Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN PELAYANAN

K3-RS di RSIA MUHAMMADIYAH MALANG

RSIA MUHAMMADIYAH MALANG


2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lingkungan Rumah Sakit sebagai institusi Pelayanan Masyarakat termasuk Rumah
sakit Islam Aisyiyah Malang selalu akan ada kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam
proses kerja, risiko tejadinya penyakit akibat kerja, gangguan dari faktor lingkungan kerja,
sampai terjadinya bencana yang dapat ditimbulkan oleh bermacam-macam faktor, seperti
Api, Listrik, air, Gas, Bahan Kimia, faktor Bangunan maupun oleh bencana Alam.
Hal ini dikarenakan rumah sakit merupakan perusahaan jasa yang padat Karya dan
Padat Sarana Prasarana yang perlu dikondisikan dan tertangani dengan baik, yang bila
tidak dikondisikan dengan baik dapat menimbulkan gangguan lingkungan, penularan
penyakit bahkan terjadinya bencana bagi karyawan, orang-orang yang ada didalamnya
maupun masyarakat sekitar. demikian pula dengan sistem proses, produk dan limbahnya
bilaman tidak terkelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat
yang didalam amupun masyarakat sekitarnya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat menjadi
K-3RS merupakan segala aaktivitas atau kegiatan yang menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit (Permenkes No.66 tahun 2016).
Dalam proses kerjanya atau Pelayanan maupun keberadaan manusia (karyawan,
penderita/pasien, pengunjung maupun tamu)serta kemungkinan makhluk lain seperti
kucing, tikus, kecoa dan lain-lain di Rumah Sakit selalu menimbulkan sisa dari proses
tersebut, yang dapat berupa bakteri, virus maupun berbagai jenis limbah yang dapat
menimbulkan terjadinya bahaya. demikian pula dari proses pelayanannya dapat
menimbulkan bahaya biologi, kimia dan fisika (panas, suara, radiasi).
Karena itu untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
menjamin keselamatan sumber daya manusia termasuk keselamatan pasien dan
pengunjung serta masyarakat sekitar perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat menekan
risiko terjadinya serta dapat melakukan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat
serta menimisasi dampak yang tidak terlalu merugikan bagi semua pihak bila terjadi
kecelakaan atau bencana.
Salah satu upaya untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya risiko kecelakaan dan
bencana di rumah sakit maka diperlukan suatu sistem manajemen keselamatan dan
keshatan kerja di Rumah sakit. Sistem Keselamtan dan Kesehatan kerja rumah sakit yang
dikenal dengan SMK3 Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem manajemen rumah
sakit secara keseluruhan dalam rangka pengendalian ririko yang berkaitan dengan aktifitas
proses kerja di rumah sakit guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman
dan nyaman bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit (Permenkes No.66 tahun 2016).
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit meliputi penetapan
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta evaluasi kerja maupun
rekomendasi yang mampu meningkatkan kinerja.bilamana setiap tahapan dilaksanakan
dengan baik akan mampu menekan atau mengendalikan faktor risiko yang kemungkinan
terjadi.
B. TUJUAN DAN MANFAAT
adapun tujuan dan manfaat dari pedoman pelayanan K-3RS yaitu :

 Tujuan
terciptanya lingkungan kerja dan cara kerja yang aman, sehat, dan nyaman serta
sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan kerja.

 Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
a. meningkatkan mutu pelayanan
b. meingkatkan citra rumah sakit
2. Bagi Karyawan
a. Mencegah karyawan dari Kecelakaan Akibat Kerja
b. Melindungi karyawan dari terjangkitnya Penyakit Akibat Kerja
c. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman
3. Bagi Pasien dan Pengunjung
a. mutu layanan yang terjaga
b. melindungi pasien dan pengunjung dari risiko kecelakaan oleh lingkungan
dan penyakit yang ditimbulkan oleh / dari lingkungan rumah sakit.
c. kepuasan pasien dan pengunjung meningkat
4. Bagi lingkungan sekitar
a. melindungi masyarakat di sekitar rumah sakit dari risiko kecelakaan oleh
lingkungan dan penyakit yang ditimbulkan oleh / dari lingkungan rumah
sakit.
b. mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh kegiatan rumah sakit.
c. meningkatnya kepercayaan masyarakat sekitar atas keberadaan rumah sakit.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Berdasar Permenkes No.66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
sakit, ruang lingkup Pelayanan K-3RS meliputi :
1. Manajemen Risiko K-3RS
2. Keselamatan dan Keamanan di Rumah Sakit
3. Pelayanan Kesehatan Kerja
4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja.
5. Pencegahan dan pengendalian kebakaran
6. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari keselamatan dan kesehatan kerja.
7. Pengelolaan peralatan Medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
8. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat dan bencana

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pengertian K3-RS
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat menjadi
K-3RS merupakan segala aaktivitas atau kegiatan yang menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit (Permenkes
No.66 tahun 2016).

2. Pengertian Sistem Manajemen K3 (SMK3)


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya
disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktifitas proses
kerja di Rumah Sakit guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman
dan nyaman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.(Permenkes No.66 tahun 2016).
Pelaksanaan kegiatan K-3RS yang waib dilakukan untuk memeinimalkan risiko
kecelakaan kerja meliputi kegiatan sebgai berikut :

1. Manajemen Risiko K-3RS


merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan untuk menentukan faktor-faktor risiko
Keselamatan dan kesehatan kerja secara berurutan, yaitu:
a. Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
b. Identifikasi bahaya potensial
c. Analisa Risiko
d. Evaluasi Risiko
e. Pengendalian Risiko
f. Komunikasi dan konsultasi
g. Pemantauan dan Telaah Ulang

2. Keselamatan dan Keamanan di Rumah Sakit


Bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaandan cidera serta mempertahankan
kondisi yang aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, dan pengunjung.
Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit dilakukan melalui :
a. Identifikasi dan penilaian risiko
Identifikasi dan penilaian risiko sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan
dengan cara inspeksi keselamatan dan Kesehatan Kerja di area Rumah Sakit.
b. Pemetaan area risiko
Pemetaan area risiko merupakan hasil identifikasi area risiko terhadap
kemungkinan kecelakaan dan gangguan keamanan di Rumah Sakit.
c. Upaya pengendalian.
Upaya pengendalian risiko kecelakaan dan gangguan keamanan merupakan
tindakan pencegahan terhadap risiko kecelakaan dan gangguan keamanan.

3. Pelayanan Kesehatan Kerja


Kegiatan dilakukan secara komprehensif melalui kegiatan yang bersifat promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
a. Kegiatan yang bersifat promotif meliputi : pemenuhan gizi kerja, kebugaran,
dan pembinaan mental dan rohani.
b. Kegiatan yang bersifat preventif meliputi : imunisasi, pemeriksaan kesehatan,
surveilans lingkungan kerja, dan surveilans medik.
Imunisasi dilakukan bagi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan serta SDM
Rumah Sakit lainnya yang berisiko.
Pemeriksaan kesehatandilakukan bagi SDM Rumah Sakit yang meliputi:
a. pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja;
b. pemeriksaan kesehatan berkala;
c. pemeriksaan kesehatan khusus; dan
d. pemeriksaan kesehatan pasca bekerja.
Jenis pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksuddisesuaikan berdasarkan
risiko pekerjaannya.
c. Kegiatan yang bersifat kuratif meliputi pelayanan tata laksana penyakit baik
penyakit menular, tidak menular, penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja, dan penanganan pasca pemajanan (post exposure profilaksis).
d. Kegiatan yang bersifat rehabilitatif meliputi rehabilitasi medik dan program
kembali bekerja(returntowork).

4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dari aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja bertujuan untuk melindungi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari pajanan
dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).0

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerjadilaksanakan melalui:
a. Identifikasi dan inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di
RumahSakit;
b. Menyiapkan dan memiliki lembar data keselamatan bahan (material safety
data sheet);
c. Menyiapkan sarana keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
d. Pembuatan pedoman dan standar prosedur operasional pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) yang aman;
e. Penanganan keadaan darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Sarana keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) meliputi:


a. lemari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
b. penyiram badan (body wash);
c. pencuci mata (eyewasher);
d. Alat Pelindung Diri (APD);
e. rambu dan simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
f. spill kit.
5. Pencegahan dan pengendalian kebakaran
Bertujuan untuk memastikan SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, dan aset Rumah Sakit aman dari bahaya api, asap, dan bahaya lain.
Pencegahan dan pengendalian kebakarandilakukan melalui :
a. Identifikasi area berisiko bahaya kebakaran dan ledakan;
b. Pemetaan area berisiko bahaya kebakaran dan ledakan;
c. Pengurangan risiko bahaya kebakaran dan ledakan;
d. Pengendalian kebakaran; dan
e. Simulasi kebakaran.(Simulasi kebakaran dilakukan paling sedikit 1 (satu)
kalidalam setahun.

Pengendalian kebakaran dilakukan dengan pemenuhan paling sedikit meliputi:


a. alat pemadam api ringan;
b. deteksi asap dan api;
c. sistem alarm kebakaran;
d. penyemprot air otomatis (sprinkler);
e. pintu darurat;
f. jalur evakuasi;
g. tangga darurat;
h. pengendali asap;
i. tempat titik kumpul aman;
j. penyemprot air manual (hydrant);
k. pembentukan tim penanggulangan kebakaran; dan
l. pelatihan dan sosialisasi.

6. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit


Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan memastikan
kehandalan sistem utilitas dan meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.
Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerjapaling sedikit meliputi keamanan:
a. Penggunaan listrik;
b. Penggunaan air;
c. Penggunaan tata udara;
d. Penggunaan genset;
e. Penggunaan lift;
f. Penggunaan gas medis;
g. Penggunaan jaringan komunikasi;
h. Penggunaan mekanikal dan elektrikal; dan
i. Penggunaan instalasi pengelolaan limbah.

7. Pengelolaan Peralatan Medis


Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
bertujuan untuk melindungi SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari potensi bahaya peralatan medis
baik saat digunakan maupun saat tidak digunakan.
Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerjaberupa
pengawasan untuk memastikan seluruh proses pengelolaan peralatan medis telah
memenuhi aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja.

8. Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat atau Bencana


Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana bertujuan untuk
meminimalkan dampak terjadinya kejadian akibat kondisi darurat dan bencana
yang dapat menimbulkan kerugian fisik, material, dan jiwa, mengganggu
operasional, serta menyebabkan kerusakan lingkungan, atau mengancam finansial
dan citra Rumah Sakit.

Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencanameliputi:


a. identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana;
b. penilaian analisa risiko kerentanan bencana;
c. pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana;
d. pengendalian kondisi darurat atau bencana; dan
e. simulasi kondisi darurat atau bencana. (Simulasi kondisi darurat atau
bencana dilakukan berdasarkan penilaian analisa risiko kerentanan
bencana).

Pengendalian kondisi darurat atau bencana meliputi:


a. menyusun pedoman tanggap darurat atau bencana;
b. membentuk tim tanggap darurat atau bencana; dan
c. menyusun standar prosedur operasional tanggap darurat atau bencana.

E. LANDASAN HUKUM
 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
 Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dan Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per04/MEN/1980 tentang
Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per02/MEN/1983 tentang
Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.Per1204/MENKES/PER/V/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1204/MENKES/PER/V/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit


BAB II
PENGORGANISASIAN DAN KETENAGAAN
Susunan Organisasi Tim K3-RS ditetapkan berdasar Surat Keputusan Direktur. Organisasi
Tim K-3RS terdiri dari Ketua, Sekretaris, Koordinator dan Anggota Tim K3-RS, serta Tim
Add Hoc yang berasal dari unit kerja yang melaksanakan fungsi satuan tugas K3-RS.
A. Pola Ketenagaan Tim K3-RS

NAMA JABATAN KUALIFIKASI TENAG PELATIHAN


A YANG
FORMAL & INFORMAL
DIBUTU
HKAN

Ketua Tim K3-RS 1


S1 bidang K3 atau Tenaga Kesehatan /
Tenaga Kesehatan Lain mempunyai
pengalaman dan latar belakang
pengetahuan di bidang K3;
Mampu Memimpin dan Berkoordinasi

Sekretaris Tim 1
S1 bidang K3 atau Tenaga Kesehatan /
K3-RS Tenaga Kesehatan Lain mempunyai
pengalaman dan latar belakang
pengetahuan di bidang K3; atau Ahli
K3 Umum
Terampil serta cekatan dalam bekerja
sebagai sekretaris;
Mampu Berkoordinasi dengan
koordinator dan Kepala Unit Kerja.

Koordinator 1
Minimal D3 Kesehatan atau Kesehatan
Kesehatan Kerja lain yang mempunyai sertifikat
pelatihan di bidang kesehatan dan
keselamatan kerja;

Koordinator 1
Minimal D3 Elektronik Medis atau
Pengamanan Alat Kesehatan lain yang mempunyai
Medis sertifikat pelatihan di bidang kesehatan
dan keselamatan kerja;

Koordinator 1
Minimal SMA dan yang sederajat,
Keselamatan dan mempunyai Pengalaman dibidang
Keamanan pemeliharaan bangunan, serta sertifikat
Bangunan dan pelatihan di bidang kesehatan dan
Utilitas keselamatan kerja;
Koordinator 1
Minimal SMA dan yang sederajat,
Kewaspadaan mempunyai sertifikat pelatihan di
Bencana dan bidang kesehatan dan keselamatan
Bahaya Kebakaran kerja;

Koordinator 1
Minimal D3 dan yang sederajat,
Pengamanan mempunyai sertifikat pelatihan di
Bahan dan Limbah bidang kesehatan dan keselamatan
B3 kerja;

Anggota 5
Minimal SMA dan yang sederajat,
mempunyai sertifikat pelatihan di
bidang kesehatan dan keselamatan
kerja;

Jumlah 12
DIREKTUR RSIA

KETUA TIM K3RS

SEKRETARISTIM K3RS

Koordinator Koordinator Koordinator Koordinator Koordinator Keselamatan,


Kesehatan Kerja Kewaspadaan Pengamanan PengamananAlat Keamanan Bangunan dan
Bencana dan Bahaya Bahan dan Limbah Medis Utilitas
Kebakaran B3

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


B. Fungsi dan Wewenang

1. Fungsi perencanaan, yaitu:


- Merencanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja, kesiap-siagaan
bencana, dan kewaspadaan kebakaran (K3) di seluruh unit kerja rumah sakit;
- Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung kegiatan kesehatan
dan keselamatan kerja, kesiap-siagaan bencana, dan kewaspadaan kebakaran
(K3) di seluruh unit kerja rumah sakit;

2. Fungsi penggerakan dan pelaksanaan, yaitu:


- Mengorganisasikan dan menggerakkan pelaksanaan kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja, kesiap-siagaan bencana, dan kewaspadaan kebakaran (K3)
di seluruh unit kerja rumah sakit sehingga sesuai dengan program kerja yang
telah ditetapkan;
- Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang kesehatan dan
keselamatan kerja, kesiap-siagaan bencana, dan kewaspadaan kebakaran (K3)
bagi seluruh karyawan rumah sakit;
- mendorong pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja, kesiap-siagaan bencana, dan
kewaspadaan kebakaran (K3) di seluruh unit kerja rumah sakit sesuai dengan
aspek pekerjaan masing-masing;

3. Fungsi pemantauan, pengendalian dan penilaian


- Mengendalikan kondisi yang berpotensi timbulnya kasus kesehatan dan
keselamatan kerja, kesiap-siagaan bencana, dan kewaspadaan kebakaran (K3)
di seluruh unit kerja rumah sakit;
- Memantau kasus kesehatan dan keselamatan kerja, kesiap-siagaan bencana,
dan kewaspadaan kebakaran (K3) di seluruh unit kerja rumah sakit;
- Menilai dan melaksanakan tindak lanjut penanganan kasus kesehatan
karyawan (surveilans) dan keselamatan kerja, kesiap-siagaan bencana, dan
kewaspadaan kebakaran (K3);
- memberikan masukan dan rekomendasi kepada Direktur Rumah Sakit dalam
pengambilan keputusan dan kebijakan dibidang (K3).

4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup program K3RS adalah lingkungan Rumah Sakit Islam Aisyiyah
Malang yang meliputi semua ruangan atau lapangan, terbuka atau tertutup,
bergerak atau tetap dimana karyawan rumah sakit bekerja, pasien dilayani,
pengunjung atau penunggu pasien melewati atau mendatangi, terutama tempat-
tempat yang potensial menjadi sumber bahaya baik diatas atau dibawah
permukaan tanah atau air maupun diudara di lingkungan Rumah Sakit Islam
Aisyiyah Malang termasuk didalamnya adalah karyawan RSIA Malang sendiri
agar tidak membahayakan dirinya sendiri, rekannya ataupun orang lain
C. Uraian Tugas
1. Ketua Tim K3RS :
- Memimpin, mengkoordinir, membina dan mengawasi kegiatan semua
Koordinator Tim K3RS agar dapat berhasil guna dan berdaya guna;
- Melaksanakan kegiatan yang bersifat ekstern organisasi;
- Memimpin setiap pertemuan Tim K3RS;
- Membuat perencanaan kegiatan Tim K3RS;
- Mengevaluasi hasil kegiatan Tim K3RS;
- Membuat laporan secara berkala dan pertanggungan jawab tertulis triwulan
dan tahunan kepada Direktur Rumah Sakit;
- Melaksanakan tugas sebagai anggota Tim K3RS.
2. Sekretaris:
- Mengatur penyelenggarakan kegiatan kesekretariatan Tim K3RS agar proses
kegiatannya dapat berjalan lancar;
- Membuat notulen setiap rapat Tim K3RS;
- Mewakili Ketua Tim K3RS apabila berhalangan;
- Mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan intern organisasi yang telah
dijadwalkan secara tertib dan bertanggung jawab;
- Melaksanakan tugas lain dari Ketua Tim K3RS;
3. KoordinatorKesehatan Kerja
- Memimpin, mengkoordinir, membina dan mengawasi kegiatan Kesehatan
Kerja agar dapat berhasil guna dan berdaya guna;
- Membuat Panduan Pelaksanaan yang beraitan dengan Kesehatan Kerja ;
- Membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan
kerja termasuk surveilans kesehatan karyawan;
- Mengevaluasi hasil kegiatan dan Panduan tentang kesehatan kerja;
- Membuat laporan secara berkala kegiatan Kesehatan Kerja;
- Melaksanakan tugas sebagai anggota Kesehatan Kerja.

4. Koordinator Kewaspadaan Bencana dan Bahaya Kebakaran :


- Memimpin, mengkoordinir, membina dan mengawasi kegiatan Kewaspadaan
Bencana dan Bahaya Kebakaran agar dapat berhasil guna dan berdaya guna;
- Membuat perencanaan kegiatanKewaspadaan Bencana dan Bahaya
Kebakaran;
- Mengevaluasi hasil kegiatanKewaspadaan Bencana dan Bahaya Kebakaran;
- Membuat laporan secara berkala kegiatanKewaspadaan Bencana dan Bahaya
Kebakaran;
- Melaksanakan tugas sebagai anggotaKewaspadaan Bencana dan Bahaya
Kebakaran.
- Memastikan kondisi aman dan aspek keselamatan berkaitan dengan
Bangunan dan Utilitas melalui pemantauan ketersediaan, Fungsi dan
pemeliharaan fasilitas keselamatan dan pengamanan Bangunan seperti APAR,
Hydrant, Alarm Kebakaran, Springkler, Jalur Evakuasi dll ;

5. Koordinator Pengamanan Alat Medis :


- Memimpin, mengkoordinir, membina dan mengawasi kegiatan Pengamanan
Alat Medis agar dapat berhasil guna dan berdaya guna;
- Membuat perencanaan kegiatan Pengamanan Alat Medis dengan Melakukan
Pengelolaan Risiko (rsik management) terkait Pengamanan Alat Medis ;
- Memastikan kondisi aman dan Laik Pakai berkaitan dengan Pengamanan
Alat Medis melalui pemantauan ketersediaan, Fungsi dan pemeliharaanAlat
Medis seperti Pemakaian Alat Medis, Pemeliharaan Harian dan Pemeliharaan
Berkala ;
- Mengevaluasi hasil kegiatan Pengamanan Alat Medis ;
- Membuat laporan secara berkala kegiatan Pengamanan Alat Medis;
- Melaksanakan tugas sebagai anggota Pengamanan Alat Medis.

6. Koordinator Pengamanan Bahan Berbahaya dan Beracun :


- Memimpin, mengkoordinir, membina dan mengawasi kegiatan Pengamanan
Bahan Berbahaya dan Beracun serta Limbah B3 agar dapat berhasil guna dan
berdaya guna;
- Membuat Panduan Pelaksanaan yang beraitan dengan Pengamanan Bahan
Berbahaya dan Beracun serta Limbah B3 ;
- Membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan Pengamanan Bahan
Berbahaya dan Beracun serta Limbah B3 ;
- Mengevaluasi hasil kegiatan dan Panduan tentang Pengamanan Bahan
Berbahaya dan Beracun serta Limbah B3;
- Membuat laporan secara berkala kegiatan Pengamanan Bahan Berbahaya dan
Beracun serta Limbah B3;
- Melaksanakan tugas sebagai anggota Pengamanan Bahan Berbahaya dan
Beracun dan Limbah B3.

7. Koordinator Keselamatan, Pengamanan Bangunan dan Utilitas :


- Memimpin, mengkoordinir, membina dan mengawasi kegiatanKeselamatan,
Pengamanan Bangunan dan lingkungan RS agar dapat berhasil guna dan
berdaya guna;
- Melakukan kegiatan Rekomendasi PCRA / ICRA selama proses Pembangunan
Gedung / Renovasi Gedung sehingga tidak mengganggu bagi pasien,
pengunjung dan karyawan ,
- Melakukan Pengelolaan Risiko (rsik management) terkait Pengamanan
Bangunan dan lingkungan RS;
- Memastikan kondisi aman dan Laik Pakai berkaitan dengan Pengamanan
Utilitas dan Alat Medis melalui pemantauan ketersediaan, Fungsi dan
pemeliharaan Utilitas dan Alat Medis seperti Pencatatan Meter air, Beban
Listrik, Pemleiharaan Genset, Pemakaian Alat Medis, Pemeliharaan Harian
dan Pemeliharaan Berkala ;
- Memastikan kondisi aman berkaitan dengan Pengamanan Utilitas melalui
pemantauan ketersediaan, Fungsi dan pemeliharaan Utilitas dan bangunan
seperti Pencatatan Meter air, Beban Listrik, Pemleiharaan Genset, Pemakaian
Alat Medis;
- Mengevaluasi hasil kegiatan Keselamatan, Pengamanan Bangunan dan
Utilitas;
- Membuat laporan secara berkala kegiatan Keselamatan, Pengamanan
Bangunan dan Utilitas ;
- Melaksanakan tugas sebagai anggotaKeselamatan, Pengamanan Bangunan dan
Utilitas.

8. Anggota:
(a) melaksanakan kegiatan pemantauan pelaksanaan K3di setiap unit kerja rumah
sakit;
(b) melaksanakan kegiatan-kegiatan intern organisasi yang telah dijadwalkan secara
tertib dan bertanggung jawab;
(c) melaksanakan upaya-upaya pemantauan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja dan gangguan penyehatan lingkungan rumah sakit;
(d) Melaksanakan upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi yang dapat mendorong
terjadinya gangguan kesehatan karyawan, kecelakaan kerja dan gangguan
Kesehatan lingkungan rumah sakit.
(e) melaksanakan tugas lain dari Ketua Tim K3RS
BAB III
STANDAR FASILITAS
Standar Fasilitas K-3RS diperlukan guna menunjang dan meningkatkan kinerja Tim
K3RS.
1. Fasilitas Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Limbah B3
Standar Fasilitas untuk mengelola Bahan berbahaya (B3) dan Limbah Bahan
berbahaya atau B3 yang harus disediakan Rumah Sakit adalah :
- Almari / tempat khusus Bahan berbahaya atau B3
- Simbol / Label Bahan berbahaya atau B3
- APD
- Wadah untuk pembuangan Limbah Bahan berbahaya atau B3
- Saluran Khusus Pembuangan Limbah Bahan berbahaya atau B3 berbentuk
cair.
- Spillkit
- Body Wash (Penyiram Badan)
- Eye Wash (penyiram mata)
- Troley khusus Pengangkutan limbah Bahan berbahaya atau B3
- Tempat Penampungan Sementara (TPS) Limbah Bahan berbahaya atau B3
- IPAL

2. Fasilitas Penanggulangan dan Pencegahan Kebakaran


Standar Fasilitas untuk mencegah terjadinya Kebakaran dan atau Penanggulangan
Kebakaran yang harus disediakan Rumah Sakit adalah :
- Hydrant beserta kelengkapannya : Selang, Nozzle (mulut pencar).
- APAR (alat pemadam api ringan)
- Springkler
- Smoke / Heat Detektor
- Fire Alarm (Alarm Kebakaran)
- Jalur khusus Evakuasi / RAMP
- Rambu Jalur Evakuasi
- Rambu dan Lokasi Titik Kumpul
- Alat Pendukung Tim Pemadaman Api : Baju, Sarung Tangan, dan
SerpatuTahan Api, Breathing Aparatus.

3. Fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Penyediaan Fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
dipergunakan untuk mencegah dan atau mengurangi dampak atas terjadinya
kecelakaan kerja maupun Penyakit Akibat Kerja diantaranya dengan menyediakan
Alat Pelindung Diri.
adapun alat pelindung diri yang wajib disediakan oleh rumah sakit sebagai berikut :
- Sarung Tangan Karet (Hand Gloves atau hand scoon)
- Sarung Tangan Kulit atau Kain
- Masker
- Google / kacamata
- Appron / Scoret / celemek
- Ear muff / earplug
- Sepatu Safety
- Helmet
- Baju Kerja / Jas Lab
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan K-3RS mengacu pada manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.66
tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.

Sistem Manajemen K-3RS

Penetapan
Kebijakan K-3

Peningkatan Perencanaan
Berkelanjutan (Program) K-3

Pemantauan Penerapan
dan Evaluasi (Program) K-
(Program) K-3 3

Langkah-langkah atau Tahapan Penyelengaraan Manajemen Sistem K-3 RS :


1. Tahap Persiapan
a. Penetapan Komitmen
Komitmen Terpenting dalam Pelaksanaan K-3RS adalah Komitmen Manajemen,
dalam hal ini adalah Komitmen Direktur. Komitmen dilakukan tertulis yang
dinyatakan dalam Kebijakan, Pembentukan / Penetapan Organisasi Tim K-3RS
dan Dukungan Anggaran untuk pelaksanaan Tim K-3RS sebagaimana termaktub
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.66 tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
b. Penetapan SK Organisasi K-3RS yang merupakan bagian dari Struktur
Manajemen Rumah Sakit; dan
c. Pembentukan Tim K-3RS

2. Tahap Perencanaan K-3RS


Perencanaan disusun dan disahkan oleh Rumah Sakit dalam satu kerangka manajemen
rumah sakit dan sejalan dengan visi misi serta tujuan rumah sakit.Perencanaan K-3
RS harus dilakukan secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai keberhasilan
penyelengaraan K-3RS dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Penerapan Pelaksanaan K-3RS dilakukan dalam rangka mengendalaikan potensi
bahaya dan mengurangi risiko K-3RS yang telah diidentifikasi, serta mengacu kepada
perundang-undangan yang berlaku.

3. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan K-3RS dilakukan berdasarkan Program yang telah yang telah ditetapkan
serta merupakan bagian pengenalaian risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
adapun pelaksanaan Program K-3RS meliputi :

a. Manajemen Risiko K-3RS


b. Keamanan dan Keselamatan di Rumah Sakit.
c. Pelayanan Kesehatan Kerja
d. Pengelolaan Bahan berbahaya dan Beracun (B3) dari Aspek K-3RS
e. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
f. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari Aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
g. Pengelolaan peralatan medis dari Aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
h. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana

4. Tahap Pemantauan dan Evaluasi


Guna mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan perlu dilakukan Pencatatan,
Pemantauan, evaluasi serta pelaporannya. Capaian atau Kemajuan dari Program yang
telah ditetapkan dipantau secara periodik untuk dapat dilakukan evaluasi sehingga
dapat melakukan tindakan yang diperlukan guna meningkatkan capaian secra
berkesinambungan sebagaimana sasaran yang telah ditetapkan.
Kemajuan Program dilakukan dengan cara Penerapan Inspeksi/Pemantauan
Lapangan ke Unit Kerja sebagaimana lingkup Kerja K-3RS.

Cara penerapan beberapa inspeksi yang dilakukan antara lain:


a. Inspeksi/Pemantauan lapangan dilakukan secara teratur
b. Inspeksi/Pemantauan Lapangan dilakukan oleh Pengurus Tim K-3RS dan atau
Perwakilan Unit Kerja/Penghubung yang bertanggung Jawab di bidang K-3RS.
c. Inspeksi/Pemantauan dilakukan menggunakan Daftar Periksa (check list) yang
telah dibuat.
d. Inspeksi/Pemantauan dilakukan untuk mencari masukan dari petugas unit kerja
yang di pantau.
e. Evaluasi dilakukan dari hasil Pemantauan terhadap kemajuan atau hasil program
kerja K-3RS setiap 3 bulan.
f. Laporan hasil Inspeksi/Pemantauan dan rekomendasinya dibuat oleh Tim K-3RS
ditujukan kepada Direktur RS serta sosialisasi hasil keputusan kepada unit kerja
sesuai kebutuhannya.
g. Pimpinan RS menentukan atau menetapkan penanggung jawab untuk
melaksanakan tindakan perbaikan dari hasil laporan Inspeksi/Pemantauan.

5. Tahap Peningkatan Kinerja K-3RS berkelanjutan


Pimpinan Rumah Sakit melakukan evaluasi dan Peninjauan Ulang atas kinerja K-3RS
sehingga dapat ditindak lanjuti dengan perbaikan berkelanjutan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.Kinerja Tim K-3RS dapat dituangkan dalam indikator kinerja
Tim K-3RS.
Beberapa Indikator Kinerja Tim K-3 RS antara Lain :
a. Menurunnya Absensi Karyawan Karena Sakit
b. Menurunnya angka kecelakaan kerja
c. Menurunnya Prevalensi Penyakit Akibat Kerja
BAB V
LOGISTIK
Logistik yang seharusnya tersedia di Rumah Sakit bagi Unit Kerja dalam melaksanakan tugas
dan Tim K-3RS untuk meningkatkan kinerjanya adalah sebagai berikut :
a. Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) jumlahnya harus mencukupi bagi pekerja yang memiliki
potensi bahaya risiko tinggi atas paparan bahan berbahaya dan beracun; diantaranya
bahan kimia berbahaya dan beracun, paparan fisik seperti panas, debu. paparan
biologis seperti virus, bakteri.
Jenis Alat Pelindung Diri harus sesuai dengan kebutuhannya.

Jenis-jenis APD yang diperlukan oleh unit kerja terlampir.

b. Alat Ukur / Monitoring Paparan


alat monitoring yang diperlukan untuk mengukur paparan yang diterima karyawan
sehingga dapat ditentukan jumlah paparannya dan dilakukan penanggulangannya.

Jenis alat monitoring yang dibutuhkan adalah :


- TLD = Thermolumenecent Dosimeter
- Sound Level Meter = Alat ukur Kebisingan
- Thermohygro meter = alat ukur suhu dan kelembaban
- Dust meter = Alat Pengukur Debu
- Environmental Meter = Alat ukur yang digunakan dalam memantau kondisi
lingkungan seperti Paramater air bersih dan Air Limbah dan lain-lain.

c. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)


Ketentuan tentang APAR mengikuti Pereaturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.04/Men/1980 Tentang Syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. diantaranya adalah :
- Ketinggian posisi paling atas tidak lebih dari 120 cm
- Jarak APAR tidak lebih dari 15 m

d. Rambu Jalur Evakuasi


Rambu jalur evakuasi dipasang disetiap uit kerja atau bangunan yang ada. tata cara
pemasangan berdasar pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-1746-2000
tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar Untuk
Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. diantaranya
adalah :
- Jarak pemasangan antar Rambu minimal 12 m
- Ketinggian : 20 cm dari lantai.
e. Hydrant
Ketentuan tentang Hydrant mengikuti Pereaturan Menteri Pekerjaan Umum No.
100/KPTS/2000 Tentang Ketentuan Tehnis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan dan Lingkungan. diantaranya adalah :
- Supplay air untuk Hydrant halaman sekurang-kurangnya 38Lt/Detik pada tekanan
3.5 BAR, serta mampu mengalirkan air minimal 30 menit.
- Jarak antara hydrant dengan hydrant lain 50 m
Daftar APD berdasar jenis pelayanan Unit Kerja
No Jenis APD Unit Pengguna Keterangan
.
1. Pelindung Muka PMS & Kesling. Pada pekerjaan
(Face Shield) Pengelasan

2. Sepatu boot PMS & Kesling (Pekerjaan Air


dan Taman), Sekuriti (hujan),
Laundry.

3. Helmet PMS & Kesling (konstruksi,


ketinggian) Sekuriti (darurat)

4. Sarung tangan kulit PMS & Kesling (konstruksi /


Pertukangan)

5. Sarung tangan PMS & Kesling, Kamar operasi,


karet / Plastik Irna, Irj, Kaber, IGD, Lab,
Radiologi, CSSD, Farmasi,
GIZI, Laundry.

6. Sepatu safety PMS & Kesling.

7. Appron Pb Radiologi

8. Appron plastik PMS & Kesling, Kamar operasi,


Irna, Irj, Kaber, IGD, CSSD,
Farmasi, Gizi, Laundry.

9. Google (kacamata) PMS & Kesling, Kamar operasi,


Irna, Irj, Kaber, IGD, Lab,
CSSD, Farmasi, Gizi, Laundry.

10. Tutup kepala PMS & Kesling, Kamar operasi,


Irna, Irj, Kaber, IGD, Lab,
CSSD, Farmasi, Gizi, Laundry.

11. Scoored lengan Kamar operasi, Irna, Irj, Kaber,


panjang IGD.

12. Baju Kerja PMS & Kesling, Kamar operasi,


Irj, Kaber, IGD, Lab, CSSD,
Farmasi, Gizi, Laundry.

13. Ear muff/plug PMS & Kesling. (Genset,


Gerinda)

14. Masker PMS & Kesling, Kamar operasi,


Irna, Irj, Kaber, IGD,
Lab,CSSD, Farmasi, Gizi,
Laundry.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman, yang meliputi asesment risiko, identifikasi, dan pengelolaan yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cidera yang disebakan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Insiden Keselamatan Pasien Yang selanjutnya disebut Insiden adalah Kejadian yang
tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera
yang dapat dicegah pada Pasien.

Jenis-Jenis Insiden :
- KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) adalah Insiden yang mengakibatkan Cidera Pada
Pasien.
- KNC (Kejadian Nyaris Cidera) adalah Insiden yang belum terpapar pada pasien.
- KTC (Kejadian Tidak Cidera) adalah Insiden yang sudah terpapar pada Pasien namun
tidak menimbulkan cidera.
- KPC (Kondisi Potensial Cidera) adalah Kondisi yang sangat berpotensi menimbulkan
cidera, tetapi belum terjadi insiden.
- Kejdian Sentinel adalah suatu KTD yangmengakibatkan Kematian atau cidera yang
serius.

Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut Pelapoan Insiden adalah
suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis, dan
solusi untuk pembelajaran.

B. Tujuan

Untuk mencegah dan meminimalkan risiko yang mengancam keselamatan pasien selama
dirawat di rumah sakit dan melakukan tindakan pengendalaian untuk mengurangi risiko
yang akan terjadi.

C. Tata laksana keselamatan pasien


Keselamatan pasien merupakan prioritas di RSIA Muhammadiyah Malang, karena itu
upaya Tim K-3RS dalam upaya melindungi Pasien dari adanya risiko Keselamatan dan
Keamanan dilakukan dengan tindakan di bawah ini :

1. Pengamanan dan pemeliharaan sarana prasarana bangunan; diantaranya dengan


Pemakaian Kartu Identitas, Monitoring keamanan lokasi dengan pemasangan CCTV
yang dapat memonitor seluruh sisi bangunan rumah sakit dan pemeriksaan lokasi
oleh satuan pengaman (sekurity).
2. Melakukan Mitigasi/ identifikasi risiko Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana;
diantaranya dengan pembuatan rencana kontijensi / Rencana Penanggulangan
Bencana Rumah Sakit (Disaster Plan), Penyediaan sarana prasarana
Penganngulangan Kebakaran seperti Alarm kebakaran, Hydrant, Sprinkler.
3. Pemeliharaan dan Pengamanan Alat Medis; diantaranya dengan Pemeliharaan
Preventif dan Kaliberasi Alat medis.
4. Penyusunan PCRA (Pre-Construction Risk Assesment) ; asesmen pra konstruksi
5. Pengenalan kode-kode warna bagi petugas terkait kondisi darurat.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Sebagaimana fungsi dan tugas Tim K-3RS yaitu mengupayakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di RSIA Muhammadiyah Malang, dalam upaya melindungi Pasien,
Pekerja dan Lingkungan dari adanya risiko Keselamatan dan Kesehatan, maka tindakan
yang akan dilakukan diantaranya di bawah ini :

1. Sosialisasi Budaya Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.


2. Sosialisasi Pemakaian APD
3. Sosialisasi SPO guna keselamatan kerja
4. Sosialisasi Fasilitas Pengamanan Kebakaran
5. sosialisasi Kewaspadaan Bencana
6. Monitoring Kepatuhan dan Pelaksanaan K-3RS
7. Diklat bagi seluruh karyawan
8. Pemeriksaan Kesehatan bagi seluruh karyawan
9. Pemantauan fasilitas yang berpotensi mencemari lingkungan.
10. Penyediaan APD
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Untuk menjaga mutu layanan Tim K-3 RSIA Muhammadiyah Malang, perlu
dilakukan monitoring, kontrol dan evaluasi atas seluruh kegiatan Tim K-3RS, mutu yang
ditetapkan dalam kebijakan sebagai berikut:

1. Pengendalian mutu kegiatan Tim K-3RS terkait Keamanan dan Keselamatan di Rumah
Sakit :
(a) Evaluasi pemeliharaan fasilitas dan bangunan
(b) Evaluasi Pemeliharaan dan ruangan yang terpantau CCTV
(c) Evaluasi Pemakaian Kartu identitas
(d) Evaluasi PCRA
(e) Evaluasi Sistem Kunci (Air, Listrik dan IT)
(f) Evaluasi uji kualitas IPAL;
(g) Evaluasi Penangan Limbah B3

2. Pengendalian mutu Tim K-3 RS terkait Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana:


(a) Evaluasi Ketersediaan dan Pemeliharaan APAR, Hydrant, Sprinkler dan Hydrant;
(b) Evaluasi hasil Pengetahuan Karyawan dan Pihak Ketiga;

3. Pengendalian mutu Tim K-3 RS terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan :
(a) Evaluasi Pemeriksaan Kesehatan karyawan
(b) Evaluasi angka Absensi Karyawan karena Sakit.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan ini dibuat untuk kelancaran proses pelayanan Tim K-3 RS
islam Aisyiyah Malang. Sehingga upaya yang dilakukan untuk menjaga Keselamatan dan
Kesehatan di lingkungan Rumah Sakit agar menjadi aman, sehat dan nyaman bagi karyawan,
pasien, pengunjung dan masyarakat sekitarnya dapat tercapai.
Upaya perbaikan akan diupayakan oleh seluruh Pengurus Tim K-3RS agar
menghasilkan outcome pelayanan yang baik, dan berkualitas.

Sekretaris Tim K-3RS Ketua Tim K-3RS

Eka Natalia, S.Tr Keb dr. Farida Rozany, MMRS

Anda mungkin juga menyukai