tingkat paparan radiasi yang sudah diterima
sehingga dapat dipantau dan tingkat paparan tidak boleh melebihi
ambang batas yang diijinkan. Untuk pengunjung dan pasien hamil
hendaknya setiap ruang pemerikasaan atau therapy radiasi
terpasang rambu peringatan Awas bahaya radiasi bila hamil harus
melapor kepada petugas.
c) Risiko bahaya kebisingan
Risiko ini terdapat pada ruang boileri generator listrik dan ruang
chiller. Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : substitusi
peralatan melalui alat-alat baru dengan intensitas kebisingan yang
lebih rendah penggunaan pelindung telinga dan pemantauan tingkat
kebisingan secara berkala oleh sanitasi.
Berdasar peraturan menteri kesehatan RI no 1204 tahun 2004 tentang
pengendalian lingkungan fisik di rumah sakiti seluruh area pelayanan
pasien harus dipantau dan dikendalikan tingkat kebisingannya minimal
3 bulan sekali.
Di rumah sakit pemantauan ini sudah dilakukan oleh ISLRS dan hasil
temuan yang tidak memenuhi persyaratan di analisa dan dikendalikan
bersama IPSRS dan Unit K3 serta dilaporkan kepada
Manajemen rumah sakit.
d) Risiko bahaya pencahayaan
Risiko bahaya pencahayaan adalah pencahayaan pada lingkungan kerja
yang kurang atau berlebih. Tingkat pencahayaan diseluruh area rumah
sakit juga telah dipantau dan dilaporkan seperti resiko bahaya
kebisingan tersebut. Hal yang harus diperhatikan adalah jika terjadi
kerusakan lampu pastikan lampu pengganti setara tingkat
pencahayaannya dengan lampu sebelumnyai sehingga tidak terjadi
perubahan dalam tingkat pencahayaan pada area tersebut. ini seperti
biasanya terjadi di kamar operasi dan laboratorium. Pengendalian yang
harus dilakukan adalah pemantauan tingkat pencahayaan secara
berkala oleh sanitasi dan hasil pemantauan dilaporkan ke petugas
teknisi untuk tindak lanjut ruangan yang tingkat pencahayaannya tidak
memenuhi persyaratan.
e) Risiko bahaya listrik
Risiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan kesetrum.
Pengendalian yang harus dilakukan adalah adanya kebijakan
penggunaan peralatan listrik harus memenuhi SNI serta dilakukan
pengecekan secara rutin baik fungsi dan kelayakan peralatan listrik di
rumah sakit.

2. Risiko bahaya biologi


Risiko bahaya biologi yang paling banyak adalah akibat kuman
patogen dari pasien yang ditularkan melalui darah cairan tubuh dan udara.
Pengendalian yang harus dilakukan adalah melalui sanitasi dan harus
didukung dengan housekeeping yang baik dari seluruh karyawan dan
penghuni rumah sakit.
Bahaya biologi berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja
(PAK), dari penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai HIV bagi
pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan
faktor biologik serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hep B/C,
HIV-AIDS), bakteri (Tuberkulosis, Bruselosis, Leptospirosis).

3. Risiko bahaya kimia


Bahan kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang
sangat luas spektrumnya, dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal
sampai yang berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat
fungsi paru, bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang
dikandung oleh pekerja yang terpajan, yang terberat adalah kematian.
Resiko dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi yang
meliputi:
a) Desinfektan yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk dekontaminasi
lingkungan dan peralatan di rumah sakit seperti; mengepel lantai
desinfeksi peralatan dan permukaan peralatan dan ruangan dan lain-
lain.
b) Antiseptik yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan
mencuci permukaan kulit pasien seperti alkohol iodine povidone dan
lain-lain.
c) Detergen yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan
peralatan lainnya.
d) Reagen yaitu zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium klinik dan patologi anatomi.
e) Obat-obat sitotoksik yaitu obat-obatan yang dipergunakan untuk
pengobatan pasien.
f) Gas medis yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan
penunjang pengobatan pasien seperti oksigen karbon dioxide nitrogen
nitrit oxide nitrous oxide dan lain-lain.

Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi


dengan seluruh satuan kerja. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
pengadaan B3 penyimpanan pelabelan pengemasan ulang wrepacking
pemanfaatan dan pembuangan limbahnya.
a) Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan
Lembar Data Keselamatan Bahan ,Material Safety Data Sheet MSDS
petugas yang mengelola harus sudah mendapatkan pelatihan
pengelolaan B3 serta mempunyai prosedur penanganan tumpahan B3.
b) Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3 diletakkan
diatas palet atau didalam lemari B3 memiliki daftar B3 yang disimpan
tersedia MSDS safety shower. APD sesuai resiko bahaya dan Spill Kit
untuk menangani tumpahan B3 serta tersedia prosedur penanganan
Kecelakaan Kerja akibat B3.
c) Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja
yang kompeten untuk memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta
standar pelabelan. Dilarang melakukan pelabelan tanpa kewenangan
yang diberikan oleh pimpinan rumah sakit.
d) Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke
lingkungan serta kondisi kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3
harus memiliki pelatihan teknis pengelolaan B3 jika belum harus
segera diusulkan sesuai prosedur yang berlaku.
e) Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor
yang akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah
B3 padat harus dibuang ke Tempat Pengumpulan Sementara Limbah
B3 ,TPS B3 untuk selanjutnya diserahkan ke pihak pengolah limbah
B3.

Risiko ini terdapat pada bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan


beracun. Pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan identifikasi
bahan-bahan B3 ,Bahan Berbahaya dan Beracun pelabelan standar
penyimpanan standar penyiapan MSDS, Material Safety Data Sheet atau
lembar data keselamatan bahan penyiapan P3K serta pelatihan teknis bagi
petugas pengelola B3. Selain itu pembuangan limbah B3 cair harus
dipastikan melalui saluran air kotor yang akan masuk ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
4. Risiko bahaya fisiologi
Risiko ini terdapat pada sebagian besar kegiatan di rumah sakit berupa
kegiatan angkat dan angkut, posisi duduk, ketidaksesuaian antara peralatan
kerja dan ukuran fisik pekerja. Risiko ini misalnya terjadi pada pekerjaan
angkat dan angkut baik pasien maupun barang. Selain itu pemilihan sarana
dan prasarana rumah sakit juga harus mempertimbangan faktor fisiologi
terutama peralatan yang dibeli dari negara lain yang secara fisik terdapat
perbedaan ukuran badan. Pengendalian yang harus dilakukan yaitu melalui
melakukan gerak tubuh secara rutin.
5. Risiko bahaya psikologi
Risiko bahaya psikologi dapat terjadi di seluruh rumah sakit berupa
ketidakharmonisan hubungan antar manusia didalam rumah sakit baik
sesama staff, staff dengan pasien maupun staff dengan pimpinan. Risiko
psikologi akan memberikan pengaruh pada perilaku atau semangat kerja
petugas sehingga produktivitas akan menurun. Upaya pengendalian yang
dilakukan untuk risiko ini adalah dengan mengadakan pertemuan antar
satuan kerjai antar staff dan pimpinan pada acara-acara bersama yang
bertujuan agar terjalin komunikasi dengan baik. Sehingga secara psikologi
hal ini berdampak baik pada proses pengakraban dengan harapan risiko
bahaya psikologi dapat ditekan seminimal mungkin.

C. Hirarki Pengendalian Resiko Bahaya


Menurut Department of Occupational Safety and Health Ministry Of
Human Resources Malaysia (2008) bahwa pengendalian terhadap bahaya
dilingkungan kerja adalah tindakan-tindakan yang diambil untuk
meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan kerja dengan tahap-
tahap yang ada seperti Eliminasi, Subtitusi, Engineering control,
Administratif control dan Alat Pelindung Diri (APD). Tindakan pengendalian
risiko ini digunakan untuk bahaya dengan risiko tinggi.
Resiko-resiko bahaya itu semua bisa kita kendalikan melalui 5 hirarki
seperti berikut;
a. Eliminasi
Hirarki teratas yakni eliminasi menghilangkan bahaya dikerjakan saat
design tujuannya ialah untuk menghilangkan kemungkinan kekeliruan
manusia dalam menjalankan suatu sistem sebab terdapatnya kekurangan
pada design. Penghapusan bahaya adalah cara yang sangat efisien hingga
bukan hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam hindari resiko akan
tetapi penghilangan benar-benar pada bahaya tidak selamanya praktis serta
ekonomis.
Misalnya: kemungkinan bahaya kimia karena proses reuse hollow fiber
HD bisa di eliminasi saat hollow fiber tak perlu reuse kembali atau single
use.
b. Substitusi
Cara pengendalian ini mempunyai tujuan untuk merubah bahan proses
operasi atau perlengkapan dari yang berbahaya jadi lebih tidak beresiko.
Dengan pengendalian ini turunkan bahaya serta kemungkinan minimal
lewat disain sistem atau design lagi. Beberapa contoh aplikasi substitusi
contohnya: Sistem mekanisasi pada mesin untuk kurangi interaksi mesin-
mesin beresiko dengan operator memakai bahan pembersih kimia yang
kurang beresiko kurangi kecepatan kapabilitas dan arus listrik ganti bahan
baku padat yang memunculkan debu jadi bahan yang cair atau basah.
c. Eksperimen with Enginering.
Pengendalian ini dikerjakan mempunyai tujuan untuk memisahkan bahaya
dengan pekerja dan untuk mencegah terjadinya kekeliruan manusia.
Pengendalian ini terpasang pada suatu unit sistem mesin atau
perlengkapan.
Beberapa contoh implementasi cara ini contoh ialah sistem tekanan negatif
pada ruangan perawatan air borne disease, pemakaian laminar airflow,
pemasangan shield sekat Pb pada pesawat fluoroscopy ,X-Rayhi dan
sebagainya.
d. Administrasi
Kontrol administratif diperuntukkan pengendalian dari bagian orang yang
akan melakukan pekerjaan. Dengan dikendalikan cara kerja diharapkan
orang akan mematuhi mempunyai potensi serta ketrampilan cukup untuk
merampungkan pekerjaan dengan aman. Jenis pengendalian ini
diantaranya seleksi karyawan terdapatnya standard operasional
Mekanisme ,SOP, pelatihan, pengawasan modifikasi prilaku agenda kerjai
perputaran kerja pemeliharaan manajemen pergantian agenda istirahat dan
sebagainya.
D. Pengendalian Resiko Bahaya
Setelah kita ketahui jenis-jenis resiko bahaya di rumah sakit ternyata
seluruh resiko bahaya tersebut terdapat di rumah sakit. Beberapa contoh
sistem pengendalian resiko bahaya yang telah dilakukan di rumah sakit adalah
sebagai berikut :
1. Resiko bahaya fisik
a) Mekanik : resiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum
dan terpeleset atau menabrak dinding pintu kaca. Pengendalian yang
sudah dilakukan antara lain: penggunaan safety box limbah tajam
kebijakan dilarang menutup kembali jarum bekasi pemasangan
keramik anti licin pada koridor dan lantai yang miring, pemasangan
rambu awas licin, pemasangan kaca film dan stiker pada dinding
pintu kaca agar lebih kelihatan, kebijakan penggunaan sabuk
keselamatan pada pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian lebih
dari 2 meter dan lain-lain.
b) Resiko bahaya radiasi: resiko ini terdapat di ruang radiologi radio
therapi kedokteran nuklir ruang cath lab dan beberapa kamar operasi
yang memiliki fluoroskopi w x-ray. Pengendalian yang sudah
dilakukan antara lain: pemasangan rambu peringatan bahaya radiasi
pelatihan proteksi bahaya radiasii penyediaan APD radiasi
pengecekan tingkat paparan radiasi secara berkala dan pemantauan
paparan radiasi pada petugas radiasi dengan personal dosimetri pada
patugas radiasi.
c) Resiko bahaya kebisingan: terdapat pada ruang boileri generator
listrik dan ruang chiller. Pengendalian yang telah dilakukan antara
lain: substitusi peralatan dengan alat-alat baru dengan ambang
kebisingan yang lebih rendahi penggunaan pelindung telinga dan
pemantauan tingkat kebisingan secara berkala oleh Instalasi Sanitasi
Lingkungan Rumah Sakit (ISLRS).
d) Resiko bahaya pencahayaan: resiko bahaya ini terutama di satuan
kerja dengan pekerjaan teliti seperti di kamar operasi dan
laboratorium. Pengendalian yang sudah dilakukan adalah pemantauan
tingkat pencahayaan secara berkala oleh ISLRS dan hasil pemantauan
dilaporkan ke Direkturi Teknik dan Unit K3 untuk tindak lanjut
ruangan yang tingkat pencahayaannya tidak memenuhi persyaratan.
e) Resiko bahaya listrik: resiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan
kesetrum. Pengendalian yang telah dilakukan adalah adanya
kebijakan penggunaan peralatan listrik harus memenuhi Standar
Nasional Indonesia ,SNI dan harus dipasang oleh bagian IPSRS atau
orang yang kompeten. Peralatan elektronik di RSUP dr Sardjito
secara berkala dilakukan maintenance oleh bagian IPSRS dan seluruh
peralatan yang layak pakai akan diberikan label layak pakai berupa
stiker warna hijaui sedangkan yang tidak layak pakai akan diberikan
stiker merah dan peralatan tersebut ditarik oleh bagian IPSRS. Selain
itu unit K3 dan IPSRS secara berkala melakukan sosialisasi ke
seluruh satuan kerja tentang perilaku aman dalam menggunakan
listrik di rumah sakit.
f) Resiko bahaya akibat iklim kerja: resiko ini meliputi kondisi
temperatur dan kelembaban ruang kerja. Pemantauan temperatur dan
kelembaban dilakukan oleh ISLRS. Acuan dari standar temperatur
dan kelembaban mengacu pada keputusan menteri kesehatan RI no
1402 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit.
Masalah yang sering muncul adalah temperatur melebihi standar
seperti di Instalasi Binatu dan ruang produksi gizii karena belum
memungkinkan untuk distandarkan pengendalian yang dilakukan
dengan pemberian minum yang cukup. Masalah kelembaban yang
tinggi beresiko terjadinya kolonisasi kuman patogen sehingga
meningkatkan angka infeksi baik bagi pasien maupun bagi pekerja.
Pengendalian secara teknis telah dilakukan akan tetapi pada musim
tertentu kadang tidak memenuhi persyaratan. Upaya yang dilakukan
untuk menghambat kolonisasi kuman terutama pada ruang perawatan
pasieni ICU dan kamar operasi harus dilakukan desinfeksi ruangan
lebih sering dan pemantauan angka kuman secara berkala.
g) Resiko bahaya akibat getaran: resiko bahaya getaran tidak terlalu
signifikan. Dari telaah yang telah dilakukan unit K3 resiko bahaya
getaran ditemukan di bagian taman akibat dari mesin pemotong
rumput dan di klinik gigi akibat dari mesin bor gigii tetapi tingkat
getaran pada ke 2 lokasi tersebut masih dalam batas yang diijinkan.

2. Resiko bahaya biologi


Resiko bahaya biologi yang paling banyak adalah akibat kuman patogen dari
pasien yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuhi dropet dan udara.
Pengendalian resiko ini telah dilakukan oleh Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) akan tetapi termasuk dalam area pemantauan Unit
K3. Resiko air borne dissease dikendalikan dengan rekayasa ruangan tekanan
negatif beserta peraturan administratif dan APD. Resiko penularan melalui
droplet dikendalikan dengan menyediakan masker bagi petugas pengantar
pasien dan pasien yang batuk serta sosialisasi etika batuk oleh PPI. Resiko
blood borne dissease dikendalikasn dengan penggunaan alat-alat single
use beserta persturan administratif dan APD. Selain itu untuk mencegah pe
nularan penyakit blood borne dissease khususnya Hepatitis B dilakukan
Imunisasi Hepatitis B dengan perioritas pada karyawan dengan kadar titer anti
HBs i 0i2 uwL terutama yang bekerja pada tindakan invasif terhadap pasien.
Selain itu juga telah dilakukan penanganan paska pajanan infeksi khususnya
pada HIV dan Hepatitis B. Bila pekerja atau peserta didik mengalami
kecelakaan kerja berupa tertusuk jarum bekas pasien atau terkena percikan
darah dan cairan tubuh pada mukosa ,mata mulut atau terkena pada luka maka
wajib melaporkan kepada penanggung jawab ruangan pada saat itu dan setelah
melakukan pertolongan pertama harus segera periksa ke IGD agar dilakukan
telaah dan tindak lanjut paska pajanan sesuai prosedur untuk mengurangi
resiko tertular.

3. Resiko bahaya kimia


Resiko ini terutama terhadap bahan kimia golongan berbahaya dan beracun
,B3. Pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-
bahan B3 pelabelan standari penyimpanan standari penyiapan MSDS
penyiapan P3K, APD dan safety shower serta pelatihan teknis bagi petugas
pengelola B3. Rekayasa juga dilakukan dengan penggunaan Laminary
Airflow pada pengelolaan obat dan B3 lainnya.

4. Resiko bahaya ergonomi


Resiko ini banyak terjadi pada pekerjaan angkat dan angkut baik pasien
maupun barang. Sosialisasi cara mengangkat dan mengangkut yang benar
selalu dilakukan. Selain itu dalam pemilihan sarana dan prasarana rumah sakit
juga harus mempertimbangkan faktor ergonomi tersebut terutama peralatan
yang dibeli dari negara lain yang secara fisik terdapat perbedaan ukuran
badan.

5. Resiko bahaya psikologi


Resiko psikologi tidak terlalu kelihatan akan tetapi selalu ada meskipun
kadarnya tidak terlalu mencolok. Upaya yang dilakukan antara lain dengan
mengadakan pertemuan antar satuan kerja antar staff dan pimpinan dan pada
acara-acara bersama seperti saat ulang tahun RS dan lain-lain yang bertujuan
agar terjalun komunikasi yang baik sehingga secara psikologi menjadi lebih
akrab dengan harapan resiko bahaya psikologi dapat ditekan seminimal
mungkin.

Anda mungkin juga menyukai