Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga buku Panduan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Buku panduan ini merupakan acuan Rumah Sakit Hj. Zubaeda Bantilan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan panduan ini, oleh sebab itu kami
mengharapkan saran dan masukan bagi penyempurnaan buku ini dikemudian hari.
A. Latar belakang
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan
kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit. Proses kegiatan pemberian
pelayanan, lingkungan kerja maupun kondisi sarana dan prasarana yang ada di
Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar dapat merupakan sumber bahaya
potensial yang dapat mengangu keselamatn dan kesehatan sumbaer daya manusia
yang ada di rumah sakit.
Bahaya potensial (hazard) yang dimaksud dapat digolongkan ke dalam
bahaya potensial fisika (kebisingan, getaran, lantai licin,), kimia (desinfektan, clorine,
formaldehide), biologi (bakteri, virus, kecoa, dll), ergonomi (manual handling, posisi
statis, dll), dan psikososial (beban kerja, hubungan kerja yang tidak harmonis, dll).
Selain itu juga terdapat bahaya potensial mekanikal (tertusuk, terpotong), elektrikal
(tersengat listrik), dan limbah (limbah padat medis dan non medis).
Pekerja yang tepajan dengan bahaya potensial tersebut dapat mengalami
gangguan keselamatan berupa kecelakaan kerja (KK) ataupun gangguan kesehatan
berupa penyakit akibat kerja (PAK). Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan juga dinyatakan bahwa tenaga kesehatan
dalam menjalankan praktik berhak memperoleh pelindungan atas keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Rumah Sakit Hj. Zubaeda Bantilan sebagain bagian dari pemberi pelayanan
kesehatan memiliki pekerja baik medis dan non medis yang tidak dapat terhindar
dari pajanan berbagai bahaya potensial dalam melakukan pekerjaannya. Sehingga
diperlukan suatu upaya untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi melalui
kegiatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam mendukung keberhasilan
upaya tersebut diperlukan suatu pedoman keselamatan dan kesehatan kerja rumah
sakit sebagai acuan bagi pihak-pihak terkait.
C. Ruang lingkup
Sebagaimana Permenkes No.66 Tahun 2016, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit meliputi:
1. Manajemen risiko K3RS
2. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit
3. Pelayanan Kesehatan Kerja
4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan
dan Kesehatan Kerja
5. Pencegahan dan pengendalian kebakaran
6. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja
7. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
8. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
D. Batasan operasional
1. Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,
pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan
kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia
dengan jabatannya.
2 PEDOMAN PELAYANAN K3 RSU HJ. ZUBAEDA BANTILAN
2. Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya
kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia,
maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja,
dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung.
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat
K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
4. Manajemen risiko K3RS adalah proses yang bertahap dan
berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja secara komperhensif di lingkungan Rumah Sakit. Manajemen
risiko merupakan aktifitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh Rumah
Sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko
keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Pelayanan kesehatan kerja adalah upaya pelayanan kesehatan yang
diberikan pada SDM Rumah Sakit secara paripurna meliputi pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
6. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah upaya meminimalkan risiko penggunaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
terhadap sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.
7. Pencegahan dan pengendalian kebakaran.
Pencegahan kebakaran adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya kebakaran di Rumah Sakit. Pengendalian kebakaran adalah upaya
yang dilakukan untuk memadamkan api pada saat terjadi kebakaran dan
setelahnya.
8. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah upaya memastikan sistim utilitas aman bagi sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan Rumah Sakit.
9. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah upaya memastikan sistem peralatan medis aman bagi sumber daya
3 PEDOMAN PELAYANAN K3 RSU HJ. ZUBAEDA BANTILAN
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan Rumah Sakit
10. Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat atau Bencana adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dirancang untuk meminimalkan dampak kerugi atau
kerusakan yang mungkin terjadi akibat keadaan darurat oleh karena
kegagalan teknologi, ulah manusia atau bencana yang dapat terjadi setiap
saat dan dimana saja (internal dan eksternal).
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan juga
dinyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berhak
memperoleh pelindungan atas keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan
bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan
bahwa dalam rangka peningkatan mutu pelayanan, Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali dimana
unsur keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk sebagai salah satu hal
yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja Rumah Sakit
A. Denah Ruang
Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan
Program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar
Rumah Sakit.
Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai
komponen yang ada di Rumah Sakit. Hal tersebut dapat berjalan dengan baik jika
seluruh komponen rumah sakit, mulai dari pimpinan sanpai dengan staf pelaksana
mempunyai komitmen, pemahaman, perhatian dan kesadaran, yang menjadi budaya
dalam melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit.
Pelayanan K3RS sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini
dikarenakan masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).
Adapun standar pelayana K3RS yang perlu diberikan adalah sebagai berikut:
A. Program Pelayanan Kesehatan
1. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah
Sakit :
Pemeriksaan fisik lengkap
Kesegaran jasmani
Rontgen paru-paru (bilamana mungkin)
Laboratorium rutin
Pemeriksaan lain yang dianggap perlu
Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang
diperkirakan timbul, khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit
Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium
rutin, serta pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu
Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-
kurangnya 1 tahun.
BAB V
LOGISTIK
Bagian K3RS mempunyai Gudang spare part yang di amprah dari Gudang
Logistik. Adapun barang-barang yang di stok bagian K3RS adalah Sbb :
A. Bagian K3RS
1. Kertas berkop
2. Kertas HVS 70 gram
3. ATK
4. Helm Safety
5. APAR
A. Manajemen risiko
1. Pengertian
Manajemen risiko K3RS adalah proses yang bertahap dan berkesinambungan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara
komperhensif di lingkungan Rumah Sakit. Manajemen risiko merupakan aktifitas
klinik dan administratif yang dilakukan oleh Rumah Sakit untuk melakukan
identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dalam melakukan manajemen risiko K3RS perlu dipahami hal-hal berikut:
a. Bahaya potensial/hazard yaitu suatu keadaan/kondisi yang dapat mengakibatkan
(berpotensi) menimbulkan kerugian (cedera/injury/penyakit) bagi pekerja,
menyangkut lingkungan kerja, pekerjaan (mesin, metoda, material),
pengorganisasian pekerjaan, budaya kerja dan pekerja lain.
b. Risiko yaitu kemungkinan/peluang suatu bahaya potensial (hazard) menjadi
suatu kenyataan, yang bergantung pada:
1) pajanan, frekuensi, konsekuensi
2) dose-response
c. Konsekuensi adalah akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif
atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan atau
menguntungkan. Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi
dan berhubungan dengan suatu kejadian.
2. Tujuan
Manajemen risiko K3 Rumah Sakit Hj. Zubaeda Bantilan bertujuan untuk
melakukan identifikasi, meminimalkan cidera serta risiko lain sehingga tidak
menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan Rumah Sakit.
3. Proses Manajemen Risiko K3RS
a. Persiapan/Penentuan
Pada tahap persipan dilakukan penentuan konteks proses menajemen risiko
K3RS meliputi:
1) Penentuan tanggung jawab dan pelaksana kegiatan manajemen risiko
16 PEDOMAN PELAYANAN K3 RSU HJ. ZUBAEDA BANTILAN
2) Penentuan ruang lingkup manajemen risiko keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
3) Penentuan semua aktivitas (baik normal, abnormal maupun emergensi),
proses, fungsi, proyek, produk, pelayanan dan aset di tempat kerja.
4) Penentuan metode dan waktu pelaksanaan evaluasi manajemen risiko
keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Identifikasi Bahaya Potensial
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap bahaya potensial yang
kemungkinan dapat menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan pada
pekerja, pasien, pengantar pasien dan pengunjung. Bahaya potensial yang
dimaksud meliputi :
1) Fisika
Contoh: kebisingan, suhu, getaran, radiasi
2) Kimia
Contoh: formaldehid, alkohol, bahan pembersih lantai, desinfectan
3) Biologi
Contoh: bakteri, virus, mikroorganisme, tikus, kecoa, kucing
4) Ergonomi
Contoh: posisi statis, manual handling, mengangkat beban.
5) Psikososial
Contoh: beban kerja, hubungan atasan dan bawahan atau antar pekerja
yang tidak harmonis, pelecehan atau perilaku yang tidak mendukung
budaya keselamatan. Pelecehan mengacu pada berbagai perilaku yang
tidak diinginkan dan dianggap sebagai gangguan termasuk menganiaya,
memaksa, mengganggu, mengintimidasi dan menghina orang lain karena
ras, usia, kecacatan, atau jenis kelamin.
Pasti
Penilaian dampak
2) Matriks penilaian risiko
Penilaian risiko dilakukan berdasarkan tabel kriteria dampak dan tabel
kriteria peluang sebagai berikut:
Akibat
1 2 3 4 5
Peluang
A H H E E E
B M H H E E
C L M H E E
D L L M H E
E L L M H H
E = Extreme Risk
H = High Risk
M = Moderate Risk
L = Low Risk
Pengendaliannya
Bertindak
Bertindak
Tentu saja pedoman ini masih jauh dari sempurna, dan kami mengaharapkan
masukan dari berbagai pihak-pihak terkait guna penyempurnaan dimasa yang akan
dating dan atas kerjasama dari berbagai pihak kami mengucapkan terima kasih.