- Bahaya Kimia : bahan kimia padat, cair, dan gas - Bahaya Biologi : hewan, bakteri, virus - Bahaya Kelistrikan : sengatan listrik, kebakaran akibat listrik - Bahaya Mekanik : kecelakaan akibat mesin, peralatan kerja 2. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit pada pasien yang masuk dirawat selain untuk infeksi tersebut, tapi bukan terjadi dan bukan masa inkubasi pada waktu masuk rumah sakit.. Pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung jawab seluruh orang yang berada di rumah sakit, termasuk pasien, pengunjung, serta petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi ini adalah: a. Cuci tangan Penting bagi semua orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci tangan dengan cara yang benar sesuai rekomendasi WHO. b. Jaga kebersihan lingkungan rumah sakit Lingkungan rumah sakit perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau disinfektan. Lantai rumah sakit perlu dibersihkan sebanyak 2–3 kali per hari, sementara dindingnya perlu dibersihkan setiap 2 minggu. c. Gunakan alat sesuai dengan prosedur Tindakan medis dan penggunaan alat atau selang yang menempel di tubuh, seperti infus, alat bantu napas, atau kateter urine, harus digunakan dan dipasang sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku di tiap-tiap rumah sakit atau sarana kesehatan. d. Tempatkan pasien berisiko di ruang isolasi Penempatan pasien harus sesuai dengan kondisi dan penyakit yang diderita. Contohnya, pasien dengan daya tahan tubuh lemah atau pasien yang berisiko menularkan penyakit ke pasien lain akan ditempatkan di ruang isolasi. e. Gunakan alat pelindung diri (APD) sesuai SOP Staf dan setiap orang yang terlibat dalam pelayanan di rumah sakit perlu menggunakan alat pelindung diri sesuai SOP, seperti sarung tangan dan masker, saat melayani pasien. Selain beberapa upaya pencegahan di atas, disarankan bagi bayi, anak-anak, dan lansia untuk tidak melakukan kunjungan ke rumah sakit guna mengurangi risiko terkena infeksi nosokomial. 3. - Beritahu pasien untuk duduk di tepi tempat tidur. - Intruksikan pasien untuk bergerak ke depan dan duduk di tepi tempat tidur - Meletakkan kaki yang kuat di tepi tempat tidur sedangkan kaki yang lemah di depannya - Meletakkan tangan pasien di atas permukaan tempat tidur atau di atas kedua bahu petugas - Berdiri tepat di depan pasien.lingkari punggung pasien dengan kedua tangan petugas. - Membantu pasien untuk berdiri kemudian bergerak bersama – sama menuju kursi roda. Bantu pasien untuk duduk dan bersandar dengan nyaman di kursi roda - Turunkan tatakan kaki dan letakkan kedua kaki di pasien diatasnya, buka kunci pada kursi roda 4. Sebaiknya dikumpulkan pada wadah yang anti bocor dan dilabeli sitotoksik. Untuk limbah yang mengandung zat kimia bisa digolongkan dengan sampah obat farmasi yang dikategorikan ke limbah infeksius. Sementara jika mendapati obat-obatan yang telah kadaluarsa bisa dikembalikan ke apotek. dampak dari pengelolaan limbah medis yang tidak terkelola dengan baik dapat menimbulkan dampak lingkungan seperti pencemaran lingkungan, termasuk dampak kesehatan seperti tertusuk benda tajam, hepatitis, bahkan HIV. 5. Pelatihan K3 sangat penting bagi pekerja untuk menekan angka risiko pekerjanya. Pembekalan tentang keselamatan dan kesehatan kerja meliputi mendidik, mengenalkan, menyadarkan, serta mengembangkan keterampilan dalam menangani pekerjaannya. Selain itu juga memahami bahaya dalam pekerjaan serta cara mencegahnya. 6. - Keselamatan dan Keamanan, termasuk fisik bangunan dan Kesehatan Kerja - Bahan Berbahaya, penanganan ba han berbahaya dan pengelolaan limbah berbahaya - Manajemen Emergensi, termasuk bencana alam dan kegagalan system informasi - Pengamanan Kebakaran - Peralatan Medis Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya- bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS. 7. Risiko Jatuh adalah pasien yang beresiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cidera. Untuk mencegah terjadinya resiko jatuh pada pasien yaitu dengan melakukan cara berikut : - Pastikan Lingkungan atau Lantai Tidak licin. - Pastikan Pengaman Tempat Tidur Terpasang dengan Baik. - Pastikan Rem Roda Tempat Tidur Terkunci. - Singkirkan Barang Berbahaya seperti Barang pecah Belah. - Lampu Menyala Terang Pada Saat malam / Gelap. - Kamar Mandi dan WC terpasang Sidereal. - Pasang Gelang penanda resiko jatuh. 8. Salah satu kunci keberhasilan perlindungan K3 terletak pada manajemen risiko. Manajemen Risiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi atau mencegah risiko-risiko bahaya yang rentan terjadi di area pertambangan, seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, dan suhu yang ekstrem. Manajemen risiko terdiri atas lima langkah yang harus diterapkan berikut: a. Komunikasi dan Konsultasi. Komunikasi dan konsultasi dilakukan dengan melibatkan para pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal yang terkait. Komunikasi dan konsultasi tersebut dilakukan pada setiap tahap proses Manajemen Risiko, dan hasilnya menjadi pertimbangan dalam evaluasi Manajemen Risiko. b. Penetapan Konteks. Penetapan konteks terkait dengan penentuan batasan-batasan risiko yang akan dikelola, misalnya kegiatan dan proses rutin dan tidak rutin; perubahan-perubahan pada organisasi, lingkungan kerja, kegiatan, atau bahan/material; modifikasi pada sistem manajemen Keselamatan Pertambangan, serta dampaknya pada operasi, proses, dan kegiatan; fasilitas yang baru dibangun, peralatan atau proses yang baru diperkenalkan, serta kegiatan dan instalasi di dalam maupun di luar lokasi kerja; faktor personal pekerja; kegiatan semua orang selain pekerja yang memiliki akses ke tempat kerja; dan lainnya. c. Identifikasi bahaya. Sumber-sumber bahaya, area yang terpapar oleh bahaya, dan konsekuensi yang potensial harus diidentifikasi dengan mempertimbangkan berbagai hal terkait. d. Penilaian dan Pengendalian Risiko. Penilaian risiko dilakukan melalui proses evaluasi risiko untuk menentukan risiko dapat diterima atau tidak. Berdasarkan hasil penilaian risiko, ditetapkanlah langkah- langkah pengendalian terhadap risiko tersebut e. Pemantauan dan Peninjauan. Pemantauan dan peninjauan harus dilakukan secara berkala untuk memastikan pengendalian risiko yang dilakukan telah memadai, terutama bila terjadi kecelakaan, ada kejadian berbahaya, terjadi Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja, terjadi Penyakit Akibat Kerja, terjadi perubahan peralatan, instalasi, dan/atau proses serta kegiatan dan/atau ada proses serta kegiatan baru. 9. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, APD harus digunakan dalam kombinasi dengan kontrol administratif dan teknik rekayasa lingkungan. Indikasi penggunaan APD harus didasarkan pada setting atau pengaturan ruang perawatan, audiens target, risiko pajanan (misalnya jenis kegiatan) dan dinamika transmisi patogen (mis. kontak, tetesan, atau aerosol). Penggunaan APD yang berlebihan atau salah akan berdampak lebih lanjut terhadap kekurangan pasokan. Berikt cara menggunakan APD yang benar: - Pakai terlebih dahulu baju dan sepatu kerja khusus. - Cuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer. - Pakai topi bedah sekali pakai. - Pakai masker pelindung medis (N95) - Pakai sarung tangan dalam. - Pakai kacamata pelindung. - Pakai sarung tangan karet sekali pakai. - Pemakaian selesai. 10. Standar Keselamatan Pasien di rumah sakit Standar Keselamatan pasien. Menguraikan tentang Standar Keselamatan Pasien, yang dimana standar tersebut terdiri dari tujuh standar, yaitu : 1. Hak pasien, 2. Mendidik pasien dan keluarga, 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, 4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, 6. Mendidik staf 13 tentang keselamatan pasien, dan 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.