Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRATIKUM FISIKA

PENGUKURAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : M. RHAYAN ALFAREZA


KELAS : XII MIPA 3
MAPEL : FISIKA

SMA NEGERI 1 TUAL


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum dengan materi “Pengukuran”.
Penulisan laporan ini adalah salah satu tugas dan praktikum untuk mata pelajaran Fisika di
SMA Negeri 1 Tual.
Dalam penulisan laporan praktikum ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan kemampuan yang saya miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
laporan ini.
Semoga laporan pratikum ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi saya sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
a. Latar belakang 4
b. Tujuan 4
BAB II LANDASAN TEORI 5
BAB III ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA ………………………………………… 7
a. Alat dan Bahan 7
b. Cara Kerja 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 8
a. Hasil pengamatan 8
BAB V PENUTUP 9
a. Kesimpulan 9
b. Saran 9
LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Fisika sebagai induk mekanika-mekanika fluida-hidrolik-alat berat memerlukan
pengukuran-pengukuran yang sangat teliti agar gejala yang dipelajari dapat dijelaskan
(dan bisa diramalkan) dengan akurat. Sebenarnya pengukuran tidak hanya mutlak
bagi fisika, tetapi juga bagi bidang-bidang ilmu lain termasuk aplikasi dari ilmu
tersebut. Dengan kata lain, tidak  ada teori, prinsip, maupun  hukum dalam ilmu
pengetahuan alam yang dapat diterima kecuali jika disertai denganhasil-
hasilpengukuranyangakurat.
Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besaran
dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan adalah pembanding
di dalam pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu  dengan sesuatu 
yang lain yang dianggap sebagai patokan.  Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor
utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang dapat diukur dengan sesuatu
yang dijadikan sebagai acuan. Sesuatu yang dapat diukur,kemudian hasilnya
dinyatakan dengan angka-angka, dinamakan besaran. Besaran Fisika dikelompokkan
menjadi Besaran Pokok dan Besaran Turunan. Besaran pokok adalah besaran yang
sudah ditetapkan terlebih dahulu dan merupakan besaran dasar. Sedangkan besaran
turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Panjang, massa, waktu,
suhu dan arus listrik merupakan contoh besaran pokok. Luas, volume, massa jenis,
kecepatan dan gaya merupakan contoh dari besaran turunan. Dalam Sistem
Internasional (SI) terdapat tujuh besaran pokok yang mempunyai satuan dan dua
besaran pokok yang tidak mempunyai satuan.

- Untuk mengetahui tingkat ketelitian masing-masing alat ukur panjang yaitu


penggaris, jangka sorong, dan mikrometer sekrup, dan cara penggunaan neraca
ohaus serta gelas ukur. Sehingga mengetahui alat ukur yang tepat untuk
melakukan pengukuran besaran suatu benda.
- Untuk mengetahui cara penggunaan alat- alat ukur dengan benar dan baik.

b. Tujuan
1. Menggunakan mistar dan meteran dengan benar
2. Mengenal skala skala yang ada pada mistar dan meteran
3. Membaca skala dengan benar

4
BAB II
LANDASAN TEORI

 
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah ditetapkan
sebagai standar pengukuran. Alat bantu dalam proses pengukuran disebut alat ukur. Alat ukur
dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak, misalnya alat ukur panjang (mistas, jangka
sorong, dan mikrometer sekrup), alat ukur massa, alat ukur waktu, dan alat ukur suhu, dll
(Sasmito, 2010).

Melakukan pengukuran dalam suatu besaran fisika, sangat dibuthkan dengan namanya
alat ukur, dengan adanya alat ukur dapat membantu kita mendapatkan data hasil pengukuran.
Faktor lain selain alat ukur untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu adanya faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi proses  pengukuran, antara lain benda yang diukur, proses dalam
pengukuran, kondisi suatu lingkungan dan orang yang melakukan pengukuran.
Alat-alat pengukuran tersebut antara lain

1 Mistar Mistar adalah alat ukur panjang yang paling sederhana dan memiliki 2 skala ukuran

yaitu skala utama dan skala terkecil. Skala utama pada mistar adalah sentimeter (cm) dan

satuan skala terkecil adalah milimeter (mm). Nilai skala terkecil mistar yaitu 1 mm. Mistar
memiliki ketelitian sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm .

Gambar Mistar

2 Jangka Sorong Jangka sorong adalah alat ukur untuk menghitung panjang, lebar, tinggi,
diameter luar dan dalam, serta kedalaman lubang suatu benda. Jangka sorong dapat mengukur

5
hingga ketilitian 0,1 mm. Skala utama terletak di batang di  batang jangka sorong,

sedangkan pada rahang sorong diberi skala sebanyak 10  bagian dengan panjang 9 mm maka
disebut skala nonius

A. BAGIAN-BAGIAN JANGKA SORONG

Bagian-bagian Jangka Sorong

. Gambar Jangka Sorong ).

3 Mikrometer Mikrometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang, tebal
maupun diameter luar benda yang berukuran kecil. Mikrometer sekrup empunyai ketelitian 0,01 mm
sehingga cocok untuk mengukur ketebalan kertas.

6
bagian-bagian Mikrometer Sekrup

BAB 111

ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA

a. Alat dan Bahan


- Mistar
- Meteran
- Jangka sorong
- Micrometer sekrup
- Kartu joker
- HP
- Cincin
- Koin

b. Cara Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ukur panjang dan lebar kartu dengan menggunakan mistar
3. Masukan hasil pengukuran ke dalam tabel
4. Ukur panjang dan lebar kesing hp dengan menggunakan mistar
5. Masukan hasil pengukuran ke dalam tabel
6. Ukur panjang dan lebar buku dengan menggunakan mistar
7. Masukan hasil pengukuran ke dalam table
8. Ulangi langka 2,4, dan 6 dengan menggunakan meteran
9. Masukan hasil pengukuran masing-masing ke dalam tabel

7
10. Ukurlah diameter Iuar cincin dengan menggunakan jangka sorong dan
mikrometer
11. Masukkan hasil pengukuran ke dalam tabel
12. Ukurlah diameter dalam cincin dengan menggunakan jangka sorong dan
mikrometer
13. Masukkan hasil pengukuran ke dalam tabel
14. Ukurlah diameter koin dengan menggunakan jangka sorong dan
mikrometer
15. Masukkan hasil pengukuran ke dalam tabel
16. Ukurlah tebal cincin, hp, kartu joker, daun menggunakan jangka sorong dan
micrometer
17. Masukkan hasil pengukuran ke dalam tabel

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil pengamatan

Table hasil pengukuran menggunakan mistar dan meteran


Alat ukur Kartu Casing HP Buku

p l A p l A p l A

Mistar 8,5 6,5 55,25 16 7,5 120 21,1 16,1 339,71

Meteran 8,5 6,5 16 7,5 21,1 16,1

Keterangan:

p= Panjang (cm)

l= lebar (cm)

A= Luas (cm²)

Table hasil pengukuran dengan jangka sorong

Alat ukur Cincin Koin Kartu Hp Daun

D L tebal Diamete tebal Tebal (mm)


r

Jangka sorong 19,3 22,0 2,8 25,0 2,2 13,4 8,8 0,2
3 mm mm
mm

Mikrometer 22,48 2,18 28,17 2,05 18,35 10,19 1,15


mm mm

Keterangan:

D= diameter Dalam

L= diameter Luar

PEMBAHASAN

-Pada saat menngunakan penggaris dan mistar untuk mengukur kesing hp diperoleh
Panjang =16 cm
Lebar =7,5 cm
Maka kita dapat menghitung luasnya
L=PxL

9
= 16 X 7,5
= 120 CM

10
BAB V
PENUTUP

a. Kesimpulan
Kita bisa mengukur suatu benda dengan menggunakan neraca ohaus, gelas ukur,
penggaris, micrometer sekrup, jangka sorong, dan masih banyak lagi. Tetapi
hasilnya berbeda-beda. Hal itu diantaranya mungkin dikarenakan alatnya sedikit
error, waktunya sempit (sehingga terburu-buru), kurangnya kerjasama, banyaknya
perbedaan pendapat, serta yang paling jelas itu dikarenakan setiap alat pengukuran
memiliki ketelitian yang berbeda-beda. Misalnya micrometer sekrup (0,01 mm),
jangka sorong (0,01 cm), penggaris (1 mm), neraca ohauss (0.1 gr), dll. Walaupun
hasil yang ditampilkan ada sedikit perbedaan, yang penting kita telah mengukur dan
menghitung dengan semaksimal mungkin teliti.

b. Saran
1. Kita harus lebih teliti lagi dalam mengukur objek dan menghitung data-data yang
didapat dari pengukuran tadi.
2. Jangan lupa untuk mengecek ulang data yang telah didapatkan, apakah sudah
benar atau tidak.
3. Praktikan lebik teliti dalam membaca hasil pengukuran.
4. Mengoptimalkan kerjasama yang terjalin antara anggota kelompok.
5. Co. Asst membimbing praktikan dengan lebih baik lagi agar praktikan
memperoleh hasil pengamatan yang lebih akurat.

11

Anda mungkin juga menyukai