Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN IV

TENTANG LISTRIK

DI SUSUN OLEH :

NAMA : HASRI KUSUMA WARDI

NIM : 2019C1A009

CO. ASISTEN : KEMAL IDRIS

PROGRAM STUDI TEKONOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum dengan
materi “Listrik”. Penulisan laporan ini adalah salah satu tugas dan praktikum
untuk mata kuliah Fisika Dasar di Universitas Muhammadiyah Mataram.

Dalam penulisan laporan praktikum ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini, khususnya kepada asisten praktikum, yang telah memberikan
pengarahan dan dorongan dalam laporan ini.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran


bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi ka sehingga tujuan
yangdiharapkan dapat tercapai. Sekian.

Mataram, Desember 2019

Penulis
I. Tujuan Praktikum
1. Menganalisis besar hambatan, tegangan dan arus DC pada rangkaian
seri dan parallel
2. Mengukur arus tegangan listrik DC pada rangkaian seri dan parallel

II. Landasan Teori


Arus adalah sebarang gerak muatan dari satu daerah ke daerah
lainnya. Dalam situasi elektrostatis medan listrik aitu adalah nol
dimanapun di dalam konduktor, dan tidak ada arus. Akan tetapi, ini tidak
berarti bahwa semua muatan di dalam konduktor itu diam. Dalam logam
biasa seperti tembaga atau aluminium, sejumlah electron bebas bergerak di
dalam material konduksi itu (Young&Freedman, 1999).
Arah arus listrik ini berlawanan arah dengan arus elektron. Muatan
listrik dapat berpindah apabila terjadi beda potensial. Beda potensial
dihasilkan oleh sumber listrik, misalnya baterai atau akumulator. Setiap
sumber listrik selalu mempunyai dua kutub, yaitu kutub positif (+) dan
kutub negatif (–). Apabila kutub-kutub baterai dihubungkan dengan jalur
penghantar yang kontinu.Garis yang lebih panjang menyatakan kutub
positif, sedangkan yang pendek menyatakan kutub negatif. Alat yang
diberi daya oleh baterai dapat berupa bola lampu, pemanas, radio, dan
sebagainya. Ketika rangkaian ini terbentuk, muatan dapat mengalir melalui
kawat pada rangkaian, dari satu kutub baterai ke kutub yang lainnya.
Aliran muatan seperti ini disebut arus listrik.
1. Rangkaian seri Rangkaian seri juga disebut rangkaian berderet. Bila
dua atau lebih resistor dihubungkan dari ujung ke ujung dikatakan
mereka dihubungkan secara seri. Selain resistor, alat-alat yang
dirangkai tersebut dapat berupa bohlam, elemen pemanas, atau alat
penghambat lainnya. Muatan listrik yang melalui R1 juga akan
melalui R2 dan R3. Dengan demikian, arus I yang sama melewati
setiap resistor. Jika V menyatakan tegangan pada ketiga resistor, maka
V sama dengan tegangan sumber (baterai). V1, V2, dan V3 adalah
beda potensial pada masing-masing resistor R1, R2, dan R3. Karena
resistor-resistor tersebut dihubungkan secara seri, kekekalan energi
menyatakan bahwa tegangan total V sama dengan jumlah semua
tegangan dari masing-masing resistor.
V = V1 + V2 + V3 = I.R1 + I.R2 + I.R3 (1)
Hambatan total pengganti susunan seri resistor (Rs) yang terhubung
dengan sumber tegangan (V) dirumuskan:
V = I.Rs (2)

Persamaan (2) disubstitusikan ke persamaan (1) didapatkan:

Rs = R1 + R2 + R3 (3)

Dari persamaan (3), menunjukkan bahwa besar hambatan total


pengganti pada rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan pada
tiap resistor.

2. Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel juga disebut rangkaian berjajar. Pada rangkaian
paralel resistor, arus dari sumber terbagi menjadi cabang-cabang yang
terpisah. Pemasangan alat-alat listrik pada rumah-rumah. Jika kita
memutuskan hubungan dengan satu alat, maka arus yang mengalir
pada komponen lain yaitu R2 dan R3 tidak terputus. Tetapi pada
rangkaian seri, jika salah satu komponen terputus arusnya, maka arus
ke komponen yang lain juga berhenti. Pada rangkaian parallel, arus
total yang berasal dari sumber (baterai) terbagi menjadi tiga cabang.
Arus yang keluar dimisalkan I1, I2, dan I3 berturut-turut sebagai arus
yang melalui resistor R1, R2, dan R3. Oleh karena muatan kekal, arus
yang masuk ke dalam titik cabang harus sama dengan arus yang
keluar dari titik cabang (Sumarsono, 2009).
Sehingga diperoleh:
I = I1 + I2 + I3 (4)
Ketika rangkaian paralel tersebut terhubung dengan sumber tegangan
V, masing-masing mengalami tegangan yang sama yaitu V. Berarti
tegangan penuh baterai diberikan ke setiap resistor, sehingga:
I1 = R1V , I2 = R2 V , dan I3 = R3V (5)

Hambatan penganti susunan paralel (RP) akan menarik arus (I) dari
sumber yang besarnya sama dengan arus total ketiga hambatan paralel
tersebut. Arus yang mengalir pada hambatan pengganti harus
memenuhi:

I = RpV (6)

Substitusi persamaan (5) dan (6) ke dalam persamaan (4) akan


diperoleh:

I = I1 + I2 + I3

RPV = R1V +R2V +R3V

Jika kita bagi setiap ruas dengan V, didapatkan nilai hambatan


pengganti (RP) rangkaian paralel:

1 1 1 1
= + +
Rp R 1 R 2 R 3

Hasil pengukuran beda potensial pada resistor R1 dan R2 (nilainya


berbeda) yang disusun secara seri menunjukkan hasil yang berbeda,
namun jika diukur arus yang melewati kedua resistor maka diperoleh
pengukuran yang sama. Berbeda halnya jika resistor disusun secara
paralel, diperoleh hasil pengukuran yang berbeda. Arus yang melalui
setiap resistor berbeda, namun pengukuran tegangan pada setiap
resistor sama (Herman, 2015: 21).

Fakta ini menunjukkan bahwa jenis susunan resistor menentukan


besar nilai variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian.
Pada susunan seri, resistor berfungsi sebagai pembagi tegangan, yang
berarti jika tegangan pada setiap resistor dijumlahkan maka jumlahnya
sama dengan besarnya tegangan sumber. Sedangkan jika resistor
disusun paralel, maka resistor berfungsi sebagai pembagi arus, yang
berarti jika kuat arus listrik yang melewati setiap resistor diukur, maka
akan memiliki nilai yang sama dengan arus total sebelum titik
percabangan (Hukum I Kirchoof) (Herman, 2015: 21).

III. Alat dan Bahan


1. Alat dan bahan praktikum :
a. Resistor dengan beberapa ukuran
b. Multitester
c. Power supply
d. Kabel penghubung
e. Papan rangkaian

IV. Prosedur Percobaan


1. mengukur masing-masing hambatan menggunakan multitester. Setelah
itu hambatan di rangkai secara seri pada papan rangkaian.
2. Menyusun hambatan pada papan rangkaian menjadi rangkaian seri atau
rangkaian parallel
3. Menentukan arus pada power supply
4. Menyalakan power supply
5. Mengukur tegangan total pada rangkaian.
6. Mengukur tegangan pada masing-masing hambatan.
7. Mencatat angka yang muncul pada multitester pada masing-masing
percobaan
V. Data Hasil Percobaan dan Pengolahan Data
A. Rangkaian Seri

No Volt Arus (Ampere) Tegangan (Watt)


IT I1 I2 I3 VT VR1 VR2 VR3
(V)
1 2,13 7,06× 3,06 2×10-5 2×10 2,16 2,08 0,04 0,02
10-14 ×10-4 -5

2 4,21 55,95 5,95× 45×10 5×10 4,22 4,04 0,09 0,07


×10-15 10-4 -6 -5

3 6,12 22,99 8,99× 7×10-5 7×10 6,10 5,85 0,14 0,07


×10-14 10-4 -5

Diketahui : R1= 6,78 kΩ = 6.780 Ω


R2= 2,0 kΩ = 2.000 Ω
R3= 1,0 kΩ = 1.000 Ω

V= I×R

V
I=
R

Menentukan I1

V R1
 I1=
R1
2,08
=
6.78 0

= 3,06 ×10-4 A

V R1
 I1=
R1

4,04
=
6.78 0

= 5,95×10-4 A
V R1
 I1=
R1

6,10
=
6.780

= 8,99×10-4 A

Menentukan I2

V R2
 I2=
R2

0,04
=
2.000

= 2×10-5 A

V R2
 I2=
R2

0,09
=
2.000

= 45×10-6 A

V R2
 I2=
R2

0,14
=
2.000

= 7×10-5 A

Menentukan I3

V R3
 I3=
R3

0,02
=
1.000
= 2×10-5 A

V R3
 I3=
R3

0,05
=
1.000

= 5×10-5 A
V R3
 I3=
R3

0,07
=
1.000

= 7×10-5 A

Jadi I total = IT= I1+I2+I3

 IT= I1+I2+I3

= 3,06 ×10-4 + 2×10-5 + 2×10-5

= 7,06×10-14 A

 IT= I1+I2+I3

= 5,95×10-4 + 45×10-6 + 5×10-5

= 55,95×10-15 A

 IT= I1+I2+I3

= 8,99×10-4 + 7×10-5 + 7×10-5

= 22,99×10-14 A

B. Rangkaian Paralel

No Volt Arus (Ampere) Tegangan (Watt)


IT I1 I2 I3 VT VR1 VR2 VR3
(V)
1 2,16 3,12× 3,12 0,001 0,00 2,17 2,12 2,19 2,19
10-14 ×10-4 095 21
2 4,23 6,22× 6,22× 0,002 0,00 4,23 4,22 4,20 4,21
10-15 10-4 1 421
3 8,18 1,20× 1,19× 0,004 0,00 8,16 8,16 8,17 8,17
10-2 10-2 085 817

Diketahui : R1= 6,78 kΩ = 6.780 Ω


R2= 2,0 kΩ = 2.000 Ω
R3= 1,0 kΩ = 1.000 Ω

V= I×R

V
I=
R

Menentukan I1

V R1
 I1=
R1
2,12
=
6.780

= 3,12 ×10-4 A

V R1
 I1=
R1

4,22
=
6.780

= 6,22×10-4 A

V R1
 I1=
R1

8,16
=
6.780
= 1,19×10-2 A

Menentukan I2

V R2
 I2=
R2

2,19
=
2.000

= 0,001095 A

V R2
 I2=
R2

4,20
=
2.000

= 0,0021 A

V R2
 I2=
R2

8,17
=
2.000

= 0,004085 A

Menentukan I3

V R3
 I3=
R3

2,19
=
1.000

= 0,0021 A

V R3
 I3=
R3
4,21
=
1.000

= 0,00421 A
V R3
 I3=
R3

8,17
=
1.000

= 0,00817 A

Jadi I total = IT= I1+I2+I3

 IT= I1+I2+I3

= 3,12 ×10-4 + 0,001095 + 0,0021

= 3,12×10-14 A

 IT= I1+I2+I3

= 6,22×10-4 + 0,0021 + 0,00421

= 6,22×10-15 A

 IT= I1+I2+I3

= 1,19×10-2+ 0,004085 + 0,00817

= 1,20×10-2 A

VI. Pembahasan
Rangkaian seri adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun
secara sejajar (seri). Baterai dalam senter umumnya disusun dalam
rangkaian seri. Banyaknya muatan lisrik yang mengalir tiap satuan waktu
adalah sama di sepanjang rangkaian. Jumlah muatan yang mengalir tiap
satuan waktu adalah besaran kuat arus, sehingga kita mendapati sifat yang
khas dari rangkaian seri, yaitu : “kuat arus di sepanjang rangkaian adalah
sama.”
Bila kuat arus pada hambatan R1, R2, dan R3 berturut-turut I1,
I2,I3, sedangkan arus rotal pada rangkaina disebut I, maka : I1= I2=I3=I.
Beda potensial pada masing-masing hambatan dapat dihitung dengan
persamaan hukum Ohm, V=IR, yang berarti bila harga masing-masing
resistor adalah V1 : V2 : V3 =IR1 : IR2 : IR3
Rangakain listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana
semua input komponen berasal dari sumber yang sama. Sifat khas dari
rangkaian paralel adalah “beda potensial pada masing-masing cabang
adalah sama.” Bila V1 adalah tegangan pada resistor R1 , V2 adalah pada
resistor R2 dan V3 adalah tegangan pada resistor R3 maka berlaku : V1
=V2 = V3 Jika rangkaian seri berlaku sebagai pembagi tegangan, maka
rangkaian paralel berlaku sebagai pembagi arus. Hal ini karena sesuai
hukum Kirchoff, bahwa arus total pada rangkaian akan dibagi-bagi ke
masing-masing cabang melalui rasio I1 : I2 : I3 = I/R1 : I/R2 : I/R3.
Gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian paralel disebut rangkaian
seri-paralel (kadang disebut sebagai rangkaian campuran).

VII. Kesimpulan
1. Resistor yang dirangkai seri yaitu dengan cara menghubungkan dengan
sumber tegangan kemudian kedua resistor dihubungkan dengan kabel,
pada resistor tidak ada kutub positif dan negative, pada rangkaian seri
ini tidak ada percabangan. Pada rangkaian paralel akan ada titik
percabangan baik itu sebelum masuk pada resistor pertama maupun
diantara kedua resistor atau setelah resistor kedua. Sedangkan untuk
merangkai rangkaian paralel yaitu dengan cara resistor disusun paralel
dan kuat arus yang digunakan selalu dirangkai seri sedangkan tegangan
selalu dirangkai paralel.
2. Basicmeter digunakan untuk mengukur tegangan dengan kuat arus
listrik yang masuk pada resistor. Untuk mengukur tegangan digunakan
voltmeter, sedangkan untuk mengukur kuat arus listrik digunakan
amperemeter. Amperemeter selalu dipasang seri dalam rangkaian
sedangkan voltmeter selalu dipasang paralel.
3. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat
dinyatakan bahwa hasil yang diperoleh sesuai dengan teori dimana
hukum-hukum Kirchooff telah menjelaskannya. Hukum Kirchooff I
menjelaskan bahwa besar kuat arus yang masuk sama dengan besar
kuat arus yang keluar. Dan hukum Kirchooff 2 menyatakan bahwa total
tegangan (beda potensial) pada suatu rangkaian tertutup adalah nol.
4. Jenis susunan resistor menentukan besar nilai variabel tegangan dan
kuat arus listrik dalam rangkaian. Pada susunan seri, resistor berfungsi
sebagai pembagi tegangan, apabila tegangan pada setiap resistor
dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya tegangan sumber.
Sedangkan jika resistor disusun paralel, maka resistor berfungsi sebagai
pembagi arus, apabila kuat arus listrik yang melewati setiap resistor
diukur, maka akan memiliki nilai yang sama dengan arus total sebelum
titik percabangan (Hukum I Kirchoof).
DAFTAR PUSTAKA

Herman, asisten LFD. 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar: Unit
Laboratorium Fisika

Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM Sumarsono, Joko. 2009. Fisika Dasar Universitas.
Jakarta: Teguh

Karya. Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman. 1999. Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid 2. Solo: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai