Anda di halaman 1dari 16

ACC 4 November 2022

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA
MODUL II : PENGUKURAN DAN NILAI RALAT

DISUSUN OLEH :

Alif Hafizhi

( 22111113007 )

KELOMPOK 2

1. Rara Erawati ( 2211113006 )


2. Septi Adi Cahyani ( 2211113008 )
3. Muhammad Tata A ( 2211113009 )
4. Yumna Nurul F ( 2211113010 )
Praktikum Tanggal : Senin, 31 Oktober 2022
Dosen Pengampu : Adanti Wiro P, S.T, M.Eng
Asisten Praktikum :
1. Rayvaldo Gavaela A ( 19107029 )
2. Desta Susiyanti P ( 19107019 )
3. Mahgfirotunnisa ( 20101083 )

LABORATORIUM FISIKA

FAKULTAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRO

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO

JL. D.I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO

2022
MODUL II

PENGUKURAN DAN NILAI RALAT

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menjelaskan pengertian konsep pengukuran dan nilai ralat.
2. Menjelaskan makna sebuah hasil pengukuran yang dinyatakan beserta
ketidakpastiannya.
3. Membuktikan ketelitian dan ketepatan pengukuran.
4. Mempersiapkan dan melakukan pengukuran dengan baik agar
mendapatkan hasil ukur yang akurat.
II. DASAR TEORI
Ralat adalah perbedaan antara hasil ukur dan nilai yang sebenarnya.
Karenakita tidak tahu nilai (besaran) yang sebenarnya, maka kita juga
tidak tahu besar dariralat ukur dengan pasti. Untuk mengetahui berapa
besar ketidakpastian dari hasilukur, maka kita harus memperkirakan besar
ralat ukur. Ketidakpastian hasil ukur (ralat ukur) m enunj ukkan berapa
besar perbedaan antara hasil ukur dan nil ai yang sebenarnya
bisa terjadi [1].
Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita sering melakukan pengukuran
terhadap suatu benda. Untuk dapat melakukan sebuah pengukuran,
praktikan harus memperhatikan faktor-faktor , seperti metode pengukuran,
kondisi-kondisi lingkungan, dan kondisi alat ukur tersebut. Pada praktikum
kali ini alat ukur yang digunakan adalah jangka sorong dan objek atau alat
yang diukur adalah tabung logam. Disetiap pengukuran pasti menghasilkan
ketidakpastian hasil dari pengukuran.ketidakpastian. Ketidakpastian
pengukuran disebabkan oleh bebrapa faktor, salah satunya adalah faktor
ketelitian praktikan pada saat praktikum [2].
Mengingat semua teori yang terlibat dalam percobaan, pengukuran
harus dipelajari terlebih dahulu sebelum pergi ke tahap berikutnya. Penemu
konsep dalam fisika menggunakan data dari pengukuran dalam upaya untuk
menggambarkan fenomena alam secara kuantitatif. Jika relevan dengan
penelitian, pengukuran dapat digunakan untuk menemukan data berupa pola
dari objek yang diteliti untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan
sebelumnya. Pengukuran adalah bagian penting dan mendasar dari fisika.
Pengukuran merupakan syarat utama untuk memahami teoriteori fisika
yang ada [3].
Pengukuran adalah cara untuk mendapatkan informasi untuk
mengidentifikasi besar kecilnya suatu objek berdasarkan praktikum yang
dilakukan. Informasi yang diperoleh dapat berupa nilai dalam bentuk
numerik (kuantitatif) atau dalam bentuk pernyataan kesimpulan (kualitatif).
Untuk mendapatkan informasi ini dapat digunakan dengan menggunakan
alat-alat ukur. Baik dalam keterbatasan alat ukur maupun dalam konsep
pengukuran, biasanya pengukuran hasilnya tidak akurat ataupun sedikit
mendekati hasil asli. Penyimpangan atau selisih antara hasil yang diukur
dan hasil yang sebenarnya disebut kesalahan [4].
Secara konsep pengukuran, baik karena keterbatasan alat ukur maupun
karena kondisi lingkungan, maka dipercaya bahwa setiap pengukuran akan
selalu menghasilkan hasil ukur yang tidak sebenarnya. Simpangan atau
selisih antara hasil ukur dan hasil yang sebenarnya disebut sebagai ralat
(error). Perlu dicermati di sini bahwa pengertian ralat bukan berarti kita
salah mengukur, tapi lebih menggambarkan deviasi hasil baca alat ukur
terhadap nilai “benar” besaran fisis yang diukur, sebagai akibat bahwa kita
tidak mengetahui nilai benar dari apa yang ingin kita ukur. Meskipun
demikian pada beberapa buku ada yang menyebutkan ralat dengan istilah
kesalahan karena mengambil dari istilah error, untuk itu diharapkan Anda
tidak perlu bingung. Karena kita tidak mengetahui nilai benar tersebut,
maka hasil ukur yang kita peroleh harus dinyatakan dalam bentuk interval
hasil pengukuran [5].
Suatu alat ukur dikatakan tepat jika mempunyai akurasi (accuracy)
yang baik, yaitu hasil ukur menunjukkan ketidakpastian yang kecil. Dapat
juga dipahami sebagai seberapa dekat hasil ukur dengan nilai benarnya.
Dalam hal ini sebelum sebuah alat ukur digunakan, harus dipastikan bahwa
kondisi alat benar-benar baik dan layak untuk digunakan, yaitu alat dalam
keadaan terkalibrasi dengan baik. Kalibrasi yang buruk akan menyebabkan
ketidakpastian hasil ukur menjadi besar. Alat ukur perlu diteliti kalibrasinya
sebelum dipergunakan agar hasil ukurnya dapat dipercaya. Termasuk
kalibrasi adalah selalu menempatkan jarum penunjuk pada titik nol yang
sesungguhnya, saat alat akan digunakan. Sering pada alat ukur, jarum
penunjuk tidak berada pada titik nol yang semestinya sehingga saat
digunakan nilai baca selalu lebih besar atau lebih kecil dari yang
seharusnya, sehingga menyumbang apa yang disebut ralat sistematis. Secara
umum pengertian kalibrasi di sini adalah membandingkan alat ukur Anda
dengan referensi. Referensi (standar) yang digunakan untuk mengkalibrasi
alat ukur Anda dapat ditempuh dengan beberapa tahap yaitu dengan tahapan
standar primer, standar sekunder, maupun dengan standar lain yang
diketahui [5].
• Ketidakpastian Pengukuran Tunggal atau Satu Kali.
Pengukuran tunggal atau satu kali adalah pengukuran yang
dilakukukan hanya sekali dan hanya memberikan satu nilai data. Data hasil
pengukuran tunggal atau sekali tidak dapat diandalkan karena pengukuran
berulang dapat menghasilkan data yang berbeda. Instiuisi praktikan
memberitahu praktikan bahwa semakin banyak pengukuran yang dilakukan,
semakin lengkap informasi yang praktikan miliki tentang nilai yang
sebenarnya. Untuk pengukuran tunggal, nilai yang digunakan sebagai
pengganti nilai sebenarnya adalah hasil pengukuran itu sendiri, dan
ketidakpastiannya adalah setengah dari nilai skala minimum (nst) dari
instrumen yang digunakan.
Rumus untuk ketidakpastian pengukuran tunggal adalah: Δ𝑥=1/2 .𝑛𝑠𝑡 Hasil
pengukuran tunggal dituliskan sebagai L = (x ± Δ𝑥)
• Ketidakpastian Pengukuran Berulang

Pengukuran ulang adalah pengukuran yang dilakukan berkali-kali


tanpa mengubah pengaturan alat ukur. Kualitas data ulangan lebih baik
daripada pengukuran satu kali jika pengukuran satu kali dan ulangan
dilakukan sebanyak mungkin sehingga semua data untuk setiap jenis
pengukuran diperoleh dengan cara yang sama. Jika pengukuran dilakukan
beberapa kali, hasil pengukuran dan ketidakpastiannya ditentukan
berdasarkan semua hasil pengukuran yang diperoleh, semuanya
mencerminkan contoh data yang diukur.

• Catatan Angka Penting


Angka penting adalah angka dari hasil suatu pengukuran. Angka
penting memiliki aturan-aturan, yaitu:
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting
2. Semua angka nol yang diapit diantara angka bukan nol adalah angka
penting
3. Semua angka nol yang diapit dibelakang angka bukan belakang angka
bukan nol yang terakhir, tetapi terletak di depan tanda desimal adalah
angka penting.
4. Pada bilangan desimal yang nialinya kurang dari satu, maka angka nol
yang terletak di depan angka bukan nol, bukan angka penting.
5. Bilangan puluhan, ratusan, ribuan serta seterusnya yang terdapat angka
nol harus ditulis dengan notasi ilmiah.
III. ALAT & BAHAN
1. Tabung Benang
2. Jangka Sorong
IV. HASIL DATA
Tabel 2.4.1 Pengukuran Diameter dan Jari-Jari Tabung Benang
Pengukuran Ke - Diameter tabung ( cm ) Jari jari tabung ( cm )
1 5,21 2,605
2 5,21 2,605
3 5,21 2,605
4 5,21 2,605
5 5,22 2,610
Tabel 2.4.2 Pengukuran Tinggi Tabung Benang

Pengukuran Ke - Tinggi Tabung Benang


1 1,455
2 1,455
3 1,65
4 1,655
5 1,60
Tabel 2.4.3 Pengukuran Hasil Kuadrat Jari – Jari Tabung Benang

Pengukuran Ke - Jari – Jari Tabung ( cm ) 𝑥 2𝑖


1 2,605 6,786
2 2,605 6,786
3 2,605 6,786
4 2,605 6,786
5 2,610 6,812
∑ 2,606 33.956
∑ 𝑥 2𝑖 = 6,791 N ∑ 𝑋12 = 169,78
Tabel 2.4.4 Pengukuran Hasil Kuadrat Tinggi Tabung Benang

Pengukuran Ke - Tinggi Tabung Benang 𝑥 2𝑖


1 1,455 2,117
2 1,455 2,117
3 1,655 2,739
4 1,660 2,755
5 1,660 2,755
∑ 1,577 12,483
∑ 𝑥 2𝑖 = 2,487 N ∑ 𝑋 2𝐼 = 62,415

Hasil perhitungan pengukuran mencari rata-rata, kuadrat rata-rata (∑ 𝑥 2𝑖 ),


rata – rata jari – jari yang di kuadratkan, dan hasil perkalian nilai N dengan
nilai kuadrat rata – rata (N ∑ 𝑋 2𝐼 ) :
a) X0 = X1 + X2 + X3 + X4 + X5

= 2,605 + 2,605 + 2,605 + 2,605 + 2,610


5
= 13,030 = 2,606 cm
5
b) ∑ 𝑥 2𝐼 = 2,6062 = 2,606 x 2,606 = 6,791 cm2
c) X12 = X12 + X22 + X32 + X42 + X52
= 6,786 + 6,786 + 6,786 + 6,786 + 6,812
= 33,956 cm2
d) N. X12 =
33,956 x 5
= 169,78 cm2

Hasil Pengukuran Ketidakpastian pengukuran berulang pada jari – jari


tabung benang.

Δ𝑥 = 1 √𝑁. ∑𝑋𝑖) − (∑𝑋𝑖)2

N N–1

= 1 √(5. 2,606) − (6,791)

5 5–1

= 1 √(13,030) − (6,791)

5 4
= 1 √6,239 = 1 . 2,497 = 0,449 ( 2,606 ± 0,449 )

5 4 5

= ( 2.606 + 0,449 ) = 3,055

= ( 2,606 – 0,449 ) = 2,157

KR = Δ 𝑋𝑋 x 100%

= 0,449 x 100%

2,606

= 0,172 x 100%

= 17,2 %

Hasil Pengukuran Ketidakpastian pengukuran berulang pada tinggi tabung


benang.

Δ𝑥 = 1 √𝑁. ∑𝑋𝑖) − (∑𝑋𝑖)2

N N–1

= 1 √(5. 1,577) − (2,487)

5 5–1

= 1 √(7,885) − (2,487)

5 4

= 1 √5,398 = 1 . 1,349 = 0,269 ( 1,577 ± 0,269 )

5 4 5

= ( 1,577 + 0,269 ) = 1,846

= ( 1,577 – 0,269 ) = 1,308

KR = Δ 𝑋𝑋 x 100%
= 0,269 x 100%

1,577

= 0,170 x 100%

= 17 %
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan oleh praktikan tentang
modul pengukuran dan ketidakpastian atau biasa disebut dengan nilai ralat.
dengan tujuan untuk menemukan pengukuran diameter, jari-jari, dan
volume tabung logam dan dapat memahami penggunaan angka penting
yang baik dan benar.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jangka
sorong dan tabung benang. Jangka sorong yaitu alat ukur yang ketelitiannya
mencapai seperatus milimeter. Pembacaan hasil pengukuran sangat
bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna. Jangka sorong memiliki
fungsi untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, ketebalan dan
kedalaman, namun kali ini masing – masing praktikan akan mengukur
diameter luar dan tinggi benda.
Percobaan praktikum dilakukan sebanyak lima kali percobaan
dimana setiap anggota kelompok sebanyak lima orang memiliki hasil
percobaan yang berbeda – beda. Dengan di dapatkan hasil yang berbeda
setiap praktikan, maka praktikan berdiskusi dengan anggota yang lain untuk
menentukan hasil percobaan yang real dan di sepakati bersama.
Cara mengukur diameter tabung benang menggunakan jangka
sorong. Pertama ambil jangka sorong kemudian putar bagian atas kunci atau
sekrup jangka sorong ke arah kiri, percobaan dilakukan agar mulut jangka
sorong dapat terbuka dan masuknya tabung benang ke dalam mulut jangka
sorong. Kedua, masukan tabung benang kedalam mulut jangka sorong dan
pastikan berada di tengah mulut jangka sorong, kemudian rapatkan serta
kunci bagian kunci atau sekrup jangka sorong agar tabung terkunci pada
jangka sorong. Dan dapat diliat hasilnya pada jangka sorong dengan
ketelirian centimeter dan milimeter.
Kemudian cara untuk mengukur tinggi tabung benang adalah sama
seperti yang dilakukan pada hal pertama tetapi hanya diubah posisinya
menjadi memanjang atau landscape. Jika sudah rapat dan terkunci oleh
jangka sorong kita dapat melihat hasilnya dengan ketelitian centimeter dan
milimeter.
Berikut adalah hasil dari percobaan yang sudah dilakukan praktikan dan
dihitung dengan rumus ketidakpastian atau nilai ralat.
Data Pertama, setelah melakukan percobaan praktikan mendapatkan
hasil diameter, jari-jari dan tinggi tabung sebagai berikut. Diameter tabung
sebesar 5,21cm, Jari – jari 2,605cm dan tinggi 1,455cm. hasil jari – jari dan
tinggi tabung kemudian di kuadratkan dan mendapatkan hasil, 6,786cm2 dan
tingginya 2,117cm2.
Data Kedua, setelah melakukan percobaan praktikan mendapatkan
hasil diameter, jari-jari dan tinggi tabung sebagai berikut. Diameter tabung
sebesar 5,21cm, Jari – jari 2,605cm dan tinggi 1,455cm. hasil jari – jari dan
tinggi tabung kemudian di kuadratkan dan mendapatkan hasil, 6,786cm2 dan
tingginya 2,117cm2.
Data Ketiga, setelah melakukan percobaan praktikan mendapatkan
hasil diameter, jari-jari dan tinggi tabung sebagai berikut. Diameter tabung
sebesar 5,21cm, Jari – jari 2,605cm dan tinggi 1,655cm. hasil jari – jari dan
tinggi tabung kemudian di kuadratkan dan mendapatkan hasil, 6,786cm2 dan
tingginya 2,739cm2.
Data Keempat, setelah melakukan percobaan praktikan
mendapatkan hasil diameter, jari-jari dan tinggi tabung sebagai berikut.
Diameter tabung sebesar 5,21cm, Jari – jari 2,605cm dan tinggi 1,660cm.
hasil jari – jari dan tinggi tabung kemudian di kuadratkan dan mendapatkan
hasil, 6,786cm2 dan tingginya 2,755cm2.
Data Kelima, setelah melakukan percobaan praktikan mendapatkan
hasil diameter, jari-jari dan tinggi tabung sebagai berikut. Diameter tabung
sebesar 5,220cm, Jari – jari 2,610cm dan tinggi 1,660cm. hasil jari – jari dan
tinggi tabung kemudian di kuadratkan dan mendapatkan hasil, 6,812cm2 dan
tingginya 2,755cm2.
Dari data diatas didapatkan rata-rata kelima jari – jari tersebut yaitu
2,606cm dan nilai kuadrat jari – jarinya 33,956cm2. Dan untuk data rata -
rata tinggi tabung tersebut adalah 1,577cm dengan nilai rata rata kuadratnya
yaitu 12,483cm2.
Dari data diatas yaitu diameter, jari – jari, dan tinggi tabung dapat
dilakukan perhitungan volume tabung dengan memasukan rumus tabung
dan mendapatkan hasil volume tabung sebesar 33,627cm3.
Diperoleh juga hasil ketidakpastian jari – jari tabung dan tinggi
yaitu, 2,606 kurang lebih 0,449 nilai ketidakpastian dan 1,577 kurang lebih
0,269 nilai ketidakpastian tinggi tabung.
VI. KESIMPULAN
1. Setiap melakukan pengukuran mendapatkan hasil yang berbeda karena
setiap praktikan berbeda-beda ketelitiannya.
2. Setiap melakukan pengukuran pasti mendapatkan nilai
ketidakpastiannya.
3. Jika tingkat ketelitian praktikan bagus, maka nilai ketidakpastiannya
mendekati nilai sempurna (mendekati)
4. Praktikan melakukan beberapa percobaan yang menghasilkan nilai
pengukuran yang berbeda – beda
VII. DAFTAR PUSTAKA
[1] Farizaldj, JURNAL FISIKA INTI - RALAT STATISTIK DARI
PENGUKURAN, Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta,
2019.
[2] Arkundato, Artoto dan Endhah Purwandari. Praktikum Fisika 2.
Edisi kedua. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2019.
[3] Prasetya, Eka Putra. “Modul 1: Pengukuran”. Universitas Islam
Indonesia. D.I Yogyakarta. 2018.
[4] Sari, Anna Permana dan dkk. Materi Pokok Pratikum IPA. Edisi
Pertama. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014.
[5] Paken Pandiangan, S.Si., M.Si., Modul 1 Ketidakpastian dan
Pengukuran, 2019
VIII. LAMPIRAN

Gambar 2.8.1 Hasil Nilai Saat Praktikum

Gambar 2.8.2 hasil perhitungan


Gambar 2.8.3 Hasil Perhitungan

Gambar 2.8.4 Alat dan Bahan Praktikum

Anda mungkin juga menyukai