Anda di halaman 1dari 39

I.

    PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Dalam fisika, pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak bleh ditinggalkan.
Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam
mempelajari berbagain fenomena yang sedang dipelajari. Mengapa demikian ?
Sebelumnya ada baiknya jika kit mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu
sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain. Mengukur dapat
dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan secara
kuantitatif, dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis
maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukungnya.
Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numeric yang menunjukan
pola-pola tertentu sebagai bentuk krakteristik dari fenomena atau permasalahan tersebut. Dengan
demikian, maka dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat kualitatif berdasarkan pola-pola
yang dihasilkan oleh data-data kuantitatif tersebut.
Dengan salah satu argumentasi di atas, sudah dapat kita ketahui betapa penting dan
dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika.

B.  Tujuan Praktikum


Dengan dilakukannya praktikum ini diharapkan bahwa mahasiswa dapat dengan mudah
mempergunakan beberapa alat untuk mengukur. Dengan tidak hanya mengetahui namanya saja
namun juga mempergunakan dan merepresentasikan data-data yang terukur dalam sebuah format
laporan yang sesuai.
Sebagai satu hahil keluaran yang dapat dipresentasikan dengan baik merupakan tujuan
berikutnya dimana mahasiswa dapat menentukan volume dan jenis beberapa zat padat. Hingga
akhirnya presentasi format percobaan yang dilakukan dapat dipastikan sesuai atau bahkan jauh
melenceng dari teori yang ada.

II.     TINJAUAN PUSTAKA


Besaran dan Satuan
Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai
besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai
pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi
para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran
dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. (Setya, 2009)

1.     Besaran Pokok


Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak
diturunkan dari besaran lain. Ada tujuh besaran pokok dalam sistem Satuan Internasional yaitu
Panjang, Massa, Waktu, Suhu, Kuat Arus, Jumlah molekul, Intensitas Cahaya.
Panjang adalah dimensi suatu benda yang menyatakan jarak antar ujung. Panjang dapat
dibagi menjadi tinggi, yaitu jarak vertikal, serta lebar, yaitu jarak dari satu sisi ke sisi yang lain,
diukur pada sudut tegak lurus terhadap panjang benda. Dalam ilmu fisika dan teknik, kata
“panjang” biasanya digunakan secara sinonim dengan “jarak”, dengan simbol “l” atau “L”
(singkatan dari bahasa Inggris length).
Massa adalah sifat fisika dari suatu benda, yang secara umum dapat digunakan untuk
mengukur banyaknya materi yang terdapat dalam suatu benda. Massa merupakan konsep utama
dalam mekanika klasik dan subyek lain yang berhubungan.
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian saat
ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu
merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama
berlangsungnya suatu kejadian. Tiap masyarakat memilki pandangan yang relatif berbeda
tentang waktu yang mereka jalani. Sebagai contoh: masyarakat Barat melihat waktu sebagai
sebuah garis lurus (linier). Konsep garis lurus tentang waktu diikuti dengan terbentuknya konsep
tentang urutan kejadian. Dengan kata lain sejarah manusia dilihat sebagai sebuah proses
perjalanan dalam sebuah garis waktu sejak zaman dulu, zaman sekarang dan zaman yang akan
datang. Berbeda dengan masyarakat Barat, masysrakat Hindu melihat waktu sebagai sebuah
siklus yang terus berulang tanpa akhir.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh
suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom
penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Muatan
listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya. Pada zaman dulu, Arus
konvensional didefinisikan sebagai aliran muatan positif, sekalipun kita sekarang tahu bahwa
arus listrik itu dihasilkan dari aliran elektron yang bermuatan negatif ke arah yang sebaliknya.
(Setya, 2009)

2.    Besaran Turunan


Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok atau
besaran yang didapat dari penggabungan besaran-besaran pokok. Contoh besaran turunan adalah
Berat, Luas, Volume, Kecepatan, Percepatan, Massa Jenis, Berat jenis, Gaya, Usaha, Daya,
Tekanan, Energi Kinetik, Energi Potensial, Momentum, Impuls, Momen inersia, dll. Dalam
fisika, selain tujuh besaran pokok yang disebutkan di atas, lainnya merupakan besaran turunan.
Besaran Turunan selengkapnya akan dipelajari pada masing-masing pokok bahasan dalam
pelajaran fisika.
Untuk lebih memperjelas pengertian besaran turunan, perhatikan beberapa besaran
turunan yang satuannya diturunkan dari satuan besaran pokok berikut ini.
Luas = panjang x lebar
         = besaran panjang x besaran panjang
    = m x m
    = m2
Volume = panjang x lebar x tinggi
         = besaran panjang x besaran panjang x besaran Panjang
         =  m x m x m
         = m3
Kecepatan = jarak / waktu
              = besaran panjang / besaran waktu
              = m / s
Untuk mencapai suatu tujuan tertentu di dalam fisika, kita biasanya melakukan
pengamatan yang disertai dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum tidak
lengkap apabila tidak disertai data kuantitatif yang didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin,
seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat mengukur yang sedang kita bicarakan dan
menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita mengetahui apa yang sedang kita bicarakan itu.

3.    Jangka Sorong


Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
millimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil
pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian
keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat
ketelitian adalah 0.05 mm untuk jangka sorong dibawah 30 cm dan 0.01 untuk yang di atas 30
cm.

Kegunaan jangka sorong ini adalah:


1.             Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit
2.             Untuntu mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun
lainnya) dengan cara diukur.
3.             Untuk mengukur kedalaman celah/lubang pada suatu benda dengan cara
“menancapkan/menusukkan” bagian pengukur tidak terlihat pada gambar karena berada pada sisi
pemegang. (Setya, 2009)

III.  PROSEDUR PERCOBAAN

A.  Waktu dan Tempat


Praktikum Pengukuran Dasar dilakukan pada hari senin, tanggal 6 Desember 2011,
berlangsung dari pukul 10.00 s/d 12.00 WIB di Laboratorium Fisika Dasar Fakutas Pertanian
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.
B.  Alat dan Bahan
a.       Mistar besi                                      g. Gelas ukur
b.      Jangka sorong                                 h. Wadah silinder
c.       Neraca digital                                 i. Termometer
d.      Stop watch                                     j. Pipa
e.       Balok                                              j. Air
f.       Gelas ukur                                      k. Kaleng                    

C.  Cara Kerja


a.    Pengukuran dengan jangka sorong
1.      Diambil sebuah pipa, kemudian ukurlah diameter pipa bagian dalam dan luar pipa tersebut,
lakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
2.      Diukur dengan menggunakan mistar besi dan lakukan pengulangan sebanyak 3 kali
3.      Dibandingkan hasil pengukuran dengan menggunakan mistar dan jangka sorong berdasarkan
kesalahan mutlaknya.

b.   Pengukuran dengan menggunakan timbangan


1.    Ditentukan nst timbangan, kemudian
2.    Diambilah sebuah balok, lalu diletakkan pada landasan beban timbangan.
3.    Diukurkanlah berapa massa balok tersebut, pengulangan dilakukan selama 3 kali.

c.    Pengukuran dengan stop watch


1.   tentukan nst stop watch
2.   Disetlah stop watch pada posisi nol, kemudian set posisi jarum pada jam tangan.
3.   Disaat jarum mulai bergerak dari posisi yang telah diset, stopwatch dihidupkan. Kemudian
bandinglah nilai terbaca pada stopwatch dengan lamanya waktu yang telah diset pada jam tangan
selama 1 menit. Lakukan pengulangan sebanyak 5 kali.

d.   Pengukuran dengan gelas ukur


1.    Dikurkanlah dimensi kaleng, kemudian masukkan air didalam kaleng tersebut, hitung volume air
dalam kaleng dengan menggunakan rumus volume silinder. Kemudian air yang sama
dimasukkan dengan gelas ukur.
2.    Dibandingkanlah volume air yang ada di kaleng dan gelas ukur. Pengulangan dilakukan
sebanyak 3 kali.

              IV.  HASIL DAN PENGAMATAN

A.  Data Hasil Pengamatan


1.    Pengukuran menggunakn jngka sorong (nst = 0,05 mm)
Table 1. pengukuran diameter luar pipa.
 No  Ulangan  Data  (x - x)     (x – x)2
 (mm)

1       X1    68    2,7       7,29

2       X2    66    0,7       0,29

3       X3    62   -3,3       10,89

n         196   ∑(x – x)2=


      ∑x
=
        x    65,3
3
18,67

Table 2. pengukuran diameter dalam pipa


  No      Ulangan     Data (mm)      (x – x)             (x – x)2     

   1          X1           62         2,7           7,29

   2          X2           56        -3,3          10,89

   3          X3           60         0,7           0,49

        ∑x           178       ∑(x – x)2=


n=3
          x          59,3

    18,67

2.    Pengukuran menggunakan mistar besi (nst = 1 mm)


Table 3. pengukuran diameter luar pipa
               
  D (  
U a x (x
l t –
a a – x)
n ( 2

g m x
a m )
n )

      5 - 0,
   , 0 0
X 5 , 0
1 0 0
3 9
      5 - 0,
    , 0 0
  5 , 0
X 0 0
2 3 9
      5 0 0,
    , , 0
   6 0 0
X 7 4
3 9
    1     
n
    6
   , ∑
∑ 6 (x
x –
x)
2
=

0,
0
0
6
7
          5,53
x

Tabel.4. pengukuran diameter dalam pipa


  No     Ulangan   Data (mm)     (x – x)         (x – x)2

   1        X1         4,7     -0,06        0,0036

   2        X2         4,9      0,14        0,0196

   3        X3         4,7     -0,06         0,0036


       ∑x        14,3      ∑(x – x)2=

n=3
         x        4,76    0,0268

3.    Pengukuran menggunakan timbangan digital kitchen scale (nst = ~ gram)


Table 4. pengukuran massa balok kayu
  No     Ulangan    Data (gram)   ket

 1         X1          90    -

 2         X2          90     -

 3         X3          90     -

        ∑x         270     -


n=3
          x          90     -

4.    Pengukuran menggunakan stopwatch (nst= ~ milidetik)


Tabel 6. Pengukuran waktu menggunakan stopwatch
No  Data (Detik)
  Waktu   Ulangan   stopwatch    Jam Ket

1        X1          59     60     -

2     1 Menit        X2          60     60     -


3        X3          60     60     -

5.    Pengukuran menggunakan gelas ukur (nst = 5 ml)


Tabel 7. Pengukuran volume wadah silinder
No     Ulangan     Data (ml)                Ket

1         X1          265

2         X2          265

3         X3          260

n=3          790

         x        263,3

B.  Analisis Data


1.    Pengukuran menggunakan jangka sorong (nst =0,02 mm)
Pengukuran diameter luar pipa:
Ulangan 1:

Kesalahan mutlak (Δx)  =  =  =  =1,10 mm


Kesalahan relatif  X1 =  Δx/X1
                                   =  
                                   =  0,016
Kesalahan persen X1       = (Δx/X1) x 100% = (0,0161) x 100% = 1,61%
Kesalahan ketelitian X1   = (1 -  Δx/X1) x 100%
                                         = (1 – 0,0161) x 100%
                                         = 0,9839 x 100 %
                                         = 98,39 %
Ulangan 2:

Kesalahan mutlak     :       (Δx) =                                 hasilnya  = 0,285


Kesalahan relatif         :         ��2 = Δx/��2                                         hasilnya  = 0,004%
Kesalahan persen      :          ��2  = (Δx/��2 ) x 100%                        hasilnya  = 99,6%
Kesalahan ketelitian :            ��2 = (1 - Δx/��2 ) x 100%                    hasilnya  = 0,4%

Ulangan 3 :

Kesalahan mutlak :          (Δx) =                                     hasilnya    = 1,34


Kesalahan relatif   :            ��3  =  Δx/��3                                             hasilnya    = 0,02
Kesalahan persen   :           ��3  =  (��3) x 100%                                 hasilnya     = 2 %
Kesalahan ketelitian :        ��3  = (1 - Δx/��3) x 100%                       hasilnya     = 98%

                  Hasil pengukuran x x + Δx = 68 mm + 1,10 mm = 69,1 mm

      Pengukuran dalam diameter pipa :

Kesalahan mutlak       (Δx) =  =  =  =  =  


= 1,10 mm

Lesalahan relatif             ��1 =   =  = 0,017

Kesalahan persen           ��1 =  x 100 % = 0,017 x 100% = 1,7

Kesalahan ketelitian       ��1 = 1-  x 100% = 1 - 0,017 x 100% = 0,983 x 100% = 98,3%


Ulangan 2 :

Kesalahan mutlak (Δx) =                             hasilnya = 1,34 mm


Kesalahan relatif      ��2 = Δx/ ��2                                            hasilnya = 0,023 mm
Kesalahan persen     ��2 = (Δx/ ��2) x 100%                  hasilnya = 2,3%
Kesalahan ketelitian ��2 = (1 - Δx/ ��2) x 100%            hasilnya = 97,7%

Ulangan 3 :

Kesalahan mutlak  (Δx) =                            hasilnya = 0,81mm


Kesalahan relative ��3      = Δx/ ��3                                 hasilnya = 0,0135 mm
Kesalahan persen  ��3       = (Δx/ ��3) x 100%                 hasilnya  = 135%
Kesalahan ketelitian ��3  = (1 - Δx/ ��3) x 100%            Hasilnya = 98,65%

                        Hasil pengukuran x x + Δx = 62 mm + 1,10mm = 63,1 mm.

2.    Pengukuran menggunakan mistar besi (nst = 1 mm)


    Pengukuran diameter luar pipa:

Ulangan 1

Kesalahan mutlak (Δx) =  =  =  =  =


                                                                                                           = 0,012 mm

Kesalahn relatif ��1       = Δx/ ��1 =  = 0,002 mm


Kesalahan persen ��1       = (Δx/��2) x 100% = 0,002 x 100% = 0,2%
Kesalahn ketelitian       = (1 - Δx/��2) x 100% = (1 – 0,002) x 100%
                                                                                         = 0,998 x 100% = 99,8%
Ulangan 2

Kesalahan mutlak (Δx) =                                         hasilnya = 0,012 mm


Kesalahn relatif      ��2   = Δx/ ��2                                                            hasilnya = 0,002 mm
Kesalahan persen     ��2   = (Δx/��2) x 100%                               hasilnya = 0,2 %
Kesalahn ketelitian  ��2 = (1 - Δx/��2) x 100%                          hasilnya =99,8 %

Ulangan 3

Kesalahan mutlak (Δx) =                                         hasilnya = 0,09 mm


Kesalahn relatif      ��3   = Δx/ ��3                                                            hasilnya = 0,0160 mm
Kesalahan persen     ��3   = (Δx/��3) x 100%                               hasilnya = 1,60%
Kesalahn ketelitian  ��3 = (1 - Δx/��3) x 100%                          hasilnya = 98,4%

                        Hasil pengukuran x x + Δx = mm + 0,012 mm = 5,512 mm

Pengukuran diameter dalam pipa:


Ulangan 1

Kesalahan mutlak (Δx) =  =  =  =  =


                                                                                                           = 0,024 mm

Kesalahn relatif ��1       = Δx/ ��1 =  = 0,00521 mm


Kesalahan persen ��1      = (Δx/��1) x 100% = 0,00521 x 100% = 0,520%
Kesalahn ketelitian ��1  = (1 - Δx/��1) x 100% = (1 – 0,9947) x 100% = 99,47%  

Ulangan 2

Kesalahan mutlak (Δx) =                                        hasilnya = 0,057 mm


Kesalahn relatif ��2       = Δx/ ��2                                                              hasilnya = 0,0116 mm
Kesalahan persen ��2      = (Δx/��2) x 100%                               hasilnya = 1,16%
Kesalahn ketelitian ��2  = (1 - Δx/��2) x 100%                          hasilnya = 98,84%

Ulangan 3
Kesalahan mutlak (Δx) =                                        hasilnya = 0,024 mm
Kesalahn relatif ��3       = Δx/ ��3                                                              hasilnya = 0,00521 mm
Kesalahan persen ��3      = (Δx/��3) x 100%                               hasilnya = 0,52%
Kesalahn ketelitian ��3  = (1 - Δx/��3) x 100%                          hasilnya = 99,47%

                        Hasil pengukuran x x + Δx = 4,7 mm + 0,024mm = 4,724 mm.

3.    Pengukuran menggunakan gelas ukur (nst = 5 ml)

1.    Pengukuran volume kaleng menggunakan gelas ukur


Ulangan 1 = 198 ml
Ulangan 2 = 196 ml
Ulangan 3 = 205 ml
2.    Pengukuran volume kaleng menggunakan jangka sorong
Dik : Diameter alas (D) = 5,24 cm
          Jari-jari alas (r)     = ½ (diameter alas) = ½ (5,24) = 2,62 cm
          Tinggi silinder (t) = 9,61 cm.
Dit : Volume……………?
Jawab

Volume silinder =
Volume = 3,14 x (2,62)2 x 9.61
Volume = 3,14 x 6,86 x 9,61
Volume = 207,13 ml.

 C. pembahasan
          setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, tergantung kepada
keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode yang digunakan dalam
mengukur, dan kemampuan orang yang mengukurnya. Pada saat melakukan pengukuran
menggunakan jangka sorong, baik pengukuran diameter luar maupun diameter dalam, terdapat
kesalahan-kesalahan tertentu yang dilakukan oleh praktikum. Misalnya, kesalahan dalam melihat
angka yang berimpit pada skala nonius. Pada pengukuran diameter dalam pipa tepatnya saat
ulangan kedua, terdapat beberapa angka pada sekala nonius, pada angka 4, 8, 6, dan 9. Ini
menunjukkan bahwa kemampuan baca sekala yang dimiliki oleh praktikan masih kurang. Ini
mungkin disebabkan kesalahan paralaks oleh praktikan sehingga tidak dapat melihat skala yang
benar-benar berimpit. Kesalahan lainnya juga masih ada, seperti kesalahan praktikan yang tidak
mengkonversikan satuan skala nonius dari millimeter ke centimeter.
          Kesalahan dalam menggunakan mistar besi adalah keterbatasan keterampilan pengamatan
oleh praktikan serta ditak menggunkan titik ukur dari nol. Praktikan yang menghitung diameter
dalam pipa dari angka nol mendapati hasil yang sama, yaitu pada ulangan 1 dan ulangan 3.
Dengan skala yang menunjukan pada angka 28. Sedangkan praktikan yang lain tidak menghitung
dari angka nol dan mendaptkan hasil pengukuran 28 cm. ini menunjukkan bahwa dalam
pengukuran ini terdapat kesalahan paralaks dan kesalahan penempatan angka nol. Terdapat
beberapa millimeter perbedaan hasil pengukuran menggunakan mistar dan jangka sorong,
disebabkan tingkat ketelitian atau ketidak pastiannya berbeda-beda. Jangka sorong memiliki
tingkat ketelitian 0,005 cm, sedangkan mistar memilikitingkat ketelitian 0,05 cm. jadi, jangka
sorong memiliki tingkat ketepatan lebih tinggi dibandingkan mistar.
          Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai berat, tetapi dalam tinjauan
fisika kedua besaran tersebut berbeda. Massa tidak di pengaruhi gravitasi, sedangkan berat
dipengaruhi oleh gravitasi. Fungsi dari neraca elektrik maupun bukan elektrik secara umum
adalah sebagai alat pengukur massa. Kegunaan neraca ini tergantung dari neraca tersebut missal
neraca /timbangan elektrik yang ada di pasar swalayan dengan yang dilaboratorium tentu
sensitivitas dan skala neracanya jauh berbeda. Secara umum proses menimbang dengan neraca
elektronik/digital adalah pastikan bahwa timbangan sudah menyala, pastikan timbangan
menunjukkan angka “nol” (jika tidak perlu dikoreksi), letakkan benda yang massanya akan
diukur pada piringan tempat benda, baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala
satuan timbangan tersebut, untuk pengukuran sensitivitasnya tinggi perlu menunggu 30 menit,
karena hanya dapat bekerja pada batas temperature yang di tetpkan, dan Nst dari neraca adalah
0,01 gram.
          Alat ukur waktu yang sering digunakan dalam percobaan fisika adalah stopwatch. Dengan
stopwatch digital, praktikum langsung dapat membaca selang waktu yang diukur pada layar
stopwatch. Pda saat membandingkan hasil pengukuran dari stopwatch dengan jam tangan,
terdapat beberapa sekon perbedaan keduaanya. Tingkat ketidakpastiaan stopwatch lebih rendah
dibandingkan jam tangan, dimana stopwatch memiliki skala ketidakpastiaan 0,05 sekon. Jadi,
pengukuran dengan menggunkn stopwatch dapat memperkecil tingkat kesalahan dalam
pengukuran waktu.
          Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume larutan. Gelas ukur digunanakan untuk
volume dari 10 hingga 2000 ml.

                   V.   PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.      Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan
secara kuantitatif.
2.      Pengukuran harus dilakukan dengan kecermatan yang tinggi dan dilakukan dengan alat yang
sesuai agar hasil pengukuran meminimalisirkan kesalahan.
3.      Hasil Pengukuran harus dituangkan dalam bentuk tabel dengan baik agar tidak perlu dilakukan
pengukuran ulang yang mengaibatkan lamanya proses perhitungan data kembali.
4.      Percobaan pada (Jangka sorong) diameter dalam pipa, Kesalahan mutlaknya X1 1,10mm. Namun
pada kesalahan relatif X1 adalah 0,017mm, kesalahan persen X1 adalah 1,7%, dan kesalahan
ketelitiannya X1 adalah 98,3%.
5.      Percobaan pada (Mistar besi) diameter dalam pipa,kesalahan mutlak X1 0,024mm, kesalahan
relatifnya X1 adalah 0,00521mm, kesalahan persennya X1 adalah 0,520% dan kesalahan
ketelitiannya 99,47%.

B.     Saran
1.      Asisten sudikiranya lebih detail lagi menjelaskan tentang alat-alat yang digunakan untuk
kegiatan praktikum.
2.      Semoga kedepannya praktikum lebih memperhatikan asisten yang lagi menerangkan.
3.      Semoga kedepannya praktikum dilakukan dilaboratorium sendiri yaitu dilaboratorium fisika.
                         DAFTAR PUSTAKA

Nurachmandani, Setya, Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X, Jakarta 2009, Pusat Perbukuan
Departemen             Pendidikan Nasional.
Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar, Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Univ
Laporan Praktikum Fisika Dasar 1

ACARA I
ALAT UKUR MEKANIK

ABSTRAK

Alat ukur mekanik adalah alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengetahui ukuran atau
dimensi dan kondisi fisik suatu komponen seperti panjang, lebar, tinggi dan sebagainya. Praktikum yang
membahas tentang alat ukur mekanik ini bertujuan agar praktikan dapat mempelajari alat ukur baik itu
alat ukur waktu, maupun alat ukur panjang seperti mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup dengan
ketelitian tinggi, dan agar praktikan dapat mempelajari ketelitian alat ukur waktu seperti stopwatch, dan
alat ukur panjang seperti jangka sorong, mikrometer sekrup dan mistar dengan ketelitian tinggi. Pada
praktikum ini diukur waktu untuk 30 denyut nadi dengan menggunakan stopwatchdan diukur sisi kubus,
diameter gotri, diameter tabung, dengan menggunakan jangka sorong dan mistar, setelah itu
menghitung massa gotri, silinder, dan kubus menggunakan neraca analitik. Dari percobaan yang
dilakukan didapatkan waktu untuk 30 denyutan nadi sebesar 20,16 sekon. Selanjutnya untuk percobaan
mengukur sisi kubus dengan menggunakan jangka sorong didapatkan nilai sebesar 20,4 mm dan 20 mm
untuk pengukuran dengan menggunakan mistar. Dan pada pengukuran diameter gotri dengan
menggunakan mikrometer sekrup didapatkan hasil 16,89 mm. Dan untuk percobaan menghitung berat
gotri dengan menggunakan neraca analitik didapatkan hasil 6,71 gram. Dari hasil percobaan, alat ukur
yang paling teliti adalah mikrometer sekrupkarena memiliki ketelitian 0,01 mm.

A.      PELAKSANAAN PRAKTIKUM


1.      Tujuan Praktikum :
a.       Mempelajari alat ukur waktu (stopwatch) dan alat ukur panjang (jangka sorong, mirkrometer sekrup,
dan mistar) dengan ketilitian tinggi.
b.      Mempelajari ketelitian alat ukur waktu (stopwatch) dan alat ukur panjang (jangka sorong, mirkrometer
sekrup, dan mistar) dengan ketilitian tinggi.
2.      Hari / Tanggal :
Sabtu, 31 Mei 2014
3.      Tempat :
Laboratorim Fisika, Lantai II, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B.     ALAT DAN BAHAN


a.       Alat :
1.      Jangka sorong
2.      Mikrometer sekrup
3.      Mistar
4.      Stopwatch
5.      Neraca analitik
b.      Bahan :
1.      Kubus
2.      Gotri
3.      Silinder
4.      Tabung atau gelas
5.      Kawat
6.      Air

C.    TINJAUAN PUSTAKA


Alat ukur adalah alat yang sudah dakui sebagai acuan suat ukuran berdasarkan strandar
internasional. Dan alat ukur mekanik sendiri adalah alat ukur yang biasanya digunakan untuk
mengetahui ukuran atau dimensi dan kondisi fisik suatu komponen seperti panjang, lebar, tinggi,
kerataan dan sebagainya. Dalam penggunaannya, pembacaan hasil pengukuran dengan alat ukur
mekanik dapat langsung dibaca pada skala ukurnya. Contohnya yaitu jangka sorong, mistar, mikrometer
sekrup, neraca analitik, dam stopwatch ( Anonim, 2010).
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang panjang tebal, kedalaman lubang, dan diameter
dalam maupun diameter luar suatu benda dengan batas ketelitian 0.1 mm. Jangka sorong memiliki dua
rahang tetap dan rahang sorong. Pada rahang tetap terdapat skala utama dan pada rahang sorong
terdapat skala nonius. Skala nonius ini panjangnya 9 mm yang terbagi menjadi 10 skala dengan tingkat
ketelitian 0.1 mm. Hasil pengukuran dengan jangka sorong ditentukan berdasarkan angka skala utama
ditambah angka pada skala nonius yang berimpit dengan garis skala utama. Stopwatch adalah alat ukur
waktu yang digunakan untuk mengukur waktu. Stopwatch memiliki ketelitian 0.5 detik (Hidayat, 2004 :
87).
Mikrometer sekrup adalah alat ukur linear yang mempunyai batas ukur maksimal 25 mm.
Alat ini mempunyai skala nonius sehingga ketelitiannya mencapai 0.01 mm. Tanpa skala nonius, skala
utama alat ini adalah 0.5 mm karena pada jarak 25 mm skala utama terbagi dalam 50 skala sehingga
jarak antara 2 skala utama terdekat adalah 25/50 mm atau 0.5 mm. Mikrometer sekrup mempunyai
nonius dalam bentuk skala putar yang terdiri atas 50 skala (untuk 1 kali putaran yang sama harganya
dengan jarak 1 skala utama). Mikrometer sekrup mempunyai dua skala yaitu skala utama dan skala
nonius , ini dtunjukkan oleh selunbung lingkaran (Rochim, 2006 :169 ).

D.      PROSEDUR PERCOBAAN


1.      Menghitung waktu denyut nadi dengan menggunakan stopwatch
a.       Dicari dan rasakan denyutan oada pergelangan tangan.
b.      Diukur waktu dengan stopwatch untuk denyut nadi sebanyak 30 denyutan.
c.       Diulangi percobaan tersebut sebanyak 5 kali.
d.      Dicatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
2.      Mengukur sisi kubus
a.       Diambil sebuah kubus.
b.      Diukur sisi kubus dengan mistar.
c.       Diukur juga sisi kubus dengan jangka sorong.
d.      Diulangi percobaan tersebut sebanyak 5 kali.
e.       Dicatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
3.      Mengukur diameter dalam dan diameter luar tabung
a.       Diambil sebuah tabung.
b.      Diukur diameter dalam, diameter luar tabung dengan menggunakan jangka sorong.
c.       Diukur diameter dalam, diameter luar tabung dengan menggunakan mistar.
d.      Diulangi percobaan tersebut sebanyak 5 kali.
e.       Dicatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
4.      Mengukur kedalaman air dalam tabung
a.       Diisi tabung dengan air sebanyak yang telah ditentukan.
b.      Diukur kedalaman air dengan menggunakan jangka sorong.
c.       Diukur juga kedalaman air dengan menggunakan mistar.
d.      Diulangi percobaan tersebut sebanyak lima kali.
e.       Dicatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
5.      Mengukur ketebalan dengan menggunakan mikrometer sekrup
a.       Disiapkan bahan-bahan yang akan diukur seperti gotri dan kawat.
b.      Diukur ketebalan bahan-bahn tersebut dengan menggunakan mikrometer sekrup, serta ukur pula
diameter kawat.
c.       Diulangi percobaan tersebut sebanyak pada masing-masing bahan sebanyak 5 kali.
d.      Dicatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
6.      Menghitung berat benda dengan menggunakan neraca analitik
a.       Disiapkan bahan-bahan yang akan ditimbang.
b.      Ditentukan nilai kalibrasi pada neraca dengan mengatur agar jarum sampai pada titik kesetimbangan.
c.       Ditimbang benda menggunakan neraca analitik tersebut.
d.      Diulangi percobaan pada masing-masing bahan sebanyak tiga kali.
e.       Dicatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

E. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil pengamatan denyut nadi

Pengukuran ke- Waktu 30 denyutan (detik) Waktu 1 denyutan (detik)

1. 19,47 0,65

2. 20,48 0,63

3. 19,80 0,66

4. 21,62 0,72

5. 19,44 0,65
Tabel 2. Mengukur sisi kubus

Pengukura Pengukuran dengan jangka Pengukuran dengan mistar


n ke- sorong (mm) (mm)

1. 20,8 20,0

2. 19,8 20,0

3. 20,8 20,0

4. 19,8 20,0

5. 20,8 20,0

F. ANALISIS DATA

1) Stopwatch
a. Mengukur 30 denyutan menggunakan stopwatch

No. (s) (s) (s) ()

1. 19,47 20,162        0, 692 0, 479


0, 318
2. 20,48 20,162 0, 101
0,362
3. 19,80 20,162 1,458 0, 131
       0, 722
4. 21,62 20,162 2,125

5. 19,44 20,162 0,521

∑ 100,81 3,357

=
=
= 20,162 s

= 0,408 s

% error = x 100 %

= x 100 %

= 0,020 x 100 %

=2%

b. Mengukur 1 denyutan menggunakan stopwatch

No. (s) (s) (s) ()

1. 0,65 0,672 -0,022 0,00048


0,008
2. 0,68 0,672 0,00006
-0,012
3. 0,66 0,672 0,048 0,00014
-0,022
4. 0,72 0,672 0,0023

5. 0,65 0,672 0,00048

∑ 3,36 0,0034
=

=
= 0,672 s

= 0,013 s

% error = x 100 %

= x 100 %

= 0,02 x 100 %

=2%

2) Jangka sorong dan mistar


a. Kubus besi
Mengukur sisi kubus besi dengan jangka sorong

No. (mm) (mm) (mm) ()

1. 20,8 20,4 0,4 0,16


-0,6
2. 19,8 20,4 0,36
0,4
3. 20,8 20,4 -0,6 0,16
0,4
4. 19,8 20,4 0,36
5. 20,8 20,4 0,16

∑ 102 1,2

=
= 20 mm

= 0,244 mm

% error = x 100 %
= x 100 %

= 0,01 x 100 %

=1%

Mengukur sisi kubus besi dengan jangka sorong

No. (mm) (mm) (mm) ()

1. 20 20 0 0
0
2. 20 20 0
0
3. 20 20 0 0
0
4. 20 20 0
5. 20 20 0

∑ 100 0

=
= 20 mm

= 0 mm

% error = x 100 %
= x 100 %

= 0 x 100 %

=0%

b. Diameter tabung

1. Jangka sorong
Pengukuran dengan jangka sorong ( diameter dalam)

No. (mm) (mm) (mm) ()

1. 80,1 83,72 -3,62 13,104


-3,22
2. 80,1 83,72 10,368
4,48
3. 80,1 83,72 1,38 20,070
4. 80,1 83,72 0,98 1,904

5. 80,1 83,72 0,960

∑ 418,6 46,406

=
= 83,72 mm

= 1,523 mm

% error = x 100 %
= x 100 %

= 0,018 x 100 %

= 1,8 %

Pengukuran dengan jangka sorong ( diameter luar)

No. (mm) (mm) (mm) ()

1. 117,6 117,32 -0,28 0,078


-0,22
2. 117,1 117,32 0,048
-0,22
3. 117,1 117,32 0,78 0,048
0,62
4. 118,1 117,32 0,608
5. 116,7 117,32 0,384

∑ 586,6 1,166

=
= 117,32 mm

= 0,240 mm

% error = x 100 %
= x 100 %

= 0,002 x 100 %

= 0,2 %

2. Mistar

b. Pengukuran dengan mistar ( diameter dalam)

No. (mm) (mm) (mm) ()

1. 115 115 0 0
1
2. 116 115 1
0
3. 115 115 0 0
-1
4. 115 115 0
5. 114 115 1

∑ 575 2

=
= 115 mm

= 0,316 mm

% error = x 100 %

= x 100 %

= 0,002 x 100 %

= 0,2 %

Pengukuran dengan mistar ( diameter luar)

No. (mm) (mm) (mm) ()

1. 120 120,6 -0,6 0,36


0,4
2. 121 120,6 0,16
-0,6
3. 120 120,6 0,4 0,36
4. 121 120,6 0,4 0,16

5. 121 120,6 0,16

∑ 603 1,2

=
= 120,6 mm

= 0,245 mm

% error = x 100 %
= x 100 %

= 0,002 x 100 %

= 0,2 %

c. Kedalaman air dalam tabung

a. Pengukuran dengan jangka sorong


No. (mm) (mm) (mm) ()

1. 53,5 53,76 -0,26 0,067


0,74
2. 54,5 53,76 0,547
-3,16
3. 50,6 53,76 1,14 9,985
1,54
4. 54,9 53,76 1,299

5. 55,3 53,76 2,371

∑ 268,8 14,269

=
= 53,76 mm

= 0,844 mm

% error = x 100 %
= x 100 %

= 0,015 x 100 %

= 1,5 %

b. Pengukuran dengan mistar


No. (mm) (mm) (mm) ()

1. 58 57,8 0,2 0,04


-0,8
2. 57 57,8 0,64
1,2
3. 59 57,8 0,2 0,44
-0,8
4. 58 57,8 0,40

5. 57 57,8 0,64

∑ 289 3,16

=
= 57,8 mm

= 0,397 mm

% error = x 100 %

= x 100 %

= 0,006 x 100 %

= 0,6 %

3) Pengukuran dengan micrometer sekrup


a. Gotri

No. (mm) (mm) (mm) ()

1. 16,98 16,89 0,09 0,008


0,09
2. 16,98 16,89 0,008
0,08
3. 16,97 16,89 -0,19 0,006
-0,04
4. 16,70 16,89 0,036

5. 16,85 16,89 0,001

∑ 84,48 0,059

=
= 16,89 mm

= 0,04 mm

% error = x 100 %

= x 100 %

= 0,002 x 100 %

= 0,2 %
b. Kawat

No. (mm) (mm) (mm) ()

1. 0,34 0,302 0,038 0,0014


0,028
2. 0,33 0,302 0,0007
0,008
3. 0,31 0,302 -0,022 0,000064
-0,052
4. 0,28 0,302 0,0004

5. 0,25 0,302 0,0027

∑ 1,51 0,0052

=
= 0,302 mm

= 0,014 mm

% error = x 100 %
= x 100 %

= 0,04 x 100 %

=4%
4) Timbangan analitik

a. Kubus

No. (gr) (gr) (gr) (gr)

1. 0,903 0,903 0 0
0,001
2. 0,904 0,903 0,000001
-0,001
3. 0,902 0,903 0,000001

∑ 2,709 0,000002

=
= 0,903 gr

= 0,0005 gr

% error = x 100 %
= x 100 %

= 0,0005 x 100 %

= 0,05 %

b. Gotri
No. (gr) (gr) (gr) (gr)

1. 6,73 6,71 0,02 0,0004


-0,01
2. 6,70 6,71 0,0001
0
3. 6,71 6,71 0

∑ 20,14 0,0005

=
= 6,71 gr

= 0,009 gr

% error = x 100 %

= x 100 %

= 0,001 x 100 %

= 0,1 %

c. Silinder

No. (gr) (gr) (gr) (gr)

1. 0,908 0,902 0,006 0,000036


-0,002
0,004
2. 0,900 0,902 0,000004

3. 0,898 0,902 0,000016

∑ 2,706 0,000056

=
= 0,902 gr

= 0,003 gr

% error = x 100 %

= x 100 %

= 0,003 x 100 %

= 0,3 %

G. PEMBAHASAN

Praktikum mengenai alat ukur mekanik ini berujuan untuk mempelajari ala ukur waktu
(stopwatch) dan alat ukur panjang (jangka sorong, mikrometer sekrup, mistar) dengan ketelitian tinggi
dan mempelajari ketelitian alat uku waktu (stopwatch) dan alat ukur panjang (mikrometer sekrup,
jangka sorong, mistar) dengan ketelitian tinggi. Alat ukur mekanik sendiri adalah ialah alat ukur yang
digunakan untuk mengetahui ukuran atau dimensi dan kondisi fisik suatu komponen seperti panjang,
lebar, tinggi, kerataan dan sebagainya.

Pada percobaan yang pertama yaitu menghitung waktu untuk denyut nadi sebanyak 30
denyutan dengan menggunakan stopwatch. Diperoleh rata-rata waktu untuk 30 denyutan sebesar 20,16
sekon dengan % error 2%, sedangkan waktu untuk 1 denyutan rata-rata sebesar 0,67 sekon dengan %
error 2 %. Untuk percobaan kedua yaitu mengukur sisi kubus dengan menggunakan jangka sorong dan
mistar. Pada percobaan yang menggunakan jangka sorong didapatkan rata-rata sisi kubus sebesar 20,4
mm dengan % error sebesar 1% dan pada percobaan yang menggunakan mistar didapatkan sisi kubus
sebesar 20 mm dan % error 0 %. Untuk percobaan ketiga yaitu mengukur diameter dalam dan luar
tabung menggunakan jangka sorong dan mistar. Untuk pengukuran diameter dalam tabung dengan
jangka sorong didapatkan nilai sebesar 83,72 mm dengan % error 1,8% dan diameter luarnya sebesar
117,32 mm dengan % error 0,2%. Sedangkan untukpengukuran menggunakan mistar didapatkan nilai
diameter dalam tabung sebesar 115 mm dan % error 0,2 % dan diperoleh diameter luarnya sebesar
120,6 mm dengan % error 0.2%. Percobaan selanjutnya yaitu menghitung kedalaman air dalam tabung
dengan menggunakan mistar dan jangka sorong. Dari percobaan ini didapatkan nilai rata-rata
kedalamannya sebesar 53,76 mm bila diukur menggunakan jangka sorong dan % errornya sebesar 1,5%
dan jika diukur dengan mistar kedalaman air rata-ratanya sebesar 57,8 mm dengan % error 0,6 %.
Kemudian pada percobaan kelima yaitu mengukiur diameter kawat dan gotri dengan menggunakan
mikrometer sekrup. Berdasarkan analisis data diperoleh diameter gotri jika diukur dengan mkrimeter
sekrup sebesar 16,89 mm dengan % error sebesar 0,2 % dan diameter kawat sebesar 0.302 mm dengan
% error sebesar 4%. Dan untuk percobaan terakhir yaitu menghitung massa gotri, kubus, dan silinder
dengan menggunakan neraca analitik diperoleh massa kubus sebesar 0.903 gram dengan % error
sebesar 0.05 % dan diperoleh massa gotri 6.71 gram dengan % error 0.1 % sedangkan untuk silinder
diperoleh massa sebesar 0.902 gram dengan % error 0.3%.

Dari percobaan percobaan yang telah kami lakukan didapat % error yang berbeda pada setiap
pengukuran. Hal ini disebabkan karena ketidak telitian saat membaca skala pada alat ukur, dan bisa juga
karena kekeliruan saat menghitung dengan menggunakan kalkulator. Dan berdasarkan percobaan yang
telah kami lakukan, dapat dikatakan bahwa alat ukur panjang yang tingkat ketelitiannya paling tinggi
adalah mikrometer sekrup dan karena memiliki batas ketelitian 0,01 mm dan alat ukur panjang yang
ketelitiannya paling rendah adalah mistar karena batas ketelitiannya hanya 1.0 mm.

H. PENUTUP

1. Kesimpulan

a.       Stopwatch merupakan alat ukur waktu. Jangka sorong, mistar, dan mikrometer sekrup termasuk alat
ukur panjang, dan yang termasuk alat ukur berat adalah neraca analitik.
b.      Stopwatch memiiliki ketelitian 0,5 sekon dan alat ukur panjang seperti jangka sorong memiliki ketelitian
0.05 mm mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm dan mistar memiliki 1,0 mm. Alat ukur yang
ketelitiannya paling tinggi adalah mikrometer sekrup karena memiliki ketelitian 0,01 mm dan alat ukur
yang ketelitiannya paling rendah adalah mistar memiliki ketelitian 1,0 mm

2. Saran

Saran saya agar lebih teliti saat membaca skala yang ditunjukkan pada alat ukur, dan pada saat
praktikum gunakanlah waktu sebaik-baiknya agar dapat selesai pada waktunya.

Anda mungkin juga menyukai