A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 100 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah
bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak
hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap
pasien maupun pengunjung rumah sakit sehingga sudah seharusnya pihak
pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya K3 di rumah sakit.
Dalam Peraturan Pemerintah no 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit, Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman,
sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Potensi bahaya di Rumah Sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
berbagai potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah
sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan
kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi.
Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi
karyawan di rumah sakit, pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan
rumah sakit. Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan
pada bahaya-bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik,
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan.
Beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas rumah sakit lebih besar
1,5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran
pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala,
gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan,
penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka. Dan penyakit kronis yang sering
diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita),
penyakit ginjal dan saluran kemih (banyak pada wanita), dermatitis dan urtikaria
serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Terciptanya cara kerja dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan Rumah Sakit Hj.
Bunda Halimah Batam.
2. Tujuan khusus
a) Bagi Rumah sakit
Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standard akreditasi
rumah sakit
Meningkatkan citra rumah sakit
b) Bagi Karyawan Rumah Sakit
Melindungi karyawan dari penyakit akibat kerja (PAK)
Mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja (KAK)
Menciptakan kenyamanan dalam bekerja
c) Bagi pasien dan pengunjung
Mutu layanan yang baik
Kepuasan pasien dan pengunjung
Melindungi pasien dari penyakit nosokomial dan kecelakaan
A. Kegiatan Pokok
1. Manajemen resiko
2. Keselamatan dan keamanan rumah sakit
3. Kesehatan kerja
4. Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)
5. Penangulangan kebakaran
6. Prasarana (sistem utilitas)
7. Peralatan medis
8. Kewaspadaan Bencana
B. Rincian Kegiatan
1. Sosialisasi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada anggota
Komite K3RS
2. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
3. Sosialisasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) karyawan, pasien,
pengunjung pasien dan pekerja luar rumah sakit.
4. Pengadaan rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Monitoring kebersihan lingkungan RS
6. Manajemen resiko Identifikasi bahaya potensial keselamatan dan
kesehatan kerja (K3);
Analisis risiko;
Evaluasi risiko;
Pengendalian risiko;
Komunikasi dan konsultasi; dan
Pemantauan dan telaah ulang.
7. Keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
a) Keselamatan Kerja
Monitoring area beresiko gangguan keselamatan terhadap SDM.
Monitoring kebersihan lingkungan rumah sakit.
Pemasangan batas pengaman pagar
Pemasangan handrail (pegangan dinding), pegangan khusus pada
kamar mandi pasien.
Pemasangan bel panggilan pasien ke petugas
Pemberian warna pembatas lantai .
Pengukuran radiasi.
Pengukuran pencahayaan ruangan.
Pengukuran kebisingan.
Pencegahan kecelakaan dan cidera dengan pemasangan rambu-
rambu keselamatan.
Melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan kerja sesuai
prosedur.
Penggunaan alat pelindung diri sesuai dengan area kerja.
Menginspeksi semua bangunan rumah sakit untuk menciptakan
fasilitas fisik yang aman bagi pasien, pengunjung, dan karyawan.
Melakukan pengkajian keselamatan selama terdapat proyek
konstruksi dan renovasi.
Melakukan pemeriksaan Hospital safety index (HSI) 2x setahun
Menjadi investigator bila terjadi kejadian kecelakaan akibat kerja
dan penyakit akibat kerja.
Melakukan dokumentasi pemeriksaan fasilitas fisik yang terbaru,
dan akurat terhadap fasilitas fisiknya.
Monitoring dan evaluasi.
Pencatatan, pendokumentasian dan pelaporan
b) Keamanan rumah sakit
Monitoring area beresiko gangguan keamanan rumah sakit.
Memastikan semua karyawan pegawai pihak ketiga dan vendor
sudah diidentifikasi.
Memberikan tanda pengenal sementara selama berada di area
rumah sakit.
Semua area berisiko tinggi keamanan dan area terbatas yang sudah
diidentifikasi, di dokumentasi dan dipantau serta terjaga
keamanannya.
Area beresiko gangguan keamanan di awasi oleh satpam 24 jam.
Pemasangan CCTV pada area beresiko gangguan keamanan.
Memastikan perlindungan setiap orang yang ada di rumah sakit
terhadap kerugian pribadi, kehilangan dan pengrusakan.
Pemeliharaan kondisi aman dengan mensosialisasikan kode-kode
kedaruratan ke seluruh karyawan rumah sakit.
c) Kesehatan kerja
Monitoring populasi beresiko sesuai potensi bahaya tempat
kerjanya.
Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi
(extrafooding) bagi petugas yang bekerja di area beresiko tinggi
serta petugas yang dinas bergilir (sore, malam dan diluar hari kerja
atau libur).
Pengelolaan kantin bersih sehat, dan hygiene sanitasi.
Pelaksanaan program kebugaran jasmani, senam kesehatan dan
rekreasi.
Pengelolaan ASI di rumah sakit (penyediaan ruang ASI).
Penyiapan tempat penitipan anak (TPA).
Pembinaan mental dan rohani.
Menentukan kelaikan bekerja sesuai kondisi kesehatan pegawai.
Pelaksanaan program kelaikan bekerja dalam rangka penentuan
jenis pekerjaan sesuai dengan status kesehatan karyawan
(pemeriksaan kesehatan pra kerja, berkala dan khusus).
Monitoring data rawat jalan, data rawat inap dan absensi selurah
karaywan rumah sakit.
Monitoring pengukuran lingkungan kerja.
Penanganan kecelakan akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja.
Penyiapan unit layanan kesehatan kerja.
Monitoring dan evaluasi.
Pencatatan, pendokumentasian dan pelaporan
d) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3)
Monitoring resiko bahaya potensial bahan berbahaya dan beracun
(B3).
Inventarisasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
Monitoring material safety data sheet (MSDS).
Monitoring sarana penyiapan keselamatan bahan berbahaya dan
beracun (B3).
Menyiapkan sarana keselamatan bahan berbahaya dan beracun
(B3): lemari B3, penyiram badan (body wash), pencuci mata
(eyewash), APD dan spill kit serta rambu dan simbol B3.
Menetapkan dan menerapkan pelabelan bahan dan limbah
berbahaya.
Penanganan Keadaan Darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1) Melakukan pelatihan dan simulasi tumpahan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
2) Menerapkan prosedur untuk mengelola tumpahan dan paparan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
3) Menerapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan
(inventigasi) untuk tumpahan dan paparan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
Penyediaan fasilitas penanganan limbah B3
1) Wadah penampungan limbah B3 di ruangan sumber :
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air,
antikarat dan dilengkapi penutup
Ditempatkan di lokasi yang tidak mudah dijangkau
sembarang orang
Dilengkapi tulisan limbah B3 dan simbol B3 dengan ukuran
dan bentuk sesuai standar di permukaan wadah
Dilengkapi dengan alat eyewash
Dilengkapi logbook sederhana
Dilakukan pembersihan secara periodic.
2) Alat angkut (troli) limbah B3:
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air, anti
karat dan dilengkapi penutup dan beroda
Disimpan di TPS limbah B3, dan dapat dipakai ketika
digunakan untuk mengambil dan mengangkut limbah B3 di
ruangan sumber
Dilengkapi tulisan limbah B3 dan simbol B3 dengan ukuran
dan bentuk sesuai standar, di dinding depan kereta angkut
Dilakukan pembersihan kereta angkut secara periodik dan
berkesinambungan.
3) TPS Limbah B3 :
Lokasi di area servis (services area), lingkungan bebas
banjir dan tidak berdekatan dengan kegiatan pelayanan dan
permukiman penduduk disekitar rumah sakit
Berbentuk bangunan tertutup, dilengkapi dengan pintu,
ventilasi yang cukup, sistem penghawaan (exhause fan),
sistem saluran (drain) menuju bak control, dan jalan akses
kendaraan angkut limbah B3.
Bangunan dibagi dalam beberapa ruangan, seperti ruang
penyimpanan limbah Infeksius, Limbah Tajam, Limbah
Farmasi/LB3, limbah non Infeksius fase cair dan limbah B3
non Infeksi fase padat.
Penempatan limbah B3 di TPS dikelompokkan menurut
sifat/karakteristiknya.
Untuk limbah B3 cair seperti olie bekas ditempatkan di
drum anti bocor dan pada bagian alasnya adalah lantai anti
rembes dengan dilengkapi saluran dan tanggul untuk
menampung tumpahan akibat kebocoran limbah B3 cair.
Limbah B3 padat dapat ditempatkan di wadah atau drum
yang kuat, kedap air, anti korosif, mudah dibersihkan dan
bagian alasnya ditempatkan dudukan kayu atau plastic
(pallet).
Setiap jenis limbah B3 ditempatkan dengan wadah yang
berbeda dan pada wadah tersebut ditempel label, simbol
limbah B3 sesuai sifatnya, serta panah tanda arah penutup,
dengan ukuran dan bentuk sesuai standar, dan pada
ruang/area tempat wadah diletakkan ditempel papan nama
jenis limbah B3.
Setiap wadah limbah B3 di lengkapi simbol sesuai dengan
sifatnya, dan label.
Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, fasilitas
penerangan, dan sirkulasi udara ruangan yang cukup.
Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keamanan dengan
memasang pagar pengaman dan gembok pengunci pintu
TPS dengan penerangan luar yang cukup.
TPS dilengkapi dengan papan bertuliskan TPS Limbah B3,
tanda larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan,
simbol B3 sesuai dengan jenis limbah B3, dan titik
koordinat lokasi TPS
TPS Dilengkapi dengan tempat penyimpanan SPO
Penanganan limbah B3, SPO kondisi darurat, buku
pencatatan (logbook) limbah B3.
TPS Dilakukan pembersihan secara periodic.
e) Perizinan fasilitas penanganan limbah B3
Setiap fasilitas penanganan limbah B3 di rumah sakit harus dilengkapi izin
dari instansi pemerintah yang berwenang. Fasilitas tersebut adalah TPS
Limbah B3 dan Alat pengolah limbah B3 insinerator dan atau alat/fasilitas
pengolah limbah B3 lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Rumah sakit menyiapkan dokumen administrasi yang
dipersyaratkan instansi pemerintah yang mengeluarkan izin dan
mengajukan izin baru atau izin perpanjangan
Setiap izin fasilitas penanganan limbah B3 harus selalu
diperbaharui bila akan habis masa berlakunya
Surat izin fasilitas penanganan limbah B3 harus di dokumentasikan
dan dimonitor.
Pengelolaan limbah B3 di rumah sakit dapat dilaksanakan secara
internal dan eksternal.
Pengolahan secara internal dilakukan dilingkungan rumah sakit
menggunakan incinerator.
Pengolahan secara eksternal dilakukan melalui kerja sama
dengan pihak pengolah atau penimbun limbah B3 yang telah
memiliki izin.
Pengolahan limbah B3 pelayanan medis dan penunjang medis di
rumah sakit berdasarkan jenisnya:
Limbah infeksius dan benda tajam
Limbah farmasi
Limbah sitotoksis
Limbah bahan kimia
Limbah dengan kandungan logam berat tinggi
Limbah radioaktif.
8. Penanggulangan kebakaran
a) Monitoring area beresiko bahaya kebakaran dan ledakan.
b) Monitoring pelaksanaan kawasan bebas dari rokok
c) Melakukan pemeriksaan fire risk assasment
d) Pemasangan sistim fire alarm (alarm kebakaran, detektor panas,
detektor asap).
e) Mengusulkan isi ulang APAR (alat pemadam api ringan jenis powder
dan CO2).
f) Pemasangan Springkel (penyemprot air otomatis).
g) Monitoring perawatan sistim fire alarm (alarm kebakaran, detektor
panas, detektor asap control fire alarm).
h) Monitoring perawatan APAR (alat pemadam api ringan jenis powder).
i) Monitoring perawatan sistim pompa kebakaran (Pompa diesel, pompa
elektrik, jockey pump dan hydrant)
j) Mengusulkan pengadaan penggantian system pompa kebakaran rumah
sakit
k) Mengusulkan pemasangan system fire alaram pada gedung yang belum
terpasang fire alaram system.
9. Prasarana rumah sakit
a) Monitoring area dan layanan yang memiliki resiko jika terjadi
pemadaman listrik.
b) Monitoring area dan layanan yang memiliki resiko jika terjadi
gangguan suplai air bersih.
c) Memastikan adanya daftar inventaris komponen-komponen system
utilitasnya dan memetakan pendistribusiannya.
d) Memastikan dilakukan kegiatan pemeriksaan, pengujian, dan
pemeliharaan semua komponen-komponen system utilitas yang
beroperasi di dalam daftar inventaris, berdasarkan keriteria seperti
rekomendasi produsen, tingkat resiko, dan pengalaman Rumah Sakit.
e) Memastikan sarana dan prasarana (sistim utilitas) tersertifikasi.
f) Memastikan pemasangan label pada tuas-tuas control system utilitas
untuk membantu pemadaman darurat secara keseluruhan atau
sebagian.
g) Memastikan dilakukannya dokumentasi setiap kegiatan system utilitas.
10. Peralatan medis
a) Memastikan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis.
b) Memastikan penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan
yang tidak digunakan.
c) Memastikan dilaksanakannya inspeksi berkala.
d) Memastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan.
e) Memastikan dilakukan pemeliharaan promotif dan pemeliharaan
terencana pada peralatan medis.
f) Memastikan petugas yang memelihara dan menggunakan peralatan
medis kompeten dan terlatih
11. Kewaspadaan bencana
a) Mengidentifikasi risiko kondisi darurat atau bencana.
b) Pemetaan resiko kondisi darurat atau bencana.
c) Membentuk tim tanggap darurat dan bencana.
d) Monitoring pembuatan jadwal petugas kewaspadaan bencana
e) Menyusun spo tumpahan bahan dan limbah B3.
f) Menyusun spo kegagalan peralatan medis dan non medis.
g) Menyusun spo kelistrikan.
h) Menyusun spo ketersediaan air.
i) Menyediakan alat/ sarana dan prosedur keadaan darurat dan bencana.
j) Memasang rambu-rambu keselamatan dan tanda pintu darurat
k) Melakukan simulasi kedaruratan dan bencana setahun sekali sesuai
hazzard vunerablity assesment.
C. Sasaran Kegiatan
1. Pengelolaan B3 resiko terlaksana 100 %
2. Proteksi kebakaran resiko terlaksana 100 %
3. Kewaspadaan bencana dan kedaruratan resiko terlaksana 100 %
Waktu
No Kegiatan Sasaran Target PJ
Pelaksanaan
1. Penerapan a. Jajaran direksi 100 % Januari - Direktur
kebijakan dan b. Staff/ karyawan 100 % Desember
tujuan SMK3 c. Komite K3RS 100 % 2022
d. Dokument kebijakan K3RS 100 %
e. Pelaporan kegiatan Komite 95 %
K3RS
f. Pelaporan Kecalakaan akibat 95 %
kerja dan penyakit akibat
kerja
g. Investigasi 95 %
h. Audit SMK3 95 %
2. Penerapan a. Jajaran direksi 100 % Januari - Komite
standart K3RS b. Staff/ karyawan 100 % Desember K3RS
c. Pasien dan penunggu pasien 100 % 2022
d. Pengunjung RS 95 %
e. Tenant/ penyewa lahan 100 %
rumah sakit
f. Pekerja luar rumah sakit 95 %
g. Audit standart K3RS 95 %
3. Manajemen a. Jajaran direksi 100 % Januari - Komite
resiko b. Staff/ karyawan 95 % Desember K3RS
keselamatan c. Pasien dan penunggu pasien 90 % 2022
dan kesehatan d. Pengunjung RS 95 %
kerja e. Tenant/ penyewa lahan 100 %
rumah sakit
f. Pekerja luar rumah sakit 95 %
4. Keselamatan a. Jajaran direksi 100 % Januari - Komite
kerja b. Staff/ karyawan 95 % Desember K3RS
c. Pasien dan penunggu pasien 90 % 2022
d. Pengunjung RS 95 %
e. Tenant/ penyewa lahan 100 %
rumah sakit
f. Pekerja luar rumah sakit 95 %
g. Kecelakaan akibat kerja 2%
h. Penyakit akibat kerja 0.5 %
i. Audit keselamatan kerja 95 % 2x Setahun
j. Sosialisasi kode kedaruratan 100 % 2x Setahun
RS
5. Keamanan a. Jajaran direksi 100 % Januari - Direktur
rumah sakit b. Staff/ karyawan 95 % Desember Komite
c. Pasien dan penunggu pasien 90 % 2022 K3RS,
d. Pengunjung RS 95 % Satpam
e. Tenant/ penyewa lahan 100 %
rumah sakit
f. Pekerja luar rumah sakit 95 %
g. Perilaku kekerasan 0.5 %
h. Pencurian 0.2 %
i. Pengrusakan fasilitas rumah 0%
sakit
j. Sosialisasi kode kedaruratan 100 % 2x Setahun
RS
6. Kesehatan a. Jajaran direksi 100 % Januari - Komite
Kerja b. Staff/ karyawan 100 % Desember K3RS
c. Pemeriksaan kesehatan 100 % 2022
sebelum kerja
d. Pemeriksaan kesehatan 50 %
berkala
e. Pemeriksaan kesehatan 2%
khusus
f. Kegiatan rohani 90 %
g. Kegiatan Jasmani 90 %
7. Pengelolaan a. Jajaran direksi 100 % Januari - Komite
B3 b. Staff/ karyawan 100 % Desember K3RS,
c. Inventarisasi B3 RS 100 % 2022 Komite
d. Penanganan tumpahan B3 95 % PPI
e. Pelaporan tumpahan B3 0%
f. Pemilahan limbah b3 95 %
g. Sosialisasi penangana 95 % 2x Setahun
tumpahan B3
8. Peralatan a. Jajaran direksi 100 % Januari - Komite
medis b. Staff/ karyawan 100 % Desember K3RS
c. Inventarisasi peralatan medis 98 % 2022
d. Inventarisasi kalibrasi alat 90 %
medis
9. Prasarana a. Jajaran direksi 100 % Januari - Komite
(sistem b. Staff/ karyawan 100 % Desember K3RS
utilitas) c. Inventarisasi sistem utilitas 100 % 2022
d. Inventarisasi perijinan sistem
utilitas
7. Pencegahan a. Jajaran direksi 100 % Januari - Direktur,
dan b. Staff/ karyawan 100 % Desember Komite
pengendalian c. Kebakaran 0% 2022 K3RS,
kebakaran d. Kawasan rumah sakit bebas 85 %
rokok
e. Sistem fire alaram kebakaran 50 %
siaga
f. Sistem pemadam kebakaran 10 %
siaga
g. Alur evakuasi terpasang 95 %
h. Sosialisasi kode merah 100 %
i. Sosialisasi penggunaan 90 % 2x Setahun
APAR
j. Pemeriksaan Fire risk 100 % 2x Setahun
assesment (FRA)
k. Diklat penanggulangan 95 % 1x Setahun
kebakaran
8. Kedaruratan a. Jajaran direksi 100 % Direktur,
dan bencana b. Staff/ karyawan 100 % Komite
c. Tim kedaruratan dan 95 % K3RS
bencana (HDMT) siaga
d. Alur evakuasi dan titik 100 %
kumpul terpasang atau siap
e. Sosialisasi kode kedaruratan 100 % 2x Setahun
RS
f. Simulasi penaggulangan 2x Setahun
kebakaran
g. Simulasi penanggulangan 2x Setahun
gempa
h. Simulasi penculikan anak, 80 % 2x Setahun
perkelahian, pencurian
i. Pemeriksaan Hospital safety 100 % 2x Setahun Ahli K3
indexs (HSI) Muda,
Kabag
TU
j. Tenda darurat siaga
Dr.dr. Ibrahim, SH, M. Sc., M. Kn., M.Pd.Ked., Sp. Dwi Ani Rahmawati, S.Kes
KKLP.,FISQua