Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN INTERNAL

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI
UPTD PUSKESMAS SELAJAMBE

UPTD PUSKESMAS SELAJAMBE


JL. Siliwangi No. 63 Kec. Selajambe Kab. Kuningan
E-mail :pkmselajambe2@gmail.com
KUNINGAN
BAB I
DEFINISI
Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di fasilitas pelayanan kesehatan semakin tinggi. Puskesmas
sebagai salah satu fasilitas kesehatan dari pemerintah merupakan tempat kerja yang
unik dan kompleks untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi puskesmas tersebut, maka akan
semakin kompleks peraltan dan bahan yang dibutuhkan. Kerumitan tersebut
menyebabkan puskesmas mempunyai potensi bahaya yang sangat besar, tidak hanya
bagi pasien dan tenaga medis tetapi pengunjung Puskesmas.
K3 adalah singkatan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dalam
bahasa inggris disebut sebagai Occupational Health and Safety, disingkat OHS. K3
atau OHS adalah kondisi yang harus diwujudkan di tempat kerja denga segala daya
upaya berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengetahuan mendalahm guna meloindungi
tenaga kerja, manusia serta karya dan budayanya melalui penerapan teknologi
pencegahan kecelakaan yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan peraturan
perundangan dan standar yang berlaku.
SMK3 ialah singkatan dari Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja yang merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.
Upaya kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas menyangkut
tenaga kerja, cara / metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya
ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap
petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultan dari ketiga komponen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja. Yang dimaksud dengan :
1. Kapasitas Kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baiak pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
2. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja, baik secara fisik maupun
non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat diperberat oleh
kondisi lingkungan yang tidaj mendukung secara fisik ataupun non fisik.
3. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor fisik,
kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Bahaya potensial di Puskesmas dapat mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK). Kedua bahaya potensial tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor yang antara lain adalah :
1. Faktor biologis (virus, bakteri dan jamur)
2. Faktor ergonomis (antiseptik, gas anastesi)
3. Faktor fisika (cara kerja yang salah)
4. Faktor Psikologis (hubungan sesama karyawan atau atasan)
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Puskesmas umumnya berkaitan dengan faktor
biologik (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan
dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anastesi pada
hati), faktor ergonomi (cara duduk yang salah, cara mengangkat pasien yang salah),
faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (pamas pada kulit, tegangan tinggi
pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem pemproduksi darah), faktor psikologis
(ketegangan dikamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan bangsal penyakit
jiwa).
Kegawat daruratan dapat terjadi di Puskesmas. Kegawat daruratan merupakan
suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau luka serius bagi pekerja,
pengunjung ataupun masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha, mengganggu
operasi, menyebabkan kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam finansial dan
citra puskesmas. Sehingga Puskesmas memerlukan Sistem Tanggap Darurat sebagai
bagian dari Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (k3) Puskesmas.
Dalam undang-undang no,mor 23 tahun 2003 tentang kesehatan pasal 23
“upaya keselamatan dan kesehat kerja (K3) harus diselenggarakan di tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudajh terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Berdasarkan pasal
tersebut jelas bahwa puskesmas termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap petugas kesehatan dan staf puskesmas saja, tetpi juga juga terhadap pasien
maupun pengunjung puskesmas. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola
Puskesmas menerapkan upaya-upaya K3 di Puskesmas (DEPKES, 2006).
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan
kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau
kabupaten. Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat
(petugas dan pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas
merupakan tempat kerja yang mempunyai risiko kesehatan akibat transmisi penyakit
maupun penyakit akibat kecelakaan kerja. Terdapat potensi bahaya lain, seperti
kecelakaan (kebakaran akibat api serta listrik dan peledakan), radiasi bahan kimia
berbahaya, serta gangguan ergonomik. Semua potensi bahaya tersebut dapat
menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian.
International Labour Organization (ILO) terdapat 1,2 juta orang meninggal
setiap tahun karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan kerja (PAHK). Dari
dua ratus lima puluh juta kecelakaan, tiga juta orang meninggal karena PAHK.
Diperkirakan ada seratus enam puluh juta PAHK baru setiap tahunnya.Mengingat
tingginya risiko kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja dan adanya amanat
dalam Undang-undang untuk menerapkan kesehatan kerja di tempat kerja, maka perlu
dilaksanakan Upaya Kesehatan Kerja di wilayah kerja Puskesmas. K3 di puskesmas
perlu dikelola dengan baik. Manajemen risiko pada K3L dapat dilakukan melalui 3 hal
yaitu Hazard Identification (Identifikasi Bahaya), Risk Assessment (Penilaian risiko), dan
Determining Control (Penetapan pengendalian) atau sering disebut dengan HIRADC.
Oleh karena itu, sudah seharusnya Puskesmas menerapkan program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Agar penyelenggaraan K3 di Puskesmas lebih
efektif dan efisien diperlukan sebuah pedoman manajemen K3, baik untuk pasien,
pengunjung, pekerja, dan masyarakat sekitar puskesmas. Selain dituntut mampu
memberikan pelayanan dan pengobatan bermutu, Puskesmas harus menjadi patien &
provider safety sehingga mampu melindungi pasien, pengunjung, pekerja dan
masyarakat sekitar Puskesmas dari berbagai potensi bahaya yang ditimbulkan.
TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalama
rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan Puskesmas.
2. Manfaat
a. Bagi puskesmas
1. Meningkatkan mutu pelayanan
2. Mempertahankan kelangsungan operasional puskesmas
3. Meningkatkan citra puskesmas
b. Bagi karyawan puskesmas
1. Melindungi karyawan dari penyakit akibat kerja (PAK)
2. Mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja (KAK)
c. Bagi pasien dan pengunjung
1. Mutu layanan yang baik
2. Kepuasaan pasien dan pengunjung puskesmas
BAB II
RUANG LINGKUP
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di puskesmas mencakup
prinsip, kebijakan pelaksanaan dan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Puskesmas, standar pelayanan K3 di Puskesmas, standar sarana prasarana dan
peralatan K3 di Puskesmas, pengelolaan jasa dan barang vberbahaya, standar sumber
daya manusias K3 di Puskesmas, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.
Kesehatan kerja menurut WHO (1995) adalah untuk bertujuan meningkatkan
dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi tingginya bagi
pekerja, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerjaan yang disesuaikan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya akibat faktor yang
merugikan kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan dalam suatu lingkuntgan
kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisik, psikologinya. Secara ringkas merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Kesehatan keselamatan kerja (K3) adalah upaya memberikan keselamatan
dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja cara menangani kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (PAK), pengendalian bahaya dan promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.
Keselamatan pasien adalah upaya yang dirancang untuk mencegah
terjadinya outcome yang tidak diharapkan sebagai akibat tindakan yang tidak aman
atau kondisi laten di sarana pelayanan kesehatan.
Manajemen resiko adalah penanganan sistematis formal dimana
dikonsentrasikan pada mengidentifikasikan dan pengontrolan peristiwa atau kejadian
yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.
Resiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu
kegiatan/aktifitas yang dilakukan oleh manusia (probalitas insiden)
Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah cedera yang diakibatkan oleh tata
kelola klinis bukan karena latar belakang kondisi pasien.
Kejadian tidak cedera (KTC) adalah terjadi penanganan klinis yang tidak
sesuai pada pasien, tetapi tidak terjadi cedera.
Kejadian nyaris cedera (KNC) adalah kejadian atau situasi yang sebenarnya
dapat menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi karena secara kebetulan diketahui atau
upaya pencegahan segera dilakukan
Kondisi berpotensi cedera (KPC) suatu keadaan yang mempunyai potensi
menimbulkan cedera.
Sesuai dengan standar akreditasi FKTP, upaya keselamatan pasien yang
perlu dilakukan di FKTP antara lain adalah mengupayakan tercapainya sasaran
keselamatan pasien, penanganan dan tindak lanjut jika terjadi inisden keselamatan
pasien, penerapan manajemnen resiko klinis dalam pelayanan pasien, meningkatkan
mutu dan keselamatan pasien dalam pelayanan obat, pelayanan laboratorium dan
pelayanan penunjang yang lain serta pengendalian infeksi dalam pelayanan klinis.
Agar penyelenggaraan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Puskesmas lebih efektif, efisien, terpadu dan menyeluruh maka diperlukan peraturan
perundang-undangan sebagai dasar hukum dalam melaksanakan K3 di Puskesmas
adalah sebagai berikut :
1. Peraturan pemerintah no. 18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/2002 tentang syarat-syarat dan
pengawasan air minum;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/II/1990 tentang Jenis
Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian
Laporannya dan Tata Cara Penanggulangan Seperlunya;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 928/Menkes/Per/IX/1995 tentang Penyusunan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Bidang Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472/Menkes/Per/V/1996 tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/Menkes/SK/II-1998 tentang Persyaratan
Lingkungan Hidup.

BAB III
TATA LAKSANA
Pelaksanaan K3 di Puskesmas sangat tergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan petugas terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja
sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya
aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua
petugas, bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi / satuan
pelaksana K3 Puskesmas secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi
pelaksanaan K3 disemua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis
penyebab timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudoian mencari jalan
pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat
dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memoinitor dan mengevaluasi pelaksanaan
program, untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau
masih terdapat kekurangan, maka perly diidentifikasi penyimpanannya serta dicari
pemecahannya.
tugas dan fungsi organisasi / unit pelaksana kesehatan dan keselamatan puskesmas
(K3Puskesmas)
a. Tugas pokok
1. Memberi rekomendasi dan pertimbangan Kepala Puskesmas mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamaan Kerja
(K3)
2. Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan
prosedur.
3. Membuat program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Puskesmas
(K3Puskesmas)
b. Fungsi
1. Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan Kesehatan dan Keselamtana Kerja
(K3)
2. Membantu Kepala Puskesmas mengadakan dan meningkatkan upaya
promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 di Puskesmas
3. Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3
4. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif
5. Kordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3Puskesmas
6. Memberi nasehat tentang manajemen K3 ditempat kerja, kontrol bahaya,
mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan
7. Investigasi dan melaporkan kecelakaan dan merekomdasikan sesuai
kegiatannya.
8. Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru, pembangunan
gedung dan proses
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan tertulis, jelas dan mudah dimengerti
serta diketahui oleh seluruh karyawan puskesmas, manajemen puskesmas
mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya essensial seperti pendanaan,
tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya program K3 di Puskesmas diwujudkan
dalam bentuk wadah K3 Puskesmas dalam struktur organisasi puskesmas. Untuk
melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 puskesmas, perlu disusun strategi antara
lain :
1. Sosialisasi program K3 di puskesmas
2. Menetapkan tujuan yang jelas
3. Organisasi dan penugasan yang jelas
4. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 Puskesmas pada setiap unit kerja
di lingkungan puskesmas
5. SDM yang harus didukung oleh manajemn puncak
6. Kajian resiko (risk assesment) secara kualitatif dan kuantitatif
7. Membuat program kerja K3 puskesmas yang mengutamakan upaya peningkatan
dan pencegahan
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala
Sistem kerja tim K3 bertanggung jawab kepada kepala puskemas, yang mempunyai
anggota tim bencana dan tim kewaspadaan universal. Dengan mekanisme kerja
1. Ketua organisasi / unit pelaksanana K3Puskesmas memimpin dan
mengkordinasikan kegiatan organisasi / unti pelaksanan K3Puskemas
2. Sekertaris organisasi / unit pelaksana K3Puskesmas memimpin dan
mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan keputusan
organisasi / unit pelaksana K3Puskesmas
3. Anggota organisasi / unit pelaksana K3Puskesmas mengikuti rapat organisais /
unit pelaksana K3Puskesmas dan melakukan pembahasan atas persoalan yang
diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan organisasi
/ unit pelaksanan K3Puskesmas
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi / unit pelaksanana
K3Puskesmas mengumpulkan data dan informasi mengenai pelaksanaan K3 di
Puskesmas. Sumber data antara lain bisa dari bagian personalia meliputi angka sakit,
tidak hadir tanpa keterangan, angka kecelakaan, khususnya yang berkaitan dengan
akibat kecelakaan. Dan sumber yang lain bisa dari tempat pengobatan puskesmas
sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K, dan tindakan medik karena kecelakaan,
rujukanke rumah sakit bila perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan dann akibat
lama berobat. Dari bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan
biaya perbaikan.
Puskesmas harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai
keberhasilan penerapan sistem manejemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur. Perencanaan meliputi :
1. Pengelolaan jasa dan barang berbahaya
Barang berbahaya dan beracun (B3) adalah bahab yang bersifat dan konsentrasinya
dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan merusak lingkungan hidup serta dapat membahayakan
kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
a. Jenis barang kategori B3
- Memancarkan radiasi
- Mudah meledak
- Mudah menyala atau terbakar
- Oksidator : menyebabkan reaksi oksidasi
- Racun
- Korosif : sifat bahannya menyebabkan sel kanker
- Iritasi : sifat bahannya mengakibatkan peradanga pada kulit dan selaput lendir
- Teratogenik : sifat bahannya mempengaruhi pembentukan embrio
- Mutagenik : sifat bahannya mengakibatkan perubahan kromosom
- Arus listrik
b. Jenis limbah B3 di Puskesmas Pakis

NO NAMA RUANGAN JENIS LIMBAH YANG DIHASILKAN


1 Kamar Obat Lampu, kertas, obat kadaluarsa, pulpen
2 Pemeriksaan Lansia Lampu, kertas, pulpen, baterai
3 Pemeriksaan Umum Lampu, kertas, pulpen
Lampu, baterai, Jarum, Spuit, botol injeksi,
4 UGD
handscoon, Kassa, Kertas, Pulpen, plabot infus
5 Kasir Lampu, Kertas, Pulpen
Lampu, baterai, Jarum, Spuit, botol injeksi,
6 KB Kespro
handscoon,Kassa
Lampu, baterai, Jarum, Spuit, botol injeksi,
7 Kamar Bersalin
handscoon,Kassa
Lampu, baterai, jarum, spuit, kapas, Fiber glass,
8 Laboratorium
Kassa, Botol reagen
Lampu, kertas, pulpen, spuit, jarum, botol
9 Rawat Inap
injeksi, plabot infus
10 Gudang Obat Lampu, kertas, pulpen
Ruang Imunisasi dan Lampu, baterai, kertas, pulpen, tinta printer,
11
Vaksin spuit, jarum, botol vaksin
12 KIA Lampu, kertas, pulpen
c. Pencegahan dan pengendalian B3
- Identifikasi semua B3 dan instalasi untuk pengenalan ciri-ciri karakteristik
limbah B3
- Evaluasi untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang dianggap
sesuai sifat dan karakteristik bahan atau instalasi yang ditangani memprediksi
resiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
- Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang
akan dilakukan meliputi :
a. Pengendalian operasional seperti eliminasi, subtitusi, ventilasi, APD, dan
higiene perorangan.
b. Pengendalian organisasi administrasi seperti SPO, pengaturan tata ruang,
pemantauan rutin dan pendidikan karyawan.
c. Inspeksi dan pemeliharaan saran, prosedur dan proses kerja.
d. Pembatasan keberadaan B3 ditempat kerja sesuai dengan ambang batas.
- Mengurangi resiko paparan B3
a. Upayakan substansi mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan
bahan kurang berbahaya.
b. Menggunakan dan menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin.
c. Dapatkan informasi rtentang bahan berbahaya yang menyangkut sifat cara
penggunaan, cara penyimpanan, cara pembuangan, dan penanganan
sisa/bocoran/tumpahan, cara pengobatan jika terjadi kecelakaan.
d. Proses dilakukan secara tertutup dan dipantau secara berkla agar tidak
melampaui nilai ambang batas yang telah ditetapkan.
e. Usahakan pekerja tidak mengalami paparan terlalu lama.
f. Usahakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai dan tepat
melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan.
g. Penyimpanan bahan berbahaya sesuai dengan prosedur.
h. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan
aman,bersih dan terpelihara dengan baik.
d. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan, cara
menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis dan bahan serta
penanganan dengan melihat SPO.
2. Keselamatan kerja
a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri (APD)
c. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD
d. Membuat SOP cara cuci tangan yang benar
e. Membuat SOP tentang cara penanganan jika terkena cairan tubuh pasien
maupun tertusuk jarum
f. Penempelan cara pemakaian alat di setiap alat yanga da di puskesmas

BAB IV
DOKUMENTASI
Monitoring pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di Puskesmas Pakis
dilakukan secara internal. Monitoring dilakukan setiap sebulan sekali dengan
menggunakan ceklist penilaian yang akan dilakukan oleh penanggung jawab program
dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Monitoring internal dapat diketahui melalui :
1. Tersedia lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif disemua bagian.
2. Terhindarnya karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
3. Tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak diinginkan
4. Menurunnya KTD (kejadian tidak diinginkan) di Puskesmas
5. Terciptanya dan meningkatnya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
6. Terciptanya dan terpenuhinya kepuasan pasien dan pengunjung.
Pencatatan dan pelaporan atau pendokumentasian dilakukan oleh masing-masing unit
di Puskesmas dan kegiatan secara keseluruhan dilakukan oleh penanggungjawab
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan dilaporkan pada Kepala Puskesmas.
Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan puskesmas,
meliputi :
1. Pencatatan semua kegiatan K3
2. Pencatatan dan pelaporan KAK
3. Pencatatan dan pelaporan PAK

Kepala UPTD
Puskesmas Selajambe

H. Nana Sutrisna, SKM, S.Kep,NS,MM


NIP. 19671226 198803 1 003

Anda mungkin juga menyukai