BAB I
DEFINISI
E. Peralatan Medis
Rumah sakit membuat rencana pengelolaan peralatan medis dengan cara
mengumpulkan hasil monitoring dan didokumentasikan untuk program
manajemen peralatan medis dan Hasil monitoring digunakan untuk keperluan
perencanaan dan perbaikan.
Rumah sakit membuat daftar inventaris alat medis
Rumah sakit melakukan insfeksi secara teratur
Rumah sakit melakukan uji coba peralatan medis sesuai rekomendasi pabrik
Rumah sakit membuat program pemeliharaan preventif
F. Sistem Utilitas
Rumah sakit memastikan kebutuhan air minum selalu tersedia.
o Rumah sakit mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling
tinggi bila terjadi air minum terkontaminasi atau terganggu.
o Rumah sakit mengurangi risiko bila hal itu terjadi
o Rumah sakit merencanakan sumber air minum alternatif dalam keadaan
darurat.
Pedoman Manajemen Fasilitas & Keselamatan (MFK)
RSU UKI 5
Rumah sakit memastikan kebutuhan listrik selalu tersedia.
o Rumah sakit mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling
tinggi bila terjadi kegagalan listrik
o Rumah sakit mengurangi risiko bila hal itu terjadi
o Rumah sakit merencanakan sumber listrik alternatif dalam keadaan darurat
3.2.1. Pengertian
C. Upaya Kesehatan
Upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar
setiap kerja karyawan dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri
maupun masyarakat disekelilingnya.
D. Keselamatan Kerja
Keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan & proses
pengolahannya, tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
E. Kecelakaan Kerja
Kejadian yang tidak terduga & tidak diharapkan, karena peristiwa tersebut tidak
terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan dan tidak diharapkan
karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang
paling ringan sampai kepada yang paling berat.
G. Bahaya Potensial di RS
Bahaya potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat
kerja yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur); faktor kimia
(antiseptik, gas anastesi); faktor ergonomi (cara kerja yang salah); faktor fisika
(suhu,cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir,
hubungan sesama karyawan atau atasan).
Bahaya potensial yang dimungkinkan ada di RS, diantaranya adalah
mikrobiologik desain/fisik, kebakaran, mekanik kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko
hukum/keamanan.
Keselamatan Kerja
Pemantauan lingkungan kerja pegawai secara rutin
Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan Pra Pekerjaan terhadap semua calon
pegawai RSU UKI
Penyelenggaraan pemeriksaan Kesehatan setiap satu tahun sekali sesuai dengan
pedoman kesehatan karyawan
Ditetapkannya tempat-tempat yang dianggap berisiko di lingkungan rumah sakit.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai rumah sakit wajib menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) esuai ketentuan yang berlaku
Diperlukan suatu sistem pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
yaitu suatu sistem yang mengatur pelaporan semua jenis penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja saat sedang melakukan pekerjaan.
Pengadaan barang beracun, dan berbahaya dilaksanakan secara terkoordinasi
antara pengguna, Tim K3 dan Bagian Logistik dalam hal pengadaan barang B3
perlu disertakan lembar data keselamatan /Material Safety Data Sheet (MSDS)
dari rekanan pemasok.
Dilaksanakan sertifikasi untuk alat-alat tertentu sesuai dengan ketetapan dalam
peraturan perundang-undangan.
Kebakaran
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran dapat ditetapkan saat akan
membangun rumah sakit, sebagai berikut :
Menyediakan sistem alarm kebakaran dengan jumlah yang cukup, saat ini RSU
UKI mempunyai 3 alarm
Tersedia sistem deteksi api dan asap kebakaran
Tersedia alat pemadam api / kebakaran (APAR) dengan jumlah yang cukup dan
sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Tersediannya Hidrant
Tersedia rambu-rambu/tanda-tanda khusus bagi evakuasi apabila terjadi
kebakaran di RS
Setiap pegawai rumah sakit mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan /
simulasi tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran
Kewaspadaan Bencana
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit ditetapkan
sebagai berikut :
Diperlukan pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana yang dapat
digunakan bagi seluruh pegawai RS dalam mengambil langkah-langkah yang
diperlukan guna mencegah dan menanggulangi bencana di RS.
Untuk pembekalan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai dalam
penanggulangan bencana maka perlu diadakan pendidikan dan latihan
penanggulangan bencana.
Ditetapkan sistem komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tata cara
penggunaan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan penggunaan telepon.
Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien
Sarana dan Prasarana RS mengikuti ketentuan perijinan perundang-undangan
yang berlaku.
Peningkatan Mutu
Pencatatan tentang semua kejadian serta penanggulangan kasus K3.
Dilakukan analisa terhadap kasus kejadian K3 oleh Tim K3 RSU UKI.
Hasil Analisa dibuatkan rekomendasi dan laporannya kepada Direktur Utama
RSU UKI
A. Sistem Komunikasi
Sistem yang digunakan RSU UKI yakni:
Telepon dengan menggunakan sistem PABX
Handy Talky yang digunakan oleh Petugas Keamanan, Petugas Unit
Pemeliharaan dan Petugas Kebersihan.
7. Pakaian pelindung
Berguna untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan bahan
kimia, biologis, panas dan sinar radiasi. Contoh : Apron di Radiologi.
9. Monitor CCTV
A. FAKTOR FISIK
Faktor-faktor fisik di rumah sakit terdiri dari kebisingan, pencahayaan, getaran, iklim
kerja, radiasi dan listrik.
Kebisingan
Ruang Generator
Ruang dapur
Mesin potong dan mesin gerinda di bengkel/ SPRS
Ruang IPAL
Ruang Radiolog
Gangguan Fisiologis
Gangguan fisiologis yang terjadi yaitu berupa Internal Bodily Sistem Ambang
Pendengaran. Internal bodiy sistem adalah sistem fisiologis yang paling penting
untuk kehidupan seperti saraf, endokrin, kardiovaskuler, gastrointestinal dan
musculoskeletal.
Gangguan Psikologis
Bersifat sangat objektif. Reaksi potensial yang ditimbulkan oleh kebisingan ini
antara lain cepat emosi, mudah marah/tersinggsung dan gangguan konsentrasi.
Gangguan ini dapat mengganggu pekerjaan yang juga berisiko terhadap terjadinya
kecelakaan kerja karena adanya salah pengertian instruksi yang kurang dipahami.
Gangguan Pendengaran
Gangguan yang terjadi berupa Trauma akustik yang disebabkan peledakan (bising
impulsif), tuli sementara dan tuli menetap.
Pencahayaan
Risiko pencahayaan yang buruk pada kesehatan berupa sakit kepala, kelelahan mata,
iritasi mata, penglihatan rangkap, ketajaman penglihatan terganggu, serta akomodasi dan
konvergensi menurun. Selain itu, pencahayaan yang buruk juga dapat menyebabkan
meningkatnya kesalahan dalam bekerja yang pada akhirnya dapat menyebabkan
menurunnya produktivitas dan terjadinya kecelakaan kerja berupa terpeleset atau jatuh.
Getaran
Getaran merupakan faktor fisik yang ditimbulkan oleh subyek dengan gerakan osilasi.
Getaran biasanya ditimbulkan oleh mesin atau peralatan kerja yang bergetar misalnya
hand piece unit gigi, mesin potong rumput atau mesin bor.
Listrik
Bergabungnya dua ion yang bermuatan positif dan negatif. Peralatan listrik banyak
digunakan di rumah sakit dalam menunjang kegiatan operasionalnya.
Bahaya listrik :
Secara umum panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman, untuk di
Indonesia berkisar antara 26 0C – 28 0C dengan kelembaban 60-70 %. Efek negatif panas
pada tubuh. Gangguan kenyamanan pada tenaga kerja seperti : rasa tidak enak/serba
salah, lelah mual, mudah marah dan suhu kulit panas/basah karena berkeringat/kering
karena keringat terus menguap. Gangguan perilaku akibat perasaan kepanasan dan
gangguan sistem saraf pusat.
Radiasi
Menimbulkan gangguan pada sistem tubuh seperti saraf pusat, hemopoetik dan
gastrointestinal.
Karsinogenik
Gangguan pada mata dan kulit
Leukimia
B. FAKTOR BIOLOGI
Bahaya biologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme hidup seperti bakteri, jamur, virus, riketsia dan parasit.
- Penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri, parasit, virus atau jamur.
- Berbagai bahan yang berasal dari penderita/pasien, misalnya darah, dahak dan
tinja.
- Infeksi Nosokomial
- Tuberculosis Paru
- Hepatitis B
- HIV/AIDS
Risiko cedera pinggang dan leher, HNP dan gangguan otot rangka akibat cara
mengangkat/menggotong barang maupun pasien yang salah.
Kelainan pada tulang belakang seperti Lordosis, Skoliosis dan Kifosis. Hal ini
disebabkan cara duduk/bekerja yang salah secara kontiniu.
Pemakaian kursi yang tidak tepat dapat menyebabkan keluhan-keluhan pada tenaga
kerja dimana pekerjaan yang pekerjaannya banyak dilakukan dengan posisi duduk,
misalnya sakit pinggang, sakit kepala, sakit leher, sakit/pegal pada lengan dan tangan.
Gangguan kenyamanan dalam bekerja hingga kecelakaan kerja akibat kurangnya
penerangan atau suhu yang panas.
Adanya zat-zat kimia di rumah sakit dapat menimbulkan bahaya bagi pasien,
pengunjung maupun petugas seperti dokter, perawat, teknisi dan semua yang berkaitan
dengan pengelolaan rumah sakit maupun perawatan penderita.
1. Stres
Merupakan tekanan terhadap kondisi fisik dan psikis individu yang berasal dari faktor
lingkungan kerja. Keadaan di tempat kerja yang dapat menimbulkan stres yaitu,
tuntutan dan beban kerja yang berat, konflik kerja dengan rekan kerja atau atasan,
tekanan waktu, dan tanggung jawab yang kurang atau lebih.
Dampak negatif stres kerja pada kesehatan berupa : depresi, anxietas, sakit kepala,
kelelahan dan kejenuhan, hilang nafsu makan dan buang air tak teratur.
Kerja bergilir adalah pekerjaan yang pada dasarnya dilakukan di luar jam kerja yang
biasa/normal, dengan ciri adanya kontinuitas, pergantian gilir dan jadwal kerja
khusus. Kerja bergilir dikatakan mempunyai kontinuitas apabila dikerjakan selama 24
jam setiap hari termasuk hari minggu dan hari libur. Dampak negatif kerja bergilir :
3. Penyalahgunaan obat-obatan
4. Pelecehan seksual
Setiap ucapan atau perbuatan yang menjurus ke tindak pelecehan dan biasanya
disertai ancaman terselubung atau nyata.
F. KECELAKAAN KERJA
Merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi secara tidak terduga dan
berpotensi mengganggu kegiatan operasional rumah sakit. Kecelakaan kerja yang
terjadi di rumah sakit dapat menimpa karyawan, pasien dan pengunjung, dan
kerusakan aset rumah sakit.
Pengelolaan terhadap semua air buangan dan tinja hasil kegiatan operasional Rumah
Sakit sehingga m e m e n u h i p e r s ya r a t a n baku mutu limbah cair di wilayah DKI
Jakarta (BPLHD). Pengelolaan air limbah ini diolah dalam instalasi pengolahan
air limbah dengan sistem aerob dan anaerob bio filter system. Pemantauan
pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara :
Pemeriksaan setiap hari terhadap fungsi IPAL dengan memperhatikan parameter fisik
dan bau.
Pemeriksaan setiap hari tempat penyimpanan limbah B3
Mengirimkan sempel air limbah dari outlet IPAL ke BPLHD sebanyak 4 kali setahun
dengan hasil segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
RSU UKI sehingga memenuhi. Untuk kategori sampah non medis dilakukan pengelolaan
dengan Pengelolaan terhadap semua sampah baik sampah medis maupun sampah non
medis yang dihasilkan dalam kegiatan operasional cara dimasukkan ke dalam kantong
plastik berwarna hitam. Untuk kategori medis, pengelolaan sampah dimasukkan ke dalam
kantong plastik berwarna kuning. Pemantauan pengelolaan sampah dilakukan dengan
cara :
Pemeriksaan kebersihan TPS non Medis dan Medis setiap hari dengan lembar
kontrol.
Pengawasan dan pemeriksaan terhadap proses pemisahan sampah medis dengan
sampah non medis.
Tingkatan siaga:
- Bila jumlah pasien > 30 orang, hubungi rumah sakit lain atau rujuk.
Sterilisasi/desinfeksi adalah upaya mencuci hamakan atau membebaskan suatu objek dari
mikroorganisme pathogen.
Pedoman Manajemen Fasilitas & Keselamatan (MFK)
RSU UKI 22
Indikasi kuat untuk diadakannya tindakan sterilisasi/desinfeksi adalah
Semua peralatan kedokteran klinis atau peralatan pasien yang masuk / dimasukan ke
dalam jaringan, sistem vascular atau melalui saluran darah.
Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir.
Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan, darah atau sekresi.
Semua benda atau alat yang akan disterilisasi / desinfeksi harus terlebih dahulu dicuci
secara seksama untuk menghilangkan semua bahan organik.
Sterilisasi harus disesuaikan dengan jenis alat yang disterilisasi dengan tujuan
pencapaian sterilisasi tercapai dan tidak merusak benda atau alat yang disterilisasi.
Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya setelah disterilisasi / desinfeksi tidak boleh
dipergunakan lagi.
Simpan benda/alat yang sudah disterilisasi / desinfeksi pada lemari khusus.
Pastikan hasil sterilisasi tercapai dengan bantuan indikator.
Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan
petunjuk (manual book).
Usap peralatan medis/instrument setiap 1 tahun sekali yang hasilnya dievaluasi dan
ditindaklanjuti.
Adalah pengaturan jumlah penyinaran pada suatu ruang bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif dan produktif di semua bagian dalam dari
gedung RSU UKI. Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran kualitas
pencahayaan 1 minggu sekali dengan parameter yang telah ditentukan.
Adalah upaya untuk melakukan penyehatan udara segar yang memadai untuk menjamin
kesehatan pemakai ruangan, diseluruh bagian gedung RSU UKI. Pemantauan
dilakukan dengan cara mengukur tingkat suhu dan kelembaban 1 minggu
sekali dengan parameter yang telah ditentukan.
Tindakan pencegahan yang dapat diambil tidak terjadi kecelakan karena arus listrik
yakni:
1. Saklar dan alat penyambung arus listrik harus selalu kering dan bersih.
2. Jangan mempergunaan banyak stekker ataupun stekker cabang pada satu stop kontak.
3. Periksalah keadaan kawat penghubung sehingga tidak ada bagian-bagian yang robek.
4. Putuskan aliran listrik bila mesin atau alat tidak dipergunakan.
5. Sebelum mencuci peralatan listrik pastikan alat itu sudah dimatikan dan kabelnya
sudah dicabut. Setelah dicuci, selalu keringkan sebelum digunakan kembali.
6. Laporkan segera bila melihat gejala-gejala aneh pada mesin atau alat.
Upaya manajemen menjamin bahwa semua karyawan yang bekerja di Rumah Sakit aman
terhadap ancaman tertularnya penyakit akibat paparan yang diperoleh selama
melaksanakan kegiatan dinas dirumah sakit sehingga karyawan merasa aman bekerja dan
tetap terjaga kesehatannya. Pemantauan terhadap Kesehatan karyawan dilakukan dengan
cara :
Pedoman Manajemen Fasilitas & Keselamatan (MFK)
RSU UKI 24
Pemeriksaan pra pekerjaan bagi calon pegawai yang melamar di RSU UKI,
meliputi pemeriksaan fisik, rontgen, laboratorium rutin serta evaluasi psikologi.
Pemeriksaan kesehatan berkala bagi pegawai dengan frekuensi minimal 1 tahun
sekali sesuai dengan prosedur RSU UKI.
.
3.7. Sertifikat Peralatan Medis
Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat mengetahui tempat-
tempat yang berbahaya di lingkungan Rumah Sakit maka diberikan petunjuk -
petunjuk yang ada pada tempat -tempat yang telah ditentukan.Tempat-tempat yang
dianggap beresiko ditetapkan oleh direktur rumah sakit, yaitu :
Instalasi Radiologi
Instalasi Laboratorium
Instalasi Farmasi
Kamar operasi
Kamar Isolasi
Dapur Gizi
Generator Set
Gardu Induk Daya Listrik
IPAL
TPS B3
Ruang Panel
3.9.1. Pengertian
Pemanfaatan radiasi pengion dilakukan pada berbagai bidang yang bertujuan untuk
kesejahteraan manusia, salah satunya adalah di bidang kesehatan. Pemanfaatan ini,
terutama di bidang diagnostic, memberikan kontribusi paparan yang berasal dari sumber
radiasi buatan kepada suatu populasi. Setiap individu yang bekerja dengan menggunakan
radiasi pengion harus selalu memperhatikan prosedur standar proteksi dan keselamatan
radiasi.
Pedoman Manajemen Fasilitas & Keselamatan (MFK)
RSU UKI 25
Limitasi dosis wajib diberlakukan untuk paparan masyarakat melalui penerapan nilai
batas dosis yang ditetapkan oleh BAPETEN dan tidak boleh dilampaui, kecuali dalam
kondisi khusus. Optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi adalah upaya agar besarnya
dosis yang diterima serendah mungkin. Pembatasan dosis tidak boleh melampaui NBD
(Nilai Batas Dosis) bila dalam satu rumah sakit terdapat lebih dari satu fasilitas alat X-ray
dan pekerja radiasi bekerja lebih dari satu alat X-ray.
Seorang pekerja radiasi ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan radiasi di daerah
kerjanya, dengan demikian ia mempunyai kewajiban sebagai berikut:
1. Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan kerja
radiasi.
2. Memanfaatkan sebaik-baiknya semua peralatan keselamatan radiasi yang tersedia,
bertindak hati-hati, serta bekerja dengan aman untuk melindungi baik diri sendiri
maupun pekerja lain.
3. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilny
4. Melaporkan setiap gangguan yang dirasakan, yang diduga akibat penyinaran lebih
atau masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh. .
Prosedur Intervensi dalam Keadaan Darurat, Jika terjadi pesawat sinar-X terus menyala,
sedangkan tombol eksposi telah dilepas, maka yang harus dilakukan adalah:
Secepatnya memutuskan aliran listrik yang ke pesawat (misal: tekan power “off” atau
cabut kabel dari steker).
Segera laporkan kejadian tersebut
Identifikasi personal yang berpotensi terkena paparan.
Lakukan survey radiasi untuk memastikan apakah pesawat sudah tidak dialiri listrik
Catat kondisi kecelakaan secara detail, seperti posisi dan arah berkas.
Beri tanda pada bagian pesawat sinar-X yang mengalami kegagalan atau kerusakan.
Laporkan kejadian pada vendor/supplier alat tersebut.
Terjadinya bahaya radiasi atau kontaminasi bagi pekerja maupun masyarakat. Tindakan
pertama apabila terjadi kecelakaan adalah mengevakuasi dan mengisolasi tempat
kejadian untuk menghindari adanya penerimaan dosis berlebih dan mempersiapkan
rencana penanggulangannya. Kemudian meninjau kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi serta mencatat semua kejadian kecelakaan untuk dilaporkan ke BAPETEN oleh
petugas proteksi radiasi serta diketahui oleh Pimpinan RS.
Untuk menjamin agar pekerja dapat bekerja dengan aman, perlu dipenuhi hal-hal
sebagai berikut:
1. Periksa daerah yang diduga mengalami kebocoran radiasi, dengan alat survey
meter yang telah dikalibrasi.
2. Pastikan penggunaan survey meter telah benar/sesuai.
3. Jika alat survey meter menunjukkan angka ±10 mRem/jam, maka harus lapor
atasan/ pimpinan RS.
4. Isolasikan daerah tersebut dan pasang tanda bahaya.
5. Instruksikan pekerja lainnya untuk meninggalkan lokasi tersebut dan melarang
orang lain memasuki ruangan tersebut.
Laboratorium menghadapi beragam risiko, baik dari dalam maupun luar laboratorium.
Beberapa risiko terutama mungkin mempengaruhi laboratorium itu sendiri, tetapi risiko
lainnya bahkan masyarakat jika tidak ditangani dengan tepat.
B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak hidup dan
atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya.
Salah satu hal penting dalam pengelolaan B3 adalah pemberian simbol dan label.
untuk mengidentifikasi sekaligus mengklasifikasikan B3. Setiap kemasan B3 harus
diberikan penandaan agar dapat dikenali oleh setiap orang. Penandaan meliputi nama
bahan, nama kimia, dan simbol B3. Penandaan harus diberikan pada setiap kemasan
luar/pembungkus bahan, dengan tulisan dan simbol yang jelas, mudah terbaca, tidak
mudah lepas dan bertahan lama.
Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan klasifikasi dan jenis B3.
Penggunaan label B3 tersebut dilakukan dalam kegiatan pengemasan B3. Label berfungsi
memberikan informasi tentang produsen B3, identitas B3 serta kuantitas B3. Label harus
mudah terbaca, terlihat jelas, tidak mudah rusak dan tidak mudah terlepas dari
kemasannya.
Dalam penggunaannya terkadang B3 dilakukan pencampuran / pengoplosan sehingga
persentase dan tanggal kadaluarsa berubah. B3 yang telah dilakukan pengoplosan
dimasukkan dalam botol yang ukurannya lebih kecil (disesuaikan dengan permintaan
pengguna), berikut contoh label B3 untuk bahan yang telah dilakukan
pencampuran/pengoplosan:
o Nama bahan: …………………….
o Persentase: …………………….
o Tanggal persiapan: …………………….
o Klasifikasi: …………………….
o Tanggal kadaluarsa : …………………….
o Paraf petugas: …………………….
MSDS/(LDKB) merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam
penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Pembuatan MSDS/LDKB dimaksudkan
Limbah cair B3
Ditampung menggunakan wadah tertutup rapat dan tidak bocor lalu diberi label
identitas limbah berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal - usul limbah,
identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam kemasan suatu kemasan
Limbah medis
Ditampung dengan tempat sampah medis dimana tempat tersebut diberi kantong kuning
dan dikasih keterangan, disimpan di TPS diangkut oleh pihak ke tiga 3 kali seminggu.
Ditampung dengan tempat sampah non medis dimana tempat sampah tersebut diberi
kantong hitam dan disimpan di TPA.
Ditetapkan di Jakarta
Tanggal 12 Maret 2018