Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


HAZARD PUSKESMAS/RUMAH SAKIT

OLEH
Nama : Ria Gita Utami
NPM : 21149011121

Dosen Pembimbing
Ns. Amalia, S.Kep., M.Kes, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HAZARD PUSKESMAS/RUMAH SAKIT

A.Definisi
Bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian
kecelakaan berupa cedera, penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi
operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2014 )
Hazard adalah suatu kondisi atau keadaan yang dapat menimbulkan atau memperbesar
kemungkinan terjadinya kergian(Siahaan ,2010)
Hazard merupakan semua sumber situasi ataupun aktifitas yang berpotensi menimbukan
cedera ,kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja , berdasarkan OHSAS 18001:2007.Risiko dapat
didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang berhubungan
dengan cidera parah atau sakit akibat kerja dan terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya ,
OHSAS 18001:2007.

A. Macam –Macam Hazard Dirumah Sakit/Puskesmas


Berikut merupakan penjelasan mengenai system pengendalian bahaya dan resiko rumah sakit
yang harus dilakukan di rumah sakit , Modul Pelatihan Dasar wajib Pengendalian Risiko Bahaya di
Rumah Sakit :
1. Risiko bahaya fisik
Bahaya fisik berpotensi menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK), dari
penyakit yang ringan akibat pajanan bising, sampai penyakit yang berat seperti kanker akibat
pajanan radiasi pengion. Jenis-jenis bahaya yang termasuk dalam golongan risiko bahaya fisik
adalah sebagai berikut.
a) Risiko bahaya mekanik
1) Risiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum terpeleset ataupun menabrak
dinding pintu kaca. Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : penggunaan safety
box limbah tajam kebijakan dilarang menutup kembali jarum bekas pemasangan
keramik anti licin pada koridor dan lantai yang miring pemasangan rambu awas licin
pemasangan kaca film dan stiker pada dinding pintu kaca agar lebih kelihatan.
2) Benda-benda bergerak yang dapat membentur. Seperti kita ketahui di rumah sakit banyak
digunakan kereta dorong untuk mengangkut pasien dan barang-barang logistik. Resiko yang
dapat muncul adalah pasien jatuh dari brankar tempat tidur, terjepit, tertabrak kereta dorong dan
lain-lain.
3) Resiko terjepit tertimbun dan tenggelam. Resiko ini dapat terjadi dimana saja meskipun
kejadiannya tidak terlalu sering. Hal-hal yang perlu diperhatikan terutama di ruang perawatan
anak dan ruang perawatan jiwa. Pastikan tidak ada pintu jendela atau fasilitas lain yang memiliki
resiko untuk terjepit tenggelam tersebut.
4) Resiko jatuh dari ketinggian yang sama ; terpeleset tersandung dan lain-lain. Resiko ini terutama
pada lantai-lantai yang miring baik di koridor ramp atau batas lantai dengan halaman. Pastikan
area yang beresiko licin sudah ditandai dan jika perlu pasanglah handrail atau pemasangan alat
lantai anti licin serta rambu peringatan awas licin.
5) Jatuh dari ketinggian berbeda. Resiko ini pada ruang perawatan anak dan jiwa. Selain itu perlu
diperhatikan pada pekerjaan konstruksi bangunan atau pembersihan kaca pada posisi yang cukup
tinggi. Jika pekerjaan dilakukan pada ketinggian lebih dari 2 meter sebaiknya pekerja tersebut
menggunakan sabuk keselamatan. Pada ruang perawatan anak dan jiwa yang terletak di lantai
atas pastikan jendela yang ada sudah terpasang teralis pengaman dan anak-anak selalu dalam
pengawasan orang dewasa saat bermain.
b) Risiko bahaya radiasi
1) Risiko ini terdapat diruang radiologi, radio therapy kedokteran uklir, dan beberapa kamar
operasi yang memiliki x-ray. Pengendalian yang harus dilakukan antara lain :pemasangan rambu
peringatan bahaya radiasi pengecekan tingkat paparan radiasi secara berkala dan pemantauan
paparan radiasi.
2) Bahaya radiasi non pengion adalah Radiasi elektromagnetik dengan energy yang tidak cukup
untuk ionisasi missal radiasi infra merah atau radiasi gelombang mikro.
Pengendalian resiko bahaya radiasi dilakukan untuk pekerja radiasi peserta didik pengunjung dan
pasien hamil. Pekerja radiasi harus sudah mendapatkan informasi tentang resiko bahaya radiasi
dan cara pengendaliannya. Selain APD yang baik monitoring tingkat paparan radiasi dan
kepatuhan petugas dalam pengendalian bahaya radiasi merupakan hal yang penting. Sebagai
indicator tingkat paparan semua pekerja radiasi harus memakai personal dosimetri untuk
mengukur tingkat paparan radiasi yang sudah diterima sehingga dapat dipantau dan tingkat
paparan tidak boleh melebihi ambang batas yang diijinkan. Untuk pengunjung dan pasien hamil
hendaknya setiap ruang pemerikasaan atau therapy radiasi terpasang rambu peringatan Awas
bahaya radiasi bila hamil harus melapor kepada petugas.
c) Risiko bahaya kebisingan
Risiko ini terdapat pada ruang boileri generator listrik dan ruang chiller. Pengendalian yang harus
dilakukan antara lain :substitusi peralatan melalui alat-alat baru dengan intensitas kebisingan yang
lebih rendah penggunaan pelindung telinga dan pemantauan tingkat kebisingan secara berkala
oleh sanitasi.
Berdasar peraturan menteri kesehatan RI no 1204 tahun 2004 tentang pengendalian lingkungan
fisik di rumah sakiti seluruh area pelayanan pasien harus dipantau dan dikendalikan tingkat
kebisingannya minimal 3 bulan sekali.
Di rumah sakit pemantauan ini sudah dilakukan oleh ISLRS dan hasil temuan yang tidak memenuhi
persyaratan di analisa dan dikendalikan bersama IPSRS dan Unit K3 serta dilaporkan kepada
Manajemen rumah sakit.
d) Risiko bahaya pencahayaan
Risiko bahaya pencahayaan adalah pencahayaan pada lingkungan kerja yang kurang atau
berlebih. Tingkat pencahayaan diseluruh area rumah sakit juga telah dipantau dan
dilaporkan seperti resiko bahaya kebising antersebut. Hal yang harus diperhatikan adalah
jika terjadi kerusakan lampu pastikan lampu pengganti setara tingkat pencahayaannya
dengan lampu sebelumnya sehingga tidak terjadi perubahan dalam tingkat pencahayaan
pada area tersebut. Ini seperti biasanya terjadi di kamar operasi dan laboratorium.
Pengendalian yang harus dilakukan adalah pemantauan tingkat pencahayaan secara berkala
oleh sanitasi dan hasil pemantauan dilaporkan kepetugas teknisi untuk tindak lanjut
ruangan yang tingkat pencahayaannya tidak memenuhi persyaratan.
e) Risiko bahaya listrik
Risiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan kesetrum. Pengendalian yang harus
dilakukan adalah adanya kebijakan penggunaan peralatan listrik harus memenuhi SNI serta
dilakukan pengecekan secara rutin baikfungsi dan kelayakan peralatan listrik di rumah
sakit.

2. Risiko bahaya biologi


Risik bahaya biologi yang paling banyak adalah akibat kuman pathogen dari pasien yang
ditularkan melalui darah cairan tubuh dan udara. Pengendalian yang harus dilakukan adalah
melalui sanitasi dan harus didukung dengan house keeping yang baik dari seluruh karyawan
dan penghuni rumah sakit.
Bahaya biologi berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja (PAK), dari penyakit
yang ringan seperti flu biasa sampai HIV bagi pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang
termasuk dalam golongan factor biologic serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hep
B/C, HIV-AIDS), bakteri (Tuberkulosis, Bruselosis, Leptospirosis).

3. Risiko bahaya kimia


Bahan kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas spektrumnya,
dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gata lsampai yang berat seperti kelainan organ hati dan
saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru, bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin
yang dikandung oleh pekerja yang terpajan, yang terberat adalah kematian.
Resiko dari bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi yang meliputi:
a) Desinfektan yaitu bahan- bahan yang digunakan untuk dekontaminasi lingkungan dan
peralatan di rumah sakit seperti; mengepel lantai desinfeksi peralatan dan permukaan
peralatan dan ruangan dan lain-lain.
b) Antiseptik yaitu bahan- bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan mencuci permukaan
kulit pasien seperti alkohol iodine povidone dan lain-lain.
c) Detergen yaitu bahan- bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan peralatan lainnya.
d) Reagen yaitu  zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium klinik dan patologianatomi.
e) Obat-obat sitotoksik yaitu obat- obatan yang dipergunakan untuk pengobatan pasien.
f) Gas medis yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan penunjang
pengobatan pasien seperti oksigen karbon dioxidenitrogen nitrit oxide nitrous oxide dan
lain-lain.
Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi dengan seluruh satuan
kerja. Hal- hal yang perlu diperhatikan adalah pengadaan B3 penyimpanan pelabelan
pengemasan ulang repacking pemanfaatan dan pembuangan limbahnya.
a) Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan ,Material
Safety Data Sheet MSDS petugas yang mengelolah arus sudah mendapatkan pelatihan
pengelolaan B3 serta mempunyai prosedur penanganan tumpahan B3.
b) Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3 diletakkan diatas palet atau
didalam lemari B3 memiliki daftar B3 yang disimpan tersedia MSDS safety shower. APD
sesuai resiko bahaya dan Spill Kit untuk menangani tumpahan B3 serta tersedia prosedur
penanganan Kecelakaan Kerja akibat B3.
c) Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satuan kerja yang kompeten untuk
memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar pelabelan. Dilarang melakukan
pelabelan tanpa kewenangan yang diberikan oleh pimpinan rumah sakit.
d) Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke lingkungan serta
kondisi kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3 harus memiliki pelatihan teknis
pengelolaan B3 jika belum harus segera diusulkan sesuai prosedur yang berlaku.
e) Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan masuk ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah(IPAL). Limbah B3 padat harus dibuangkeTempat
Pengumpulan Sementara Limbah B3 ,TPS B3 untuk selanjutnya diserahkan kepihak
pengolah limbah B3.
Risiko ini terdapat pada bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan beracun. Pengendalian
yang harus dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-bahan B3 , Bahan Berbahaya dan
Beracun pelabelan standar penyimpanan standar penyiapan MSDS, Material Safety Data Sheet
atau lembar data keselamatan bahan penyiapan P3K serta pelatihan teknis bagi petugas
pengelola B3. Selain itu pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor
yang akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah(IPAL).
4. Risiko bahaya fisiologi
Risiko ini terdapat pada sebagian besar kegiatan di rumah sakit berupa kegiatan angkat dan
angkut, posisi duduk,ketidaksesuaian antara peralatan kerja dan ukuran fisik pekerja. Risiko ini
misalnya terjadi pada pekerjaan angkat dan angkut baik pasien maupun barang. Selain itu
pemilihan sarana dan prasarana rumah sakit juga harus mempertimbangan factor fisiologi
terutama peralatan yang dibeli dari negara lain yang secara fisik terdapat perbedaan ukuran
badan. Pengendalian yang harus dilakukan yaitu melalui melakukan gerak tubuh secara rutin.
5. Risiko bahaya psikologi
Risiko bahaya psikologi dapat terjadi di seluruh rumah sakit berupa ketidakharmonisan
hubungan antar manusia didalam rumahsakit baik sesama staff, staff dengan pasien maupun
staff dengan pimpinan. Risiko psikologi akan memberikan pengaruh pada perilaku atau
semangat kerja petugas sehingga produktivitas akan menurun. Upaya pengendalian yang
dilakukan untuk risiko ini adalah dengan mengadakan pertemuan antar satuan kerja antar staff
dan pimpinan pada acara-acara bersama yang bertujuan agar terjalin komunikasi dengan baik.
Sehingga secara psikologi hal ini berdampak baik pada proses pengakraban dengan harapan
risiko bahaya psikologi dapat ditekan seminimal mungkin.
6.Unsafe Action 
Adalah tindakan – tindakan yang tidak aman dan berbahaya bagi para pekerja seperti:
– Adanya Percampuran Bahan- Bahan Kimia
Bahan – bahan kimia sangat berbahaya bagi para pekerja, dimana jika sampai bercampur baur
antar sesama bahan kimia dapat menyebabkan keracunan dan bahkan ledakan yang sangat
dahsyat sehingga akan dapat merugikan para pekerja itu sendiri. Contoh : Jika bahan kimia
Natrium bercampur dengan H2O dapat menyebabkan ledakan yang sangat dahsyat. Apalagi
jika kadar Natriumnya cukup tinggi dan sangat banyak.
– Membuang Sampah Sembarangan Tempat
Hal seperti ini sungguh sangat sering ditemukan di berbagai tempat kerja. Masih banyaknya
para pekerja yang kurang sadar akan pentingnya kebersihan tempat kerja. Namun disini bukan
hanya melihat dari segi kebersihan tetapi juga melihat segi keamanan dalam melakukan
pekerjaan. Jika sampai sampah- sampah tersebut tidak dibuang pada tempatnya akan dapat
menyebabkan kerugian bagi pihak perusahaan khususnya bagi para pekerja sendiri. Sebagai
contoh : jika membuang kulit pisang dan oli bekas disembarang tempat akan menyebabkan
para pekerja menjadi terpeleset sehingga akan terjatuh. Apalagi jika sampai ada anggota
tubuhnya yang terluka, seperti patah tangan dan kaki. Dengan demikian para pekerja tidak
dapat melakasanakan tugasnya sebagaimana mestinya sehingga akan dapat menurunkan
produksi dan produktivitas dari perusahaan sehingga perusahaan akan merugi.
– Bekerja Sambil Bercanda dan Bersenda Gurau
Ini merupakan suatu perilaku yang harus dihilangkan karena dapat mengakibatkan kejadian
yang sangat fatal sehingga tidak hanya menyebabkan kerugian material, tetapai juga dapat
menyebabkan kerugian non material. Contoh : ketika para pekerja sedang melakukan tugasnya
menuangkan semen kedalam mesin pencetak, tiba- tiba ada salah seorang pekerja lainnya
mengejutkannya dari belakang sehingga secara tidak sengaja dia tersentak hebat dan tanpa dia
sadari tangannya masuk kedalam mesin pencetak. Mungkin bisa kita tebak apa yang terjadi
selanjutnya. Benar, tangan para pekerja tersebut patah dan terputus sehingga akan dapat
menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi para pekerja itu sendiri, dimana kerugian yang
diderita bukan merupakan kerugian material melainkan kerugian non material.
– Mengerjakan Pekerjaan Yang Tidak Sesuai Dengan Skill / Keterampilan
Dalam melaksanakan pekerjaan, kita harus menguasai bidang pekerjaan tersebut. Hal ini
dikarenakan agar dapat mencegah terjadinya kesalahan dan kecelakaan dikemudian hari.
Contoh : Seorang petugas mesin harus mampu menguasai segala macam bagian pada mesin
seperti tombol kerja alat dan mengetahui fungsinya masing- masing. Jangan sampai salah tekan
karena akan mengakibatkan kecelakaan yang sangat fatal bagi para pekerja lainnya.
– Tidak Melaksanakan Prosedur Kerja dengan Baik
Para pekerja yang tidak melaksanakan prosedur kerja dengan baik akan dapat menyebabkan
kerugian bagi perusahaan tempat ia bekerja khususnya bagi para pekerja itu sendiri. Contoh :
para pekerja pada bagian las besi di haruskan menggunakan kaca mata pelindung, tetapi para
pekerja tersebut tidak menghiraukannya sehingga percikan api yang berasal dari besi yang dilas
mengenai matanya dan menyebabkan kebutaan.
7.Unsafe Condition 
Adalah kondisi – kondisi yang tidak aman dan berbahaya bagi para pekerja.
– Tempat Kerja Yang Tidak Memenuhi Standar / Syarat
Tempat kerja yang tidak memenuhi standar dan syarat kesehatan dan keselamatan kerja dapat
mengakibatkan penurunan daya produksi dan produktifitas. Selain itu juga dapat
mengakibatkan dampak yang negative bagi para pekerja itu sendiri. Contoh : kurangnya
ventilasi udara yang cukup sehingga tidak adanya pergantian udara didalam ruangan kerja dan
membuat para pekerja kekurangan oksigen dan dapat mengakibatkan pingsan ketika sedang
bekerja. Selain itu, pencahayaan dan penerangan yang kurang dapat menggangu para pekerja
dalam melaksanakan tugas sebagai mana mestinya. Bahkan dengan pencahayaan yang terlalu
berlebih juga akan dapat merusak mata. Oleh karena itu, dalam pencahayaan harus biasa- biasa
saja, jangan sampai terlalu terang dan jangan sampai terlalu redup.
– Alat Pelindung Diri Yang Tidak Sesuai Dengan Standar Yang Telah di Tetapkan
Perusahaan harus menyediakan Alat Pelindung Diri ( APD ) yang cukup dan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Jika Alat Pelindung Diri ( APD ) yang disediakan tidak
memenuhi standar, maka akan mengakibatkan kecelakaan yang dapat merugikan pihak
perusahaan dan para pekerja. Contoh : Helm yang digunakan oleh para pekerja harus terbuat
dari bahan yang tahan terhadap benturan benda keras. Misalkan helm tersebut tahan terhadap
benturan balok maupun batu bata. Jika helm yang digunakan tidak tahan terhadap bahan- bahan
yang telah tersebut diatas maka akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar khususnya
bagi para pekerja itu sendiri karena dapat mengakibatkan geger otak.
– Kebisingan di Tempat Kerja
Suara yang berlebihan dan dapat menggangu konsentrasi para pekerja dalam melaksanakan
tugasnya disebut dengan kebisingan. Kebisingan pada sebuah tempat kerja memang tidak dapat
dihindarkan apalagi jika bergerak dalam bidang permesinan. Oleh karena itu pihak perusahaan
harus mencari solusi yang tepat sehingga hal tersebut dapat diatas dengan baik tanpa adanya
masalah dikemudian hari. Contoh : Untuk mencegah kebisingan, maka pihak perusahaan
memberikan alat pelindung telinga ( pendengaran ) seperti Handsfree. Adapun Handsfree yang
diberikan harus sesuai dengan standar, dimana setelah menggunakan alat tersebut tidak akan
dapat menimbulkan efek samping terhadap pendengaran.
– Waktu kerja atau Jam Terbang Yang Berlebihan
Para pekerja yang bekerja pada sebuah perusahaan harus menjaga waktu dan jam terbangnya.
Jangan terlalu memforsir pekerjaannya sehingga lupa dengan hal- hal yang lainnya. Pihak
perusahaan pun jangan memaksa para pekerjanya agar bekerja lembur dan melebihi jam kerja
seperti biasanya. Hal ini dikarenakan akan membuat para pekerja merasa lelah dan letih sehingga
tidak dapat bekerja secara maksimal. Contoh : Para pekerja bekerja lembur sampai jam 2 malam.
– Perlakukan Yang Tidak Menyenangkan Dari Atasan
Seorang pimpinan yang baik adalah pimpinan yang dapat memanage anak buahnya agar dapat
bekerja dengan baik dan professional. Pimpinan jangan merendahkan anak buahnya dihadapan
anak buahnya yang lain karena akan membuat minder anak buah tersebut. Dengan demikian
para pekerja tidak dapat bekerja dengan baik dan produktif. Jangan pernah membentak maupun
mengunakan kekerasaan fisik dalam mneghadapi para pekerja karena hal ini bukan
mencerminkan kita sebagai seorang pimpinan. Contoh : pimpinan menampar salah seorang
pekerja di hadapan para pekerja lainnya.
B. Hirarki Pengendalian Resiko Bahaya
Menurut Department of Occupational Safety and Health Ministry Of Human Resources
Malaysia (2008) bahwa pengendalian terhadap bahaya dilingkungan kerja adalah tindakan-
tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan kerja dengan
tahap-tahap yang ada seperti Eliminasi, Subtitusi, Engineering control, Administratif control dan
Alat Pelindung Diri (APD). Tindakan pengendalian risiko ini digunakan untuk bahaya dengan
risiko tinggi.
Resiko-resiko bahaya itu semua bisa kita kendalikan melalui 5 hirarki seperti berikut;
a. Eliminasi
Hirarki teratas yakni eliminasi menghilangkan bahaya dikerjakan saat design tujuannya ialah
untuk menghilangkan kemungkinan kekeliruan manusia dalam menjalankan suatu system
sebab terdapatnya kekurangan pada design. Penghapusan bahaya adalah cara yang sangat
efisien hingga bukan hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam hindari resiko akan tetapi
penghilangan benar- benar pada bahaya tidak selamanya praktis serta ekonomis.
Misalnya: kemungkinan bahaya kimia karena proses reuse hollow fiber HD bisa di
eliminasisaat hollow fiber tak perlu reuse kembali atau single use.
b. Substitusi
Cara pengendalian ini mempunyai tujuan untuk merubah bahan proses operasi atau
perlengkapan dari yang berbahaya jadi lebih tidak beresiko. Dengan pengendalian ini turunkan
bahaya serta kemungkinan minimal lewat disain system atau design lagi. Beberapa contoh
aplikasi substitusi contohnya: Sistem mekanisasi pada mesin untuk kurangi interaksi mesin-
mesin beresiko dengan operator memakai bahan pembersih kimia yang kurang beresiko
kurangi kecepatan kapabilitas dan arus listrik ganti bahan baku padat yang memunculkan debu
jadi bahan yang cair atau basah.
c. Eksperimen with Enginering.
Pengendalian ini dikerjakan mempunyai tujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja dan
untuk mencegah terjadinya kekeliruan manusia. Pengendalian ini terpasang pada suatu unit
system mesin atau perlengkapan.Beberapa contoh implementasi cara ini contoh ialah system
tekanan negatif pada ruangan perawatan air borne disease, pemakaian laminar airflow,
pemasangan shield sekat Pb pada pesawat fluoroscopy ,X-Rayhi dan sebagainya.
d. Administrasi
Kontrol administrative diperuntukkan pengendalian dari bagian orang yang akan melakukan
pekerjaan. Dengan dikendalikan cara kerja diharapkan orang akan mematuhi mempunyai
potensi serta ketrampilan cukup untuk merampungkan pekerjaan dengan aman. Jenis
pengendalian ini diantaranya seleksi karyawan terdapatnya standard operasional
Mekanisme ,SOP, pelatihan, pengawasan modifikasi prilaku agenda kerja perputaran kerja
pemeliharaan manajemen pergantian agenda istirahat dan sebagainya.
e. Alat pelindung diri (APD)
Penentuan serta pemakaian alat pelindung diri adalah merupakan perihal yang sekiranya efisien
dalam pengendalian bahaya. APD Cuma dipakai oleh pekerja yang akan bertemu langsung
dengan kemungkinan bahaya dengan memerhatikan jarak serta waktu kontak dengan
kemungkinan bahaya itu. Makin jauh dengan kemungkinan bahaya jadi kemungkinan yang
didapatkan makin kecil begitu pun makin singkat kontak dengan kemungkinan bahaya
kemungkinan yang didapatkan ikut makin kecil.
Pemakaian beberapa APD terkadang mempunyai dampak negatif pada pekerja seperti kurang
bebas dalam bekerja, terbatasnya komunikasi dengan pekerja lainnya, alergi pada APD spesifik
dan sebagainya. Beberpa pekerja yang kurang faham pada efek kemungkinan bahaya dari
pekerjaan yang dikerjakan terkadang kepatuhan dalam pemakaian APD ikut jadi rendah. APD
reuse memerlukan perawatan serta penyimpanan yang baik hingga kualitas perlindungan dari
APD itu tetap maksimal.
Tabel 1. HirarkiPengendalianResikoBahaya

C. Pengendalian Resiko Bahaya


Setelah kita ketahui jenis-jenis resiko bahaya di rumah sakit ternyata seluruh resiko bahaya
tersebut terdapat di rumah sakit. Beberapa contoh system pengendalian resiko bahaya yang telah
dilakukan di rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Resiko bahaya fisik
a) Mekanik :resiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum dan  terpeleset atau
menabrak dinding pintu kaca. Pengendalian yang sudah dilakukan antara lain: penggunaan
safety box limbah tajam kebijakan dilarang menutup kembali jarum bekas pemasangan
keramik anti licin pada koridor dan lantai yang miring, pemasangan rambu awas licin,
pemasangan kaca film dan stiker pada dinding pintu kaca agar lebih kelihatan, kebijakan
penggunaan sabuk keselamatan pada pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian lebih
dari2 meter dan lain-lain.
b) Resiko bahaya radiasi: resiko ini terdapat di ruang radiologi radio therapy kedokteran
nuklir ruang cath lab dan beberapa kamar operasi yang memiliki fluoroskopi w x-ray.
Pengendalian yang sudah dilakukan antara lain: pemasangan rambu peringatan bahaya
radiasi pelatihan proteksi bahaya radiasi penyediaan APD radiasi pengecekan tingkat
paparan radiasi secara berkala dan pemantauan paparan radiasi pada petugas radiasi
dengan personal dosimetri pada patugas radiasi.
c) Resiko bahaya kebisingan: terdapat pada ruang boileri generator listrik dan ruang chiller.
Pengendalian yang telah dilakukan antara lain: substitusi peralatan dengan alat-alat baru
dengan ambang kebisingan yang lebih rendah penggunaan pelindung telinga dan
pemantauan tingkat kebisingan secara berkala oleh Instalasi Sanitasi Lingkungan Rumah
Sakit (ISLRS).
d) Resiko bahaya pencahayaan : resiko bahaya ini terutama di satuan kerja dengan pekerjaan
teliti  seperti di kamar operasi dan laboratorium. Pengendalian yang sudah dilakukan
adalah pemantauan tingkat pencahayaan secara berkala oleh ISLRS dan hasil pemantauan
dilaporkan ke Direkturi Teknik dan Unit K3 untuk tindak lanjut ruangan yang tingkat
pencahayaannya tidak memenuhi persyaratan.
e) Resiko bahaya listrik : resiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan kesetrum.
Pengendalian yang telah dilakukan adalah adanya kebijakan penggunaan peralatan listrik
harus memenuhi Standar Nasional Indonesia ,SNI dan harus dipasang oleh bagian IPSRS
atau orang yang kompeten. Peralatan elektronik di RSUD Dr H Ibnu Sutowo secara
berkala dilakukan maintenance oleh bagian IPSRS dan seluruh peralatan yang layak pakai
akan diberikan label layak pakai berupa stiker warna hijau sedangkan yang tidak layak
pakai akan diberikan stiker merah dan peralatan tersebut ditarik oleh bagian IPSRS. Selain
itu unit K3 dan IPSRS secara berkala melakukan sosialisasi keseluruh satuan kerja tentang
perilaku aman dalam menggunakan listrik di rumahsakit.
f) Resiko bahaya akibat iklim kerja: resiko ini meliputi kondisi temperatur dan kelembaban
ruang kerja. Pemantauan temperatur dan kelembaban dilakukan oleh ISLRS. Acuan dari
standar temperatur dan kelembaban mengacu pada keputusan menteri kesehatan RI no
1402 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Masalah yang sering muncul adalah temperatur  melebihi standar seperti di Instalasi
Binatu dan ruang produksi gizi karena belum memungkinkan untuk distandarkan
pengendalian yang dilakukan dengan pemberian minum yang cukup. Masalah kelembaban
yang tinggi beresiko terjadinya kolonisasi kuman pathogen sehingga meningkatkan angka
infeksi baik bagi pasien maupun bagi pekerja. Pengendalian secara teknis telah dilakukan
akan tetapi pada musim tertentu kadang tidak memenuhi persyaratan. Upaya yang
dilakukan untuk menghambat kolonisasi kuman terutama pada ruang perawatan pasien
ICU dan kamar operasi harus dilakukan desinfeksi ruangan lebih sering dan pemantauan
angka kuman secara berkala.
g) Resiko bahaya akibat getaran: resiko bahaya getaran tidak terlalu signifikan. Dari telaah
yang telah dilakukan unit K3 resiko bahaya getaran ditemukan di bagian taman akibat dari
mesin pemotong rumput dan di klinik gigi akibat dari mesin bor gigi tetapi tingkat getaran
pada ke 2 lokasi tersebut masih dalam batas yang diijinkan.

2. Resiko bahaya biologi


Resiko bahaya biologi yang paling banyak adalah akibat kuman pathogen dari pasien yang
ditularkan melalui darah dan cairan tubuh dropet dan udara. Pengendalian resiko ini telah
dilakukan oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi(PPI) akan tetapi termasuk dalam area
pemantauan Unit K3. Resiko air borne disease dikendalikan dengan rekayasa ruangan tekanan
negative beserta peraturan administratif dan APD. Resiko penularan melalui droplet dikendalikan
dengan menyediakan masker bagi petugas pengantar pasien dan pasien yang batuk serta sosialisasi
etika batuk oleh PPI. Resiko blood borne disease dikendalikan dengan penggunaan alat-alat single
use beserta peraturan administratif dan APD. Selain itu untuk mencegah pe nularan penyakit blood
borne disease khususnya Hepatitis B dilakukan Imunisasi Hepatitis B dengan perioritas pada
karyawan dengan kadar titer anti HBs i 0i2 uwL terutama yang bekerja pada tindakan invasive
terhadap pasien. Selain itu juga telah dilakukan penanganan paska pajanan infeksi khususnya pada
HIV dan Hepatitis B. Bila pekerja atau peserta didik mengalami kecelakaan kerja berupa tertusuk
jarum bekas pasien atau terkena percikan darah dan cairan tubuh pada mukosa ,mata mulut atau
terkena pada luka maka wajib melaporkan kepada penanggungjawab ruangan pada saat itu dan
setelah melakukan pertolongan pertama harus segera periksa ke IGD agar dilakukan telaah dan
tindak lanjut paska pajanan sesuai prosedur untuk mengurangi resiko tertular
3. Resiko bahaya kimia
Resiko ini terutama terhadap bahan kimia golongan berbahaya dan beracun ,B3. Pengendalian
yang telah dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-bahan B3 pelabelan standar penyimpanan
standar penyiapan MSDS penyiapan P3K, APD dan safety shower serta pelatihan teknis bagi
petugas pengelola B3. Rekayasa juga dilakukan dengan penggunaan Laminary Airflow pada
pengelolaan obat dan B3 lainnya.
4. Resiko bahaya ergonomi
Resiko ini banyak terjadi pada pekerjaan angkat dan angkut baik pasien maupun barang.
Sosialisasi cara mengangkat dan mengangkut yang benar selalu dilakukan. Selain itu dalam
pemilihan sarana dan prasarana rumah sakit juga harus mempertimbangkan factor ergonomic
tersebut terutama peralatan yang dibeli dari negara lain yang secara fisik terdapat perbedaan
ukuran badan.
5. Resiko bahaya psikologi
Resiko psikologi tidak terlalu kelihatan akan tetapi selalu ada meskipun kadarnya tidak terlalu
mencolok. Upaya yang dilakukan antara lain dengan mengadakan pertemuan antar satuan kerja
antar staff dan pimpinan dan pada acara-acara bersama seperti saat ulang tahun RS dan lain-lain
yang bertujuan agar terjalin komunikasi yang baik sehingga secara psikologi menjadi lebih akrab
dengan harapan resiko bahaya psikologi dapat ditekan seminimal mungkin.

D. Regulasi Aturan ( Undang-Undang, Perpres, Permen Dll )


1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Dyah Shella. 2016. K3 Hazard ,https:wwwww.academia.eduw37749605wk3_hazard.doch.


Diakses pada tanggal 30 November 2019.
Prasethya. 2017. Potensi Bahaya Dan Resiko Dirumah
Sakit ,https:wwpelatihank3terbaru.wordpress.comw2017w10w16wpotensi-bahaya-dan-resiko-di-
rumah-sakitwh.Diakses pada tanggal 30 November 2019.
AgusSuwarni. 2015. Bahaya Potensial Dirumah
Sakit ,https:wwwww.academia.eduw14525066wBahaya_Potensial_di_Rumah_Sakith.Diakses
pada tanggal 30 November 2019.
Osha Asia. 2019. Hazard Kimia Di Rumah Sakit ,https:www.safetyshoe.comwtagwhazard-kimia-
di-rumah-sakitwh.Diakses pada tanggal 30 November 2019.
Ruwanto SST. 2016. Pengendalian Resiko Bahaya Di Rumah
Sakit ,http:wwstandarmfk.blogspot.comw2016w10wpengendalian-resiko-bahaya-di-rumah.htmlh.
Diakses pada tanggal 30 November 2019.
Siahaan , H,2010.Manajemen Resiki pada perusahaan dan Birokrasi.Elexmedia,Jakarta.107
Tarwaka, 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat
Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Kurniawidjaja, L. Meily. 2012. Teori dan AplikasiKesehatanKerja. Jakarta: UIP
Pertiwi, Dkk. 2019. Hazard Identification, risk assesment and risk control and the application of
risk mapping at Hospital of the Animal Prof. SoeparwiUniversitas Gadjah Mada. Volume 35
Nomor 2. Hal 55-64. BKM Journal of Community Medicine and Public Health
Kementerian KesehatanRepublik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri KesehatanRepublik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 tentangKeselamatan dan KesehatanKerja di
FasilitasPelayananKesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kementerian KesehatanRepublik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri KesehatanRepublik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentangKeselamatan dan KesehatanKerjaRumahSakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai