Dasar Pelaksanaan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
Regulasi di K3 RS
a. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. UU No 44 tahun 2009 tentang RS
c. KMK 432/MENKES/SK/IV/2007 ttg Pedoman managemen K3 di Rumah Sakit
d. KMK 1087/MENKES/SK/VIII/2010 ttg Standar K3 di Rumah Sakit
e. PP no 50 tahun 2012 ttg SMK3
f. Permenkes No.66 tahun 2016 ttg Keselamatan dan Kesehatan kerja Rumah Sakit
g. Permenaker No 1 tahun 1979 ttg kewajiban Paramedis Hiperkes
h. Permenaker No 4 tahun 1980 ttg APAR
i. Permenaker No 31 tahun 2015 ttg Penangkal Petir
j. Dll
Latar Belakang
a. Bahwa rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan
dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan rumah sakit
b. Bahwa dalam rangka pengelolaan dan pengendalian risiko yang berkaitan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja di rumah sakit perlu diselenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja di
rumah sakit agar terciptanya kondisi rumah sakit yang sehat, aman, selamat, dan nyaman
Keselamatan Kerja
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk
kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat
bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung.
Kesehatan Kerja
Upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di
semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan
manusia dan manusia dengan jabatannya.
Rumah Sakit
Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
SDM Rumah Sakit
Sumber Daya Manusia Rumah Sakit : semua tenaga yang bekerja di Rumah Sakit baik tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan.
Kecelakaan Kerja
a. Suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat
meimbulkan kerugian, baik waktu, harta benda atau properti, maupun korban jiwa yang terjadi
di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka).
b. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian, pengertian kecelakaan kerja adalah
kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja.
Penyakit Akibat Kerja
a.
K3 RS
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) :
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit
melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Tujuan K3 RS
a. Tujuan Umum :
Pengaturan K3RS bertujuan untuk terselenggaranya keselamatan dan kesehatan Kerja di
Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan.
b. Tujuan Khusus :
1. Menciptakan tempat kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Rumah Sakit sehingga proses pelayanan berjalan baik dan lancar.
2. Mencegah timbulnya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), Penyakit Akibat Kerja (PAK),
penyakit menular dan penyakit tidak menular bagi seluruh sumber daya manusia Rumah
Sakit.
Sasaran K3 RS
1. Pimpinan dan manajemen Rumah Sakit
2. SDM Rumah Sakit
3. Pasien
4. Pengunjung/pengantar pasien
SMK3 RS
a. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (SMK3 RS) :
Bagian dari manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan aktifitas proses kerja di Rumah Sakit guna terciptanya lingkungan
kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.
b. SMK3 RS meliputi :
1. Penetapan kebijakan K3RS
2. Perencanaan K3RS
3. Pelaksanaan rencana K3RS
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3RS
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3RS
Kebijakan K3 RS
Kebijakan K3RS ditetapkan secara tertulis dengan Keputusan Kepala atau Direktur Rumah Sakit
dan disosialisasikan ke seluruh SDM Rumah Sakit.
Kebijakan K3RS meliputi :
1. penetapan kebijakan dan tujuan dari program K3RS
2. penetapan organisasi K3RS
3. penetapan dukungan pendanaan, sarana&prasarana.
Organisasi K3 RS
a. Komite K3RS :
1. Ketua Komite bertanggungjawab kepada pimpinan tertinggi Rumah Sakit
2. Anggota terdiri dari semua jajaran Direksi dan/atau kepala/perwakilan setiap unit kerja,
(Instalasi/Bagian/Staf Medik Fungsional).
3. Sekretaris merupakan petugas kesehatan yang ditunjuk oleh pimpinan untuk bertanggung
jawab dan melaksanakan tugas secara purna waktu dalam mengelola K3RS, mulai dari
persiapan sampai koordinasi dengan anggota Komite.
b. Instalasi K3RS :
1. Kepala Instalasi K3RS bertanggung jawab kepada direktur teknis.
2. Instalasi minimal melaksanakan 3 fungsi yang terdiri dari :
- Kesehatan Kerja meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif.
- Keselamatan Kerja meliputi upaya pencegahan, pemeliharaan, penanggulangan dan
pengendalian.
- Lingkungan Kerja meliputi pengenalan bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian
risiko di tempat kerja.
Perencanaan K3 RS
a. Dibuat berdasarkan manajemen risiko K3RS, peraturan perundang-undangan, dan persyaratan
lainnya.
b. Ditetapkan oleh Kepala atau Direktur Rumah Sakit.
c. Disusun berdasarkan tingkat faktor risiko.
d. Dibuat secara berkala setiap 1 (satu) tahun dan ditinjau jika terdapat perubahan sarana dan
prasarana serta proses kerja di Rumah Sakit.
Pelaksanaan Rencanaan K3 RS
Pelaksanaan rencana K3RS sesuai dengan standar K3RS :
a. Manajemen risiko K3RS
b. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit;
c. Pelayanan Kesehatan Kerja;
d. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja;
e. Pencegahan dan pengendalian kebakaran;
f. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja;
g. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja; dan
h. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
Manajemen Risiko K3 RS
Bertujuan untuk meminimalkan risiko keselamatan dan kesehatan di Rumah Sakit sehingga tidak
menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan kesehatan SDM Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, dan pengunjung. Meliputi :
a. persiapan/penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya;
b. identifikasi bahaya potensial;
c. analisis risiko;
d. evaluasi risiko;
e. pengendalian risiko;
f. komunikasi dan konsultasi; dan
g. pemantauan dan telaah ulang.
Beberapa contoh bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di Rumah Sakit antara
lain :
Manajemen Risiko K3 RS
Pengendalian Risiko. Prinsip pengendalian risiko meliputi 5 hierarki, yaitu :
1. Menghilangkan bahaya (eliminasi)
2. Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih
rendah/tidak ada (substitusi)
3. Rekayasa engineering/pengendalian secara teknik
4. Pengendalian secara administrasi
5. Alat Pelindung Diri (APD)
Pengelolaan Sarana dan Prasarana RS dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan memastikan kehandalan sistem
utilitas dan meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.
Meliputi keamanan :
a. penggunaan listrik;
b. penggunaan air;
c. penggunaan tata udara;
d. penggunaan genset;
e. penggunaan boiler;
f. penggunaan lift;
g. penggunaan gas medis;
h. penggunaan jaringan komunikasi;
i. penggunaan mekanikal dan elektrikal; dan
j. penggunaan instalasi pengelolaan limbah.
SDM K3 RS
1. S3/S2 K3 mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;
2. S2 kesehatan , yang mendapatkan pelatihan tambahan yang berkaitan dengan K3 secara umum
serta mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;
3. Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan S2 Kedokteran Okupasi;
4. Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 Diploma III dan S1 yang mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3RS;
5. Dokter/dokter gigi Spesialis dan dokter umum/ dokter gigi dengan sertifikasi dalam bidang K3
dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;
6. Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3 (informal) yang mendapatkan pelatihan
khusus yang terakreditasi mengenai K3RS;
7. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3RS
8. Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi dalam bidang K3 yang mendapatkan pelatihan khusus
yang terakreditasi mengenai K3RS.
Budaya K3
a. Bagian dari budaya organisasi yang harus memperhitungkan faktor pengambilan kebijakan,
pimpinan dan karyawan dalam mewujudkan keselamatan yang terintegrasi
b. Tiga hal penting dalam membangun budaya K3 :
1. Tata nilai keselamatan
2. Pola perilaku yang aman
3. Keselamatan adalah tanggung jawab semua dalam organisasi
Penutup
a. SMK3 RS: lingkungan kerja aman, sehat dan nyaman baik bagi karyawan, pasien, pengunjung
ataupun masyarakat di sekitar RS.
b. Pengelolaan K3 di RS dapat berjalan dengan baik bila ada komitmen pimpinan
puncak/Direktur RS.
c. Perlu pemahaman, kesadaran dan perhatian yang penuh dari segala pihak yang terlibat di RS,
sehingga apa yang diharapkan bisa tercapai.