PENDAHULUAN
18,67
g m x
a m )
n )
5 - 0,
, 0 0
X 5 , 0
1 0 0
3 9
5 - 0,
, 0 0
5 , 0
X 0 0
2 3 9
5 0 0,
, , 0
6 0 0
X 7 4
3 9
1
n
6
, ∑
∑ 6 (x
x –
x)
2
=
0,
0
0
6
7
5,53
x
n=3
x 4,76 0,0268
Ulangan 3 :
Ulangan 3 :
Ulangan 1
Ulangan 3
Ulangan 2
Ulangan 3
Kesalahan mutlak (Δx) = hasilnya = 0,024 mm
Kesalahn relatif ��3 = Δx/ ��3 hasilnya = 0,00521 mm
Kesalahan persen ��3 = (Δx/��3) x 100% hasilnya = 0,52%
Kesalahn ketelitian ��3 = (1 - Δx/��3) x 100% hasilnya = 99,47%
Volume silinder =
Volume = 3,14 x (2,62)2 x 9.61
Volume = 3,14 x 6,86 x 9,61
Volume = 207,13 ml.
C. pembahasan
setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, tergantung kepada
keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode yang digunakan dalam
mengukur, dan kemampuan orang yang mengukurnya. Pada saat melakukan pengukuran
menggunakan jangka sorong, baik pengukuran diameter luar maupun diameter dalam, terdapat
kesalahan-kesalahan tertentu yang dilakukan oleh praktikum. Misalnya, kesalahan dalam melihat
angka yang berimpit pada skala nonius. Pada pengukuran diameter dalam pipa tepatnya saat
ulangan kedua, terdapat beberapa angka pada sekala nonius, pada angka 4, 8, 6, dan 9. Ini
menunjukkan bahwa kemampuan baca sekala yang dimiliki oleh praktikan masih kurang. Ini
mungkin disebabkan kesalahan paralaks oleh praktikan sehingga tidak dapat melihat skala yang
benar-benar berimpit. Kesalahan lainnya juga masih ada, seperti kesalahan praktikan yang tidak
mengkonversikan satuan skala nonius dari millimeter ke centimeter.
Kesalahan dalam menggunakan mistar besi adalah keterbatasan keterampilan pengamatan
oleh praktikan serta ditak menggunkan titik ukur dari nol. Praktikan yang menghitung diameter
dalam pipa dari angka nol mendapati hasil yang sama, yaitu pada ulangan 1 dan ulangan 3.
Dengan skala yang menunjukan pada angka 28. Sedangkan praktikan yang lain tidak menghitung
dari angka nol dan mendaptkan hasil pengukuran 28 cm. ini menunjukkan bahwa dalam
pengukuran ini terdapat kesalahan paralaks dan kesalahan penempatan angka nol. Terdapat
beberapa millimeter perbedaan hasil pengukuran menggunakan mistar dan jangka sorong,
disebabkan tingkat ketelitian atau ketidak pastiannya berbeda-beda. Jangka sorong memiliki
tingkat ketelitian 0,005 cm, sedangkan mistar memilikitingkat ketelitian 0,05 cm. jadi, jangka
sorong memiliki tingkat ketepatan lebih tinggi dibandingkan mistar.
Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai berat, tetapi dalam tinjauan
fisika kedua besaran tersebut berbeda. Massa tidak di pengaruhi gravitasi, sedangkan berat
dipengaruhi oleh gravitasi. Fungsi dari neraca elektrik maupun bukan elektrik secara umum
adalah sebagai alat pengukur massa. Kegunaan neraca ini tergantung dari neraca tersebut missal
neraca /timbangan elektrik yang ada di pasar swalayan dengan yang dilaboratorium tentu
sensitivitas dan skala neracanya jauh berbeda. Secara umum proses menimbang dengan neraca
elektronik/digital adalah pastikan bahwa timbangan sudah menyala, pastikan timbangan
menunjukkan angka “nol” (jika tidak perlu dikoreksi), letakkan benda yang massanya akan
diukur pada piringan tempat benda, baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala
satuan timbangan tersebut, untuk pengukuran sensitivitasnya tinggi perlu menunggu 30 menit,
karena hanya dapat bekerja pada batas temperature yang di tetpkan, dan Nst dari neraca adalah
0,01 gram.
Alat ukur waktu yang sering digunakan dalam percobaan fisika adalah stopwatch. Dengan
stopwatch digital, praktikum langsung dapat membaca selang waktu yang diukur pada layar
stopwatch. Pda saat membandingkan hasil pengukuran dari stopwatch dengan jam tangan,
terdapat beberapa sekon perbedaan keduaanya. Tingkat ketidakpastiaan stopwatch lebih rendah
dibandingkan jam tangan, dimana stopwatch memiliki skala ketidakpastiaan 0,05 sekon. Jadi,
pengukuran dengan menggunkn stopwatch dapat memperkecil tingkat kesalahan dalam
pengukuran waktu.
Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume larutan. Gelas ukur digunanakan untuk
volume dari 10 hingga 2000 ml.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan
secara kuantitatif.
2. Pengukuran harus dilakukan dengan kecermatan yang tinggi dan dilakukan dengan alat yang
sesuai agar hasil pengukuran meminimalisirkan kesalahan.
3. Hasil Pengukuran harus dituangkan dalam bentuk tabel dengan baik agar tidak perlu dilakukan
pengukuran ulang yang mengaibatkan lamanya proses perhitungan data kembali.
4. Percobaan pada (Jangka sorong) diameter dalam pipa, Kesalahan mutlaknya X1 1,10mm. Namun
pada kesalahan relatif X1 adalah 0,017mm, kesalahan persen X1 adalah 1,7%, dan kesalahan
ketelitiannya X1 adalah 98,3%.
5. Percobaan pada (Mistar besi) diameter dalam pipa,kesalahan mutlak X1 0,024mm, kesalahan
relatifnya X1 adalah 0,00521mm, kesalahan persennya X1 adalah 0,520% dan kesalahan
ketelitiannya 99,47%.
B. Saran
1. Asisten sudikiranya lebih detail lagi menjelaskan tentang alat-alat yang digunakan untuk
kegiatan praktikum.
2. Semoga kedepannya praktikum lebih memperhatikan asisten yang lagi menerangkan.
3. Semoga kedepannya praktikum dilakukan dilaboratorium sendiri yaitu dilaboratorium fisika.
DAFTAR PUSTAKA
Nurachmandani, Setya, Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta 2009, Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar, Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Univ
Laporan Praktikum Fisika Dasar 1
ACARA I
ALAT UKUR MEKANIK
ABSTRAK
Alat ukur mekanik adalah alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengetahui ukuran atau
dimensi dan kondisi fisik suatu komponen seperti panjang, lebar, tinggi dan sebagainya. Praktikum yang
membahas tentang alat ukur mekanik ini bertujuan agar praktikan dapat mempelajari alat ukur baik itu
alat ukur waktu, maupun alat ukur panjang seperti mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup dengan
ketelitian tinggi, dan agar praktikan dapat mempelajari ketelitian alat ukur waktu seperti stopwatch, dan
alat ukur panjang seperti jangka sorong, mikrometer sekrup dan mistar dengan ketelitian tinggi. Pada
praktikum ini diukur waktu untuk 30 denyut nadi dengan menggunakan stopwatchdan diukur sisi kubus,
diameter gotri, diameter tabung, dengan menggunakan jangka sorong dan mistar, setelah itu
menghitung massa gotri, silinder, dan kubus menggunakan neraca analitik. Dari percobaan yang
dilakukan didapatkan waktu untuk 30 denyutan nadi sebesar 20,16 sekon. Selanjutnya untuk percobaan
mengukur sisi kubus dengan menggunakan jangka sorong didapatkan nilai sebesar 20,4 mm dan 20 mm
untuk pengukuran dengan menggunakan mistar. Dan pada pengukuran diameter gotri dengan
menggunakan mikrometer sekrup didapatkan hasil 16,89 mm. Dan untuk percobaan menghitung berat
gotri dengan menggunakan neraca analitik didapatkan hasil 6,71 gram. Dari hasil percobaan, alat ukur
yang paling teliti adalah mikrometer sekrupkarena memiliki ketelitian 0,01 mm.
E. HASIL PENGAMATAN
1. 19,47 0,65
2. 20,48 0,63
3. 19,80 0,66
4. 21,62 0,72
5. 19,44 0,65
Tabel 2. Mengukur sisi kubus
1. 20,8 20,0
2. 19,8 20,0
3. 20,8 20,0
4. 19,8 20,0
5. 20,8 20,0
F. ANALISIS DATA
1) Stopwatch
a. Mengukur 30 denyutan menggunakan stopwatch
∑ 100,81 3,357
=
=
= 20,162 s
= 0,408 s
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,020 x 100 %
=2%
∑ 3,36 0,0034
=
=
= 0,672 s
= 0,013 s
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,02 x 100 %
=2%
∑ 102 1,2
=
= 20 mm
= 0,244 mm
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,01 x 100 %
=1%
1. 20 20 0 0
0
2. 20 20 0
0
3. 20 20 0 0
0
4. 20 20 0
5. 20 20 0
∑ 100 0
=
= 20 mm
= 0 mm
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0 x 100 %
=0%
b. Diameter tabung
1. Jangka sorong
Pengukuran dengan jangka sorong ( diameter dalam)
∑ 418,6 46,406
=
= 83,72 mm
= 1,523 mm
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,018 x 100 %
= 1,8 %
∑ 586,6 1,166
=
= 117,32 mm
= 0,240 mm
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,002 x 100 %
= 0,2 %
2. Mistar
1. 115 115 0 0
1
2. 116 115 1
0
3. 115 115 0 0
-1
4. 115 115 0
5. 114 115 1
∑ 575 2
=
= 115 mm
= 0,316 mm
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,002 x 100 %
= 0,2 %
∑ 603 1,2
=
= 120,6 mm
= 0,245 mm
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,002 x 100 %
= 0,2 %
∑ 268,8 14,269
=
= 53,76 mm
= 0,844 mm
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,015 x 100 %
= 1,5 %
5. 57 57,8 0,64
∑ 289 3,16
=
= 57,8 mm
= 0,397 mm
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,006 x 100 %
= 0,6 %
∑ 84,48 0,059
=
= 16,89 mm
= 0,04 mm
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,002 x 100 %
= 0,2 %
b. Kawat
∑ 1,51 0,0052
=
= 0,302 mm
= 0,014 mm
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,04 x 100 %
=4%
4) Timbangan analitik
a. Kubus
1. 0,903 0,903 0 0
0,001
2. 0,904 0,903 0,000001
-0,001
3. 0,902 0,903 0,000001
∑ 2,709 0,000002
=
= 0,903 gr
= 0,0005 gr
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,0005 x 100 %
= 0,05 %
b. Gotri
No. (gr) (gr) (gr) (gr)
∑ 20,14 0,0005
=
= 6,71 gr
= 0,009 gr
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,001 x 100 %
= 0,1 %
c. Silinder
∑ 2,706 0,000056
=
= 0,902 gr
= 0,003 gr
% error = x 100 %
= x 100 %
= 0,003 x 100 %
= 0,3 %
G. PEMBAHASAN
Praktikum mengenai alat ukur mekanik ini berujuan untuk mempelajari ala ukur waktu
(stopwatch) dan alat ukur panjang (jangka sorong, mikrometer sekrup, mistar) dengan ketelitian tinggi
dan mempelajari ketelitian alat uku waktu (stopwatch) dan alat ukur panjang (mikrometer sekrup,
jangka sorong, mistar) dengan ketelitian tinggi. Alat ukur mekanik sendiri adalah ialah alat ukur yang
digunakan untuk mengetahui ukuran atau dimensi dan kondisi fisik suatu komponen seperti panjang,
lebar, tinggi, kerataan dan sebagainya.
Pada percobaan yang pertama yaitu menghitung waktu untuk denyut nadi sebanyak 30
denyutan dengan menggunakan stopwatch. Diperoleh rata-rata waktu untuk 30 denyutan sebesar 20,16
sekon dengan % error 2%, sedangkan waktu untuk 1 denyutan rata-rata sebesar 0,67 sekon dengan %
error 2 %. Untuk percobaan kedua yaitu mengukur sisi kubus dengan menggunakan jangka sorong dan
mistar. Pada percobaan yang menggunakan jangka sorong didapatkan rata-rata sisi kubus sebesar 20,4
mm dengan % error sebesar 1% dan pada percobaan yang menggunakan mistar didapatkan sisi kubus
sebesar 20 mm dan % error 0 %. Untuk percobaan ketiga yaitu mengukur diameter dalam dan luar
tabung menggunakan jangka sorong dan mistar. Untuk pengukuran diameter dalam tabung dengan
jangka sorong didapatkan nilai sebesar 83,72 mm dengan % error 1,8% dan diameter luarnya sebesar
117,32 mm dengan % error 0,2%. Sedangkan untukpengukuran menggunakan mistar didapatkan nilai
diameter dalam tabung sebesar 115 mm dan % error 0,2 % dan diperoleh diameter luarnya sebesar
120,6 mm dengan % error 0.2%. Percobaan selanjutnya yaitu menghitung kedalaman air dalam tabung
dengan menggunakan mistar dan jangka sorong. Dari percobaan ini didapatkan nilai rata-rata
kedalamannya sebesar 53,76 mm bila diukur menggunakan jangka sorong dan % errornya sebesar 1,5%
dan jika diukur dengan mistar kedalaman air rata-ratanya sebesar 57,8 mm dengan % error 0,6 %.
Kemudian pada percobaan kelima yaitu mengukiur diameter kawat dan gotri dengan menggunakan
mikrometer sekrup. Berdasarkan analisis data diperoleh diameter gotri jika diukur dengan mkrimeter
sekrup sebesar 16,89 mm dengan % error sebesar 0,2 % dan diameter kawat sebesar 0.302 mm dengan
% error sebesar 4%. Dan untuk percobaan terakhir yaitu menghitung massa gotri, kubus, dan silinder
dengan menggunakan neraca analitik diperoleh massa kubus sebesar 0.903 gram dengan % error
sebesar 0.05 % dan diperoleh massa gotri 6.71 gram dengan % error 0.1 % sedangkan untuk silinder
diperoleh massa sebesar 0.902 gram dengan % error 0.3%.
Dari percobaan percobaan yang telah kami lakukan didapat % error yang berbeda pada setiap
pengukuran. Hal ini disebabkan karena ketidak telitian saat membaca skala pada alat ukur, dan bisa juga
karena kekeliruan saat menghitung dengan menggunakan kalkulator. Dan berdasarkan percobaan yang
telah kami lakukan, dapat dikatakan bahwa alat ukur panjang yang tingkat ketelitiannya paling tinggi
adalah mikrometer sekrup dan karena memiliki batas ketelitian 0,01 mm dan alat ukur panjang yang
ketelitiannya paling rendah adalah mistar karena batas ketelitiannya hanya 1.0 mm.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Stopwatch merupakan alat ukur waktu. Jangka sorong, mistar, dan mikrometer sekrup termasuk alat
ukur panjang, dan yang termasuk alat ukur berat adalah neraca analitik.
b. Stopwatch memiiliki ketelitian 0,5 sekon dan alat ukur panjang seperti jangka sorong memiliki ketelitian
0.05 mm mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm dan mistar memiliki 1,0 mm. Alat ukur yang
ketelitiannya paling tinggi adalah mikrometer sekrup karena memiliki ketelitian 0,01 mm dan alat ukur
yang ketelitiannya paling rendah adalah mistar memiliki ketelitian 1,0 mm
2. Saran
Saran saya agar lebih teliti saat membaca skala yang ditunjukkan pada alat ukur, dan pada saat
praktikum gunakanlah waktu sebaik-baiknya agar dapat selesai pada waktunya.