Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Praktikum


Lokasi praktikum getaran untuk mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
B. Hasil
Hasil dari pengukuran Segmental Vibration pada Lengan Salah Satu Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Hasil Pengukuran Segmental Vibration pada Lengan Salah Satu Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Sebanyak 5 Kali Percobaan

PERCOBAAN I
20 Detik
I II III IV V Jumlah Rata-
rata
2,0 + 6,8 +
m m m m m 7,1+ 11,4 + m
2,0 2 6,8 2 7,1 2 11,4 2 12,3 2 12,3= 39,6 = 7,9 2
s s s s s 39,6 s
= 7,9
5
Sumber:Data Primer, 2022

Dari tabel di atas diketahui bahwa hasil pengukuran yang telah dilakukan
sebanyak 5 kali percobaan berbeda.Hasil pengukuran pada percobaan I didapatkan
m m m
hasil sebesar 2,0 2 , pada percobaan II adalah 6,8 2 , percobaan III adalah 7,1 2 ,
s s s
m m
percobaan IV adalah 11,4 2 , dan percobaan V adalah 12,3 2 .Dari data hasil
s s
m
pengukuran tersebut, maka dapat dihitung nilai rata-ratanya adalah sebanyak 7,9 2 .
s

C. Pembahasan
Pengukuran Segmental Vibration dalam praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui besaran atau angka intensitas getaran pada alat yang digunakan yaitu vortex
mixer model VM-1000 serta mengetahui proses pengerjaan atau mekanisme penggunaan
vibration meter tipe VB-B201HA dalam pengukuran intensitas getaran. Selain
menggunakan vibration meter tipe VB-B201HA, bahan yang digunakan pada pengukuran
ini adalah kabel akselerometer dan Stopwatch. Pada vibration meter tipe VB-B201HA,
terdapat display monitor yang berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran pada
benda, tombol power yang berfungsi mematikan atau menghidupkan alat, serta tombol
hold yang berfungsi untuk menahan nilai yang sudah didapatkan agar tidak terjadi
perubahan pada nilai tersebut.
Pada kabel akselerometer dirangkaikan dengan alat vibration meter dan
pengukuran dimulai dengan menekan tombol power. Pembacaan pengukuran dilakukan
tiap 20 detik dengan menggunakan stopwatch pada handphone dan dilakukan sebanyak 5
kali percobaan. Pada hitungan detik yang ke-20, tombol hold pada vibration meter
ditekan agar hasil yang didapatkan saat pengukuran tidak berubah nilainya. Percobaan
tersebut dilakukan sebanyak 5 kali dengan prosedur kerja yang sama.
Berdasarkan hasil pada tabel 4, rata-rata tingkat getaran pada percobaan adalah
m
7,9 2 . Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 Tahun
s
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Nilai Ambang Batas
(NAB) getaran untuk pemaparan lengan dan tangan yang ditetapkan dengan waktu
m
kurang dari 0,5 jam adalah sebesar 20 2 .Artinya adalah rata-rata dari keseluruhan
s
percobaaan yakni sebanyak 5 kali nilai yang dihasilkan tidak ada yang melebihi dari nilai
yang telah ditetapkan, hasil rata-rata dari percobaan pertama hingga percobaan terakhir
m
adalah sebesar 7,9 . Dapat dilihat pada Tabel 4, nilai yang dihasilkan dari 5 kali
s2
percobaan terus mengalami peningkatan hingga percobaan terakhir didapatkan hasil
m
sebesar 12,3 .
s2
Salah satu contoh pengukuran getaran terhadap lengan dapat dilihat berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Chairunnisa (2018), pada pekerja parut kelapa di
Pasar Gambir Kecamatan Percut Sei Tuan berjumlah 25 orang diketahui pekerja yang
bekerja selama ≤8 jam yaitu berjumlah 12 orang pekerja (48 %). Pekerja parut kelapa
m
paling banyak terpapar getaran >4 2 yaitu berjumlah 15 orang pekerja (60 %),
s
m
sedangkan pekerja yang terpapar getaran ≤4 2 berjumlah 10 orang pekerja (40 %).
s
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Nilai Ambang Batas (NAB) yang
m
ditetapkan sebesar 5 2 dan waktu 8 jam/sehari. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian
s
Charunnisa (2018) tidak melebihi NAB yang telah ditetapkan, pekerja parut kelapa yang
m
terpapar getaran adalah >4 2 yaitu berjumlah 15 orang pekerja (60 %), sedangkan
s
m
pekerja yang terpapar getaran ≤4 2 berjumlah 10 orang pekerja (40 %). Hal ini juga
s
dipengaruhi oleh jenis kelamin, dikarenakan kemampuan otot wanita lebih rendah
daripada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria
sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita . Wanita
memiliki perbedaan fisik dengan laki-laki sehigga lebih rentan terkena efek paparan
getaran.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa frekuensi umur pada pekerja
parut kelapa berumur ≤26 tahun yaitu berjumlah 13 orang pekeja (52 %), sedangkan
pekerja yang berumur >26 tahun berjumlah 12 orang pekerja (48 %). Menurut Ronald E.
Pakasi (2018) dikutip oleh Sardi (2007) bahwa pertambahan usia dapat memperbesar
risiko terjadinya keluhan terutama yang diakibatkan oleh paparan getaran dimana usia
terjadinya penyakit ini berkisar antara 26 - 60 tahun. Dengan bertambahnya umur dapat
dipastikan bahwa semakin lama terpapar dengan alat yang bergetar dan penggunaan tiap
hari pada waktu kerja mengakibatkan kemampuan elastisitas tulang, otot ataupun urat
semakin berkurang sebagai peredam dari getaran yang dirambatkan ketubuh. Pekerja
yang terpapar getaran secara kontiniu akan mengalami gangguan kesehatan pada bagian
tubuh. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi berupa fenomena Raynaud (Jari-jariputih),
gangguan tulang, sendi, otot, gangguan neuropati, gangguan pada thorax, leher dan
kepala, pinggul dan perineum, otot dan tulang , pharynx, mata.
Berdasarkan waktu kerja dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerja yang bekerja
sebagai parut kelapa di pasar tradisional Tembung sesuai ketentuan selama >8 jam yaitu
berjumlah 13 orang pekerja (52 %), sedangkan pekerja yang bekerja selama ≤8 jam
berjumlah 12 orang pekerja (48 %). Lama kerja dengan baik pada umumnya adalah 8
jam/hari dan 40 jam seminggu. Lebih dari itu dapat menimbulkan sesuatu yang tidak
diinginkan seperti penurunan produktifitas kerja, timbulnya kelelahan, penyakit dan
kecelakaan. Lama kerja dalam satu hari dapat meningkatkan terjadinya keluhan
kesehatan akibat paparan getaran seluruh tubuh. Menurut Siswanto dalam Hidayat (2012)
dalam Chairunnisa (2018), bahwa tingkat intensitas getaran yang lebih tinggi serta waktu
pemaparan lama akan terjadi kerusakan pada tulang dan sendi, pemaparan yang lama
terhadap getaran, terutama bila bersamaan dengan faktor lain yang berbahaya seperti
dingin, kebisingan, dan beban statis, dapat mengakibatkan timbulnya penyakit akibat
getaran.
Penelitian Charunnisa (2018) sejalan dengan hasil pengukuran yang telah kami
lakukan, Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 5 Tahun
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja dapat dikatakan
bahwa hasil pengukuran yang kami lakukan sesuai dengan standar yang ada. Nilai
Ambang Batas (NAB) getaran untuk pemaparan lengan dan tangan yang ditetapkan
dengan waktu kurang dari 0,5 jam adalah sebesar 20 m/s², sementara hasil pengukuran
kami memiliki rata-rata getaran 7,9 m/s² dengan waktu yang digunakan dalam setiap
percobaan adalah selama 20 detik jadi total waktu yang kami gunakan pada 5 kali
percobaan kurang dari 0,5 jam atau setara dengan 30 menit yaitu selama 100 detik atau 1
menit 40 detik.
DAFTAR PUSTAKA

Chairunnisa.2018. Hubungan Paparan Getaran Dengan Terjadinya Hand Arm Vibration


Syndromepada Pekerja Parut Kelapa Di Pasar Tradisional Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan
Tahun 2017.

https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4501

Rizka Sri Annisa.2018. Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh Dengan Keluhan Kesehatan
Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 Pu. Gajah Mada Di Kota Medan Tahun 2018

https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/6048/131000118.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai