Anda di halaman 1dari 16

Nama :A.

Tenri Bunga Muhtar


NIM :K01201110
Mata Kuliah:K3 Rumah Sakit
Tugas Pengganti Final
1. Jelaskan prinsip kesehatan dan keselamatan kerja di RS
Jawaban:
Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di rumah sakit (RS)
bertujuan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pasien, pengunjung,
serta tenaga medis dan non-medis yang bekerja di lingkungan rumah sakit.
Beberapa prinsip utama K3 di RS meliputi:
1. Pematuhan terhadap regulasi: RS harus mematuhi semua regulasi dan
peraturan yang terkait dengan K3, baik yang ditetapkan oleh pemerintah
maupun oleh badan pengawas kesehatan setempat. Ini mencakup
pengaturan mengenai kebersihan, sanitasi, penanganan bahan kimia,
pengelolaan limbah medis, dan prosedur pencegahan infeksi.
2. Identifikasi dan evaluasi risiko: RS perlu mengidentifikasi dan
mengevaluasi berbagai risiko yang ada di lingkungan kerja, termasuk
risiko kecelakaan, cedera, dan penyakit yang terkait dengan pekerjaan
di RS. Ini mencakup penilaian risiko pada setiap area, seperti ruang
operasi, laboratorium, farmasi, dan area perawatan pasien.
3. Pelatihan dan kesadaran: RS harus memberikan pelatihan yang
memadai kepada seluruh karyawan mengenai K3, termasuk prosedur
pencegahan infeksi, penanganan bahan berbahaya, penggunaan alat
pelindung diri (APD), dan prosedur darurat. Kesadaran akan pentingnya
K3 juga harus ditingkatkan melalui kampanye dan komunikasi yang
efektif.
4. Penggunaan alat pelindung diri (APD): RS harus memastikan
ketersediaan dan penggunaan yang tepat dari APD, seperti masker,
sarung tangan, kacamata pelindung, dan pakaian pelindung, sesuai
dengan risiko yang ada di setiap tugas atau prosedur medis.
5. Manajemen limbah medis: RS perlu mengelola limbah medis dengan
benar sesuai dengan pedoman yang ditetapkan. Ini meliputi pemisahan,
pengemasan, dan pembuangan limbah medis yang aman untuk
mencegah kontaminasi dan penyebaran penyakit.
6. Pemantauan dan pengawasan: RS harus memiliki sistem pemantauan
dan pengawasan yang efektif untuk memastikan kepatuhan terhadap
prosedur K3, pelaporan insiden atau kecelakaan kerja, dan peningkatan
berkelanjutan dalam praktik K3.
7. Budaya keselamatan: RS perlu menciptakan budaya keselamatan yang
kuat di mana semua anggota tim, termasuk manajemen, staf medis, dan
non-medis, merasa bertanggung jawab terhadap keselamatan dan
berpartisipasi aktif dalam menerapkan prinsip-prinsip K3.
Prinsip-prinsip ini penting untuk memastikan lingkungan kerja yang
aman, mencegah risiko cedera atau infeksi, dan menjaga kualitas
perawatan pasien di rumah sakit.
2. Jelaskan program kesehatan dan keselamatan kerja di RS
Jawaban:
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit
dirancang untuk melindungi kesehatan dan keselamatan semua orang yang
berinteraksi dengan rumah sakit, termasuk pasien, pengunjung, serta staf
medis dan non-medis. Beberapa program yang umum dilakukan di rumah
sakit untuk K3 meliputi:
1. Identifikasi Risiko: Rumah sakit melakukan identifikasi risiko yang ada
di lingkungan kerja dan melakukan penilaian risiko untuk setiap area
atau departemen, seperti unit perawatan, ruang operasi, laboratorium,
farmasi, dan gudang. Hal ini membantu dalam mengidentifikasi potensi
bahaya dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang sesuai.
2. Pelatihan dan Pendidikan: Rumah sakit menyediakan pelatihan yang
komprehensif kepada seluruh staf mengenai K3, termasuk penanganan
bahan kimia berbahaya, penggunaan alat pelindung diri (APD),
prosedur pencegahan infeksi, serta prosedur darurat. Pendidikan ini juga
mencakup pemahaman tentang kebijakan dan prosedur keselamatan
yang berlaku di rumah sakit.
3. Manajemen Bahan Berbahaya: Rumah sakit mengelola bahan
berbahaya dengan benar, termasuk obat-obatan beracun, bahan kimia
berbahaya, dan limbah medis. Hal ini melibatkan penyimpanan yang
aman, penggunaan yang tepat, pemusnahan yang benar, serta
pengelolaan limbah medis sesuai dengan pedoman yang berlaku.
4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Rumah sakit memastikan
ketersediaan dan penggunaan yang tepat dari APD oleh seluruh staf.
APD termasuk masker, sarung tangan, kacamata pelindung, mantel
pelindung, serta perlengkapan khusus lainnya yang sesuai dengan risiko
kerja masing-masing.
5. Pencegahan Infeksi: Rumah sakit menerapkan protokol dan prosedur
pencegahan infeksi yang ketat, termasuk kebersihan tangan yang baik,
sterilisasi peralatan medis, pengendalian infeksi nosokomial, serta
penggunaan langkah-langkah keamanan saat berurusan dengan pasien
yang mengidap penyakit menular.
6. Manajemen Kecelakaan dan Insiden: Rumah sakit memiliki sistem
pelaporan, investigasi, dan tindak lanjut terhadap kecelakaan, insiden,
atau hampir kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja. Hal ini
membantu dalam memahami penyebab insiden dan mengambil
langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk mencegah kejadian
serupa di masa depan.
7. Audit dan Evaluasi: Rumah sakit melakukan audit dan evaluasi secara
teratur terhadap program K3 mereka untuk memastikan keefektifan dan
kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur K3. Evaluasi ini juga
mencakup peninjauan kinerja staf dalam melaksanakan praktik K3.
3. Jelaskan prinsip pencegahan dan pengendalian B3 di RS
Jawaban:
Prinsip pencegahan dan pengendalian limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun) di rumah sakit meliputi langkah-langkah berikut:
1. Identifikasi dan Klasifikasi Limbah: Rumah sakit melakukan identifikasi
dan klasifikasi limbah yang dihasilkan, terutama limbah yang termasuk
dalam kategori B3. Ini melibatkan penentuan jenis limbah B3 yang
dihasilkan, seperti bahan kimia berbahaya, obat-obatan beracun, limbah
infeksius, bahan radioaktif, dan sebagainya.
2. Pemisahan dan Penyimpanan yang Tepat: Limbah B3 harus dipisahkan
dari limbah non-B3 sejak awal. Rumah sakit menyediakan wadah khusus
untuk penyimpanan limbah B3 yang aman dan tahan bocor. Pemisahan
dan penempatan limbah B3 dilakukan sesuai dengan sifat dan
karakteristik limbahnya, serta mengikuti pedoman yang berlaku.
3. Perlakuan dan Pengelolaan Limbah: Rumah sakit menerapkan metode
perlakuan limbah yang sesuai untuk mengurangi bahaya dan dampaknya.
Ini termasuk proses pengolahan, pemusnahan, atau pengiriman limbah
B3 ke fasilitas pengelolaan limbah yang terpercaya, sesuai dengan
peraturan dan regulasi yang berlaku.
4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Staf yang terlibat dalam
penanganan limbah B3 harus dilengkapi dengan APD yang sesuai,
seperti sarung tangan, masker, kacamata pelindung, atau pakaian
pelindung. Penggunaan APD ini membantu melindungi staf dari bahaya
potensial yang terkait dengan limbah B3.
5. Pelatihan dan Pendidikan: Rumah sakit menyediakan pelatihan yang
komprehensif kepada staf terkait penanganan limbah B3. Pelatihan ini
meliputi pemahaman tentang pengidentifikasian, pemisahan,
penyimpanan, perlakuan, dan pengelolaan limbah B3. Staf juga diberi
pengetahuan tentang risiko dan langkah-langkah pencegahan yang harus
diambil dalam penanganan limbah B3.
6. Monitoring dan Audit: Rumah sakit melakukan monitoring dan audit
rutin terhadap kegiatan penanganan limbah B3 untuk memastikan
kepatuhan terhadap prosedur yang ditetapkan. Hal ini meliputi
pemeriksaan terhadap pengelolaan limbah, pemantauan limbah yang
dihasilkan, dan evaluasi terhadap efektivitas program pengendalian
limbah B3.
7. Kerjasama dengan Pihak Eksternal: Rumah sakit menjalin kerjasama
dengan pihak eksternal, seperti perusahaan pengelola limbah yang
berlisensi, untuk memastikan limbah B3 diolah atau dibuang dengan
aman sesuai dengan regulasi yang berlaku. Kolaborasi ini penting untuk
memastikan bahwa limbah B3 tidak mencemari lingkungan dan tidak
membahayakan kesehatan masyarakat.
4. Bagaimana sistem pencatatan dan pelaporan kejadian PAK dan kecelakaan
di RS
Jawaban:
Sistem pencatatan dan pelaporan kejadian PAK (Penyakit Akibat
Kerja) dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja) di rumah sakit adalah langkah
penting dalam pengelolaan keselamatan pasien dan para tenaga kerja.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sistem tersebut:
1. Pencatatan Kejadian: Setiap kejadian PAK atau KAK yang terjadi di
rumah sakit harus dicatat dengan seksama. Informasi yang dicatat
meliputi tanggal dan waktu kejadian, identitas pasien atau karyawan
yang terlibat, deskripsi singkat kejadian, jenis cedera atau dampak yang
dialami, dan tindakan yang telah dilakukan setelah kejadian.
2. Pelaporan Kejadian: Setelah pencatatan, kejadian PAK dan KAK harus
dilaporkan kepada pihak yang berwenang di rumah sakit, seperti
manajemen K3 atau tim keselamatan pasien. Pelaporan ini dilakukan
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Tujuannya
adalah agar tindakan yang diperlukan dapat diambil untuk mencegah
kejadian serupa di masa depan.
3. Investigasi dan Analisis: Kejadian PAK dan KAK harus ditindaklanjuti
dengan proses investigasi dan analisis yang mendalam. Tim yang
ditunjuk akan melakukan penyelidikan untuk mengidentifikasi
penyebab kejadian dan faktor-faktor yang berkontribusi. Hal ini
membantu dalam mengambil langkah-langkah perbaikan yang
diperlukan untuk mengurangi risiko dan mencegah kejadian serupa di
kemudian hari.
4. Evaluasi Dampak dan Konsekuensi: Setiap kejadian PAK dan KAK
harus dievaluasi untuk menilai dampak dan konsekuensinya. Evaluasi
ini mencakup tingkat keparahan cedera atau kerugian yang dialami
pasien atau karyawan, biaya yang terkait, dan dampak terhadap reputasi
rumah sakit. Hal ini membantu dalam menentukan langkah-langkah
perbaikan yang tepat dan alokasi sumber daya yang diperlukan.
5. Tindak Lanjut dan Perbaikan: Setelah investigasi dan evaluasi
dilakukan, langkah-langkah perbaikan yang sesuai harus
diimplementasikan. Hal ini melibatkan pengembangan dan
implementasi tindakan korektif untuk menghilangkan atau mengurangi
risiko kejadian serupa di masa depan. Selain itu, juga penting untuk
melakukan pemantauan dan peninjauan secara berkala guna
memastikan keefektifan tindakan perbaikan yang telah dilakukan.
6. Kesadaran dan Pelatihan: Sistem pencatatan dan pelaporan kejadian
PAK dan KAK juga harus didukung oleh kesadaran dan pelatihan yang
kontinu kepada seluruh staf rumah sakit. Semua anggota tim medis dan
non-medis harus mengetahui prosedur yang berlaku dalam melaporkan
kejadian, dan pentingnya transparansi dan pembelajaran dari kejadian-
kejadian tersebut.
5. lampirkan 1 jurnal nasional atau international tentang penelitian yang
berhubungan dengan K3 di RS lalu buat ringkasannya terkait Masalah,
Instrumen penelitian yang digunakan, kesimpulan dan sarannya
jawaban:
Masalah:
Masalah yang diteliti adalah penerapan budaya perilaku K3 di rumah sakit
dan pengaruh kebijakan terkait K3 terhadap budaya K3 di rumah sakit.
Instrument Penelitian:
Instrumen penelitian yang digunakan adalah alat perekam suara dan metode
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
dokumentasi, dan triangulasi.
Kesimpulan:
Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa kebijakan terkait K3 di rumah sakit
dapat meningkatkan budaya K3 di rumah sakit. Namun, terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan seperti pengawasan dan evaluasi terhadap
penerapan kebijakan K3 di rumah sakit serta perlu adanya peningkatan
komitmen manajemen rumah sakit terhadap K3. Selain itu, penelitian ini
juga menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan dalam sistem
pencegahan dan penanggulangan kebakaran di rumah sakit serta kurangnya
sosialisasi dan pelatihan terkait K3 kepada karyawan baru. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pengembangan kebijakan, pedoman, dan SOP yang lebih
baik serta pelatihan dan sosialisasi yang lebih intensif untuk meningkatkan
penerapan budaya perilaku K3 di rumah sakit.
Saran:
Saran untuk jurnal mengutamakan pentingnya pengawasan dan evaluasi
terhadap penerapan kebijakan K3 di rumah sakit serta perlu adanya
peningkatan komitmen manajemen rumah sakit terhadap K3.
Jurnal KESMAS, Vol. 8, No. 5, Juli 2019 1

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) DI RUMAH SAKIT TINGKAT II ROBERT
WOLTER MONGISIDI KOTA MANADO
Ferlina Maringka*, Paul A. T. Kawatu*, Maureen I. Punuh*

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Latar belakang: Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki tenaga kerja yang
banyak dengan tingkat resiko yang tinggi terkena penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja.
Oleh karena itu rumah sakit waib untuk melakukan pencegahan yaitu dengan menerapkanprogram
kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan
salah satu bentuk nyata dalam menciptakan tempat kerja yang aman, lingkungan yang sehat dan
terbebas dari penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja. Metode: Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan jumlah informan penelitian berjumlah 7 (tujuh) orang. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2019. Hasil: Program K3RS yang telah dilaksanakan
adalah program pengembangan kebijakan K3RS, pembudayaan perilaku K3RS, pengembangan
SDM K3RS, pelayanan kesehatan kerja, pelayanan keselamatan kerja, pemantauan kesehatan
lingkungan kerja, pengembangan pedoman, petunjuk teknis dan SOP, pengembangan program
pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair dan gas, pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya
dan barang berbahaya, pengumpulan data, pengolahan dan pelaporan K3RS, review program
tahunan, sedangkan yang belum maksimal dilaksanakan adalah program pengembangan
manajemen tanggap darurat. Kesimpulan: Pelaksanaan Program K3RS sudah berjalan namun
belum maksimal dilaksanakan. Saran: Rumah sakit perlu menambahkan sarana prasarana tanggap
darurat kebakaran seperti hydrant, alarm kebakaran, detektor asap dan alat pemadam api ototmatis
(sprinkler).

Kata kunci : Pelaksanaan program K3RS

ABSTRACT
Background: Hospital are one of the workplaces that have a large workforce with a high level of
risk of occupational diseases or occupational accidents. Therefore, the hospital is obliged to do
prevention by applying health and safety program of hospital work. Occupational health and safety
is one of the real forms of creating a safe workplace, healthy environment and free form
occupational illness or accident. Method: This type of research is qualitative research with the
number of research informant totalling seven people. This research was conducted in May to July
2019. Results: The K3RS Program that has been implemented is the K3RS policy development
Program, the conduct of K3RS behaviour, K3RS Human resources development, occupational
health services, occupational Safety services, environmental health monitoring, development
guidelines , technical and SOP instructions, development of solid waste management, liquid and gas
maintenance programs, service management, hazardous toxic materials and hazardous goods,data
collection, processing and reporting K3RS, annual program reviews, while those that havenot
Implementation is an emergency response management development program. Conclusion: The
implementation of K3RS Program is already running but not maximally implemented Advice:
Hospitals need to add fire emergency response infrastructure such as hydrants, fire alarms, smoke
detectors and sprinkler equipment.

Keywords: Implementation of K3RS Program

PENDAHULUAN rumah sakit, para pasien dan para


Rumah sakit mempunyai banyak potensi pengunjung yang ada di lingkungan
bahaya yang dapat mengancam jiwa dan rumah sakit (Kemenkes, 2007).
kehidupan khususnya untuk karyawan di Berdasarkan data dari
International Labour Organization service/petugas kebersihan. Instrumen

(ILO) menyatakan bahwa, 2,78 juta penelitian dalam pelaksanaan penelitian

pekerja di seluruh dunia meninggal ini adalah peneliti sendiri dengan

setiap tahun karena kecelakaan pada saat tambahan instrumen berupa alat perekam

bekerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar suara. Metode pengumpulan data

86,3% yang mengakibatkan kematian dilakukan dengan cara observasi,

bagi pekerja yaitu penyakit akibat kerja. wawancara, dokumentasi, dan

Sementara lebih dari 13,7%terjadi karena triangulasi.

kecelakaan kerja fatal (ILO, 2018).


Hasil penelitian dengan HASIL DAN PEMBAHASAN

menggunakan metode kualitatif yang Pengembangan Kebijakan K3RS

dilakukan oleh Tatilu (2017) di RSUD Penelitian yang di lakukan oleh Ardi dan

Dr. Sam Ratulangi Tondano menunjukan Haryono (2018) tentang Analisa

bahwa untuk kebijakan K3 di rumah sakit Penerapan Budaya Perilaku K3 di

yang telah ada yaitu pembentukan tim Rumah Sakit menunjukan bahwa,

K3RS dan pengadaan anggaran, namun dengan adanya kebijakan terkait K3 di

masih kurangnya koordinasi dari pihak rumah sakit maka budaya K3 akan lebih

manajemen, tim K3RS dan tenaga baik. Dalam penelitian ini rumah sakit

kesehatan. Untuk perencanaan sudah telah mengeluarkan kebijakan terkait K3

memuat tujuan dan sasaran K3 yang yaitu dengan Surat Keputusan yang telah

terdapat indikator pengukuran dan dibuat. Dalam Surat Keputusan tersebut

sasaran pencapaian akan tetapi belum dibentuk tim kesehatan dan keselamatan

maksimal. kerja rumah sakit beserta dengan


anggotanya. Namun, penelitian ini tidak

METODE sejalan dengan penelitian yang telah

Jenis penelitian ini adalah penelitian dilakukan oleh Ivana dkk (2014) tentang

kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Analisa Komitmen Manajemen Rumah

Rumah Sakit Tingkat II Robert Wolter Sakit Terhadap Kesehatan dan

Mongisidi Kota Manado pada bulan Mei Keselamatan Kerja pada Rumah Sakit

sampai bulan Juli 2019. Informan dalam Prima Medika Pemalang yang dalam

penelitian ini adalah Direktur Rumah hasil penelitiannya menunjukan RS

Sakit atau wakil, ketua tim K3RS, kepala Prima Pemalang sudah memiliki

perawat, 1 (satu) perawat, 2 (dua)staf dan komitmen dan kebijakan rumah sakit

1 (satu) cleaning tetapi belum diwujudkan secara tertulis.


Pembudayaan Perilaku K3RS tenaga kesehatan yang banyak dan dalam

Rumah sakit telah menerapkan budaya melaksanakan tugas dan tanggungjawab

K3 yaitu dengan melakukan sosialisasi mereka juga harus dalam keadaan sehat

tentang K3 dirumah sakit. Kepada pasien jasmani dan rohani. Berdasarkan

ataupun pengantar pasien dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

pengunjung rumah sakit di berikan Indonesia Nomor 66 Tahun 2016tentang

informasi melalui media poster, pamflet K3RS menyatakan bahwa pelayanan

dan banner. Rumah sakit juga telah kesehatan kerja wajib diberikan kepada

melaksanakan program ini sesuaidengan SDM rumah sakit secara menyeluruh

Kemenkes RI No 1087 Tahun2010 yang yang meliputi pelayanan promosi,

menyatakan bahwa rumah sakit perlu pencegahan, pengobatan dan rehabilitatif

memberikan informasi sarana yang yang bertujuan untuk meningkatkan dan

terkait K3, informasi tentang resiko memelihara derajat kesehatan fisik,

bahaya khusus di tempat kerja tersebut, mental dan sosial yang setinggi-

SOP Kerja, SOP peralatan, dan SOP tingginya bagi SDM di semua jenis

penggunaan APD. pekerjaan.


Rumah sakit Robert Wolter

Pengembangan SDM K3RS Mongisidi telah melaksanakan program

Pengembangan SDM dapat dilakukan pelayanan kesehatan dengan melakukan

dengan cara memberikan pelatihan. pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,

Untuk SDM yang memiliki potensi yang pemeriksaan kesehatan berkala dan

lebih tentang K3 dapat diikutsertakan pemeriksaan kesehatan khusus untuk

dalam workshop terkait K3. Rumah SDM rumah sakit yang menderita sakit..

sakit telah melakukan pelatihan kepada Pemeriksaan kesehatansebelum bekerja


dirumah sakit dimulai dari proses perekrutan
SDM rumah sakit dan pelatihan tersebut tenaga kerja yaitumelampirkan hasil
dilakukan oleh ketua tim K3RS yang pemeriksaankesehatan yang telah diperiksakan
sebelum memasukan lamaran kerja. Kemudian
memiliki sertifikat dari BNSP. Untuk jika SDM tersebut dinyatakanditerima bekerja,
pelatihan lanjutan diikuti oleh ketua tim rumah sakit akan melakukan pemeriksaan
kesehatan kembali terlebih khusus pemeriksaan
K3RS setiap 3 (tiga) tahun sekali yang laboratorium kepada tenaga kerja
diselenggarakan oleh Badan Nasional
Sertifikat dan Profesi (BNSP).

Pelayanan Kesehatan Kerja


Banyaknya pelayanan yang disediakan
rumah sakit memerlukan SDM atau
tersebut. Pemeriksaan dikhususnya dalam penanganan pengobatan yang

untuk penyakit Hepatitis atau penyakit diperlukan oleh SDM tersebut. Namun,

menular lainnya. dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Pemeriksaan kesehatan berkala dan Transmigrasi No 02 Tahun 1980

dilakukan oleh rumah sakit kepada SDM menyatakan bahwa pemeriksaan

rumah sakit setiap semester atau setiap 6 kesehatan khusus harus dilakukan

(enam) bulan sekali tergantung dari kepada tenaga kerja yang pernah

kebijakan pimpinan rumah sakit. Namun mengalami kecelakaan atau tenaga kerja

pemeriksaan yang dilakukan belum yang memiliki riwayat penyakit yang

maksimal karena hanya melakukan kemudian dirawat lebih dari 2 (dua)

pemeriksaan HbsAg ataupun minggu, tenaga kerja yang usianya diatas

pemeriksaan HIV/AIDS. Hal ini tidak 40 tahun, tenaga kerja wanita, tenaga

sesuai dengan Kemenkes RI No 1087 kerja yang cacat, dan tenaga kerja yang

Tahun 2010 yang menyatakan bahwa melakukan pekerjaan tertentu. Jika

pemeriksaan kesehatan berkala untuk dilihat daari hasil wawancara dan

tenaga kerja rumah sakit harus dilakukan peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

pemeriksaan kesehatan secara lengkap, Transmigrasi, pemeriksaan kesehatan

kesegaran jasmani, dilakukan rontgen berkala yang dilaksanakan oleh rumah

paru-paru dan pemeriksaan laboratorium sakit belum maksimal karena hanya

rutin, dan juga pemeriksaan lain yang melaksanakan pemeriksaan kesehatan

perlu di lakukan. khusus kepada SDM yang tiba-tiba

Rumah sakit juga melakukan mengalami sakit atau kecelakaan kerja.

pemeriksaan kesehatan khusus untuk Rumah sakit juga melaksanakan

tenaga kerja dirumah sakit yang kegiatan dalam upaya peningkatan

mengalami kecelakaan pada saat bekerja kondisi fisik SDM yaitu dengan

seperti tertusuk jarum suntik atau ada melakukan beberapa kegiatan berupa

tenaga kerja yang tiba-tiba sakit. Rumah olahraga bersama, senam, zumba dan

sakit melakukan kerja sama dengan tim jalan sehat.

PPI (Penanggulangan Pencegahan


Infeksi) rumah sakit apabila tenaga kerja Pelayanan Keselamatan Kerja

mengalami kecelakaan kerja seperti Rumah sakit telah melaksanakan

tertusuk jarum. Untuk tenaga kerja yang pengawasan yaitu dengan melakukan

menderita sakit seperti Hepatitis atau pemeriksaan terhadap fasilitas sarana

penyakit menular lainnya pihak rumah prasarana yang dilakukan setiap bulan.

segera mungkin mengambil tindakan Untuk pemeliharaan alat kesehatan


dengan melakukan kalibrasi alat yang lingkungan kerja yang memenuhi

dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali. persyaratan baik fisik, kimia dan biologi

Pengawasan yang dilakukan sudah melalui kegiatan pengawasan secara

sesuai dengan Undang-undang Republik rutin kemudin melakukan evaluasi dan

Indonesia No 44 Tahun 2009 pasal 16 tindakan penanganan untuk perbaikan

ayat (2) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja. Namun, penelitian ini

peralatan medis harus diuji dan juga berbanding terbalik dengan penelitian

dilakukan kalibrasi secara berkala. yang dilakukan oleh Tamboto (2017)

Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan tentang Analisis Penerapan Standar

perlengkapan keselamatan kerja yang Pelayanan Kesehatan Kerja Di Rumah

telah dilaksanakan pihak rumah sakit Sakit Gmim Kalooran Amurang

yaitu telah menyediakan APD berupa Kabupaten Minahasa Selatan, dalam

sarung tangan, masker, APAR lengkap penelitiannya menunjukan bahwa rumah

dengan SOP penggunaan, adanya jalur sakit belum melaksanakan pemantauan

evakuasi dan titik kumpul untuk keadaan lingkungan kerja.

darurat.
Pengembangan Manajemen Tanggap

Pemantauan dan Evaluasi Kesehatan Darurat

Lingkungan Kerja Rumah sakit telah melakukan pelatihan

Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pencegahan dan penaggulangan

lingkungan kerja telah dilakukan oleh kebakaran kepada seluruh SDM rumah

pihak rumah sakit. Pelaksanaan tersebut sakit. Rumah sakit juga telah

meliputi pemeriksaan seluruh area kerja menyediakan saranan prasarana berupa

yang memiliki resiko bahaya fisik, kimia jalur evakuasi, APD di setiap ruangan

ataupun biologi. Pengawasan juga serta SOP yang tertulis di setiap ruangan

dilakukan disetiap area kerja yang dan tersedianya APAR di setiap ruangan.

beresiko seperti tanda perhatian yang SDM rumah sakit juga diberikan

diletakkan di area beresiko jatuh ataupun penyuluhan setiap apel pagi. Pelaksanaan

untuk lantai yang licin dilakukan yang dilakukan rumah sakitsudah sesuai

pergantian dengan yang tidak licin. dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja

Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk Republik Indonesia No 186 Tahun 1999

tindakan selanjutnya. Hal ini sesuai Pasal 2 ayat (2) yang menyatakan bahwa

dengan Kemenkes RI No 1087 Tahun kewajiban mencegah,

2010 yang menyatakan bahwa tempat mengurangi dan

kerja harus menyedian dan menyiapkan memadamkan kebakaran di tempat kerja


meliputi penyediaan sarana detdkti, ini sesuai dengan Peraturan Menteri

alarm, pemadam kebakaran dan sarana Tenaga Kerja dan TransmigrasiRepublik

evakuasi. Namun, dalam penelitian ini Indonesia Nomor 08 Tahun 2010 tentang

menunjukkan bahwa sistem alat pelindung diri yang menyatakan

penanggulangan kebakaran di rumah bahwa pimpinan suatu tempat kerja

sakit belum terlaksana dengan baik. ataupun tenaga kerja yang telah lama

Berdasarkan hasil observasi sistem bekerja wajib memberikan informasi

pencegahan dan penanggulangan secara tertulis dan memasang SOP untuk

kebakaran dirumah belum maksimal. penggunaan APD di tempat kerja.

Karena, masih kurangnya sarana dan


prasarana seperti tidak adanya alat Pengembangan Pemeliharaan

pemadam api otomatis (Sprinkler),alarm Pengelolaan Limbah Padat, Cair dan

kebakaran, hydrant, dll.Terdapat Gas

beberapa hal yang perlu di perhatikan Pegelolaan limbah di rumah sakit telah

yaitu dalam pemerataan Sprinkler, jalur dilakukan oleh rumah sakit yaitu dengan

evakuasi yang perlu di lakukan menyediakan tempat penampungan

pembenahan kembali karena ada yang sementara dan tempat penampungan

sudah tidak tertempel dengan baik, akhir limbah medis yang dilaksanakan

pengadaan detektor asap dan alarm berdasarkan prosedur yang ada. Proses

kebakaran. pengelolaan limbah B3 yaitu dari


pemilahan dengan menggunanakan

Pengembangan Pedoman, Petunjuk tempat sampah medis dan non medis

Teknis dan SOP khusus untuk limbah padat yang

Pengembangan pedoman K3RS telah disediakan pihak rumah sakit di setiap

dilakukan oleh rumah sakit yaitu dengan ruangan, kemudian adanya saluran

adanya pedoman pelaksanaan K3, khusus untuk limbah cair dari tiap

pedoman pencegahan dan ruangan menuju ke tempat pembuangan

penanggulangan kebakaran dan limbah cair kemudian menuju ke IPAL.

penyusunan SOP kerja untuk masing-


masing unit kerja. Di setiap ruangan Pengelolaan Jasa, Bahan Beracun
Berbahaya dan Barang Berbahaya
telah tersedia alat keselamatan dan juga Berdasarkan hasil observasi rumah sakittelah
ada SOP untuk penggunaan serta SOP menyediakan tempat
untukmenyimpan bahan
untuk keadaan tanggap darurat berupa berbahaya dan
prosedur pencegahan dan
penanggulangan kebakaran. Penelitian
beracun (B3) yang juga terdapat SOPdan 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi

tanda peringatan bahaya di tempat Rumah Sakit.

penyimpanan tersebut. Penelitian ini


sesuai dengan Peraturan Pemerintah Observasi Dokumen

Republik Indonesia Nomor 101 Tahun Dari hasil observasi dokumen

2014 tentang Pengelolaan Limbah menunjukan rumah sakit telah memiliki

Bahan Berbahaya dan Beracun. dokumen pemeriksaan kesehatan bagi


pekerja, dokumen penyuluhan/pelatihan

Pengumpulan, Pengolahan, terkait K3RS, dokumen pengawasan

Dokumentasi Data dan Pelaporan sarana prasarana keselamatan dan

K3RS peralatan keselamatan, dokumen

Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kalibrasi alat kesehatan, dokumen

tarkait kejadian kecelakaan kerja rumah pelaporan kejadian kecelakaan kerja,

sakit telah melaksanakan. Berdasarkan dokumen pelatihan tanggap darurat,

hasil wawancara menunjukkan bahwa dokumen pencegahan dan

dari tim K3RS dengan tim PPI rumah penanggulangan kebakaran, dokumen

sakit maupun dengan IGD telah SOP penggunaan alat dan dokumen

melakukan kerja sama dalam pelaporan evaluasi program K3RS.

juga penanganan pengobatan bagi tenaga


kerja yang mengalamikecelakaan kerja. Observasi Lapangan

Selanjutnya dari tim K3RS akan Berdasarkan hasil observasi dari

melakukan evaluasi untuk tindakan beberapa komponen kesehatan dan

selanjutnya. keselamatan kerja di rumah sakit


menunjukan bahwa masih kurangnya

Review Program Tahunan sarana pencegahan dan penanggulangan

Rumah sakit telah melakukan akreditasi kebakaran.

setiap 3 tahun sekali dan juga melakukan


reakreditasi setiap 1 tahun sekali yang di Faktor Penghambat Pelaksanaan

lakukan oleh KARS serta melakukan Program K3RS

evaluasi yang di lakukan setiap 3 bulan Pelaksanaan program kesehatan dan


keselamatan kerja di rumah sakit telah
sekali. Kegiatan tersebut termasuk dalam dilaksanakan dengan baik program K3RS sudah
program tahunan yang wajib di lakukan ada dan berjalan. Namun, ada beberapa kendala
yang menghambat pelaksanaan program, yaitu
rumah sakit. Penelitian ini sesuai dengan karyawan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
baru yang belum diberikan sosialisasi pelatihan lanjutan dilakukan setiap 3

terkait K3 dikarena jadwal yang padat (tiga) tahun sekali.

sehingga belum sempat di berikan d. Pelayanan Kesehatan Kerja, rumah

sosialisasi. Sosialisasi biasanya di sakit telah melaksanakan program

lakukan ketika karyawan dinyatakan pemeriksaan kesehatan sebelum

diterima bekerja telah bekerja kurang bekerja, pemeriksaan kesehatan

lebih 1 (satu) bulan setelah mereka berkala dan pemeriksaan kesehatan

bekerja. Rumah sakit tidak memiliki khusus.

tenaga khusus ahli K3RS. Penelitian ini e. Pelayanan Keselamatan Kerja, rumah

sejalan dengan penelitian yang dilakukan sakit telah melakukan pengawasan

oleh Ristiono dan Azkha (2010), hasil dengan melakukannya pemeriksaan

penelitiannya menunjukan bahwa salah sarana-prasarana dan peralatan

satu faktor penghambat pelaksanaan keselamatan.

K3RS adalah sumber daya manusia. f. Pemantauan Kesehatan Lingkungan


Kerja, rumah sakit telah

KESIMPULAN melaksanakan pengawasan

Pelaksanaan Program K3RS lingkungan kerja atau area kerja yang

a. Pengembangan Kebijakan K3RS, memiliki resiko bahaya.

pihak rumah sakit telah g. Pengembangan Manajemen Tanggap

melaksanakan dengan mengeluarkan Darurat, rumah sakit telah

surat keputusan tentang pembentukan menyediakan sarana prasarana dan

tim K3RS. alat keselamatan, namun sistem

b. Pembudayaan Perilaku K3RS, rumah penanggulangan kebakaran belum

sakit telah menerapkan budaya K3 di maksimal.

rumah sakit yaitu dengan h. Pengembangan Pedoman, Petunjuk

dilakukannya sosialisasi tentang teknis dan SOP, rumah sakit telah

K3RS kepada SDM RS dan menyediakan alat keselamatan dan

memberikan informasi kepada pasien juga SOP penggunaannya.

ataupun kepada pengantar pasien dan Pengembangan ProgramPemeliharaan


Pengelolaan LimbahPadat, cair dan Gas, rumah
pengunjung rumah sakit. sakit telahmenyediakan tempat penampungan
c. Pengembangan SDM, rumah sakit limbah sementara dan tempat pengolahan akhir
limbah medis.
telah melaksanakan pelatihan kepada
SDM rumah sakit dan untuk
a. Pengelolaan Jasa, Bahan Beracun Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 432 Tahun 2007
Berbahaya dan Barang Berbahaya, tentang Pedoman Manajemen
rumah sakit telah menyediakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit. 2007.
tempat penyimpanan khusus untuk Jakarta.
B3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
b. Pengumpulan Data, Pengolahan dan Indonesia No. 1087 Tahun 2010
tentang Standar Kesehatan dan
Pelaporan K3RS, rumah sakit telah Keselamatan Kerja di Rumah
melakukan kerja sama dari tim K3RS Sakit. 2010. Jakarta.
dengan tim PPI rumah sakit. Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia No. 186
c. Review Program Tahunan, rumah
Tahun 1999 tentang
sakit melakukan akreditasi sesuai Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja. 1999. Jakarta.
dengan Permenkes RI No 34 Tahun
2017 tentang akreditasi rumah sakit. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun
2016 tentang Kesehatan dan
SARAN Keselamatan Kerja Rumah
Sakit. Jakarta.
Rumah sakit perlu menambahkan sarana
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
prasarana tanggap darurat kebakaran Transmigrasi No. 02 Tahun
seperti hydrant, alarm kebakaran, 1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam
detektor asap dan alat pemadam api Penyelenggaraan Keselamatan
ototmatis (sprinkler) Kerja. 1980. Jakarta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 08 Tahun
DAFTAR PUSTAKA 2010 tentang Alat Pelindung
Ardi, S. Z., & Hariyono, W. 2018. Diri. Jakarta
Analisa Penerapan Budaya
Peraturan Pemerintah Republik
Perilaku Keselamatan dan
Indonesia No. 101 Tahun 2014
Kesehatan Kerja di RumahSakit.
tentang Pengelolaan Limbah
Jurnal. Volume 12 (Issue 1), 15–
Bahan Beracun dan Berbahaya.
20.
Jakarta.
Ivana, dkk. 2014. Analisa Komitmen
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Manajemen Rumah Sakit
Indonesia No. 34 Tahun 2017
Terhadap Kesehatan dan
tentang Akreditasi Rumah Sakit.
Keselamatan Kerja pada Rumah
Jakarta.
Sakit Prima Medika Pemalang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Ristiano, B., dan Azkha, N. 2010.
Vol. 2. No. 1. Regulasi dan Penerapan
Kesehatan dan Keselamatan
Internasional Labour Organization.
Kerja Rumah Sakit di Provinsi
Meningkatkan Keselamatan
Sumatera Barat. Jurnal
dan Kesehatan Pekerja Muda.
Kesehatan Masyarakat. Vo. 4.
2018. Jakarta.
No. 1.

Anda mungkin juga menyukai