Anda di halaman 1dari 13

1

2
PROGRAM KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


RS TUGU IBU TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat
maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia rumah sakit, pasien, pengunjung maupun
masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapat perlindungan dari gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat, selain dituntut
mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, rumah sakit juga dituntut
harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di rumah sakit (K3RS) yang
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di rumah sakit dapat dihindari.

II. LATAR BELAKANG


K3 RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit, khususnya dalam hal keselamatan dan kesehatan bagi SDM rumah sakit, pasien,
pengunjung maupun masyarakat sekitarnya. Dalam Undang-Undang No. 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit disebutkan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian dan peralatan, yang mana
persyaratan tersebut harus memenuhi unsur K3 didalamnya.
Berdasarkan data-data yang ada insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi
pada pekerja Rumah Sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori (jenis
kelamin, ras, umur, dan status pekerjaan) (Gun 1983). Pekerja Rumah Sakit berisiko 1,5 kali
lebih besar dari golongan pekerja lain. Probalitas penularan HIV setelah luka tusuk jarum
suntik yang terkontaminasi HIV 4:1000. Risiko penularan HBV setelah luka tusuk jarum
suntik yang terkontaminasi HBV 27-37:100. Risiko penularan HCV setelah luka tusuk jarum
suntik yang mengandung HCV 3-10:100.
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor Biologi (virus,
bakteri, jamur, parasit), faktor Kimia (antiseptic, reagent, gas anestesi), faktor Ergonomi
(lingkungan kerja, cara kerja dan posisi kerja yang salah), factor Fisik (suhu, cahaya, bising,
listrik, getaran dan radiasi), faktor Psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama

3
pekerja/atasan) dapat mengakibatkan Penyakit dan Kecelakaan Akibat Kerja di Rumah
Sakit.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan juga
dinyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berhak memperoleh
pelindungan atas keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pengelola Rumah Sakit harus
menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap SDM Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari berbagai potensi
bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, pengelola Rumah Sakit dituntut untuk
melaksanakan upaya kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dilaksanakan secara
terintegrasi, menyeluruh, dan berkesinambungan sehingga risiko terjadinya penyakit akibat
kerja, kecelakaan kerja serta penyakit menular dan tidak menular lainnya di Rumah Sakit
dapat dihindari.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan


bahwa dalam rangka peningkatan mutu pelayanan, Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi
secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali dimana unsur keselamatan dan Kesehatan Kerja
termasuk sebagai salah satu hal yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka untuk melindungi sumber daya manusia
Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit
dari risiko kejadian keselamatan dan Kesehatan Kerja, diperlukan penyelenggaraan K3RS
secara berkesinambungan.

III. TUJUAN
Tujuan Umum
Terwujudnya penyelenggara K3RS secara optimal, efektif, efisien dan
berkesinambungan.

Tujuan Khusus
a. Menciptakan tempat kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Rumah Sakit sehingga proses pelayanan berjalan baik dan lancar.

b. Mencegah timbulnya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), Penyakit Akibat Kerja (PAK),
penyakit menular dan penyakit tidak menular bagi seluruh sumber daya manusia
Rumah Sakit

4
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RS Tugu Ibu Nomor: 083/AA.01/H-
Skrt/IX/ 2016 tentang Memberlakukan struktur organisasi dan susunan pengurus
komite PK3 RS Tugu Ibu tahun 2016-2019, mempunyai program kerja sesuai
dengan PerMenKes RI No. 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan kesehatan
Kerja Rumah Sakit, seperti berikut ini:

A. Manajemen Risiko K3RS


Manajemen risiko K3RS adalah proses yang bertahap dan berkesinambungan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara komperhensif
di lingkungan Rumah Sakit. Manajemen risiko K3RS bertujuan meminimalkan risiko
keselamatan dan kesehatan di Rumah Sakit pada tahap yang tidak bermakna sehingga
tidak menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Rumah Sakit.

Rumah Sakit perlu menyusun sebuah program manajemen risiko


fasilitas/lingkungan/proses kerja yang membahas pengelolaan risiko keselamatan dan
kesehatan melalui penyusunan manual K3RS, kemudian berdasarkan manual K3RS yang
ditetapkan dipergunakan untuk membuat rencana manajemen fasilitas dan penyediaan
tempat, teknologi, dan sumber daya. Organisasi K3RS bertanggung jawab mengawasi
pelaksanaan manajemen risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja

Adapun langkah-langkah manajemen risiko K3RS :

1. Persiapan/ penentuan konteks


2. Identifikasi bahaya potensial
3. Analisis risiko
4. Evaluasi risiko
5. Pengendalian risiko
6. Komunikasi dan konsultasi
7. Pemantauan dan telaah ulang

5
B. Keselamatan dan Keamanan Rumah Sakit
Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung,
halaman/ground, peralatan, teknologi medis, informasi serta sistem di lingkungan
Rumah Sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko fisik bagi pegawai, pasien,
pengunjung serta masyarakat sekitar. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang
yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun non
materil.

Standar keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit bertujuan untuk mencegah


terjadinya kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang aman bagi
sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan Rumah Sakit.

Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut :


1) Melakukan identifikasi ulang daerah beresiko keselamatan dan keamanan di rumah
sakit melalui regrading.
a) Menentukan area berisiko di seluruh area rumah sakit.
b) Menentukan grading area berisiko.
c) Membuat cek list pemantauan keselamatan dan keamanan.
2) Melakukan upaya pencegahan kejadian keselamatan dan keamanan rumah sakit.
a) Memantau jadwal dan pelaksanaan pemeliharaan terhadap fasilitas.
b) Membuat cek list pemantauan fasilitas.
c) Memantau kartu maentenance untuk fasilitas.
d) Melakukan pengawasan dan pelaporan terhadap kejadian kecelakaan dan
insiden keselamatan lainnya.
C. Kesehatan Kerja
Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan
berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus bagi SDM Rumah Sakit. Serta, pemberian
imunisasi/vaksinasi pada SDM rumah sakit yang bekerjapada area/ tempat kerja yang
berisiko dan berbahaya.
Karyawan mendapatkan fasilitas medical check up dan vaksinasi satu kali dalam
setahun yang dilaksanakan sesuai dengan tanggal lahir karyawan yang bersangkutan
terkecuali karyawan di unit radiologi dan gizi.
Bagi karyawan di unit radiologi dan gizi dilakukan Pemeriksaan kesehatan secara
khusus yang dilakukan oleh dokter khusus untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh
dari pekerjaan terhadap tenaga kerja yang dilaksanakan dengan jadwal yang sama .

6
D. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) di Rumah Sakit bertujuan untuk melindungi sumber daya manusia Rumah
Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari
pajanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3).
Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi dan inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit.
2. Menyiapkan dan Memiliki Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS)
3. Menyiapkan sarana keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun
4. Pembuatan Pedoman dan Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun yang Aman.
5. Penanganan keadaan darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yaitu simulasi
pelatihan penanganan tumpahan B3.

E. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran


Kebakaran merupakan salah satu bencana yang mungkin terjadi di Rumah Sakit.
Dimana akibat yang ditimbulkannya akan berdampak buruk sangat luas dan menyeluruh
bagi pelayanan, operasional, sarana dan prasarana pendukung lainnya, dimana
didalamnya juga terdapat pasien, keluarga, pekerja dan pengunjung lainnya. Untuk hal
tersebut maka Rumah Sakit harus melakukan upaya pengelolaan keselamatan
kebakaran.
Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi area berisiko bahaya kebakaran dan ledakan
2. Pemetaan area berisiko tinggi kebakaran dan ledakan
3. Pengurangan risiko bahaya kebakaran dan ledakan
4. Pengendalian kebakaran
5. Simulasi kebakaran dilakukan 1 tahun sekali.

7
F. Pengelolaan Prasarana/ Utilitas Rumah Sakit Dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Prasarana atau 8rgono utilitas Rumah Sakit adalah 8rgono dan peralatan yang
mendukung pelayanan mendasar perawatan kesehatan yang aman. Sistem ini mencakup
distribusi listrik, air, ventilasi dan aliran udara, gas medis, pipa air, pemanasan, limbah,
dan 8rgono komunikasi dan data. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek
keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya memastikan sistim utilitas aman bagi
sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan Rumah Sakit.

Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut :


1. Memastikan adanya daftar inventaris komponen-komponen 8rgono utilitasnya dan
memetakan pendistribusiannya.
2. Memastikan dilakukan kegiatan pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan terhadap
semua komponen-komponen 8rgono utilitas yang beroperasi, semua komponennya
ditingkatkan bila perlu.
3. Mengidentifikasi jangka waktu untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan
semua komponen-komponen 8rgono utilitas yang beroperasi di dalam daftar
inventaris, berdasarkan kriteria seperti rekomendasi produsen, tingkat risiko, dan
pengalaman Rumah Sakit.
4. Memberikan label pada tuas-tuas 8rgonom 8rgono utilitas untuk membantu
pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian.
5. Memastikan dilakukannya dokumentasi setiap kegiatan 8rgono utilitas.

G. Pengelolaan Peralatan Medis

Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
upaya memastikan 8rgono peralatan medis aman bagi sumber daya manusia Rumah
Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.

1. Pemantauan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis


2. Memastikan penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan yang tidak
digunakan.
3. Memastikan dilaksanakanya Inspeksi berkala.
4. Memastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan

8
5. Memastikan dilakukan pemeliharaan promotif dan pemeliharaan terencana pada
peralatan medis
6. Memastikan petugas yang memelihara dan menggunakan peralatan medis
kompeten dan terlatih

H. Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat atau Bencana

Meminimalkan dampak terjadinya kejadian akibat kondisi darurat dan bencana yang
dapat menimbulkan kerugian fisik, material, jiwa, bagi sumber daya manusia Rumah
Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung yang dapat mengganggu operasional
serta menyebabkan kerusakan lingkungan ataupun mengancam finansial dan citra
Rumah Sakit. Oleh sebab itu, Melakukan uji coba (simulasi) kesiapan petugas yang
bertanggung jawab menangani keadaan darurat yang dilakukan minimal 1 tahun sekali.
Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan jenis yang kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya, ancaman dan
kejadian
2. Menetukan integritas structural dilingkungan pelayanan pasien yang ada dan
bagaiman bila terjadi bencana
3. Menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa bencana
4. Menetukan strategi komunikasi pada waktu bencana
5. Mengelola kegiatan klinis selama kejadian termasuk tempat pelayanan alternative
pada waktu kejadian bencana
6. Mengidentifikasi dan penerapan peran serta t5anggung jawab staf selama bencana
7. Proses mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab
pribadi staf dan tanggung jawab rumah sakit untuk menyediakan pelayanan pasien.

I. Pengawasan Program Manajemen Resiko Fasilitas Dan Lingkungan


1. Mengawasi semua aspek program manajemen resiko
2. Megawasi pelaksanaan program secara konsisten dan berkesinambungan
3. Melakukan edukasi staf
4. Mengawasi pelaksanaan pengujian/ testing dan pemantauan program
5. Menilai ulang dan merevisi program manjemen resiko falitas dan lingkungan
6. Pembuatan laporan tahunan
7. Mengorganisasi dan mengelola laporan insiden, melakukan analisa dan upaya
perbaikan.

9
J. Pendidikan Dan Pelatihan
1. Pendidikan diselenggarakan setiap tahun untuk memastikan bahwa semua SDM
Rumah Sakit pada tiap shift dapat melaksanakan tanggungjawab mereka secara
efektif, materi pendidikan antara lain meliputi pencegahan penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja yang mungkin timbul bagi pegawai di Rumah Sakit, 10rgonomic,
kedisplinan penggunaan alat pelindung diri.
2. Selain SDM Rumah Sakit, sosialisasi diberikan pada pengunjung dan pendamping
pasien mengenai kebakaran dan kedaruratan bencana.
3. Pengetahuan SDM Rumah Sakit diuji mengenai peran mereka dalam setiap program
keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan simulasi dan kuesioner. SDM Rumah Sakit
dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran mereka dalam menanggapi
keadaan darurat atau bencana.

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


a. Melakukan rapat setiap bulan 1 kali.
b. Melakukan revisi pada Program, Panduan, SOP dan cek list K3RS.
c. Pelatihan internal / eksternal, simulasi, dll.
d. Audit K3 RS

VI. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


a. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan 1 tahun sekali, 6 bulan sekali, 3 bulan sekali
sesuai dengan bidang kegiatan.
b. Setiap pelaksanaan kegiatan dicatat dalam buku kegiatan untuk bahan evaluasi.

2019
No. Kegiatan Semester I Semester II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Manajemen risiko K3RS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Keselamatan dan Keamanan


2.
Melakukan identifikasi
daerah beresiko √

10
keselamatan dan keamanan
di rumah sakit melalui
grading.
Melakukan upaya
pencegahan kejadian √
keselamatan dan keamanan
rumah sakit.
Kesehatan Kerja
Evaluasi Jenis Pemeriksaan √ √
MCU karyawan
Monitoring dan evaluasi
Karyawan yang
mendapatkan fasilitas
medical check up dan
vaksinasi satu kali dalam
setahun yang dilaksanakan √ √ √
3. sesuai dengan tanggal lahir
karyawan yang
bersangkutan. Terkecuali
karyawan di unit radiologi,
laboratorium, gizi, kesling,
laundry.
Pemeriksaan Kesehatan
secara khusus 1x setahun √
Unit Gizi
Unit Radiologi Sesuai dengan program radiologi.

Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

Monitoring dan evaluasi


pembuangan bahan dan
limbah berbahaya yang
secara aman.
4. Menginventarisasi, √ √ √ √
menangani, menyimpan dan
menggunakan bahan
berbahaya

Mengadakan diklat
(Pelatihan spillkit, APD, & √ √
Hygiene)
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran

Menyusun rencana
manajemen kedaruratan
5. /emergensi dalam rangka
menghadapi wabah dan
bencana alam atau bencana . √
lainnya dengan
melaksanakan pelatihan
simulasi disaster plan.

6. Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit Dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja

11
K3RS melakukan monitoring
dan evaluasi upaya
memastikan sistim utilitas √ √ √ √
aman bagi sumber daya
manusia Rumah Sakit,
pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun
lingkungan Rumah Sakit.
Pengelolaan Peralatan Medis

7. K3 RS melakukan monitoring
dan evaluasi tentang kondisi √ √ √ √
peralatan medis RSTI yang
aman

Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat atau Bencana

Melakukan uji coba


8. (simulasi) kesiapan
petugas yang √
bertanggung jawab
menangani keadaan
darurat yang
Pengawasan Program Manajemen Resiko Fasilitas Dan Lingkungan

Pemantauan dan
9.
monitoring program
pengawasan Manajemen √ √ √ √
Resiko Fasilitas dan
Lingkungan
Pendidikan & Pelatihan Komite PK3 RS

Program pendidikan dan


10. pelatihan baik internal /
eksternal bagi SDM RS √ √
beserta pengunjung dan
pasien.

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


a. Evaluasi berdasarkan target atas sasaran yang telah dilaksanakan.
b. Evaluasi dilaksanakan setiap selesai kegiatan dan dianalisis setiap triwulan/
semester/ tahunan.
c. Sebagai bahan untuk tindak lanjut program tahun berikutnya.

12
IX. PENCATATAN & PELAPORAN
a. Sesuai kegiatan dicatat dan dilaporkan kepada kepala RS Tugu Ibu.
b. Apabila terjadi kejadian luar biasa atau kendala segera dilaporkan kepada
Direktur RS Tugu Ibu.
c. Hasil evaluasi dicatat dan dilaporkan kepada direktur RSTI untuk di
integrasikan guna meningkatkan keamanan dan keselamatan RS Tugu Ibu.

13

Anda mungkin juga menyukai