Anda di halaman 1dari 10

ESSAY FISIKA UMUM

BESARAN DAN PENGUKURAN

DOSEN PENGAMPU:
Irham Ramadhani, S.Pd., M.Pd.
Drs. Juniar Hutahean, M.Si;

DISUSUN OLEH:
NAMA :HANNA SURYANI SIMANJUNTAK
KELAS :PSPM 22 C
NIM :4223111027

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
Pembelajaran Besaran dan Pengukuran Efektif dengan Materi
yang Valid dan Bahan Ajar yang Memadai

Besaran fisika adalah sifat benda atau gejala alam yang dapat diukur. Panjang, massa, lama waktu
pertandingan bola, suhu udara, kekerasan benda, kecepatan mobil, terang cahaya, energi yang tersimpan
dalam bensin, arus listrik yang mengalir dalam kabel, tegangan listrik PLN, daya listrik lampu ruangan, dan
massa jenis air adalah contoh sifat-sifat benda yang dapat dikur. Maka semuanya merupakan besaran fisika.

Jika didaftar, jumlah besaran fisika yang ada saat ini sangat banyak. Namun, dari besaran yang
banyak tersebut, ternyata satu besaran dapat diperoleh dari besaran-besaran fisika yang lainya. Contohnya,
besaran massa jenis dapat diperoleh dari besaran massa dan volum. Massa jenis adalah hasil bagi massa
dengan volum. Besaran gaya dapat diperoleh dari besaran massa dan percepatan, di mana gaya adalah hasil
perkalian massa dan percepatan. Besaran volum dapat diperoleh dari pengukuran tiga besaran panjang
(panjang, lebar, dan tinggi).

Karena adanya hubungan antar besaran-besaran tersebut, tentulah ada sekelompok besaran fisika
saja yang lebih mendasar dan semua besaran fisika lainnya (yang sangat banyak tersebut) dapat diturunkan
dari besaran dalam kelompok tersebut. Kelompok besaran yang mendasar inilah yang harus ditentukan.
Kelompok besaran ini selanjutknya dinamakan besaran pokok.

Besaran Pokok ada tujuh yaitu Panjang untuk mengukur panjang benda, Massa untuk mengukur
massa atau kandungan materi benda, Waktu untuk mengukur selang waktu dua peristiwa atau kejadian,
Kuat Arus Listrik untuk mengukur arus listrik atau aliran muatan listrik dari satu tempat ke tempat lain,
Suhu untuk mengukur seberapa panas suatu benda, Intensitas Cahaya untuk mengukur seberapa terang
cahaya yang jatuh pada benda, dan Jumlah zat untuk mengukur jumlah partikel yang terkandung dalam
benda.

Mengapa besaran pokok hanya tujuh? Mengapa besaran-besaran tersebut ditetapkan menjadi
besaran pokok? Penetapan ini didasarkan atas diskusi dan perdebatan yang lama antar ahli fisika terkenal di
seluruh dunia. Beberapa alasan pemilihan tersebut di antaranya yaitu Tujuh besaran tersebut merupakan
jumlah paling sedikit yang masih memungkinkan besaran-besaran lain dapat diturunkan. Jika kurang dari
tujuh maka ada besaran lain yang tidak dapat diperoleh dari besaran pokok. Tujuh besaran tersebut juga
dapat diukur dengan ketelitian sangat tinggi. Karena besaran pokok akan menurunkan besaran lain maka
besaran-besaran tersebut harus dapat ditentukan dengan sangat teliti. Besaran massa, pajang, dan waktu
telah memiliki sejarah penggunaan yang sangat lama dalam mekanika. Maka dalam penentuan besaran
pokok, ketiga besaran tersebut dimasukkan.

Semua besaran fisika selain tujuh besaran dinamakan besaran turunan. Semua besaran turunan
merupakan kombinasi dari besaran-besaran pokok. Karena jumlah besaran fisika sangat banyak maka boleh
dikatakan bahwa hampir semua besaran fisika merupakan besaran turunan. Besaran pokok hanyalah
himpunan yang sangat kecil daripada himpunan besar besaran fisika.

Beberapa contoh besaran turunan yang sudah sering kita dengar atau kita gunakan adalah luas
(kombinasi dua buah besaran pokok panjang), massa jenis (kombinasi besaran pokok massa dan besaran
turunan volum) sedangkan besaran turunan volum merupakan kombinasi tiga besaran pokok panjang, dan
kecepatan merupakan kombinasi besaran pokok panjang dan besaran pokok waktu.

Simbol fisika biasanya diambil dari kata serapan bahasa Inggris. Contohnya besaran panjang
dengan simbol l dari kata length yang artinya panjang, besaran waktu dengan simbol t dari kata time yang
artinya waktu, besaran suhu dengan simbol T dari kata temperature.

1
Pengukuran adalah pekerjaan yang sangat penting untuk mengetahui data secara pasti. Dalam
fisika, pengukuran memegang peranan yang teramat penting. Pengukuran adalah kunci kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Teori apa pun yang dikembangkan dalam fisika maupun bidang ilmu lain harus
dapat dibuktikan dengan pengukuran. Jika teori tidak sesuai dengan hasil pengukuran maka teori tersebut
ditolak.

Satuan pengukuran (unit of measurement) yang diakui seluruh dunia memiliki standar tertentu dan
sudah ditetapkan melalui kesepakatan internasional sehingga dapat digunakan sebagai pembanding dalam
pengukuran dan bersifat tetap dimanapun kita berada.

Hasil pengukuran tanpa satuan hanya membingungkan orang. Hasil pengukuran yang disertai
satuan akan ditafsirkan sama oleh siapa pun dan di mana pun. Jika kalian melakukan pengukuran besaran
fisika, kalian wajib menyertakan satuan yang sesuai. Ketika kaidah ilmiah belum dibangun, masyarakat
sebenarnya telah melakukan pengukuran. Namun satuan pengukuran yang mereka gunakan umumnya tidak
baku. Mereka menggunakan satuan jengkal, hasta, depa, yang bisa berbeda antara satu orang dengan orang
lainnya. Panjang benda yang kalian ukur dengan jengkal tentu memberikan nilai yang berbeda jika diukur
dengan jengkal guru. Untuk meja yang sama, mungkin kalian mendapatkan 10 jengkal, sedangkan guru
hanya mendapatkan 8 jengkal. Hasil pengukuran dengan besaran tidak baku tidak dapat digunakan untuk
komunikasi antar peneliti, tidak dapat digunakan dalam penelitian ilmiah, dan tidak dapat digunakan dalam
pembangunan industri.

Nilai pengukuran akan berguna jika dilakukan dalam satuan baku. Satuan baku adalah satuan yang
diterima secara umum dan terdefinisi dengan pasti nilainya. Contoh satuan baku untuk pengukuran panjang
adalah meter, sentimeter, millimeter, kilometer, kaki, inci, mil, dan sebagainya. Semua orang di dunia
memiliki penafsiran yang sama tentang panjang satu meter, satu millimeter, satu inci, satu kaki, dan
sebagainya. Apabila dilaporkan panjang benda adalah 1,4 meter maka semua orang akan memiliki
kesimpulan yang sama.

Untuk menyeragamkan penggunaan satuan di seluruh dunia, pada Konferensi Umum Berat dan
Pengukuran ke-14 tahun 1971 ditetapkan satuan internasional untuk tujuh besaran pokok. Satuan tersebut
selanjutnya dinamakan satuan SI (Le Systeme Internationale). Satuan SI untuk tujuh besaran pokok tampak
pada Tabel 1.2. Cabang fisika yang paling awal berkembang adalah mekanika. Di dalam mekanika, besaran
fisika yang digunakan hanayalah panjang, massa, dan waktu. Satuan SI untuk ketiga besaran terebut adalah
meter, kilogram, dan sekon. Kelompok tiga satuan ini diberi nama khusus yaiu satuan MKS (M = meter, K
= kilogram, dan S = second).

Satuan lain yang digunanakan untuk tiga besaran dalam mekanika adalah centimeter untuk
panjang, gram untuk massa, dan second untuk waktu. Ketiga satuan tersebut juga diberi naka khusus yaitu
satuan CGS (C = centimeter, G = gram, dan S = second). Kaitan antara satuan MKS dan CGS sangat
mudah, yaitu 1 meter = 100 centimeter dan 1 kilogram = 1 000 gram.

Setelah para ahli menetapkan satuan SI untuk besaran-besaran pokok, yang harus dilakukan
selanjutnya adalah menentukan nilai untuk tiap satuan tersebut. Berapa nilai satu kilogram tersebut? Berapa
panjangkah satu meter? Berapa lamakah satu sekon? Penetapan ini pun ditentukan dalam Konferensi
Umum Berat dan Ukuran para ahli seluruh dunia.

Satuan Panjang, Mula-mula satu meter didefinisikan berdasarkan keliling bumi. Ditetapkan bahwa
keliling garis bujur bumi yang melalui kota Paris, Prancis ditetapkan memiliki panjang 40.000.000 m. Jadi
panjang satu meter sama dengan 1/40.000.000 keliling garis bujur bumi yang melalui kota Paris. Definisi
ini menjadi tidak memadai ketika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut pengukuran
yang makin akurat. Tidak mungkin pengukuran yang akurat diperoleh dari satuan standar yang tidak
akurat. Pada akhir abad ke-19, panjang satu meter didefinisikan ulang. Panjang satu meter ditetapkan sama
dengan jarak dua goresan pada batang campuran logam platina dan iridium yang tersimpan di International

2
Bureau of Weight and Measures di kota Sevres, Prancis Logam tersebut disimpan pada kondisi yang
dikontrol secara ketat utuk menghindari perubahan dimensi akibat perubahan kondisi lingkungan seperti
suhu, kelembaban udara, tekanan udara, intensitas cahaya, reaksi kimia, dan sebagainya.

Dalam setiap pengukuran diperlukan alat ukuran yang sesuai. Pengukuran besaran panjang
memerlukan alat ukur panjang, pengukuran besaran massa memerlukan alat ukur massa, dan sebagainya.
Macam alat ukur panjang contohnya adalah mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dan mikroskop.
Alat-alat tersebut memberikan ketelitian pengukuran yang berbeda. Yang paling teliti adalah mikrometer
sekrup, kemudian diikuti jangka sorong, dan yang kurang teliti adalah mistar.

Cara mengukur dengan mistar atau meteran sangat sederhana yaitu: tempatkan satu ujung mistar
tepat sejajar dengan salah satu ujung benda yang akan diukur; Baca skala pada mistar yang berimpitan
dengan ujung kedua benda. Skala tersebut mengungkapkan panjang benda yang diukur. Mistar yang sering
kita pakai memiliki skala terkecil 1 mm.

Alat ukur panjang yang lebih teliti adalah jangka sorong. Jangka sorong dapat mengukur hingga
ketelitin 0,1 mm. Bahkan, jangka sorong terbaru dapat mengukur hingga ketelitian 0,02 mm. Cara
penggunaan jangka sorong ada yang mudah dan ada yang agak sulit. Jangka sorong jenis lama, memiliki
skala goresan pada bagian yang digeser. Skala ini sering disebut skala nonius atau vernier. Ketika
menentukan panjang benda maka dua skala yang harus dibaca sekaligus. Jangka sorong terbaru, yaitu
jangka sorong digital sangat mudah penggunaanya. Panjang benda langsung tertera pada layar.

Hasil pengukuran panjang yang lebih teliti lagi dapat diperoleh dengan menggunakan mikrometer.
Mikrometer sekrup dapat mengukur hingga ketelitian 0,01 mm. Namun, jangkauan panjang pengukuran
yang dapat dilakukan sangat terbatas. Beberepa mikrometer hanya mampu mengukur hingga panjang
maksimum sekitar 1 inci. Hasil pengukuran dapat diperoleh dengan membaca dua skala yang ada pada
batang mikrometer atau bisa juga dibaca dari jarum penunjuk atau angka digital pada display.

Mikroskop adalah alat untuk menghasilkan bayangan yang ukurannya jauh lebih besar daripada
benda. Ukuran bayangan yang dihasilkan bisa beberapa kali hingga jutaan kali ukuran benda aslinya.
Dengan mikroskop maka benda yang sangat kecil menjadi terlihat lebih besar dan benda yang tidak tampak
menjadi tampak jelas. Berapa kali mikroskop memperbesar bayangan tergantung pada jenis mikroskop
yang digunakan. Mikroskop optik bisa memperbesar bayangan hingga ratusan kali sedangkan mikroskop
elektron dapat memperbesar bayangan hingga jutaan kali.

Satuan Massa, Masa standar satu kilogram adalah massa silinder logam yang terbuat dari
campuran logam platina dan iridium. Massa standar ini disimpan dalam kondisi yang dikontrol secara ketat
di International Bureau of Weights and Measures di kota Sevres, Prancis. Sejak awal penetapan hingga saat
ini, definisi massa standar tidak pernah berubah. Beberapa negara membuat duplikat massa standar tersebut
dan menyimpannya di lembaga pengukuran masing-masing.

Besaran massa diukur menggunakan neraca atau timbangan.Neraca dibedakan menjadi beberapa
jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohauss, neraca lengan gantung, dan neraca digital. Neraca
sering digunakan di pasar, supermarket, posyandu atau puskesmas.

Satuan Waktu Pada Konferensi Umum tentang Berat dan Pengukuran ke-13 tahun 1967 telah
ditetapkan bahwa standar waktu satu detik didasarkan pada frekuensi gelombang yang dipancarkan atom.
Atom Cesium dengan nomor atom 133 (Cesium-133) dipilih sebagai atom standar karena frekuensi
gelombang yang dipancarkan dapat dihasilkan dengan mudah dan dapat diukur dengan ketelitian sangat
tinggi. Cahaya yang dipancarkan atom Cesium-133 berosilasi sebanyak 9.192.631.770 kali dalam satu
sekon . Dengan demikian, satu sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh gelombang yang
dipancarkan atom Cesium-133 untuk berosilasi sebanyak 9.192.631.770 kali.

3
Arloji adalah penunjuk waktu yang terus bertambah tampilan waktunya. Arloji lebih sering
digunakan untuk menunjukan waktu pada saat tertentu. Namun, dengan mencatat waktu dua peristiwa masa
selang waktu terjadinya dua peristiwa tersebut dapat ditentukan. Selang waktu tersebut adalah selisih waktu
yang ditampilkan oleh arloji. Arloji umumnya memiliki tiga macam jarum. Yang paling pendek adalah
jarum jam, yang lebih panjang adalah jarum menit, dan yang paling panjang adalah jarum detik. Jarum
menit bergeser satu skala ketika jarum detik bergeser 60 skala. Jarum jam bergeser satu skala ketika jarum
menit bergeser 60 skala. Stopwatch digunakan untuk mencatat lama waktu antara dua peristiwa. Stopwatch
memiliki beberapa tombol. Tombol reset digunakan untuk menol-kal tampilan. Tombol start digunakan
untuk memulai pencatatan waktu. Tombol stop digunakan untuk menghentikan pencacahan waktu. Tombol
start dan stop dapat merupakan satu rombol atau merupakan tombol yang berbeda. Pada Gambar 1.27
tombol tegak merupakan tombol start dan stop. Tombol di sebelah kanan merupakan tombol reset.

Alat untuk mengukur kuat arus listrik disebut amperemeter. Amperemeter mempunyai hambatan
dalam yang sangat kecil. Penggunaan ampermeter untuk mengukur kuat arus listrik harus dihubungkan
secara seri atau sejalur dengan rangkaian yang akan diukur, sehingga jarum menunjuk angka yang
merupakan besarnya arus listrik yang mengalir.

Untuk mengukur suhu suatu sistem umumnya menggunakan termometer. Termometer dibuat
berdasarkan prinsip pemuaian suatu zat (zat cair dan zat padat). ‘ Termometer air raksa terbuat dari sebuah
tabung pipa kapiler tertutup berskala yang berisi air raksa yang diberi skala. Ketika suhu bertambah, air
raksa dan tabung akan memuai. Pemuaian yang terjadi pada air raksa lebih besar dibandingkan pemuaian
pada tabung pipa kapiler yang terbuat dari kaca. Naiknya ketinggian permukaan air raksa dari posisi
sebelumnya dalam tabung kapiler dibaca sebagai kenaikan suhu suatu sistem.

Setiap alat ukur memiliki fungsinya masing - masing yang akan tepat dan bermanfaat sesuai
dengan fungsinya. Timbangan badan tidak bisa digunakan untuk menimbang massa emas, sebaliknya
timbangan emas tidak akan bisa digunakan untuk menimbang massa badan seseorang. hal ini disebabkan
adanya perbedaan batas maksimal dan minimal massa yang dapat diukur dan tingkat ketelitian alat ukur
tersebut. Penggaris kurang cocok apabila digunakan untuk mengukur lebar jalan dan roll meter kurang
cocok digunakan untuk mengukur ketebalan buku. Begitu juga manusia yang sudah diciptakan sesuai
dengan potensinya masing-masing. Tidak ada manusia yang terlahir sempurna. Setiap individu pasti
memiliki kemampuan dan kekurangan masing-masing yang akan berbeda satu dengan lainnya.

Seperti yang sudah disebtukan sebelumnya bahwa tidak akan pernah ada pengukuran yang
menghasilkan nilai yang ersis sama dengan yang seharusnya. Pengukuran pasti menghasilkan kesalahan.
Kesalahan yang dihasilkan bisa muncul karena keterbatasan ketelitian alat ukur, faktor lingkungan, atau
kesalahan dalam melakukan pengukuran. Mistar 30 cm yang sering dibawa kuliah memiliki skala terkecil 1
mm. Dengan demikian, alat ini hanya teliti melakukan pengukuran hingga 1 mm. Keterlitian lebih tinggi
dihasilkan dengan menggunakan jangka sorong yang dapat mengukur hingga 0,1 mm atau 0,025 mm.
Ketelitian lebih tinggi lagi dapat dicapai dengan menggunakn mikrometer di mana kita dapat mengukur
hingga 0,01 mm.

Ketelitian lebih tinggi lahi dapat dicapai dengan menggunakan mikroskop di mana kita bisa
membaca panjang hingga 1 mikrometer atau lebih kecil dari itui. Tetapi tetap saja kesalahan akan muncul.
Berapa besar kesalahan yang akan muncul? Besarnya kesalahan kira-kira dalam orde yang sama dengan
nilai skala terkecil. Pengukuran dengan mistar 30 cm menghasilkan kesalahan dalam orde mm.
Pengkukuran dengan mikrometer sekrup menghasilkan kesalahan dalam orde 0,01 mm.

X  ∆ bermakna bahwa nilai yang terukur adalah X. Ketidakpastian pengukuran adalah ∆X.
Makna ketidakpastian yaitu Ketika kita mengukur maka kita menganggap dugaan terbaik nilai terukur
adalah X. Tetapi nilai eksaknya kita tida tahu. Tapi kita yakin bahwa nilai eksaknya ada antara X - ∆X
sampai X + ∆X . Ketika ingin mengetahui volum balok maka sering kita ukur panjang, lebar, dan tinggi.

4
Volume adalah perkalian dari tiga besaran tersebut. Masing-masing besaran yang diukur sudah membawa
kedidakpastian. Akibatnya ketidakpastian tersebut merambat ke nilai volume yang diperoleh.

Ketidakpastian pada pengukuran disebabkan oleh adanya kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan
pengukuran adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar (x ). Kesalahan 0 dapat digolongkan
menjadi tiga golongan yaitu yang pertama Kesalahan umum (keteledoran), biasanya disebabkan oleh
adanya keterbatasan pada pengamat, misalnya kurang trampil memakai instrumen, dan kekeliruan
pembacaan skala yang kecil (kesalahan paralaks). Kedua, Kesalahan sistematik dapat disebabkan karena
kesalahan instrumen itu sendiri dan lingkungan di sekitar instrumen yang mempengaruhi kerja instrumen
seperti efek perubahan suhu, tekanan udara luar, medan listrik, atau medan magnetik. Kesalahan sistematik
ini dapat diprediksi dan dihilangkan untuk meminimalisir kesalahan pengukuran. Ketiga, Kesalahan acak,
disebabkan adanya fluktuasi yang halus pada kondisi-kondisi pengukuran. Fluktuasi tersebut dapat
disebabkan oleh gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik PLN atau baterai, landasan yang
bergetar, dan bising. Kesalahan acak menghasilkan simpangan yang tidak dapat diprediksi terhadap nilai
benar (x ). Kesalahan acak tidak dapat dihilangkan tetapi 0 dapat dikurangi dengan mengambil rata-rata
dari semua bacaan hasil pengukuran.

Jenis-jenis ketidakpastian yaitu pertama, Ketidakpastian mutlak (Δx), Ketidakpastian mutlak


berhubungan dengan ketepatan pengukuran; makin kecil ketidakpastian mutlak, makin tinggi ketepatan
pengukuran tersebut. Ketepatan pengukuran ke-i dinyatakan sebagai berikut: Hasil pengukuran suatu
besaran fisika dilaporkan sebagai, x= x ± Δx di mana x adalah nilai pendekatan terhadap nilai benar x , 0
dan Δx adalah ketidakpastiannya. Kedua ,Ketidakpastian relative (Δx/x), ketidakpastian relatif
berhubungan dengan ketelitian pengukuran; makin kecil ketidakpastian relatif, makin tinggi ketelitian
pengukuran tersebut. Ketidakastian relatif tidak memiliki satuan dan sering dinyatakan dalam persen
dengan mengalikan Δx/x dengan 100%.

Instumen pengukuran adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Hasil akhir dari
proses pengukuran sangat tergantung pada kemampuan alat ukur yang digunakan. Kemampuan alat ukur
dapat diketahui dari berbagai kriteria yang ditetapkan, diantaranya adalah: Akurasi adalah kemampuan alat
ukur untuk memberikan hasil ukur yang mendekati hasil sebenarnya. Presisi adalah kemampuan alat ukur
untuk memberikan hasil yang sama dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang
sama. Presisi adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil yang sama dari pengukuran yang
dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Kesalahan (error), adalah penyimpangan hasil ukur
terhadap nilai yang sebenarnya.

Idealnya sebuah alat ukur memiliki akurasi, presisi dan sensitivitas yang baik sehingga tingkat
kesalahannya relatif kecil dan data yang dihasilkan akan akurat. Saat ini sudah banyak dikembangkan alat
ukur besaran fisika yang canggih.

Untuk keperluan praktis, suatu negara biasanya memiliki alat ukur besaran standar. Semua alat
ukur yang ada dimasyarakat harus ditera ulang atau dikalibrasi terutama yang digunakan untuk
perdagangan. Demikian pula untuk laboratorium yang hasil pengukurannya diperuntukkan pada
kepentingan umum, maka alat ukur yang ada di laboratorium harus dilakukan kalibrasi agar hasil
pengukurannya sesuai dengan standar yang telah disepakati. Idealnya sebuah alat ukur memiliki akurasi,
presisi dan sensitivitas yang baik sehingga tingkat kesalahannya relatif kecil dan data yang dihasilkan akan
akurat. Saat ini sudah banyak dikembangkan alat ukur besaran fisika yang canggih.

Ketika akan mengukur suatu benda dengan menggunakan alat ukur yang tersedia di laboratorium,
lakukan kalibrasi alat ukur terlebih dahulu agar alat ukur yang akan digunakan dalam kondisi siap dan bisa
menunjukkan hasil yang sebenarnya. Sebagai contoh, sebelum mengukur massa benda, pastikan jarum
penunjuk neraca berada pada titik nol gram.

5
Tidak ada pengukuran yang benar-benar akurat. Hal ini disebabkan oleh beberapa kesalahan yang
dapat terjadi dalam pengukuran yang kita lakukan, baik dari orang yang melakukan percobaan maupun alat
yang digunakan. Kesalahan sistematis yaitu kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan pengaturan alat,
kalibrasi alat ukur maupun pengaruh lingkungan tempat dimana pengukuran dilakukan. Beberapa jenis
kesalahan yang terjadi dalam pengukuran. Kesalah random (acak) yaitu kesalahan yang disebabkan
ketidaksempurnaan alat dan paralaks mata.

Beberapa jenis kesalahan pengukuran berdasarkan sumbernya yaitu Kesalahan alam, karena efek
suhu, tekanan, atmosfer dan angin. Kesalahan alat, karena ketidaksempurnaan alat atau kesalahan kalibrasi.
Kesalahan manusia, karena paralaks mata yang tidak tegak lurus dalam membaca hasil ukur. Kesalahan
hitung, misalnya kesalahan pembulatan hasil pengukuran, penggunaan faktor konversi satuan.

Konversi satuan adalah mengubah suatu satuan dari besaran tertentu ke satuan lain namun masih
dalam besaran yang sama. Satuan besaran panjang dengan besaran panjang, besaran massa dengan massa
dan seterusnya. Konversi satuan dilakukan dengan menyisipkan faktor konversi yang cocok yang membuat
satuan lain ditiadakan, kecuali satuan yang kita kehendaki. Misalnya mengubah satuan centi meter ke
meter, faktor konversi centi adalah 0,01 sehingga dalam konversi ini satuan centi dihilangkan dan diganti
dengan menyisipkan faktor konversi 0,01.

Dalam pengukuran, peran pendidik sangat dibutuhkan untuk menyampaikan materi yang valid dan
penyampaian meteri tersebut dengan baik. Defenisi baik disini yaitu berhubungan dengan metode belajar
yang digunakakan oleh guru/pengajar. Ada sebuah penelitian yang mengkaji hal ini. Penelitian
pengembangan yang dilaksanakan bertujuan untuk menghasilkan suatu bahan ajar berbasis inkuiri
terbimbing pada mata kuliah alat ukur dan pengukuran fisika.

Bahan ajar berbasis inkuiri terbimbing disusun dan divalidasi oleh para ahli dan kemudian di
aplikasikan di dalam pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui model inkuiri terbimbing di dalam bahan ajar
agar dapat membantu mahasiswa mengasah dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam
kegiatan observasi atau praktikum. Sarwi, dkk. (2016) menyatakan bahwa dengan menggunakan model
inkuri terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep melalui kegiatan eksperimen atau observasi. Hal
ini dipertegas oleh Yulianti, dkk. (2015) menyatakan bahwa melalui bahan ajar yang diintegrasikan dengan
model inkuiri terbimbing dapat mengembangkan keterampilan proses sains dan juga meningkatkan
penguasaan konsep mahasiswa. Melalui metode inkuiri pada pembelajaran Fisika, prestasi belajar peserta
didik meningkat (Kholifudin, 2012) dan peserta didik memiliki pemahaman yang baik (Wenning, 2011).
Berdasarkan hal itu, metode inkuiri terbimbing juga dapat meningkatkan prestasi belajar serta
mengembangkan keterampilan proses sains (Deta, dkk. 2013).

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, disimpulkan mengenai beberapa hal, yaitu:
Bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika berbasis inkuiri terbimbing dalam kategori cukup layak
diimplementasikan, keterampilan proses sains mahasiswa mengalami peningkatan, penguasaan konsep
mahasiswa meningkat berdasar hasil skornya, meski secara statistik tidak terjadi perbedaan secara
signifikan, dan terdapat korelasi antara keterampilan proses sains dan penguasaan konsep mahasiswa
melalui bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan secara
berkelanjutan. Namun, setelah pengembangan lanjutan, tidak terdapat korelasi antara keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep mahasiswa.

Berdasarkan hasil penelitian maka dikemukaan beberapa saran sebagai berikut. 1) Pengembangan
bahan ajar alat ukur dan pengukuran fisika berbasis inkuiri terbimbing disusun berdasarkan kurikulum yang
berlaku dan disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa dan lapangan. 2) Untuk mengetahui lebih lanjut
perkembangan dari bahan ajar tersebut. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam
perlu menggunakan jumlah sampel yang banyak sehingga data penelitian memiliki keragaman. 3) Bahan
ajar alat ukur dan pengukuran fisika dapat dicetak sebagai buku ajar universitas dan dipublikasikan.

6
Penelitian lain juga dilakukan untuk mengembangkan bahan ajar Fisika berupa modul pendekatan
pembelajaran kontekstual dengan materi Pengukuran yang dalam hal ini adalah untuk siswa kelas X ,
namun juga berlaku dalam segala jenjang pendidikan. Hasil dari penelitian ini mengutarakan
Pengembangan bahan ajar pembelajaran fisika yang berupa modul pokok bahasan Pengukuran Besaran
Fisika kelas X secara umum sudah Sangat baik dengan kesesuaian hasil validasi ke ahli, peer reviewer dan
reviewer dalam aspek kelayakan isi, bahasa dan gambar, penyajian serta kegrafisan. Hasil validasi
menujukkan bahwa ahli I dan ahli II memberi skor total yakni 92 (Sangat baik), reviewer I dan II masing -
masing memberi skor 86 dan 85 (Sangat Baik), sedangkan peer reviewer I memberi skor 82 (Baik) dan
speer reviewer II sebesar 98 (sangat baik). Pengembangan bahan ajar pembelajaran fisika yang berupa
modul pokok bahasan Pengukuran Besaran Fisika kelas X jugatelah berhasil diujicobakan dalam lapangan
awal dan utama dengan hasil yang sangat baik. Hal ini terbukti bahwa dari 4 siswa yang menilai baik dan
6siswamenilai sangat baik dalam uji coba lapangan awal yang dilakukan kepada 10 siswa serta 7 menilai
baik dan 23 siswa menilai sangat baik dalam uji coba lapangan utama yang dilakukan kepada 30 siswa.

Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting karena berawal dari pendidikan
terciptalah sumberdaya manusia yang tangguh dan mampu mengadakan perubahan menuju pembangunan
bangsa dan negara yang lebih maju. Namun kondisi pendidikan Indonesia saat ini belum sesuai dengan
yang diharapkan, meskipun telah mengalami beberapa kali pergantian kurikulum, tetapi kualitas pendidikan
masih tertinggal dengan negara lain. Peran serta sekolah sangat diperlukan dalampenyelenggaraan
pendidikan, dalam hal ini partisipasi guru dalam pengambilan keputusan merupakan faktor penting dalam
perubahan penyelenggaraan pendidikan. Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan,
memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran ( Wena, 2009: 2). Guru perlu memahami bahwa
apapun yang dilakukan di ruang kelas saat pembelajaran berlangsung mempunyai pengaruh, baik positif
atau negatif terhadap kualitas dan hasil pembelajaran.

Gaya belajar berpengaruh terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Pada Materi Besaran dan
Pengukuran. Gaya belajar merupakan salah satu karaktersitik belajar yang berkaitan dengan menyerap,
mengolah, dan menyampaikan informasi. Sehingga gaya belajar merupakan modalitas utama dalam belajar.
Gaya belajar menurut Kolb (2005) adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi
dalam lingkungannya dan memproses informasi. Belajar membutuhkan konsentrasi, oleh karena itu situasi
dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar. Apabila setiap individu dapat
mengelola pada kondisi apa, di mana, kapan dan bagaimana gaya belajarnya, maka belajar akan lebih
efektif dan efisien sehingga hasil belajar lebih tinggi.

Secara umum ada tiga kecenderungan gaya belajar antara lain gaya belajar visual, auditori, dan
gaya belajar kinestetik. Jika seorang peserta didik memiliki gaya belajar visual maka akan lebih senang dan
cepat memahami apabila suatu materi dijelaskan dengan menggunakan tampilan visual. Peserta didik yang
memiliki gaya belajar auditori akan senang dan lebih mudah memahami materi jika disajikan dengan suara.
Berbeda halnya dengan gaya belajar kinestetik, peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik akan
lebih senang dan mudah memahami jika belajar dengan bergerak, menyentuh, atau melakukan sesuatu.

Penguasaan konsep fisika merupakan ukuran kemampuan dari peserta didik dalam menguasai
konsep-konsep fisika yang diajarkan. Penguasaan konsep fisika termasuk dalam hasil belajar pada ranah
kognitif. Ranah kognitif dari hasil belajar menurut Bloom meliputi penguasaan konsep, ide, pengetahuan
faktual, dan berkenaan dengan keterampilan-keterampilan intelektual. Syahriani (2017) penguasaan konsep
bukan hanya sekedar memahami tetapi dapat menginterpretasikan ataupun mengaplikasikan konsep-konsep
yang telah diperoleh. Gunawan et al. (2016) menemukan bahwa gaya belajar dapat mempengaruhi
penguasaan konsep fisika peserta didik pada materi kalor, di mana peserta didik yang memiliki gaya belajar
visual memiliki penguasaan konsep yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan peserta didik yang
memiliki kecenderungan gaya belajar auditori ataupun kinestetik. Berdasarkan pemaparan di atas maka
pembahasan artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap penguasaan konsep
fisika peserta didik.

7
Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa gaya belajar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penguasaan konsep fisika siswa. Saran untuk peneliti selanjutnya, jika ingin menggunakan varibel gaya
belajar, perlu adanya revisi kembali mengenai instrument yang akan digunakan atau dapat digunakan juga
dengan menambah bentuk sumber informasi gaya belajar seperti wawancara secara langsung dengan
peserta didik untuk benar - benar memastikan kecenderungan gaya belajar mereka.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu kegiatan untuk meengetahui besar
kecilnya suatu benda yang dilakukan dengan cara membandingkan sesuatu dengan standar yang ada. Untuk
melakukan pengukuran, diperlukan adanya pengetahuan atau penguasaan tentang alat ukur dan hasil
pengukuran agar hasil pengukuran dapat dipercaya. Untuk menambah pengetahuan tentang pengukuran,
maka diperlukan media belajar yang akurat misalnya belajar dari guru disekolah dengan peralatan yang
memadai. Untuk pendidik dan juga yang menaungi pendidikan, ada baiknya memberikan bahan ajar untuk
pembahasan yang akan dilakukan dengan guru sebagai perantara pembelajaran. Media praktik yang
memadai akan sangat membantu peserta didik dalam menguasai materi. Selain tentang materi dan media
belajar, kadang kala gaya mengajar dan belajar juga mempengaruhi penguasaan siswa terhadap materi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Bandung : ITB Press, 2016.

Ino Angga Putra, Eko Sujarwanto. 2016.Bahan Ajar Alat Ukur dan Pengukuran Fisika Berbasis Inkuiri.
Jombang : s.n., 2016, Vol. Vol. 4 No. 3. ISSN: 2338-9117/EISSN: 2442-3904.

Ediyanto, Atika, va Nandya and Konita, Ardiana Pangestika. 2019. Besaran dan Pengukuran.
Malang : Yayasan Pusat Pendidikan Angstrom, 2019. ISBN : 978-623-91137-0-4.

Yulianci, Syahriani, et al. 2019. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa
Pada Materi . Mataram : s.n., 2019. ISSN: 2088-0294.

Nasution, Sari Wahyuni Rozi. 2019. Pengaruh Penguasaan terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada
Materi Besaran dan Satuan. 2019. E.ISSN.2614-6061.

Anda mungkin juga menyukai