Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FISIKA SMA DALAM MULTIMEDIA

“Miskonsepsi pada Gerak Lurus Berubah Beraturan,


Gerak Jatuh Bebas dan Gerak ke Atas”
Dosen Pengampu : Dra. Ratna Tanjung, M.Pd.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1


N NAMA NIM
O
1 GABRIEL HABEL SITORUS 4193121020
2 MICHAEL SINAGA 4193321010
3 PUTRI KURNIA 4192421003
4 YOGI TONGAM ANDRIAN 4193121005
HUTABARAT

PENDIDIKAN FISIKA B 2019


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas anugerah-
Nya kami dapat mengerjakan tugas makalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah Fisika SMA
dalam Multimedia ini.
Kami juga berterima kasih kepada Ibu Dra. Ratna Tanjung, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Fisika SMA dalam Multimedia ini. Beliau yang telah memberikan
bimbingannya dan juga arahannya sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat waktu sesuai
dengan jadwal dan waktu yang telah ditentukan tanpa ada kendala apapun.
Kami sadar bahwa makalah yang telah kami selesaikan ini memiliki banyak
kekurangan.Oleh karna itu, kami meminta maaf apabila terdapat kekurangan maupun
kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata kamiucapkan terima kasih, semoga makalah yang kami selesaikan ini
dapat bermanfaat untuk semua pembaca sekalian.

Medan, 01September 2021


Tim Penyusun

(Kelompok 1)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................... . 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................ 3
C. TUJUAN......................................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................... 4
BAB III : PENUTUP................................................................................................ 10
A. KESIMPULAN............................................................................................... 10
B. SARAN........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemahaman konsep merupakan keterampilan dasar yang harus dicapai peserta didik
setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran fisika. Keterampilan lain yang lebih tinggi
diantaranya keterampilan pemecahan masalah hanya dapat dicapai jika pemahaman konsep
telah dimiliki (Pasangkin et al., 2015: 223). Tingkat pemahaman konsep yang rendah akan
membuat peserta didik kesulitan dalam menerapkan dan menganalisis fenomena fisika yang
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi di lapangan menunjukkan banyaknya peserta
didik yang hanya mampu menggunakan persamaan matematis dalam pembelajaran, tanpa
sepenuhnya memahami konsep yang dipelajari. Hal ini terbukti, karena peserta didik hanya
mampu menyelesaikan tes berupa soal tertulis dalam bentuk yang mirip dengan contoh yang
diberikan guru. Namun, ketika dihadapkan pada soal bentuk baru dengan konsep yang sama,
peserta didik tak mampu memahami dan menyelesaikan soal tersebut. Kasus ini menunjukan
rendahnya kemampuan konstruksi pengetahuan dan pemahaman konsep peserta didik
(Suryadi et al., 2005: 142).
Penelitian dilakukan oleh Agus Pujianto, Nurjannah dan I Wayan Darmadi pada peserta
didik SMA mengenai miskonsepsi pada materi gerak lurus. Penelitian tersebut menggunakan
tes konsepsi menunjukkan bahwa hanya 21.67% dari subjek penelitian yang memiliki
pemahaman konsep yang baik. Tahap wawancara pada penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis jawaban peserta didik dalam tes. Hasilnya mengungkapkan bahwa salah satu
faktor yang menyebabkan peserta didik memiliki pemahaman konsep yang rendah adalah
pengetahuan hasil tafsiran sendiri dari pengalaman dalam kehidupannya sehari-hari (Pujianto
et al., 2013: 18). Pengetahuan tersebut dikenal sebagai konsep awal yang dimiliki peserta
didik sebelum melaksanakan pembelajaran. Pemahaman konsep peserta didik sangat
dipengaruhi oleh konsep awal tersebut, jika konsep awal tidak sesuai dengan teori fisika
maka akan menimbulkan pemahaman konsep yang rendah
Bloom (dalam Pasangkin et al., 2015: 223) menyatakan bahwa pemahaman konsep secara
lebih luas dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami atau mengerti
sesuatu, setelah sebelumnya mengetahui dan mengingat. Ketidaksesuaian antara pemahaman
yang dimiliki peserta didik dengan konsep ilmiah yang telah disepakati dan ditemukan
ilmuwan (teori) dikenal sebagai miskonsepsi. Miskonsepsi akan membuat peserta didik
terhambat dalam memperoleh pengetahuan baru dan mencapai hasil belajar yang optimal.

1
Kondisi ini bertolak belakang dengan tujuan pembelajaran fisika, yakni peserta didik mampu
memahami dan menggunakan konsep fisika (Indrayana et al., 2015: 99).
Pemahaman konsep sangat diperlukan peserta didik baik dalam pembelajaran maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya pemahaman konsep dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, selain adanya konsep awal diantara faktor lainnya adalah proses
pembelajaran yang kurang bermakna (Aeniah et al., 2018: 33). Objek kajian fisika banyak
membahas benda yang bersifat nyata, sehingga pembelajaran yang hanya dilaksanakan
dengan metode ceramah justru akan membuat konsep yang konkret menjadi abstrak
(Prasetyarini et al., 2013: 7).
Gerak Lurus merupakan salah satu materi dalam pembelajaran fisika di tingkat satuan
pendidikan SMA/MA, yang tercantum pada Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai
peserta didik kelas X. Kompetensi peserta didik kelas X program Matematika dan Ilmu Alam
pada Kurikulum 2013 Revisi 2016 KD 3.4 menganalisis besaran-besaran pada gerak lurus
dengan kecepatan konstan (tetap) dan gerak lurus dengan percepatan konstan (tetap) berikut
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya keselamatan lalu lintas. KD 4.4
menyajikan data dan grafik hasil percobaan gerak benda untuk menyelidiki karakteristik
gerak lurus dengan kecepatan konstan (tetap) dan gerak lurus dengan percepatan konstan
(tetap) berikut makna fisisnya. Menurut Artiawati et al., (2016: 14) miskonsepsi yang
umumnya terjadi pada peserta didik dalam materi gerak lurus diantaranya adalah: (1) Benda
yang bergerak konstan dengan kecepatan yang besar, maka percepatan benda tersebut adalah
bernilai besar; (2) Kecepatan sebuah benda tidak dapat bernilai negatif, atau nilai negatif
dalam kecepatan benda menunjukkan bahwa benda diam; (3) Benda dengan percepatan nol
berada dalam keadaan diam.
Peserta didik perlu menerima pengalaman langsung terhadap fenomena dalam
pembelajaran, sehingga pemahaman konsep tidak hanya bergantung pada konsep awal saja,
yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi. Khususnya dalam materi gerak lurus yang
memiliki peluang besar adanya miskonsepsi akibat pemahaman pada konsep awal. Prinsip
proses pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum kini berbasis aneka sumber belajar.
Media dapat menjadi salah satu sumber belajar yang mampu meningkatkan penguasaan
konsep pada pembelajaran fisika (Sugiana et al., 2016: 62). Media pembelajaran dapat
berperan sebagai jembatan untuk menghantarkan peserta didik menguasai konsep secara
utuh. Maka, sebelum melaksanakan proses pembelajaran perlu dipersiapkan media
pembelajaran yang tepat (Warjanto, 2015: 23). Salah satu bentuk media pembelajaran yang
umumnya digunakan dalam pembelajaran fisika adalah alat peraga. Penggunaan alat peraga

2
sebagai media pembelajaran fisika juga dapat berpengaruh dalam pencapaian tujuan
pembelajaran (Puspitarini, 2015: 8).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Fisika?
2. Apa yang Dimaksud Dengan GLBB,GJB dan Gerak Vertikal?
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Miskonsepsi?
4. Bagaimana Cara Mengatasi Miskonsepsi?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Apa Yang Dimaksudkan Dengan Fisika
2. Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan GLBB,GJB Dan Gerak Vertikal
3. Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Miskonsepsi
4. Mengetahui Bagaimana Cara Mengatasi Miskonsepsi

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FISIKA
Fisika berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Physic” yang artinya “alam”. Sedangkan
dalam KBBI, fisika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang zat dan energi
seperti panas, bunyi, cahaya, dan sebaginya Secara umum fisika dapat diartikan sebagai
itilmu yang mempelajari fenomena atau gejala alam serta seluruh interaksi yang ada di
dalamnya.Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian dari fisika yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu :
a. Bambang Ruwanto
Fisika adalah salah satu dari bagian dari ilmu dasar serta merupakan ilmu yang
fundamental
b. Efrizon Umar
Fisika merupakan salah satu ilmu yang berdasarkan berbagai macam besaran
besaran dalam studi ilmu fisika
c. Mikrajudin
Fisika merupakan cabang paling utama pada studi ilmu sains
d. Young, Hough D
Fisika adalah studi ilmu yang paling dasar dari ilmu ilmu pengetahuan yang lain
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, maka kami menyimpulkan fisika sebagai
suatu ilmu yang mempelajari tentang partike, zat dan energi yang mendasari setiap
peristiwa ilmu sains,
B. GLBB (GJB dan Gerak Vertikal)
Gerak Lurus Berubah Beraturan merupakan salah satu materi fisika, glbb ini masuk
kedalam topik umum kinematika, yang artinya ilmu yang mempelajari gerak suatu benda
tanpa menganalisis apa yang meyebabkan benda tersebut bergerak. GLBB ini merupakan
kelanjutan dari materi Gerak Lurus Beraturan (GLB). Pada GLB tidak terdapat yang
Namanya percepatan (a), sehingga pada GLB benda yang diam akan tetap diam dan
benda yang bergerak dengan kecepatan v akan tetap bergerak dengan kecepatan v (v =
konstan, a = 0).
Berbeda dengan glbb dimana suatu benda yang bergerak akan mengalami perubahan
kecepatan baik itu berkurang maupun bertambah dengan beraturan, ini artinya pada glbb
ada percepatan sebesar a yang mengakibatkan perubahan kecepatan pada benda tersebut.

4
Gerak Lurus Berubah Beraturan adalah gerak pada lintasan lurus dengan percepatan
tetap (a ≠ 0). Gerak ini dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
v t=v o +at Dengan : vo = Kecepatan awal (m/s)
1
s=v o t+ a t 2 : vt = Kecepatan akhir (m/s)
2
v 2t =v 2o +2 as :t = Waktu (s)
:a = Percepatan (m/s2)
:s = Perpindahan (m)
Ada dua jenis gerak lurus berubah beraturan, yaitu gerak lurus dipercepat jika
kecepatannya bertambah terhadap waktu (percepatan a bertanda positif) dan gerak lurus
diperlambat jika kecepatannya berkurang terhadap waktu (percepatan a bertanda
negatif) gerak lurus ini juga sering disebut sebagai perlambatan.
a. Gerak Jatuh Bebas
Gerak jatuh bebas adalah gerak benda secara vertikal yang bergerak dari
ketinggian h1 dan dijatuhkan hingga mencapai h0. Karena benda dijatuhkan,
maka pada awalnya benda tidak memiliki kecepatan awal (v o = 0). Yang
menjadikan GJB masuk dalam GLBB adalah karena benda yang jatuh bebas,
geraknya akan dipercepat oleh percepatan gravitasi sebesar g. Gerak ini memiliki
persamaan sebagai berikut :

Keterangan
h = tinggi lintasan (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
t = waktu tempuh (s)
karena v0 = 0, maka v0 dianggap tidak ada v0 = kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)

b. Gerak Vertikal
Mirip seperti gerak jatuh bebas, namun pada gerak vertikal, benda memiliki
kecepatan awal. Gerak vertikal dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Gerak Vertikal ke Atas (GVA)
Gerak vertikal ke atas adalah gerak vertikal suatu benda yang dilemparkan
ke atas dengan dengan kecepatan awal vo.
1
y=v o t− g t 2 v t=v o−¿
2
v 2t =v 2o −2 gy

5
b. Gerak Vertikal ke Bawah (GVB)
Gerak vertikal ke bawah adalah gerak vertikal suatu benda yang dijatuhkan
dari suatu ketinggian dengan kecepatan awal vo.
1
y=v o t+ g t 2 v t=v o +¿ v 2t =v 2o +2 gy
2

C. MISKONSEPSI
1. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi adalah kekeliruan dalam memahami konsep materi pembelajaran
yang dapat menyebabkan ketidakcocokkan antara konsep yang dimiliki oleh pribadi
dengan konsep ilmiah atau konsep yang dimiliki oleh ilmuwan. Miskonsepsi
merupakan hal yang wajar dalam proses pembentukan pengetahuan bagi seseorang
yang sedang belajar. Miskonsepsi yang terjadi terus menerus dan tidak segera
diperbaiki maka akan menghambat siswa dalam membentuk konsep ilmiah dan
dapat pula mengganggu proses pembelajaran.Berikut merupakan pengertian
miskonsepsi menurut para ahli :
a. Novak
Menyatakan bahwa prakonsepsi yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah disebut
dengan miskonsepsi.
b. Brown
Miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikan miskonsepsi
sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah.
c. Euwe Van den Berg
Miskonsepsi merupakan pertentangan atau ketidakcocokan konsep yang dipahami
seseorang dengan konsep yang dipakai oleh pakar ilmu yang bersangkutan.
d. Fowler
Miskonsepsi merupakan pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan
konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-
konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar.

2. Contoh Miskonsepsi

6
Dalam lingkungan sekolah, miskonsepsi seringkali terjadi, terutama dalam mata
pelajaran fisika. Hal ini biasanya terjadi karena kurang pahamnya siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Namun dapat juga terjadi karena faktor penjelasan dari
guru dan banyak faktor lainnya. Berikut merupakan contoh miskonsepsi yang
biasanya dialami oleh siswa disekolah :
KATEGORI NO MISKONSEPSI KONSEP YANG BENAR
Tanda + dan – pada hasil hitung Tanda + menandakan percepatan
1 tidak berpengaruh pada jenis dan tanda – menandakan
percepatan perlambatan
Percepatan memiliki nilai
Kecepatan dan percepatan
GLBB 2 konstan, hanya kecepatan yang
berubah signifikan
berubah signifikan
Kecepatan, percepatan dan Perlambatan ada saat kecepatan
3 perlambatan menuju arah yang berlawanan dengan percepatan
sama dan sebaliknya (Giancoli, 2001)

Memiliki kecepatan awal Benda yang jatuh bebas tidak


1
(v0≠ 0) memiliki kecepatan awal (v = 0)
Nilai percepatan dipengaruhi Gravitasi merupakan percepatan
GJB 2
oleh gravitasi yang mempengaruhi kecepatan
Perbedaan besar massa Massa tidak mempengaruhi
3
mempengaruhi besar percepatan besar percepatan

Percepatan awal bernilai 0 dan


Yang bernilai 0 di awal adalah
1 bertambah signifikan hingga
kecepatan (v0 = 0)
percepatan akhir maksimal
Benda mengalami perlambatan
Benda mengalami percepatan
GVA 2 yang disebabkan oleh percepatan
hingga titik maksimal
gravitasi yang berlawanan arah
Kecepatan pada saat tpuncak adalah
Kecepatan pada saat tpuncak sama
3 0, sedangkan pada saat takhir
dengan takhir
adalah maksimal
3. Penyebab Miskonsepsi
Miskonsepsi dapat terjadi dikarenakan salah menafsirkan proses bahkan
fenomena yang terkait satu sama lain yang tidak segera diperbaiki dan berbeda
dengan konsep ilmiah. Menurut Fadllan, miskonsepsi tidak hanya terjadi pada
pendidikan dasar melainkan menengah serta pendidikan tinggi juga dapat terjadi

7
miskonsepsi. Miskonsepsi yang sering terjadi secara berkesinambung dan apabila
tidak segera diatasi maka akan menyebabkan siswa sulit dalam mencerna atau
memahami konsep ilmiah dan juga dapat mengganggu proses pembelajaran
berlangsung. Menurut Tayubi (2005) ada beberapa hal yang dapat menyebabkan
miskonsepsi dalam pembelajaran antara lain:
a. Siswa
a. Prakonsepsi atau konsep awal siswa. Banyak siswa sudah mempunyai
konsep awal sebelum mereka mengikuti pelajaran di sekolah.
b. Pola pikir yang spontan.
c. Tahap perkembangan kognitif siswa.
d. Kemampuan siswa.
e. Minat belajar.
b. Guru
Guru yang tidak menguasai bahan atau tidak memahami konsep fisika
dengan benar juga merupakan salah satu penyebab miskonsepsi siswa. Guru
terkadang menyampaikan konsep fisika yang kompleks secara sederhana
dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman siswa. Kadang-kadang guru
mengutamakan penyampaian rumusan matematis sedangkan penyampaian
konsep fisisnya dikesampingkan. Pola pengajaran guru masih terpaku pada
papan tulis, jarang melakukan eksperimen dan penyampaian masalah yang
menantang proses berpikir siswa.
c. Buku Teks
Buku teks yang dapat mengakibatkan munculnya miskonsepsi siswa adalah
buku teks yang bahasanya sulit dimengerti dan penjelasannya tidak benar.
Buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa yang sedang belajar dapat
menumbuhkan miskonsepsi karena mereka sulit menangkap isinya.
d. Konteks
Konteks yang dimaksud di sini adalah pengalaman, bahasa sehari-hari,
teman, serta keyakinan dan ajaran agama. Bahasa sebagai sumber prakonsepsi
pertama sangat potensial mempengaruhi miskonsepsi, karena bahasa
mengandung banyak penafsiran.
e. Metode Mengajar
Metode mengajar guru yang tidak sesuai dengan konsep yang dipelajari
akan dapat menimbulkan miskonsepsi. Guru yang hanya menggunakan satu

8
metode pembelajaran untuk semua konsep akan memperbesar peluang siswa
terjangkit miskonsepsi. Metode ceramah yang tidak memberikan kesempatan
siswa untuk bertanya dan juga untuk mengungkapkan gagasannya sering kali
meneruskan dan memupuk miskonsepsi. Penggunaan analogi yang tidak tepat
juga merupakan salah satu penyebab timbulnya miskonsepsi.
4. Cara Mengatasi Miskonsepsi
Ada banyak cara mengatasi miskonsepsi dalam bidang Fisika. Banyak penelitian
telah dilakukan para ahli pendidikan Fisika yang mengungkapkan bermacam-macam
kiat yang di buat untuk membantu siswa memecahkan persoalan miskonsepsi.
Secara garis besar langkah yang digunakan membantu mengatasi miskonsepsi
adalah:
     1.      Mencari atau mengungkapkan miskonsepsi yang dilakukan siswa.
     2.      Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut.
     3.      Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi tersebut.

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemahaman konsep sangat diperlukan peserta didik baik dalam pembelajaran maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya pemahaman konsep dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, selain adanya konsep awal diantara faktor lainnya adalah proses
pembelajaran yang kurang bermakna. Objek kajian fisika banyak membahas benda yang
bersifat nyata, sehingga pembelajaran yang hanya dilaksanakan dengan metode ceramah
justru akan membuat konsep yang konkret menjadi abstrak.
Peserta didik perlu menerima pengalaman langsung terhadap fenomena dalam
pembelajaran, sehingga pemahaman konsep tidak hanya bergantung pada konsep awal
saja, yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi. Khususnya dalam materi gerak lurus
yang memiliki peluang besar adanya miskonsepsi akibat pemahaman pada konsep awal.
Prinsip proses pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum kini berbasis aneka
sumber belajar. Media dapat menjadi salah satu sumber belajar yang mampu
meningkatkan penguasaan konsep pada pembelajaran fisika. Media pembelajaran dapat
berperan sebagai jembatan untuk menghantarkan peserta didik menguasai konsep secara
utuh. Maka, sebelum melaksanakan proses pembelajaran perlu dipersiapkan media
pembelajaran yang tepat. Salah satu bentuk media pembelajaran yang umumnya
digunakan dalam pembelajaran fisika adalah alat peraga. Penggunaan alat peraga sebagai
media pembelajaran fisika juga dapat berpengaruh dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
B. SARAN
Berdasarkan penjelasan yang telah disediakan dalam makalah ini, sebaiknya guru atau
pengajar lainnya untuk tidak hanya memberikan tugas dan soal-soal untuk dikerjakan
atau diujikan, tetapi lebih melakukan evaluasi dari jawaban salah dari siswa.
Ketidakberhasilan siswa dalam menjawab soal, merupakan bukti bahwa siswa kurang
memahami konsep yang benar dari suatu peristiwa fisika. Dari hasil evaluasi tersebut
agar dapat diberikan pemahaman lebih lanjut kepada siswa terkait.
Untuk peserta didik juga sebaiknya meningkatkan kegiatan belajarnya. Tidak hanya
itu, siswa juga sebaiknya mencari materi tambahan dari sumber lain yang terpercaya dan
membandingkan satu sumber dengan sumber lain sehingga dilanjutkan dengan membuat
kesimpulan agar lebih memahami konsep.

10
DAFTAR PUSTAKA
Artiawati, P. R. Dkk. 2016. Identifikasi Kuantitas Siswa Yang Miskonsepsi Menggunakan
Three Tier-Test Pada Materi Gerak Lurus Beraturan (GLB). Jurnal Ilmu Pendidikan
Fisika. 1(1) : 13-15
Artiawati, P. R. Dkk. 2018. IDENTIFIKASI KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI
MENGGUNAKAN THREE TIER-TEST PADA MATERI GERAK LURUS
BERUBAH BERATURAN (GLBB). Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika .3(1) : 5-7
Giancoli, D. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga
Gumay, Olivia Putri Utami. 2021. Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas X pada Materi Gerak.
Silampari Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 3 (1). Hlm 58-69
Haris, Venny. 2013. Identifikasi Miskonsepsi Materi Mekanika dengan Menggunakan CRI
(Certainty of Response Index). Ta’dib. Vol 16 (1). Hlm 77-86
Rahmah, Cut Maulida, dkk.,. 2018. Identifikasi Miskonsepsi Menggunakan Certainty of
Response Index (CRI) pada Materi Kinematika Gerak Lurus di MAN 4 Aceh Besar.
Jurnal Phi : Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan. Vol 2 (1). Hlm 5-10
Suparno, P. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta :
Gramedia
Tayubi, Y. R. 2005. Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan
Certainty of Response Index (CRI). Mimbar Pendidikan. Vol 3 (24)

11

Anda mungkin juga menyukai