Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 4

Nama Anggota:
1. Waode Misnadia ( F21089 )
2. Amelia Ratna Vitriani ( F21103 )
3. Oktavia Depa Margareta ( F21076 )
4. Annora Ardinngrum Gunari ( F21067 )
5. Aryawan Eka Saputra ( F21102 )
PROBLEM FAKTOR KIMIA DAN FISIKA
FAKTOR KIMIA
Faktor Kimia ini berhubungan dengan hal-hal berbau kimia dan perlindungan pada
pekerja atau masyarakat umum di sekitar perusahaan. Beberapa bahan kimia yang
dianggap berbahaya biasanya akan diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yang
terdiri dari: Mudah terbakar, mudah meledak, beracun, korosif, oksidator, reaktif,
radioaktif
Selain itu bentuk dari zat kimia mulai dari padat, cair, dan gas di lingkungan juga
harus diperhatikan dengan baik. Apabila zat kimia berbahaya mengenai seseorang,
kemungkinan terjadi masalah akan besar mulai dari melepuh di kulit hingga memicu
masalah yang lebih kronis lainnya. Pengendalian faktor kimia ini bisa dilakukan
dengan membuat ventilasi udara, mengisolasi, penggunaan bahan yang lebih aman,
dan lainnya.
Risiko bahaya kimia
Risiko ini terdapat pada bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan beracun.
Pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-bahan B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun), pelabelan standar, penyimpanan standar, penyiapan
MSDS (Material Safety Data Sheet) atau lembar data keselamatan bahan, penyiapan
P3K, serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola B3. Selain itu pembuangan limbah
B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan masuk ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Problem:

1. Terdapat debu
Ada debu pada dokumen rekam medis juga dapat merusak dokumen reka medis
karena akan menimbulakan jamur juga.
Solusi : harus menjaga kebersihan ruangan penyimpan dokumen rekam medis
dan juga harus terdapat penyaring debu di ruangan penyimpanan dokumen rekam
medis agar jika ada debu yang pada dokumen rekam medis bisa di saring oleh
alat tersebut serta menerapkan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) di
Rumah Sakit.
SWOT : THREATS
Menurut Kepmenkes No.1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit:
Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-
rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µg/ m3, dan tidak
mengandung debu asbes.
2. Pencemaran udara dalam ruangan
Masalah: Keberadaan zat-zat kimia berbahaya dalam udara di dalam ruangan
rumah sakit, seperti gas anestesi, zat pembersih, atau bahan kimia dari peralatan
medis, dapat menyebabkan risiko kesehatan bagi staf medis dan pasien.
Solusi : Memastikan ruangan memiliki sistem ventilasi yang baik untuk sirkulasi
udara yang sehat. Menggunakan bahan kimia yang lebih aman atau
menggantikan dengan metode pembersihan alternatif yang ramah lingkungan.
Melakukan pemantauan kualitas udara secara teratur.
SWOT :THREATS
3. Penyimpanan dan penggunaan bahan kimia berbahaya: Rumah sakit
Menggunakan berbagai jenis bahan kimia untuk keperluan seperti sterilisasi,
pembersihan, atau pengobatan. Masalah dapat muncul jika penyimpanan bahan
kimia tidak dilakukan dengan benar atau jika penggunaannya tidak sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan. Hal ini dapat menyebabkan risiko kecelakaan atau
keracunan bagi staf rumah sakit dan pasien.
Solusi : Pelatihan dan kesadaran: Memberikan pelatihan yang memadai kepada
staf rumah sakit mengenai penyimpanan, penanganan, dan penggunaan bahan
kimia dengan aman. Meningkatkan kesadaran akan risiko yang terkait dengan
bahan kimia berbahaya dan pentingnya penggunaan yang tepat.
SWOT : THREATS
4. Limbah medis dan bahan berbahaya: Rumah sakit menghasilkan limbah medis
yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti jarum suntik, obat-obatan
kadaluwarsa, atau bahan kimia medis lainnya. Pengelolaan limbah medis yang
tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan berpotensi
membahayakan kesehatan masyarakat sekitar.
Solusi : Pengelolaan limbah medis yang tepat: Menerapkan prosedur pengelolaan
limbah medis yang sesuai, termasuk pemisahan, penanganan, dan pembuangan
yang aman. Mengikuti peraturan dan regulasi yang berlaku terkait pengelolaan
limbah medis.
SWOT : WEAKNESS

FAKTOR FISIKA

Faktor fisika adalah faktor yang dapat memengaruhi aktivitas tenaga kerja yang


bersifat fisika, disebabkan oleh penggunaan mesin, peralatan, bahan, dan kondisi
lingkungan di sekitar tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan dan penyakit
akibat kerja pada tenaga kerja.

Problem :

1. Risiko bahaya mekanik : tertusuk jarum, terpeleset ataupun menabrak


dinding/pintu kaca. Pengendalian yang : penggunaan safety box limbah tajam,
kebijakan dilarang menutup kembali jarum bekas, pemasangan keramik anti licin
pada koridor dan lantai yang miring, pemasangan rambu “awas licin”,
pemasangan kaca film dan stiker pada dinding/pintu kaca agar lebih kelihatan.
WEAKNESS (kelemahan) faktor dari dalam
2. Risiko bahaya radiasi : Risiko ini terdapat di ruang radiologi, radio therapy,
kedokteran nuklir dan beberapa kamar operasi yang memiliki x-ray.
Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : pemasangan rambu peringatan
bahaya radiasi, pengecekan tingkat paparan radiasi secara berkala dan
pemantauan paparan radiasi.
Efek paparan radiasi :
1. Kanker
2. Kerusakan kulit
3. Hematopoietik sumsum tulang, dan lensa mata serta sindrome radiasi
4. Tumor
5. Kerusakan genetik
THREATS (ancaman) faktor dari luar
3. Risiko bahaya kebisingan : Risiko ini terdapat pada ruang boiler, generator listrik
dan ruang chiller.
Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : substitusi peralatan melalui alat-
alat baru dengan intensitas kebisingan yang lebih rendah, penggunaan pelindung
telinga dan pemantauan tingkat kebisingan secara berkala oleh sanitasi.
Batas kebisingan : rumah sakit 20-40
Ruang isolasi : 20
Rawat inap : 35
THREATS (ancaman) faktor dari luar
4. Risiko bahaya pencahayaan : di kamar operasi dan laboratorium.
Pengendalian yang harus dilakukan adalah pemantauan tingkat pencahayaan
secara berkala oleh sanitasi dan hasil pemantauan dilaporkan ke petugas teknisi
untuk tindak lanjut ruangan yang tingkat pencahayaannya tidak memenuhi
persyaratan.
Standar pencahayaan :
100 lux : filling
300 lux : admin
Alat pengukur intensitas cahaya : luxmeter
THREATS (ancaman) faktor dari luar
5. Risiko bahaya listrik : Risiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan kesetrum.
Pengendalian yang harus dilakukan adalah adanya kebijakan penggunaan
peralatan listrik harus memenuhi SNI, serta dilakukan pengecekan secara rutin
baik fungsi dan kelayakan peralatan listrik di rumah sakit.
THREATS (ancaman) faktor dari luar
6. Kelembaban suhu udara
Kelembapan udara sering membuat dokumen rekam medis menjadi rusak karena
akan menimbulkan jamur kalau suhu ruangan penyimpanan dokumen rekam
medis tidak di jaga.
Solusi: menjaga kelembaban suhu udara menimal suhu udara tidak lebih dari
270 C dan kelembaban tidak lebih dari 60% dari ruangan penyimpaanan
deokumen rekam medis.dapat juga memasang ac atau blower agar menjaga
tingkat kelembaban dan mendapat sirkulasi yang sesuai.
SWOT: Weakness (kelembaban udara di ruangan filling selalu berubah)
7. Tulisan dokumen luntur karena terkena air
Tulisan Dokumen rekam medis juga sering luntur di sebabkan oleh air dari ac
yang bocor atau dokumen rekam medis yang sudah lama.
Solusi : jika ada ac yang rusak segera di perbaiki dan juga bisa jangan
melatakkan dokumen rekam medis di bawah ac agar jika ac bocor tidak akan
kena air ac yang bocor.
SWOT : THREATS

REFERENCE

Dharmawan. (2011). Lingkungan Kerja Fisik & Non Fisik.

Fitri, A. (2021). Evaluasi Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di


PMKS PT. Bumi Sama Ganda Aceh Tamiang. Doctoral Dissertation, UPT
Perpustakaan.
Purba, C. F. (2020). Upaya Pencegahan Hazard Kimia di Rumah Sakit.
https://osf.io/preprints/xvugc/

Hasanah, S., Fikri, G. D., Rahmalisa, M., Yahya, P., & Adawiyah, R. (2022). Faktor-
Faktor Penyebab Kerusakan Berkas Rekam Medis di RSIA Zainab Pekanbaru.
Jurnal Kemitraan Masyarakat, 1(1), 5–9.
http://journal.al-matani.com/index.php/jkm/article/view/220

Khairani, & Harefa, K. (2022). Tinjauan Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya


Kerusakan Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Di Rumah Sakit Putri Hijau
Medan. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan Imelda (JIPIKI), 7(2),
161–169. https://doi.org/10.52943/jipiki.v7i2.702

Anda mungkin juga menyukai