Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN I

TENTANG ALAT UKUR MEKANIK

DI SUSUN OLEH :

NAMA : HASRI KUSUMA WARDI

NIM : 2019C1A009

CO. ASISTEN : NURY HARDIANTI

PROGRAM STUDI TEKONOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum dengan
materi “alat ukur mekanik”. Penulisan laporan ini adalah salah satu tugas dan
praktikum untuk mata kuliah Fisika Dasar di Universitas Muhammadiyah
Mataram.

Dalam penulisan laporan praktikum ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini, khususnya kepada asisten praktikum, yang telah memberikan
pengarahan dan dorongan dalam laporan ini.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran


bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi ka sehingga tujuan
yangdiharapkan dapat tercapai. Sekian.

Mataram, Desember 2019

Penulis
I. Tujuan Praktikum
A. Mengenal cara kerja alat ukur mekanik yaitu jangka sorong dan
micrometer sekrup
B. Memahami dasar pengukuran dan kesalahan pengukuran

II. Landasan Teori


Pengukuran besaran panjang yang kurang dari 1 mm dapat
dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Jangka sorong sanggup
mengukur panjang hingga ketelitian 0,1 mm. Jangka sorong terbaru
bahkan mampu mengukur dengan ketelitian kurang dari 0,1 mm.

Secara umum, jangka sorong memiliki dua jenis skala. Skala ini
disebut skala tetap. Skala kedua tertera pada rahang yang bergerak. Skala
pada rahang yang bergerak disebut skala nonius atau skala vernier.

Jangka sorong mempunyai dua fungsi pengukuran, yaitu:


 Mengukur panjang sisi luar suatu benda; seperti diameter kawat atau
tebal pelat logam.
 Mengukur panjang sisi dalam suatu benda; seperti diameter rongga
pipa atau diameter suatu lubang.
Pengukuran panjang sisi luar suatu benda dapat dilakukan dengan
menjepit benda yang ingin diukur dengan menggunakan rahang jangka
sorong yang besar. Sebaliknya, pengukuran panjang sisi dalam suatu
benda dapat dilakukan dengan menarik benda yang ingin diukur dengan
menggunakan rahang jangka sorong yang kecil.
Hasil pengukuran dapat diketahui dengan menggabungkan
pembacaan skala tetap dan skala nonius. Caranya adalah sebagai berikut:

 Tentukan pembacaan skala tetap yang sejajar dengan angka nol


pada skala nonius. Jika tidak tepat sejajar, gunakan pembacaan
skala terdekat yang lebih kecil. Misalkan, pembacaan skala tetap
yang sejajar dengan angka nol pada skala nonius berada di antara
2,4 dan 2,5. Besarnya pengukuran yang digunakan adalah 2,4 cm.
 Cari garis pada skala nonius yang tepat berimpit dengan salah satu
garis pada skala tetap. Pada gambar di samping, garis lima pada
skala nonius tepat berhimpit dengan salah satu garis pada skala
tetap. Besarnya pengukuran yang diperoleh adalah lima kali skala
nonius.
(5 x 0,1 mm = 0,5 mm).
 Jumlahkan kedua hasil pengukuran. Kita peroleh panjang benda
yang dimaksud adalah
2,4 cm + 0,5 mm = 2,45 cm
(Mikrajuddin. 2006. Hal 44-45)

Untuk mengukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian


0,01 mm atau 0,001 cm digunakan mikrometer sekrup. Bagian utama
mikrometer sekrup adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder
pemutar yang disebut bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-
garis skala yang membagi 50 bagian yang sama. Jika bidal digerakkan satu
putaran penuh, maka poros akan maju (atau mundur) 0,5 mm. Karena
silinder pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya, maka kalau silinder
pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser sebesar 0,5 mm/50 = 0,01
mm atau 0,001 cm.
Pada saat mengukur panjang benda dengan mikrometer sekrup,
bidal diputar sehingga benda dapat diletakkan di antara landasan dan poros.
Ketika poros hampir menyentuh benda, pemutaran dilakukan dengan
menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan benda. Jika poros
sampai menekan benda, pengukuran menjadi tidak teliti.
(Ruwanto, Bambang. 2006. Hal 13)
Pengukur adalah suatu teknik dalam meningkatkan suatu bilangan
pada suatu sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran
standar. Biasa dilakukan di Laboratorium disederhanakan berupa
pengukuran jarak. Dengan suatu pengukuran harus berhati-hati agar hanya
menghasilkan gangguan seminimal mungkin terhadap system yang
diamati. Selain itu juga dapat diamati. Selain itu juga dapat diamati dengan
kesalahan eksperimental karena kesemputraan yang tidak terelakan dalam
alat ukur atau karena batasan yang ada, yang terdapat didalam alat indera
(Alonso, 2002 : 24)
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Bebereapa
penyebab ketidak pastian adalah adanya nilai skala terkecil (NST).
Kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan,
kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan alat lingkungan
yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat sehingga sangat
sulit mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.
Dalam fisika pengukuran merupakan suatu yang sangat vital. Suatu
pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran (Gunada,
2014 : 5)
Pengukuran yang sangat teliti sangat dibutuhkan dalam fisika agar
peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat, namun ketika
kita mengukur suatu besaran fisis menggunakan instrument, tidaklah
mungkin akan mendapatkan nilai benar xo melainkan selalu terdapat
ketidakpastian. Pengukuran dilakukan dengan alat yang pasti memiliki
nilai skala terkecil (NST). Untuk mencapat suatu tujuan tertentu didalam
fisika adalah melakukan pengamatn yang disertai dengan pengukuran.
Pengamatan suatu gejala secara umum tidak lengkap apabila tidak ada data
didapatkan dari hasil pengamatan. Kenyataannya dalam kehidupan sehari-
hari, kita sering melakukan pengukuran suatu besaran menggunakan alat
ukur yang sudah di tentukan, karena pengukuran sebenarnya adalah proses
pembandingan nilai besaran yang belum diketahui dengan nilai standar
(Bahtiar, 2010 : 12)
Pada alat ukur micrometer, benda diuji diletakan diantara batang
pengukur kemudian batang pengukur diletakan ke benda uji dengan
memutarr sketup, bila sektup pemutar tidak dapat di putar lagi, maka nilai
pengukuran dapat dibaca. Pembacaan penuh dan 0,5 mm ini harus
ditambahkan pada seperatusan millimeter (Hikam, 2005 : 42)

III. Alat dan Bahan


1. Alat-alat praktikum :
a. Sepasang micrometer sektup
b. Sepasang jangka sorong
2. Bahan-bahan praktikum :
a. 1 buah gelas minuman plastic
b. 1 buah uang logam
c. 1 lembar kertas A4

IV. Prosedur Percobaan


A. Jangka sorong
1. Mengukur diameter dari 1 buah gelas minuman plastik, 1 keping
uang 500 Rupiah dan mencatat hasil pengukurannya.
2. Menghitung rata-rata diameter 1 buah gelas plastic dan 1 keping
uang logam 500 Rupiah tersebut.
3. Menghitung selisih nilai data dan nila rata-rata yang diperoleh
kemudian menulis hasilnya dalam bentuk tabel.
4. Menulis hasil pengukuran
B. Micrometer sekrup
1. Mengukur ketebalan gelas minuman plastik, 1 keping uang logam
500 Rupiah dan kertas A4 sebanyak 3 kali dan menulis hasilnya
dalam bentuk tabel.
2. Menghitung rata-rata ketebalan bibir gelas minuman plastic 1 keping
uang 500 rupiah dan kertas A4
3. Menghitung selisih nilai data dengan nilai rata-rata yang diperoleh
kemudian menulis hasilnya dalam bentuk table
4. Menulis hasil pengukuran
V. Data Hasil Percobaan dan Pengolahan Data
1. Jangka Sorong
Mengukur diameter gelas plastik minuman dan sebuah keeping uang
logam Rp. 500

No Diameter gelas plastik (cm) Diameter uang logam (cm)


1 4,1 2,5
2 4,1 2,5
3 4,1 2,5
Jumla 12,3 7,5
h
Diamater gelas plastik :
n 12,3
1. ∑ n= = =4,1 cm
x 3
n 12,3
2. ∑ n= = =4,1 cm
x 3
n 12,3
3. ∑ n= = =4,1 cm
x 3
Diameter uang logam :

n 7,5
1. ∑ n= = =2,5 cm
x 3
n 7,5
2. ∑ n= = =2,5 cm
x 3
n 7,5
3. ∑ n= = =2,5 cm
x 3

Analisis data diameter gelas plastik :

1. d⃗ = ⃗d −d
= 4,1 – 12,3
= −8,2 cm
2. d⃗ = ⃗d −d
= 4,1 – 12,3
= −8,2 cm
3. d⃗ = ⃗d −d
= 4,1 – 12,3
= −8,2 cm
Analisis data diameter uang logam :
1. d⃗ = ⃗d −d
= 2,5 – 7,5
= −5 cm
2. d⃗ = ⃗d −d
= 2,5 – 7,5
= −5 cm
3. d⃗ = ⃗d −d
= 2,5 – 7,5
= −5 cm

2. Mengukur ketebalan bibir gelas plastik minuman dan 1 buah uang logam
Rp. 500
No Diameter gelas plastik (mm) Diameter uang logam (mm)
1 0,42 0,2
2 0,42 0,2
3 0,42 0,2
Jumla 1,26 0,6
h
Analisis diameter gelas plastik minuman :
1. d⃗ = ⃗d −d
= 0,42 – 1,26
= −0,84 mm
2. d⃗ = ⃗d −d
= 0,42 – 1.26
= −0,84 mm
3. d⃗ = ⃗d −d
= 0,42 – 1,26
= −0,84 mm
Analisis diameter uang logam :
1. d⃗ = ⃗d −d
= 0,2 – 0,6
= −0,4 mm
2. d⃗ = ⃗d −d
= 0.2 – 0,6
= −0,4 mm
3. d⃗ = ⃗d −d
= 0,2 – 0,6
= −0,4 mm
Analisis data diameter gelas plastik minuman :
n

1. SD=
√ ∑ ❑( X j− X )2
j−1

n
n ( n−1 )

=
√ ∑ ❑(X 1− X 2−X 3 )2
j−1
n (n−1)
(0,42−0,42−0,42)2
=
√ 2
3(3−1)


= (−0,42)
6

=
√ −0,84
6
=√ −0,49
= −0,49 mm
n


2. SD= ∑ ❑( X j− X )2
j−1

n
n ( n−1 )

=
√ ∑ ❑(X 1− X 2−X 3 )2
j−1
n (n−1)

(0,42−0,42−0,42)2
=
√ 2
3(3−1)


= (−0,42)
6

=
√ −0,84
6
=√ −0,49
= −0,49 mm
n


3. SD= ∑ ❑( X j− X )2
j−1

n
n ( n−1 )

=
√ ∑ ❑(X 1− X 2−X 3 )2
j−1
n (n−1)

(0,42−0,42−0,42)2
=
√ 2
3(3−1)


= (−0,42)
6
=
√ −0,84
6
=√ −0,49
= −0,49 mm

Analisis data diameter uang logam :

1. SD=
√ ∑ ❑( X j− X )2
j−1

n
n ( n−1 )

=
√ ∑ ❑(X 1− X 2−X 3 )2
j−1
n (n−1)

(0,2−0,2−0,2)2
=
√ 2
3(3−1)


= (−0,2)
6

=
√ −0,4
6
=√ −0,23
= −0,23 mm
n

2. SD=
√ ∑ ❑( X j− X )2
j−1

n
n ( n−1 )

=
√ ∑ ❑(X 1− X 2−X 3 )2
j−1
n (n−1)

(0,2−0,2−0,2)2
=
√ 2
3(3−1)


= (−0,2)
6

=
√ −0,4
6
=√ −0,23
= −0,23 mm
n

3. SD=
√ ∑ ❑( X j− X )2
j−1

n
n ( n−1 )

=
√ ∑ ❑(X 1− X 2−X 3 )2
j−1
n (n−1)

(0,2−0,2−0,2)2
=
√ 3(3−1)
2


= (−0,2)
6

=
√ −0,4
6
=√ −0,23
= −0,23 mm

Analisis hasil pengukuran diameter gelas plastik minuman :

Hasil pengukuran= rata-rata ± ketidakpastian

1. Percobaan pertama
Hasil pengukuran = 4,1 ± (0,49)
= 4,1 − (0,49)
2. Percobaan kedua
Hasil pengukuran = 4,1 ± (0,49)
= 4,1 − (0,49)
3. Percobaan ketiga
Hasil pengukuran = 4,1 ± (0,49)
= 4,1 − (0,49)

Analisis hasil pengukuran uang logam :

1. Percobaan pertama
Hasil pengukuran = 2,5 ± (0,,23)
= 2,5 − (0,23)
2. Percobaan kedua
Hasil pengukuran = 2,5 ± (0,23)
= 2,5 − (0,23)
3. Percobaan ketiga
Hasil pengukuran = 2,5 ± (0,23)
= 2,5 − (0,23)

VI. Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk memahami cara menggunakan alat
ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup dengan benar dan mengetahui
ketelitian jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Pengukuran dilakukan
pada gelas plastik minuman dan uang logam sebanyak 3 kali. Selain itu
praktikum ini dilakukan untuk memahami cara melaporkan hasil
pengukuran yang benar.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan
yang dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan
sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus
melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan
dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat
diprediksi dengan kuat.
Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur, dan setiap alat ukur
memiliki nilai skala terkecil (nst). Setiap alat ukur memiliki skala berupa
panjang atau busur atau angka digital. Pada skala terdapat goresan dan
goresan kecil sebagai pembagi, dibubuhi nilai tertentu. Keadaan menjadi
lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir objek yang diukur tidak tajam.
Nilai skala sesuai dengan jarak terkecil itu disebut nst alat ukur tersebut.
Beberapa alat ukur panjang yang sering digunakan dalam
praktikum adalah jangka sorong dan mikrometer skrup. Masing masing
alat ukur panjang memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga cara
untuk membaca hasil yang terukur.
Dari percobaan yang telah dilakukan ,diketahui bahwa masing
masing alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda. Seperti
mikrometer sekrup yang memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tingkat ketelitian pada jangka sorong.
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur
panjang, diameter maupun kedalaman suatu benda. Jangka sorong yang
digunakan kali ini memiliki ketelitian 0,05 mm. Cara membaca jangka
sorong serta cara penggunaannya adalah:
1. Memeriksa kedudukan nol dengan menutup rapat rahang jangka
sorong dan melihat posisi angka nol pada skala utama dan skala
nonius.
2. Merapatkan rahang luar jangka sorong. Skala dapat dikunci dengan
memutar pengunci sampai kencang.
3. Membaca angka yang tertera pada skala utama dan nonius yang
berimpit dengan skala utamanya.

Untuk mengukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian


0,01 mm atau 0,001 cm digunakan mikrometer sekrup. Bagian utama
mikrometer sekrup adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada
silinder pemutar yang disebut bidal. Pada ujung silinder pemutar ini
terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang sama. Jika bidal
digerakkan satu putaran penuh, maka poros akan maju (atau mundur) 0,5
mm. Karena silinder pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya, maka
kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser sebesar
0,5 mm/50 = 0,01 mm atau 0,001 cm.

Cara membaca mikrometer sekrup:


1. Membaca skala utama yang berhimpit dengan tepi selubung luar.
2. Membaca garis skala nonius yang berimpit dengan garis skala utama
kemudian dikalikan dengan batas ketelitian yaitu 0,01 mm

Cara menggunakan mikrometer sekrup:

1. Meletakkan benda pada rahang mikrometer sekrup


2. Menggeser rahang dengan cara memutar bidal hingga berbunyi klik.
3. Membaca skala pada skala utama dan noniusnya.

Cara melaporkan hasil pengukuran yang benar dapat dilaporkan sebagai

( x 0± Δx) dengan x 0 adalah nilai benar dan Δx adalah


ketidakpastiannya.

Dalam pengukuran selalu ada kesalahan, baik yang disebabkan


oleh pengamat maupun alat ukur. Kesalahan (error) adalah penyimpangan
nilai yang diukur dari nilai benar, ada 4 macam:

1. Keteledoran yang disebabkan pengamat.


2. Kesalahan acak disebabkan adanya fluktuasi harus pada kondisi
pengukuran.
3. Kesalahan sistematis menyebabkan kumpulan acak bacaan hasil.

Selain itu, kesalahan dapat terjadi karena kondisi alat dan kesalahan titik
nol.

VII. Kesimpulan
Jangka sorong dan mikrometer sekrup dapat digunakan untuk
mengukur panjang sisi kubus. Dari kegiatan praktikum pengukuran
panjang, dapat disimpulkan:
1. Penggunaan jangka sorong yang benar yaitu meletakkan benda
diantara rahang. Kemudian menggeser rahang geser sampai benda
benar-benar terjepit kemudian kunci rahang geser tersebut, selanjutnya
membaca skala utama dan skala nonius yang berhimpit dengan skala
utama.
2. Penggunaan mikrometer sekrup yang benar yaitu meletakkan benda
diantara rahang. Kemudian memutar poros geser hingga terdengar
bunyi klik kemudian membaca skala utama yang terlihat dan skala
nonius yang berhimpit dengan garis skala utama dengan benar.

Hasil pengukuran harus dilaporkan dengan benar. Cara penulisan


pelaporan adalah:

x=( x 0 ±Δx )
x : Besaran yang dicari
x0 : Nilai yang dihasilkan dari pengukuran (nilai benar)
Δx : Ketidakpastian

DAFTAR PUSTAKA

Mikrajuddin. 2006. IPA TERPADU SMP dan MTs untuk Kelas VII Semester 1.
Jakarta: Esis.

Ruwanto, Bambang. 2006. Asas-Asas Fisika. Jakarta: Yudhistira.

Alonso, Kone. 2002. Fisika Dasar Universitas Mataram : Duta Pustaka Ilmu

Bahtiar. 2010. Fisika Dasar I, Jakarata : Erlangga

Hikam, Suatarna. 2005. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai