Anda di halaman 1dari 30

REGULASI K3RS sebagai UPAYA

MENINGKATKAN NILAI
AKREDITASI RUMAH SAKIT

ZAENAL ABIDIN, S.Kep., Ns., M.Kep


cv
 Nama : Zaenal Abidin, S.Kep., Ns., M.Kep
 TTL : Probolinggo, 29 Agustus 1986
 Alamat : Surabaya
 No telpon : +6285649399777
 EMAIL : zaenalabidin@staf.unair.ac.id
 Amanah yang diemban:
1. Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan RS UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Anggota K3RS RS UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Ketua DPK PPNI RS UNIVERSITAS AIRLANGGA
4. Wakil Ketua 2 akreditasi RS UNIVERSITAS AIRLANGGA
5. CI (pembimbing Klinik) RS UNIVERSITAS AIRLANGGA
6. Anggota Pengurus Pusat Ikatan Alumni UNIVERSITAS AIRLANGGA
7. Anggota Pengurus Komisariat Alumni Fakultas Keperawatan UNIVERSITAS AIRLANGGA
 Pelatihan yang pernah diikuti:
1. Pelatihan Manajemen ruang rawat
2. Pelatihan K3RS
3. Pelatihan etik dasar dan lanjut
4. Pelatihan asesor internal SNARS 1.1
5. Workshop Dokumentasi keperawatan SDKI,SIKI dan SLKI
6. Workshop Manajemen mutu RS
dll
Data kecelakaan kerja di rs

 Laporan National Safety Council (NSC) menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41%
lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi di antaranya tertusuk jarum
atau needle stick injury (NSI), terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit
infeksi dan lain-lain (Sarastuti, 2016)
 Di Australia, diantara 813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden
cedera musculoskeletal 4,62/100 perawat per tahun. Cedera punggung menghabiskan biaya
kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar dollar per tahun (Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit (Depkes, 2006)

Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine Vol. 1, No. 3 Juli 2020
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk


mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala
bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang
berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat
bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak
langsung
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT NO 66 TAHUN 2016)
KESEHATAN KERJA

Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan


pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan
dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT NO 66 TAHUN 2016
K3RS

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang


selanjutnya disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi
sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui
upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat
kerja di rumah sakit
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH
SAKIT NO 66 TAHUN 2016
REGULASI K3RS

 UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja


 UU no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 29 ayat 1 huruf o
 Permenkes 66 Tahun 2016 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT
 MFK (Manajemen Fasilitas & Keselamatan )
 PPI (Pencegahan & Pengendalian Infeksi )
 KPS (Kualifikasi Pendidikan & Staf )
UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja

 setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam


melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional
 Pasal 2 ayat 1 Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di
udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
UU no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 29 ayat 1 huruf O

 Rumah Sakit dibangun serta dilengkapi dengan sarana, prasarana dan peralatan yang
dapat difungsikan serta dipelihara sedemikian rupa untuk mendapatkan keamanan,
mencegah kebakaran/bencana dengan terjaminnya keamanan, kesehatan dan
keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan lingkungan Rumah Sakit”
MFK

 MFK 1 :
 1. Rumah sakit menetapkan regulasi terkait Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
yang meliputi poin a)-j) pada gambaran umum.
 Regulasi tentang : a. Kepemimpinan dan perencanaan; b. Keselamatan fasilitas; c.
Keamanan fasilitas; d. Pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun (B3); e.
Proteksi kebakaran; f. Peralatan medis; g. Sistim utilitas; h. Penanganan kedaruratan dan
bencana; i. Konstruksi dan renovasi; dan j. Pelatihan.
MFK 1

 2. Rumah sakit telah melengkapi izin-izin dan sertifikasi yang masih berlaku sesuai
persyaratan peraturan perundang-undangan
 Memiliki perizinan berusaha yang masih berlaku dan teregistrasi di Kementerian
Kesehatan • Memiliki Izin Pengelolaan Limbah Cair (IPLC) yang masih berlaku. • Memiliki
Kerja sama dengan pihak ketiga yang mempunyai izin sebagai pengolah dan/atau
sebagai transporter limbah B3 yang masih berlaku atau izin alat pengolah limbah B3
(Insenerator, Autoclave, Microwave). • Komite/tim K3 • Bagian Umum/ Kepala IPSRS
MFK 1

3. Pimpinan rumah sakit memenuhi perencanaan anggaran dan sumber daya serta
memastikan rumah sakit memenuhi persyaratan perundang-undangan.
regulasi tentang rencana kerja dan anggaran
MFK 2

 Rumah Sakit menetapkan penanggungjawab yang kompeten untuk mengawasi


penerapan manajemen fasilitas dan keselamatan di rumah sakit.
Ruang lingkup tugas dan tanggung
jawab penanggung jawab MFK
a) Keselamatan: meliputi bangunan, prasarana, fasilitas, area konstruksi, lahan, dan
peralatan RS tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf, atau pengunjung.
b) Keamanan: perlindungan drkehilangan, kerusakan, gangguan, atau akses atau
penggunaan yg tidak sah.
c) Bahan dan limbah berbahaya: Pengelolaan B3 termasuk penggunaan radioaktif serta
bahan berbahaya lainnya dikontrol, dan limbah berbahaya dibuang dengan aman.
d) Proteksi kebakaran: Melakukan penilaian risiko yang berkelanjutan untuk meningkatkan
perlindungan seluruh aset, properti dan penghuni dari kebakaran dan asap.
e) Penanganan kedaruratan dan bencana: Risiko diidentifikasi dan respons terhadap
epidemi, bencana, dan keadaan darurat direncanakan dan efektif, termasuk evaluasi
integritas struktural & non struktural lingkungan pelayanan & perawatan pasien.
Ruang lingkup tugas dan tanggung
jawab penanggung jawab MFK

f) Peralatan medis: Peralatan dipilih, dipelihara, & digunakan dengan cara yg


aman dan selamat untuk mengurangi risiko.
g) Sistem utilitas: Listrik, air, gas medik dan sistem utilitas lainnya dipelihara
untuk meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian.
h) Konstruksi dan renovasi: Risiko terhadap pasien, staf, & pengunjung
diidentifikasi dan dinilai selama konstruksi, renovasi, pembongkaran, dan
aktivitas pemeliharaan lainnya.
i) Pelatihan: Seluruh staf di rumah sakit dan para tenant/penyewa lahan
dilatih dan memiliki pengetahuan tentang pengelolaan fasilitas RS.
j) Pengawasan pada para tenant/penyewa lahan yang melakukan
kegiatan di dalam area lingkungan rRS.
MFK

 Standar MFK 3 Rumah sakit menerapkan Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK) terkait keselamatan di rumah sakit
 Standar MFK 4 Rumah sakit menerapkan Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK) terkait keamanan di RS.
 Standar MFK 5 Rumah sakit menetapkan dan menerapkan pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun (B3) serta limbahnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
 Standar MFK 6 RS menerapkan proses untuk pencegahan, penanggulangan bahaya
kebakaran & penyediaan sarana jalan keluar yg aman dari fasilitas sbg respons terhadap
kebakaran & keadaan darurat lainnya.
 Standar MFK 7 Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses pengelolaan peralatan
medik.
 Standar MFK 8 RS menetapkan dan melaksanakan proses untuk memastikan semua sistem
utilitas (sistem pendukung) berfungsi efisien dan efektif yang meliputi pemeriksaan,
pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas
 Standar MFK 9 RS menerapkan proses penanganan bencana untuk menanggapi
bencana yang berpotensi terjadi di wilayah rumah sakitnya.
 Standar MFK 10 Rumah sakit melakukan penilaian risiko prakontruksi/Pre Contruction Risk
Assessment (PCRA) pada waktu merencanakan pembangunan baru (proyek konstruksi),
renovasi dan pembongkaran.
 Standar MFK 11 Seluruh staf di RS dan yang lainnya telah dilatih dan memiliki
pengetahuan tentang pengelolaan fasilitas rumah sakit, program keselamatan dan
peran mereka dalam memastikan keamanan dan keselamatan fasilitas secara efektif.
PPI 2

 Standar PPI 2 Rumah sakit menyusun dan menerapkan program PPI yang terpadu dan
menyeluruh untuk mencegah penularan infeksi terkait pelayanan kesehatan berdasarkan
pengkajian risiko secara proaktif setiap tahun.
Program PPI

 Kesebelas kewaspadaan standar tersebut yang harus diterapkan di rumah sakit adalah:
(1) Kebersihan tangan (2) Alat Pelindung diri (3) Dekontaminasi peralatan perawatan
pasien (4) Pengendalian lingkungan (5) Pengelolaan limbah (6) Penatalaksanaan linen
(7) Perlindungan kesehatan petugas (8) Penempatan pasien (9) Kebersihan
pernafasan/etika batuk dan bersin (10) Praktik menyuntik yang aman (11) Praktik lumbal
pungsi yang aman
KPS 9
RS menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan
keselamatan staf

 Program kesehatan dan keselamatan staf rumah sakit mencakup hal2 sbb: a. Skrining
kesehatan awal b. Tindakan-tindakan untuk mengendalikan pajanan kerja yang
berbahaya, seperti pajanan terhadap obatobatan beracun dan tingkat kebisingan yang
berbahaya c. Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terkait cara pemberian asuhan pasien
yang aman d. Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terkait pengelolaan kekerasan di
tempat kerja e. Pendidikan, pelatihan, dan intervensi terhadap staf yang berpotensi
melakukan kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian sentinel f. Tata laksana kondisi
terkait pekerjaan yang umum dijumpai seperti cedera punggung atau cedera lain yang
lebih darurat. g. Vaksinasi/Imunisasi pencegahan, dan pemeriksaan kesehatan berkala. h.
Pengelolaan kesehatan mental staf, seperti pada saat kondisi kedaruratan penyakit
infeksi/pandemi.
AKREDITASI RUMAH SAKIT

 Akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan rumah sakit setelah dilakukan
penilaian bahwa rumah sakit telah memenuhi standar akreditasi yang disetujui oleh
Pemerintah
Berlaku mulai 1 Januari 2020
Berlaku mulai mei tahun 2022
KMK 1128/2022 Standar Akreditasi RS
Terdiri dari 16 BAB yang mewakili proses bisnis RS, patient safety, dan program nasional

MANAJEMEN RS PELAYANAN BERORIENTASI PASIEN SASARAN KESELAMATAN PASIEN PROGRAM NASIONAL

1. Tata Kelola RS (TKRS) 8. Akses dan Keberlangsungan 15. Sasaran Keselamatan Pasien 16. Program Nasional
Pelayanan (AKP) (SKP)
2. Manajemen Fasilitas & a. Pelayanan Kesehatan Ibu
Keselamatan (MFK) 9. Pelayanan dan Asuhan Pasien a. Identifikasi Pasien dan Anak
(PAP)
3. Kualifikasi Pendidikan & b. Komunikasi Efektif b. Pelayanan TB Paru
Staf (KPS) 10. Pelayanan Anestesi dan Bedah c. Pelayanan HIV/AIDS
(PAB) c. Keamanan Obat yang
4. Pendidikan dalam Diwaspadai d. Program Gizi
Pelayanan Kesehatan 11. Hak Pasien dan Keluarga (HPK) e. Program KB Rumah Sakit
(PPK) d. Keamanan pada Tindakan
12. Pelayanan Kefarmasian dan Bedah
5. Peningkatan Mutu & Penggunaan Obat (PKPO)
Keselamatan Pasien e. Mengurangi Resiko Infeksi
(PMKP) 13. Pengkajian Pasien (PP) pada Perawatan

6. Pencegahan & 14. Komunikasi dan Edukasi (KE) f. Mengurangi Resiko Cedera
Pengendalian Infeksi (PPI) Akibat Pasien Jatuh

7. Manajemen Rekam Medik


dan Informasi Kesehatan
(MRMIK)

25
STANDAR AKREDITASI RS
Kepmenkes Nomor : HK.01.07/MENKES/1128/2022
Kriteria Hasil Akreditasi
Hasil Akreditasi Kriteria

Paripurna Seluruh Bab mendapat nilai minimal 80%


Utama • RS Pendidikan dan Wahana Pendidikan :
12-15 Bab mendapat nilai minimal 80% dan Bab SKP
mendapat nilai minimal 80%
• Rumah Sakit Non Pendidikan dan Non Wahana
Pendidikan: 12-14 Bab mendapat nilai minimal 80% dan
Bab SKP mendapat nilai minimal 80%

Madya 8-11 Bab mendapat nilai minimal 80% dengan nilai SKP
minimal 70%
Tidak terakreditasi a. Kurang dari 8 Bab yang mendapat nilai minimal 80%;
atau
b. Bab SKP mendapat nilai kurang dari 70%
AKREDITASI RS

Untuk RS harus mematuhi


meningkatkan mutu peraturan
Akreditasi RS dan keselamatan perundang
pasien di rumah undangan yang
sakit. berlaku

Pelaksanaan Pembuatan dokumen di


Mutu dan kegiatan sesuai RS berupa
keselamatan kebijakan,pedoman/pa
pasien meningkat regulasi yang nduan,
ada prosedur
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai