Anda di halaman 1dari 29

GERAK HARMONIK SEDERHANA

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mandiri mata kuliah Fisika
Komputasi
Dosen I : Endah Kurnia Yuningsih, M.Pfis
Dosen II : Winda Setya, S.Si, M.Sc

Disusun oleh :
Sri Rohimah 1162070069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan dorongan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan ksmi semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Februari 2019

Penyusun,

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | KATA PENGANTAR ii


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................................... v
BAB I ..................................................................................................................................vi
PENDAHULUAN ..............................................................................................................vi
A. Pendahuluan ............................................................................................................vi
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................vii
C. Tujuan ....................................................................................................................vii
BAB II................................................................................................................................. 1
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 1
A. Gerak Harmonik Sederhana .................................................................................... 1
1. Pengertian ........................................................................................................... 1
2. Gaya Pemulih ...................................................................................................... 2
3. Beban Massa pada Pegas .................................................................................... 4
4. Gerak Harmonik Sederhana dan Gerak Melingkar ............................................. 8
5. Energi pada Gerak Harmonik Sederhana .......................................................... 10
6. Benda pada Pegas Vertikal ............................................................................... 11
7. Bandul ............................................................................................................... 14
B. Soal dan Pembahasan ............................................................................................ 16
BAB III ............................................................................................................................. 20
PENUTUP ........................................................................................................................ 20
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 20
B. Saran ..................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | DAFTAR ISI iii


DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 PERGERAKAN BANDUL (YUANITA, 2010) .............................................. 1
GAMBAR 2 AYUNAN PEGAS KETIKA PEGAS DISIMPANGKAN SEJAUH X DARI

KEDUDUKAN SETIMBANGNYA (DORE, 2015) ..................................................... 3

GAMBAR 3(A) GRAFIK X VERSUS T UNTUK Δ = 0. (B) GRAFIL X VERSUS T UNTUK =


3Π /2. SUMBER: (TRIPLER, 1998, P. 428) ........................................................... 7
GAMBAR 4 SEBUAH PARTIKEL BERGERAK DENGAN KELAJUAN KONSTAN V PADA.

SUMBER LINGKARAN BERJARI-JARI A. SUMBER: (TRIPLER, 1998, P. 434) ........ 8

GAMBAR 5 (A) PEGAS VEERTIKAL TAK TEREGANG (B) PEGAS TEREGANG (C) BENDA
BEROSILASI DISEKITAR TITIK KESETIMBANGAN. SUMBER: (TRIPLER, 1998, P.
438) ................................................................................................................ 11
GAMBAR 6 BANDUL SEDERHANA ........................................................................... 14

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | DAFTAR GAMBAR iv


DAFTAR TABEL
TABEL 1 PERSAMAAN GERAK MELINGKAR BESERTA SATUAN .......................................................... 9

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | DAFTAR TABEL v


BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Fisika merupakan bagian dari IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau
sains, sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis
berupa penemuan, fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan pengetahuan di dalam
kehidupan sehari-hari (Priando dkk, 2012) dalam (Trisianawati, Saputra, &
Munawaroh, 2016, p. 23).
Mata pelajaran yang terdapat di Sekolah Menengah Atas salah satunya
adalah fisika. Pembelajaran fisika dapat berhasil, salah satunya ditentukan
oleh kompetensi guru Fisika, sehingga perlu adanya identifikasi terhadap
pemahaman konsep Fisika terhadap calon guru yang akan menerapkan
pembelajaran di sekolah nantinya. Di Program Studi Pendidikan Fisika,
konsep dasar Fisika termuat pada mata kuliah Fisika Dasar.
Masih ditemukan beberapa mahasiswa yang tidak tahu konsep,
bahkan banyak juga yang mengalami miskonsepsi dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Miskonsepsi inilah yang akan menghalangi mahasiswa
dalam mencapai keberhasilan proses belajar lebih lanjut. Hal ini karena
miskonsepsi akan menghambat proses penerimaan pengetahuan baru (Hasan,
Bagayoko, & Kelley, 1999; Subayani, 2016). Miskonsepsi yang terjadi pada
mahasiswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: (1) gagasan
informal yang datang dari kegiatan sehari-hari, budaya dan agama, kelompok
sebaya dan faktor lingkungan lainnya, (2) pandangan yang tidak sempurna
atau salah yang dikembangkan mahasiswa selama proses belajar, (3) konsep
yang tidak tepat, menyesatkan atau salah yang disampaikan oleh guru atau
dari buku (Kazambe, 2010) dalam jurnal (Mahen & Nuryantini, 2018, p. 2).
Salah satu materi pokok pada mata kuliah Fisika Dasar adalah gerak
harmonik sederhana. Konsep ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sehari hari, sehingga menjadikan konsep gerak harmonik sederhana menjadi

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | BAB I vi


konsep yang penting untuk dipahami oleh mahasiswa. Namun, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sugara dkk. (2016) dalam jurnal (Mahen &
Nuryantini, 2018, p. 2) ditemukan bahwa masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi gerak harmonic sederhana.
oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep fisika gerak
harmonic sederhana beserta miskonsepsinya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Apa itu gaya pemulih?
2. Bagaimana pengaruh beban massa pada pegas?
3. Bagaimana hubungan gerak harmonik sederhana dan melingkar?
4. Bagaimana energi pada gerak harmonic sederhana?
5. Bagaimana keadaan benda pada pegas vertical?
6. Apa itu gerak bandul?

C. Tujuan
1. Menganalisis gaya pemulih.
2. Mengidentifikasi pengaruh beban massa pada pegas.
3. Menganalisis hubungan gerak harmonik sederhana dan melingkar.
4. Menjelaskan energi pada gerak harmonic sederhana.
5. Menganalisis benda pada pegas vertical.
6. Menganalis persamaan bandul.

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PENDAHULUAN vii


BAB II
PEMBAHASAN

A. Gerak Harmonik Sederhana

1. Pengertian
Gerak merupakan perubahan letak yang terus-menerus. Gerak dapat
diketahui jika mengetahui bagimana gerak setiap titik pada benda itu.
(Zemansky, 1982, p. 65). Sedangkan pengertian gerak harmonik sederhana itu
sendiri diartikan sebagai gerak yang disebabkan adanya gaya pemulih yang
sebanding dengan simpangan dan kesetimbangannya kecil (Tripler, 1998, p.
426). Gerak yang diakibatkan adanya gaya pemulih yang elastik dan tidak ada
gesekan sama sekali, disebut gerak harmonik sederhana (Zemansky, 1982, p.
268)

Suatu benda melakukan gerak bolak-balik terhadap suatu titik tertentu,


maka benda dikatakan bergetar (Zemansky, 1982, p. 266). Getaran
merupakan gerakan osilasi dari suatu system yang dapat berupa gerakan
beraturan dan berulang secara kontinyu atau dapat juga berupa gerakan tidak
beraturan atau acak. Setiap gerak yang terjadi secara berulang dalam selang
waktu yang sama disebut gerak periodik (Susilo, Yunianto, & Variani, 2012,
p. 125). Gerak periodik yang terjadi secara teratur disebut gerak
harmonis.Gerak harmonik sederhana termasuk kedalam suatu jenis getaran.
Contohnya, gerak benda pada pegas, ayunan bandul, dan gerak pengimbang
pada arloji.

Gambar 1 Pergerakan Bandul (Yuanita, 2010)


Dalam setiap bentuk gerak gelombang, partikel-partikel medium yang
dilalui oleh gelombang akan bergetar dengan gerak harmonik atau dengan
superposisi gerak harmonik. Fenomena gerak osilasi juga dapat ditemukan
pada banyak bidang fisika, diantaranya gerak elektron di dalam atom,
perilaku arus dan tegangan di dalam rangkaian listrik dan orbit planet. Gerak
harmonik sederhana dibagi menjadi dua jenis yaitu gerak harmonik sederhana
linier dan angular. Sementara pegas merupakan gerak harmonik sederhana
linier (Zemansky, 1982) dalam jurnal (Susilo, Yunianto, & Variani, 2012, p.
125)

2. Gaya Pemulih
Suatu benda berubah bentuk, gaya yang menyebabkannya adalah
proporsional dengan besar perubahan, asalkan batas proporsional elastisitas
tidak melampaui. Perubahannya seperti pertambahan panjang, seperti tali
karet, atau pegas ulur, atau penyusutan panjang, atau melengkungnya pegas
daun. Istilah gaya disini diartikan secara luas dapat diartikan gaya, gaya putar
(torque), tekanan atau apa saja yang dapat menyebabkan perubahan bentuk.
Jika gaya yang dimaksud ialah dorongan atau tarikan dalam mana perubahan
bentuk yang terjadi hanya berupa perpindahan titik tangkap gaya, maka gaya
dan perpindahan dihubungkan berdasarkan hukum Hooke,

F = kx

dimana k adalah konstanta gaya dan x adalah perpindahan dari sisi


kesetimbangannya. Dalam persamaan ini, berarti F adalah gaya yang harus
dikerjakan terhadap suatu benda elastis untuk menghasilkan perpindahan x.
Gaya dengan mana benda elastis itu menarik kembali suatu benda yang
melekat padanya disebut gaya pemulih (restoring force) dan sama dengan –
kx (Zemansky, 1982, pp. 266-267).

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 2


Gambar 2 Ayunan pegas ketika pegas disimpangkan sejauh x dari kedudukan setimbangnya
(Dore, 2015)

Perhatikan gambar gambar gerak m yang dihubungkan dengan ujung


pegas bebas yang mendatar diatas suatu bidang datar licin (gesekan
diabaikan). Ketika pegas diberi simpangan x (ditarik atau ditekan sejauh x),
pegas akan memberikan gaya sebesar F=kx.

Posisi keseimbangan benda m adalah posisi ketika pegas belum ditarik


atau ditekan. pada posisi keseimbangan, simpangan x = 0 sehingga gaya
pegas F =-kx. Pada gambar 2. benda m ditarik sejauh A kekanan sehingga
simpangan adalah x = +A, dan otomatis gaya F= -kA. Gaya pegas F= -kA
berarah ke kiri sehingga cenderung menggerakan benda m ke kiri jika benda
m dibebaskan (tidak ditahan). Benda m bergerak ke kiri melalui posisi
keseimbangannya . Pada posisi tersebut x = 0, dan otomatis F= -kx = 0.
Tampak bahwa pada posisi keseimbangan tidak bekerja gaya pegas (sebab
F=0). Akan tetapi pada posisi x = 0, benda m telah memiliki kecepatan dalam
arah ke kiri sehingga benda m terus bergerak ke kiri. Begitu simpangan x
negative (ke kiri), maka pada benda m akan bekerja gaya pegas F = -kx
kearah kanan (Gambar 2c). Gaya pegas berlawanan arah dengan simpangan
memperlambat gerak benda hingga akhirnya berhenti sesaat dititik terjauh kiri
di mana x = -A dan otomatis gaya pegas F =-kx = kA yang positif (berarah ke
kanan) akan menggerakan benda ke kanan untuk kembali melalui titik
keseimbangannya. Demikian seterusnya. Gerak bolak-balik disekitar titik
keseimbangannya inilah yang disebut dengan gerak harmonk sederhana.

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 3


Gerak bolak-balik pada benda m bekerja gaya pegas F = -kx . Gaya pegas
selalu sebanding dengan sipangan x berarah ke kanan dari titik keseimbangan
(nilai x negatif), maka gaya pegas F = -kx ke kanan (nilai F positif). Jadi,
gaya yang besarnya sebanding dengan simpangan dan selalu berlawanan arah
dengan arah simpangan (posisi) disebut sebagai gaya pemulih. Gaya pemulih
selalu bolak-balik disekitar titik keseimbangan dan berlawanan arahnya
dengan arah posisi (arah gerak) benda (Kanginan, 2016, pp. 462-463).

3. Beban Massa pada Pegas


Sebuah benda disimpangkan dari kesetimbangannya, gerak harmonik
sederhana akan terjadi seandainya ada gaya pemulih yang sebanding dengan
simpangan dan kesetimbangannya kecil.

Pegas merupakan gejala harmonik sederhana,seperti pada gambar. Dalam


keadaan setimbang, pegas tidak mengerjakan gaya pada benda. Apabila benda
disimpangkan sejauh x dari kedudukan setimbangnya, pegas mengerjakan
gaya –kx, seperti yang diberikan oleh hukum Hooke.

Fx = -kx (1)

Tanda minus pada hukum Hooke timbul karena gaya pegas ini
berlawanan arah dengan simpangannya. Jika kita memilih x positif untuk
simpangan ke kanan, maka gaya bernilai negatif (ke kiri) dan sebaliknya.
Dengan menggabungkan persamaan (1) dengan hukum Newton , maka
didapatkan.

𝑑2 𝑥 𝑘
Fx = -kx = ma = m = − (𝑚)x (2)
𝑑𝑡 2

Percepatan berbanding lurus dan arahnya berlawanan dengan simpangan.


Hal ini merupakan karakteristik umum gerak harmonik sederhana dan bahkan
digunakan untuk mengidentifikasi sistem-sistem yang dapat menunjukan
gejalagerak harmonic sederhana.

Syarat gerak harmonik sederhana

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 4


Bila percepatan sebuah benda berbanding lurus dan arahnya berlawanan
dengan simpangan. benda itu akan bergerak dengan arah gerak harmonic
sederhana.

Waktu bagi benda untuk melakukan satu osilasi penuh disebut dengan
periode T atau ialah waktu yang diperlukan untuk satu kali gertaran penuh.
Frekuensi (f ) ialah jumlah getaran per satuan waktu. Jelas bahwa frekuensi
merupakan kebalikan dari periode

1
f=𝑇 (3)

Satuan frekuensi adalah kebalikan (s-1), yang disebut Hertz (Hz). Sebagai
contoh, jika waktu untuk melakukan satu osilasi penuh adalah 0,25 s, maka
frekuensinya 4 Hz.

Untuk benda yang berosilasi, simpangan x sebagai fungsi waktu t dapat


diperoleh lewat percobaan. Misal, sebatang pena dipasang pada benda yang
tertambat pegas vertical dan atur demikian rupa hingga dapat menulis diatas
secarik kertas yang dapat digerakan tegak lurus terhadap arah osilasi pada
gambar 3.kemudian ditarik kertas itu kekiri dengan laju konstan sewaktu
melepaskan benda. Pena itu akan menurut sebuah kurva sinusoidal yang
diperlihatkan gambar. Persamaan kurva tersebut adalah

Definisi Gerak Harmonik Sederhana

x = A cos (𝜔𝑡 + 𝛿) (4)

Dengan A, 𝜔 dan 𝛿 merupakan konstanta.Berdasarkan persamaan ke (4),


gerak dengan perubahan posisi terhadap waktu, disebut gerak harmonic
sederhana. Perhatikan bahwa (𝜔𝑡 + 𝛿) = sin (𝜔𝑡 + 𝛿 + 𝜋/2). Persamaan di
tuliskan sebagai fungsi sinus maupun kosinus bergantung pada kapan kita
memilih t = 0. Simpangan maksimum dari titik kesetimbangan disebut
amplitudo A. Argumen fungsi kosinus , (𝜔𝑡 + 𝛿), disebut fase gerak dan

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 5


konstanta 𝛿 disebut konstanta fase. Selama satu siklus gerak penuh, fase
bertambah sebesar 2𝜋. Pada akhir siklus, benda memiliki posisi dan
kecepatan yang sama lagi, seperti yang dimiliki pada permulan siklus karena
cos (𝜔𝑡 + 𝛿 + 2𝜋) = cos (𝜔𝑡 + 𝛿). Maka, dapat ditentukan periode T dari
kenyataan bahwa fase pada waktu t + T tidak lain hanya 2𝜋 ditambah fase
pada waktu t:

𝜔(𝑡 + 𝑇) + 𝛿 = 2𝜋 + 𝜔𝑡 + 𝛿

atau

𝜔𝑇 = 2𝜋

sehingga

2𝜋
T= \ (5)
𝜔

Dari persamaan (3), diperoleh:

1 𝜔
f = 𝑇 = 2𝜋 (6)

Konstanta 𝜔 = 2𝜋𝑓 disebut frekuensi sudut. Besaran ini memiliki satuan


radian per sekon dan dimmensi kebalikan waktu, sama seperti kecepatan
sudut, yang juga dinyatakan dengan 𝜔. Dalam frekuensi atau periode ,
persamaan (4) dapat dituliskan sebagai.

2𝜋𝑡
x = A cos (2𝜋𝑓 + ) = A cos ( + 𝛿) (7)
𝑇

Konstanta fase 𝛿 bergantung pada kapan memilih t =0. Jika memilih t =


0 ketika x = A cos (2𝜋𝑓). Dilain pihak jika memilih t = 0 jika x = 0 , 𝛿 akan
bernilai 𝜋/2 atau 3𝜋/2, bergantung kepada apakah x naik atau turun pada t =
0 seperti pada gambar 12.3b, maka 𝛿 = 3𝜋/2 dan

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 6


Gambar 3(a) Grafik x versus t untuk δ = 0. (b) Grafil x versus t untuk = 3π /2. Sumber:
(Tripler, 1998, p. 428)

3𝜋
x = A cos (𝜔𝑡 + ) = A sin 𝜔𝑡
2

hubungan umum antara posisi awal x0 dan konstanta A dan 𝛿 diperoleh


dengan menetapkan t=0 dalam persamaan (4).

Maka,

x0 = A cos 𝛿 (8)

x merupakan bentuk penyelesaian dari persamaan (4) dengan mendiferensiasi


x dua kali. Turunan pertama darii x terhadap waktu memberikan kecepatan v;

𝑑𝑥 𝑑2 𝑥 𝜋
v= = -A𝜔 sin 𝑑𝑡 2 = 𝜔2 A cos (𝜔𝑡 + 𝛿) = (𝜔𝑡 + 𝛿 + ) (9)
𝑑𝑡 2

kita dapat menghubungkan kecepatan awal v0 ke konstanta A dan 𝛿 dengan


menetapkan t = 0 dalam persamaan (9), maka diperoleh.

v0 = -A𝜔 sin 𝛿 (10)

Dengan mendiferensialkan kecepatan (persaman-9) terhadap waktu,


diperoleh percepatan benda;

𝑑𝑣 𝑑2 𝑥
a = 𝑑𝑡 = 𝑑𝑡 2 = −𝜔2 A cos (𝜔𝑡 + 𝛿) (11)

atau

a = -−𝜔2 x (12)

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 7


apabila kita bandingkan persamaan ini dengan a = -(k/m) x untuk masa pegas
(persamaan 2), kita lihat bahwa x = A cos (𝜔𝑡 + 𝛿) merupakan
penyelesaian dari 𝑑2 𝑥/ 𝑑𝑡 2 = -(k/m) x jika frekuensi sudut 𝜔 berhubungan
dengan konstanta pegas k dan massa m melalui

𝑘
𝜔2 = 𝑚 (13)

Frekuensi dan periode massa pada pegas dengan demikian berhubungan


ke konstanta gaya k dan massa m melalui

𝜔 1 𝑘
f = 2𝜋=2𝜋 √𝑚 (14)

1 𝑚
T = 𝑓 = 2𝜋 √ 𝑘 (15) Peiode dan frekuensi pegas pada sebuah pegas

Bila k besar, seperti dalam kasus pegas kaku (keras), maka frekueensi
juga besar. Dengan cara yang sama, jika massa besar, maka frekuensi kecil.

4. Gerak Harmonik Sederhana dan Gerak Melingkar


Ada hubungan matematis antara gerak harmonic sederhana dengan gerak
melingkar dengan kelajuan konstan. Tinjaulah sebuah partikel yang bergerak
dengan kelajuan konstan v dalam suatu lingkaran berjari-jari A seperti pada
gambar. Kecepatan sudutnya 𝜔 adalah konstan dan dihubungkann ke
kelajuannya oleh 𝜔 = v/A. Simpangan sudut partikel relatif terhadap sumbu x
diberikan oleh

𝜃 = 𝜔𝑡 + 𝛿

Gambar 4 Sebuah partikel bergerak dengan kelajuan konstan v pada. Sumber lingkaran
berjari-jari A. Sumber: (Tripler, 1998, p. 434)

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 8


dengan 𝛿 adalah simpangan sudut pada wkatu t = 0. Dari gambar dapat
dilihat bahwa komponen x posisi partikel diberikan oleh

x = A cos 𝜃 = A cos (𝜔𝑡 + 𝛿)

yang sama seperti persamaan (4). Jadi,

Pada suatu garis lurus, proyeksi sebuah partikel yang bergerak dengan gerak
melingkar merupakan gerak harmonik sederhana

Frekuensi dan periode gerak melingkar sama dengan frekuensi dan


periode gerak harmonik sederhana yang diproyeksikan. Hubungan keduanya
dapat dilihat dari suatu meja yang dapat berputar dan sebuah benda yang
bayangan pasak (tangkai) dan benda diproyeksikan pada layar. Jika periode
meja yang berputarr diatur sehingga sama dengan periode benda yang
berosilasi, dan amplitudo sistem pegas sama dengan jari-jari meja putar,
bayangan kedua benda akan bergerak bersama.

Proyeksi gerak melingkar pada sumbu y adalah y = A sin 𝜃 = A sin


(𝜔𝑡 + 𝛿) = A cos (𝜔𝑡 + 𝛿 + 𝜋/2 ). Maka dapat disimpulkan bahwa gerak
harmonic sederhana merupakan satu komponen gerak melingkar. Atau, gerak
melingkar partikel dapat dipandang sebagai kombinasi dua gerak harmonic
sederhana yang saling tegak lirus serta memiliki amplitude dan frekuensi
yang sama namun memiliki beda fase relatif 𝜋/2. Berikut ini merupakan
tabel beberapa persamaan pada gerak melingkar beserta satuannya.

Tabel 1 Persamaan Gerak Melingkar Beserta Satuan

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 9


5. Energi pada Gerak Harmonik Sederhana
Bila sebuah beda potensial pada sebuah pegas, energi kinetik benda dan
energi potensial sisteem benda pegas berubah terhadap waktu, sementara
jumlah kedua energi itu, yakni energi total, konstan (dengan menganggap taka
da gesekan). Energi potensial sebuah pegas dengan konstanta gaya k yang
teregang x sejauh x dari kesetimbangannya diberikan oleh persamaan (16)

1
U = 2 kx2 (16)

Energi kinetik sebuah benda bermassa m yang bergerak dengan kelajuan


v ialah:

1
K =2 𝑚v2 (17)

Energi total adalah jumlah energi potensial dan energi kinetik:

1 1
ETotal = U + K = 2 kx2 + 2 𝑚v2 (18)

Ketika simpangan maksimum, x = A, kecepatan noL, dan energi total

1
ETotal = 2 𝑘𝐴2 (Energi total dalam gerak

harmonic sederhana)

Persamaan ini memberikan sifat umum penting yang dimiliki gerak harmonic
sederhana:

Energi total dalam gerak harmonik sederhana berbanding lurus dengan kuadrat
amplitudo

Jika benda ditinjau darin simpangan maksimumnya, energy total awalnya


hanya energy potensial. Begitu benda bergerak kea rah kesetimbangan, energy
kinetiknya bertambah dan energi potensial sistem berkurang. Pada titik
kesetimbangan, kelajuan benda maksimum, energi potensial sistem nol, dan

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 10


energi total sama dengan energi kinetik. Ketika benda bergerak melewati titik
kesetimbangan, energi kintetiknya mulai berkurang dan energy potensia
sistem bertambah hingga benda berada lagi pada simpangan (dalam arah lain),
pada waktu benda itu berhenti sebentar sehingga energi kinetiknya menjadi
nol lagi dan energi potensialnya menjadi maksimum lagi. Setiap saat jumlah
energi potensial dan energi kinetik konstan.

6. Benda pada Pegas Vertikal


Ketika sebuah benda bergantung pada pegas vertical seperti pada
gambar, maka ada suatu gaya mg ke bawah di samping gaua pegas Fs = -ky
dengan anggapan bahwa y diukur kea rah bawah dengan posisi pegas tak
teregang. Hukum kedua Newton memberikan

𝑑2 𝑦
m 𝑑𝑡 2 = -ky + mg (19)

Gambar 5 (a) Pegas vertikal tak teregang (b) pegas teregang (c) benda berosilasi
disekitar titik kesetimbangan. Sumber: (Tripler, 1998, p. 438)

Persamaan ini sama dengan persamaan (2) dengan adanya suku konstan
mg. Kita menangangi suku tambahan ini dengan berubah ke variable baru y’ =
y- y0 dengan y0 adalah sebesar regangan pegas ketika benda berada dalam
kesetimbangan. Ketika benda berada dalam kesetimbangan pada y = y0.
Persamaan (19) menjadi .

0 = -ky0 + mg

atau

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 11


𝑚𝑔
y0 = (20)
𝑘

Karena selisih y’ dan hanya y hanya merupakan suatu konstanta, kita


memperoleh

𝑑𝑦′ 𝑑𝑦
=
𝑑𝑡 𝑑𝑡

dan

𝑑2 𝑦′ 𝑑2 𝑦
= 𝑑𝑡 2
𝑑𝑡 2

𝑑2 𝑦′ 𝑑2 𝑦
dengan mensubstitusikan = untuk dan y’ + y0 untuk y dalam
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2

persamaan (19), maka didapat

𝑑2 𝑦′
𝑚 = -k (y’ + y0) + mg
𝑑𝑡 2

= -ky’ +k y0 + mg

karena k y0 = mg, maka

𝑑2 𝑦′
𝑚 = -ky’ (21)
𝑑𝑡 2

yang memiliki penyelesaian yang sudah dikenal yaitu

y’ = A cos (𝜔𝑡 + 𝛿)

Jadi pengaruh gaya gravitasi mg semata-mata hanya menggeser posisi


kesetimbangan dari y = 0 ke y’ = 0 . Ketika benda digeser dari posisi
kesetimbangan sebesar y’ maka gaya tak seimbangnya adalah –ky’. Benda
berosilasi di sekitar posisi kesetimbangannya dengan frekuensi sudut 𝜔 =

√𝑘/𝑚, sama seperti nilai untuk benda pada pegas horizontal.

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 12


1
Energi potenssial pegas relative terhadap Up = 0 pada y = 0 ialah 2ky2 =
1 1
k(y’+y0)2. Pada titik kesetimbangan, nilainya adalah ky02. Jika memilih
2 2

energi potensial pegas adalah:

1 1
UP = 2k(y+y0)-2 ky02

1 1 1 1
= 2ky2+ ky0y’+ 2 ky02 - 2 ky02= 2ky’2+ ky0y’

Akan tetapi, ky0 = mg. Jadi energi potensial pegas relatif terhadap Up = 0
pada y’ = 0 adalah

1
UP = 2ky2+ mgy’ (Up = 0 pada y’ = 0)

Ketika pegas diregang sebesar y’, maka benda diturunkan sebesar ∆ℎ = -


y’, dan energi potensial gravitasi berubah sebesar mg(∆ℎ)= mgy’ timbangan
(y = y0, y’ =0), energi potensiaal gravitasi pada y’ adalah

Ug = - mgy’ ( Ug= 0pada y’= 0 )

Oleh karena itu, energi potensial total sistem relative terhadap \U = 0


pada y’ = 0, termasuk energi potensial pegas maupun energi ptensial gravitasi
adalah:

U = UP + Ug

1
= (2ky’2+ mgy’) – mgy’

Atau

Persamaan Energi Potensial pada Pegas Vertikal

1
U = 2ky2 (U = 0 pada y’ = 0) (22)

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 13


7. Bandul
Gerak bandul merupakan gerak harmonic sederhana hanya jika amplitude
geraknya kecil. Gambar 12.13 memperlihatkan bandul sederhana yang terdiri
dari tali dengan panjang L dan beban bermassa m. Gaya yang bekerja pada
beban adalah beratnya mg dan tegangan T pada tali. Bila tali membuat sudut
𝜙 terhadap vertikal, berat memiliki komponen-komponen mg cos 𝜙
sepanjang tali dan mg sin 𝜙 tegak lurus tali dalam arah berkurangnya 𝜙.
Misalkan s sebagai panjang busur dihubungkan ke sudut 𝜙 oleh

s=L𝜙 (23)

Komponen tangensial percepatan percepatan benda adalah d2s/dt2.


Komponen tangensial hukum kedua Newton adalah

𝑑2 𝑠
ƩF1 = -mg sin 𝜙 = 𝑚 𝑑𝑡 2

atau

𝑑2 𝑠 𝑠
= -g sin 𝜙 = -g sin 𝐿 (24)
𝑑𝑡 2

Jika s jauh lebih kecil daripada s/L adalah kecil, dan dapat mendekati sin
𝜙dengan sudut 𝜙. Dengan menggunakan sin (s/L) ≈ s/L dalam persamaan
(23) akan diperoleh:

Gambar 6 Bandul sederhana

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 14


𝑑2 𝑠 𝑔
= -𝐿 s (25.a)
𝑑𝑡 2

Dapat dilihat bahwa sudut cukup kecil sehingga sin 𝜙 = 𝜙 berlaku,


percepatan berbanding lurus dengan simpangan. Gerak bandul dengan
demikian mendekati gerak harmonic sederhana untuk simpangan kecil.
persamaan (23.a) dapat ditulis

𝑑2 𝑠
= -𝜔2s (25.b)
𝑑𝑡 2

dengan

𝑔
𝜔2 = -𝐿 (26)

Penyelesaian persamaan (23.b) adalah s = s0 cos (𝜔𝑡 + 𝛿), dengan s0


adalah simpangan maksimum diukur sepanjang busur lingkaran. Periode
gerak harmonic sederhana tersebut adalah

2𝜋 𝐿
T= = 2𝜋√𝑔 (27)
𝜔

Menurut persamaan (27) makin panjang tali, makin besar periode, yang
konsisten dengan pengamatan eksperimen. Perhatikan bahwa periode tidak
bergantung pada massa. Hal ini berlaku karena gaya pemulih berbanding
lurus dengan masaa. Karena itu, percepatan a = F/m karena itu tak
bergantung tak bergantung pada massa. Perhatikan bahwa frekuensi dan
periode tidak bergantung pada amplitude osilasi, segi umum gerak harmonic
sederhana.

Gerak bandul sederhana lebih mudah dinyatakan dalam bentuk


simpangan sudutnya 𝜙 . Dengan menggunakan s = L 𝜙 dalam persamaan 4,
diperoleh

𝑑2 𝐿𝜙 𝑔
= - 𝐿 𝜙 = - 𝜔2 𝜙 (28)
𝑑𝑡 2

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 15


Penyelesaian persamaan 29 adalah

𝜙 = 𝜙0 cos (𝜔𝑡 + 𝛿) (29)

dengan 𝜙0 = s0/L sebagai simpangan sudut maksimum. Kriteria gerak


harmonic sederhana yang dinyatakan dalam besaran sudut adalah bahwa
percepatan sudut harus berbanding lurus dengan simpangan sudut dan
berlawanan arah seperti dalam persamaan (29).

B. Soal dan Pembahasan


1. Sebuah balok dikaitkan pada ujung pegas ditarik ke posisi x = A. Setelah
dilepas, balok berggerak harmonis sederhana. Jarak total tempuh balok
satu gertaran penuh adalah…
a. 2 b. A c. 2A d.4A e. A/4
 Jawaban yang tepat atas pertanyaan diatas adalah D
2. Ilustrasi gerak harmonik sederhana ditunjukan oleh gambar berikut.

Pernyataan yang benar terkait percepatan dan kecepatan partikel dititik A


pada grafik ...
a. Kecepatan dan percepatan positif
b. Kecepatan dan percepatan negatif
c. Kecepatan dan percepatan nol
d. Kecepatan positif dan percepatan negatif
e. Kecepatan negatif dan percepatan positif
 Jawaban yang benar dari pertanyaan tersebut adalah A
3. Sebuah balok dikaitkan dengan pegas ditarik sejauh A kemudian di lepas
sehingga memiliki energi total sebesar E. Jika amplitudonya menjadi 2
kali lipat, maka besarnya energi total adalah…
1
a. E b. E c. 2E d. 4E e. 3E
2

 Jawaban yang tepat untuk soal tersebut adalah D

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 16


4. Diketahui dua buah sistem pegas massa A dan massa B identik. Sistem
pegas massa A disimpangkan sejauh 15 cm sedangkan pegas massa B
disimpangkan sejauh 10 cm seperti pada gambar.

Jika kedua pegas dilepas bersamaan, sistem pegas yang sampai di posisi
setimbang lebih dulu adalah...
a. A
b. B
c. A dan B bersamaan
d. Tidak ada informasi yang mendukung
 Jawaban yang tepat pada soal diatas adalah C.
5. Dua orang anak dengan massa berbeda, masing-masing bermain ayunan
dengan panjang tali sama. Aanak A memiliki massa 30 kg dan anak B
memiliki massa 20 kg. Jika kedua anak menyimpangkan ayunan dengan
simpangan awal yang sama dan setiap melintasi titik asal mereka
berhitung satu, dua, tiga, dan seterusnya. Anak yang paling cepat sampai
pada hitungan sepuluh adalah…
a. Anak A
b. Anak B
c. Kedua anak sampai di hitungan ke-10 pada waktu yang sama
d. Tidak cukup informasi untuk menjawab
 Jawaban yang benar adalah C.

ESSAY

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 17


1. Sebuah benda menempuh gerak harmonic sederhana dengan amplitude A
dan periode T. Tentukan waktu minimum yang diperlukan benda agar
simpangannya sama dengan setengah amplitudonya
 Penyelesaian
Persamaan simpangan adalah sebagai berikut
x = A sin 𝜃 dengan 𝜃 = 𝜔𝑡 + 𝜃0
simpangan = setengah amplitude
1
x = A sin 𝜃 = 2A
1 𝜋
Sin 𝜃 = 2 = sin 6
𝜋
𝜃=
6

anggap sudut fase awal 𝜃0 = 0

𝜃 = 𝜔𝑡

𝜋 2𝜋
= ( 𝑇 )t
6

𝜋 𝑇
t = 6 x 2𝜋

1
= 12 T

2. Sebuah partikel bergerak harmonik. Persamaan simpangan dinyatakan


sebagai y = 4 sin 0,1 t cm, dengan t dalam sekon. Tentukan amplitudo,
frekuensi dan periode gerak.
 Penyelesaian
Dengan menyamakan persamaan simpangan dengan persamaan yang
diketahui, maka amplitudo, periode dan frekuensi dapat dihitung
y = A sin (𝜔𝑡 + 𝜃0)
y = 4 sin 0,1 t
Jadi amplitudo A = 4 cm dan 𝜃0 = 0
Periode 𝜔 = 0,1
2𝜋
𝑇
= 0,1

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | PEMBAHASAN 18


2𝜋
𝑇 = 0,1

= 20 𝜋 s
1 1
Frekuensi = 𝑇 = 20 𝜋 = 0,05 𝜋-1 Hz

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | 19


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa gaya pemulih
merupakan gaya dengan mana benda elastis itu menarik kembali suatu benda
yang melekat padanya. Pengaruh beban massa pada pegas yaitu jika benda
disimpangkan dari kesetimbangannya, gerak harmonik sederhana akan terjadi
seandainya ada gaya pemulih yang sebanding dengan simpangan dan
kesetimbangannya kecil. Hubungan gerak harmonik sederhana dan melingkar
yaitu frekuensi dan periode gerak melingkar sama dengan frekuensi dan
periode gerak harmonik sederhana yang diproyeksikan. Hubungan keduanya
dapat dilihat dari suatu meja yang dapat berputar dan sebuah benda yang
bayangan pasak (tangkai) dan benda diproyeksikan pada layar. Jika periode
meja yang berputarr diatur sehingga sama dengan periode benda yang
berosilasi, dan amplitudo sistem pegas sama dengan jari-jari meja putar,
bayangan kedua benda akan bergerak bersama.

B. Saran
Sebaiknya dalam pembelajaran, guru diharapkan mencoba berbagai
metode agar peserta didik dapat belajar fisika secara menyenangkan dan
dapat diterima dengan mudah sehingga tidak menimbulkan miskonsepsi bagi
peserta didik. Diharapkan pula bagi calon guru dan guru fisika untuk tetap
berinovasi mengembangkan suatu pembelajaran yang menuju lebih baik.

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | BAB III 20


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, D., Syuhendri, & Kistiono. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Text Perubahan
Konseptual Berbasis Model Perubahan Konseptua Pada Materri Gerak
Harmonik. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika.

Dore, Y. V. (2015, November 6). Simpangan Gerak Harmonik Sederhana. Retrieved


Maret 2, 2018, from Ayo Sekolah Fisika: http://www.ayo-
sekolahfisika.com/2015/11/simpangan-gerak-harmonik-sederhana-pegas.html

Eka, T., Fajar, S. D., & Ummi, M. (2016). Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Padda
Materi Gerak Harmonik Sederhana di Kelas XI IPA MAN Sanggau Ledo. Jurnal
Ilmu Pendidikan Fisika, 23-14.

Ghozali, Y. A., SutopoArif, & Hidayat. (2017). Peningkatan Proses Hasil Belajar Program
Retasi Pada Materi Gerak Harmonik Sederhana. Jurnal Proseding Nasional
Seminar III.

Hidayati, F. N., & Akhsan, H. S. (2016). IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS X PADA
MATERI. JURNAL INOVASI DAN PEMBELAJARAN FISIKA, 1.

Kanginan, M. (2016). Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Mahen, E. C., & Nuryantini, A. Y. (2018). Profil Pemahaman Konsep Calon Guru Fisika
pada Materi Gerak Harmonik Sederhana menggunakan Tekhnik CRI yang
Dimodifikasi. UNNES.

Nurul, H. F., Hamdi, A., & Syuhendri. (2016). Identifikasi Miskonsepsi siswa kelas X pada
materi elastisitas dan hukum Hooke di SMA Negeri 1 Indralaya. Jurnal Inovasi
dan Pembelajaran Fisika.

Paramita, P. S., & Pujayanto. (2015). Media Pembelajaran Menggunakan Spreadsheet


Excel Untuk Materi Osilasi Harmonik Teredam. Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNPFPF).

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | DAFTAR PUSTAKA 21


Sufahmi, A., & Safitri, R. (2017). Peningkatan Ketuntasan Belajar dan Sikap Sosial Peserta
Didik melalui Pemberian Reward untuk Tutor Sebaya pada Konsep Gerak
Harmonik Sederhana. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia.

Sugara, Y. D., & Sutopo, E. L. (2016). Kesulitan Siswa dalam Belajar Gerak Harmonik
Sederhana. Pros.Semnas Pendidikan IPA Pascasarjana UM.

Susilo, A., Yunianto, M., & Variani, V. I. (2012). Simulasi Gerak Harmonik Sederhana dan
Osilasi. Indonesian Journal of Applied Physics.

Tripler, P. A. (1998). Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Trisianawati, E., Saputra, D. F., & Munawaroh, U. (2016). PENERAPAN MODEL INKUIRI
TERBIMBING PADA MATERI GERAK HARMONIK SEDERHANA DI KELAS XI IPA
MAN. Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika.

Yuanita. (2010, Desember 16). Fisika. Retrieved Maret 01, 2018, from Gerak Harmonik
Sederhana: http://yuanitaxiipa4.blogspot.co.id/2010/12/gerak-harmoni-
sederhana.html

Zemansky, S. (1982). Fisika untuk Universitas 1 (Mekanika, Panas, Bunyi). Bandung:


Banacipta.

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 | DAFTAR PUSTAKA 22

Anda mungkin juga menyukai