Anda di halaman 1dari 19

RANGKAIAN SERI DAN PARALEL

Herayanti, Muh. Shadiq. K, Rezky Amaliah


Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar
Pendidikan Fisika 2014
Abstrak
Telah dilakukan percobaan tentang rangkaian seri dan paralel. percobaan ini diadakan
untuk mengetahui dan terampil merancang rangkaian seri dan paralel resistor, terampil dalam
menempatkan dan menggunakan basicmeter, memahami prinsip-prinsip hukum kirchoff, dan
mampu membedakan karakteristik rangkaian seri dan paralel resistor. Percobaan ini dilakukan
dengan 2 kegiatan yaitu rangkaian seri dan paralel. Kegiatan pertama untuk tegangan sumber 3,0
volt diperoleh besar kuat arusnya|151|10-3 A, untuk tegangan sumber 5,5 volt diperoleh kuat arus
|311|10-3 A, untuk tegangan sumber 8,0 volt kuat arusnya sebesar |461|10-3 A, untuk tegangan
sumber 11,0 volt kuat arusnya sebesar |611|10-3 A. Kegiatan kedua, dengan sumber tegangan 2,5
V kuat arus listrik totalnya |0,04 0,01| A. Tegangan sumber 5,0 V kuat arus listrik totalnya |0,08
0,01|. Tegangan sumber 8,0 V kuat arus listrik totalnya |0,130,01|A. Tegangan sumber 11,0 V
kuat arus listrik totalnya |0,18 0,01| A. Kesimpulan dari percobaan ini adalah pada rangkaian
seri arus yang mengalir disetiap hambatan besarnya sama, sementara tegangan yang melewati
setiap hambatan akan berbeda, namun jika dijumlahkan akan sama dengan tegangan sumber.
Untuk rangkaian parallel, tegangan pada setiap hambatan sama, sedangkan kuat arus yang
melewati setiap hambatan berbeda.

Kata kunci : kuat arus, paralel, seri, tegangan

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana caara merangkai resistor menjadi susunan seri dan paralel ?
2. Bagaima menempatkan dan menggunakan basicmeter dengan benar ?
3. Bagaiamana prinsip hukum-hukum Kirchooff ?
4. Bagaiamana karakteristik rangkaian seri dan rangkaian paralel resisitor ?
TUJUAN
1. Mahasiswa terampil dalam merangkai resistor menjadi susunan seri dan
paralel.
2. Mahasiswa dapat menempatkan dan menggunakan basicmeter dengan benar.
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip hukum-hukum Kirchooff.
4. Mahasiswa dapat memahami karakteristik rangkaian seri dan rangkaian
paralel resistor.
METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Arus adalah sebarang gerak muatan dari satu daerah ke daerah lainnya.
Dalam situasi elektrostatis medan listrik aitu adalah nol dimanapun di dalam
konduktor, dan tidak ada arus. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa semua muatan
di dalam konduktor itu diam. Dalam logam biasa seperti tembaga atau aluminium,
sejumlah electron bebas bergerak di dalam material konduksi itu
(Young&Freedman, 1999).
Arah arus listrik ini berlawanan arah dengan arus elektron. Muatan listrik
dapat berpindah apabila terjadi beda potensial. Beda potensial dihasilkan oleh
sumber listrik, misalnya baterai atau akumulator. Setiap sumber listrik selalu
mempunyai dua kutub, yaitu kutub positif (+) dan kutub negatif (). Apabila
kutub-kutub baterai dihubungkan dengan jalur penghantar yang kontinu.Garis
yang lebih panjang menyatakan kutub positif, sedangkan yang pendek
menyatakan kutub negatif. Alat yang diberi daya oleh baterai dapat berupa bola
lampu, pemanas, radio, dan sebagainya. Ketika rangkaian ini terbentuk, muatan
dapat mengalir melalui kawat pada rangkaian, dari satu kutub baterai ke kutub
yang lainnya. Aliran muatan seperti ini disebut arus listrik.
1. Rangkaian seri
Rangkaian seri juga disebut rangkaian berderet. Bila dua atau lebih resistor
dihubungkan dari ujung ke ujung dikatakan mereka dihubungkan secara seri.
Selain resistor, alat-alat yang dirangkai tersebut dapat berupa bohlam, elemen
pemanas, atau alat penghambat lainnya. Muatan listrik yang melalui R1 juga
akan melalui R2 dan R3. Dengan demikian, arus I yang sama melewati setiap
resistor. Jika V menyatakan tegangan pada ketiga resistor, maka V sama
dengan tegangan sumber (baterai). V1, V2, dan V3 adalah beda potensial pada
masing-masing resistor R1, R2, dan R3. Karena resistor-resistor tersebut
dihubungkan secara seri, kekekalan energi menyatakan bahwa tegangan total V
sama dengan jumlah semua tegangan dari masing-masing resistor.
V = V1 + V2 + V3 = I.R1 + I.R2 + I.R3 (1)
Hambatan total pengganti susunan seri resistor (Rs) yang terhubung dengan
sumber tegangan (V) dirumuskan:
V = I.Rs (2)
Persamaan (2) disubstitusikan ke persamaan (1) didapatkan:
Rs = R1 + R2 + R3 (3)
Dari persamaan (3), menunjukkan bahwa besar hambatan total pengganti
pada rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan pada tiap resistor.
2. Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel juga disebut rangkaian berjajar. Pada rangkaian paralel
resistor, arus dari sumber terbagi menjadi cabang-cabang yang terpisah.
Pemasangan alat-alat listrik pada rumah-rumah. Jika kita memutuskan
hubungan dengan satu alat, maka arus yang mengalir pada komponen lain yaitu
R2 dan R3 tidak terputus. Tetapi pada rangkaian seri, jika salah satu komponen
terputus arusnya, maka arus ke komponen yang lain juga berhenti. Pada
rangkaian parallel, arus total yang berasal dari sumber (baterai) terbagi menjadi
tiga cabang. Arus yang keluar dimisalkan I1, I2, dan I3 berturut-turut sebagai
arus yang melalui resistor R1, R2, dan R3. Oleh karena muatan kekal, arus yang
masuk ke dalam titik cabang harus sama dengan arus yang keluar dari titik
cabang (Sumarsono, 2009).
Sehingga diperoleh:
I = I1 + I2 + I3 (4)
Ketika rangkaian paralel tersebut terhubung dengan sumber tegangan
V, masing-masing mengalami tegangan yang sama yaitu V. Berarti tegangan
penuh baterai diberikan ke setiap resistor, sehingga:
I1 = R1V , I2 = R2 V , dan I3 = R3V (5)
Hambatan penganti susunan paralel (RP) akan menarik arus (I) dari
sumber yang besarnya sama dengan arus total ketiga hambatan paralel tersebut.
Arus yang mengalir pada hambatan pengganti harus memenuhi:
I = Rp V (6)
Substitusi persamaan (5) dan (6) ke dalam persamaan (4) akan diperoleh:
I = I1 + I2 + I3
RPV = R1V +R2V +R3V
Jika kita bagi setiap ruas dengan V, didapatkan nilai hambatan pengganti
(RP) rangkaian paralel:
1 1 1 1
=R +R +R (7)
Rp 1 2 3

Hasil pengukuran beda potensial pada resistor R1 dan R2 (nilainya


berbeda) yang disusun secara seri menunjukkan hasil yang berbeda, namun jika
diukur arus yang melewati kedua resistor maka diperoleh pengukuran yang sama.
Berbeda halnya jika resistor disusun secara paralel, diperoleh hasil pengukuran
yang berbeda. Arus yang melalui setiap resistor berbeda, namun pengukuran
tegangan pada setiap resistor sama (Herman, 2015: 21).
Fakta ini menunjukkan bahwa jenis susunan resistor menentukan besar
nilai variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian. Pada susunan seri,
resistor berfungsi sebagai pembagi tegangan, yang berarti jika tegangan pada
setiap resistor dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya tegangan
sumber. Sedangkan jika resistor disusun paralel, maka resistor berfungsi sebagai
pembagi arus, yang berarti jika kuat arus listrik yang melewati setiap resistor
diukur, maka akan memiliki nilai yang sama dengan arus total sebelum titik
percabangan (Hukum I Kirchoof) (Herman, 2015: 21).

Alat dan Bahan


1. Alat
a. Power Supply AC/DC, 0 - 12 volt 1 buah
b. Resistor dengan nilai berbeda 2 buah
c. Basicmeter 90 2 buah
d. Kawat penghubung 7 buah
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Variabel manipulasi : tegangan sumber (V)
2. Variabel kontrol : resistor (hambatan) ()
3. Variabel respon : kuat arus listrik (A) dan tegangan (V)
Kegiatan 2
1. Variabel manipulasi : tegangan sumber
2. Variabel kontrol : resistor (hambatan)
3. Variabel respon : kuat arus listrik dan tegangan

Definisi Operasional Variabel


Kegiatan 1
1. Tegangan sumber adalah tegangan yang berasal dari power supply yang
disambungkan dengan resistor sebagai sumber tegangan dengan perubahan
tegangan sebesar 3 Volt.
2. Resistor adalah alat yang dipasang pada rangkaian untuk diukur kuat arus
listrik yang mengalir dan tegangannya pada resistor tersebut dengan satuan
ohm.
3. Kuat arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir pada
rangkaian tersebut diukur menggunakan basicmeter/amperemeter dengan
satuan ampere (A).
4. Tegangan adalah perbedaan beda potensial di antara dua titik yang diukur
menggunakan voltmeter dengan satuan volt (V).
Kegiatan 2
1. Tegangan sumber adalah tegangan yang berasal dari power supply yang
disambungkan dengan resistor sebagai sumber tegangan dengan perubahan
tegangan sebesar 3 Volt.
2. Resistor adalah alat yang dipasang pada rangkaian untuk diukur kuat arus
listrik yang mengalir dan tegangan yang melalui resistor tersebut dengan
satuan ohm.
3. Kuat arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir pada
rangkaian tersebut diukur menggunakan basicmeter/amperemeter dengan
satuan ampere (A).
4. Tegangan adalah perbedaan beda potensial di antara dua titik yang diukur
menggunakan voltmeter dengan satuan volt (V).
Prosedur Kerja
Kegiatan 1. Rangkaian Seri
1. Memastikan semua perangkat percobaan telah tersedia, dan berfungsi dengan
baik.
2. Merangkaikan perangkat percobaan (susunan seri 2 resistor), melakukan
pengukuran tegangan pada masing-masing resistor, mencatat hasilnya dalam
tabel hasil pengamatan.
3. Mengukur arus yang melewati masing-masing resisitor, kemudian mencatat
hasilnya pada tabel hasil pengamatan. Kemudian melanjutkan pengukuran
untuk nilai tegangan sumber yang berbeda, kemudian mencata hasilnya.
Kegiatan 2. Rangkaian Paralel
1. Memastikan semua perangkat percobaan telah tersedia, dan berfungsi dengan
baik.
2. Merangkai perangkat percobaan (susunan paralel 2 resistor), melakukan
pengukuran tegangan pada masing-masing resistor, kemudian mencatat
hasilnya.
3. Mengukur arus yang menuju titik cabang dan yang menuju ke masing-masing
resistor, kemudian mencatat hasilnya pada tabel hasil pengamatan. Kemudian
melanjutkan pengukuran untuk nilai tegangan sumber yang berbeda,
kemudian mencata hasilnya
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
1. Kegiatan 1. Rangkaian seri resistor
R1 = 100 R2 = 150
Tabel 1. Hasil pengukuran pada rangkaian seri resistor
Kuat arus listrik ( mA)
Tegangan Tegangan Tegangan
Antara
No sumber Sebelum pada R1 pada R2
R1 dan Setelah R2
(V) R1 (V) (V)
R2
1 |3,0 0,5| |15 1| |15 1| |15 1| |1,5 0,1| |1,5 0,1|
2 |6,0 0,5| |31 1| |31 1| |31 1| |2,0 0,1| |3,0 0,1|
3 |9,0 0,5| |46 1| |46 1| |46 1| |3,0 0,1| |5,0 0,1|
4 |11,0 0,5| |61 1| |61 1| |61 1| |4,5 0,1| |6,5 0,1|

2. Kegiatan 2. Rangkaian paralel resistor


R1 = 100 R2 = 150
Tabel 2. Hasil pengukuran pada
Kuat arus listrik ( mA)
Teganga Tegangan Tegangan
Total (
No n sumber Melalui pada R1 pada R2
sebelum melalui R2
(V) R1 (V) (V)
titik cabang)

1 |2,50,5| |0,030,01| |0,020,01| |0,010,01| |2,50,5| |2,5 0,5|


2 |5,00,5| |0,080,01| |0,050,01| |0,030,01| |5,00,5| |5,0 0,5|
3 |8,00,5| |0,130,01| |0,080,01| |0,050,01| |8,00,5| |8,0 0,5|
4 |11,00,5| |0,190,01| |0,100,01| |0,070,01| |11,00,5| |11,0 0,5|

ANALISIS DATA
Kegiatan 1. Rangkaian seri resistor
R1 = 100
R2 = 150
A. Berdasarkan Praktikum
Sumber Tegangan Pertama
VS1 = | 3,0 0,5 | V
V1= | 1,5 0,5 | V
V2= | 1,5 0,5 | V
IT =| 15 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2= I, yaitu |15 1|mA
maka:
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
Sumber Tegangan Kedua
VS1 = | 5,5 0,5 | V
V1= | 2,0 0,5 | V
V2= | 3,0 0,5 | V
IT =| 31 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2= I, yaitu |31 1| mA
maka:
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
VT
RS =
IT
5,5 V
RS =
31 x 10-3 A
RS= 0,18 x 103
Sumber Tegangan Ketiga
VS1 = | 8,0 0,5 | V
V1= | 3,0 0,5 | V
V2= | 5,0 0,5 | V
IT =| 46 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2= I, yaitu |46 1| :
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
Sumber Tegangan Keempat
VS1 = | 11,0 0,5 | V
V1= | 4,5 0,5 | V
V2= | 6,5 0,5 | V
IT =| 61 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2= I, yaitu |61 1| mA
maka:
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
B. Secara Teori
VS1= | 3,0 0,5 | V
R1 = 100
R2 = 150
T RT
RT =R
RT = | 250,0 0,0 |
VS1 3,0 V
IS = = = 0,012 A
RT 250
V
I= =VR-1
R
I I
dI = | | dV+ | | dR
V R
VR-1 VR-1
dI = | | dV + | | dR
V R
I = |R-1 |V + |VR-2 |R
I R-1 VR-2
= | -1 | V + | -1 | R
I VR VR
I V R
= | | + | |
I V R
V R
I = | + | I
V R
0,5 V 0
I = | + | 0,012 A
3V 250
I = | 0,17 + 0,0 | 0,012 A
I = 0,00204 A
I 0,0022
KR = 100%= 100 % =17 % (2 AB)
I 0,01
praktek-teori 15 .10-3 - 12.10-3
% diff = praktek + teori
100 % = 0,027 100 % = 22 %
2 2

I = | I I | A
I = | 0,012 0,002 | A

a. Tegangan 1 (V1)
R1
V1 = R + R2
VS1
1

100
V1 = 3,0 = 1,2 V
150 + 100
R1
V1 = R + R2
VS1
1

V1 = R1 (R1 + R2)-1 x VS1


Karena R tidak diukur maka nilai adalah konstan
V
dV = V dVS1
S1
dV= VS1dVS1
V
V= V S1 V
S1

0,5
V= 3,0 1,2 V

V= 0,17 V 1,2 V
V= 0,2 V
V 0,2
KR = 100% = 1,2 100 % = 17 % (2 AB)
V

praktek-teori 1,5- 1,2


% diff = praktek + teori 100 % = 1,5 + 1,2 100 % = 2 %
2 2

V =V1 VV
V =1,2 0,2V
b. Tegangan 2 (V2)
2
V1 = + 2
VS1
1

150
V2 = 3,0 = 1,8 V
150 + 100

Adapun cara menghitung kesalahan mutlak, kesalahan relative, dan % diff


sama pada tegangan 1 (V1).
V= 0,3 V
KR = 17% 2 AB
% diff = 1,8 %
V =V2 VV
V =1,8 0,3V

Tabel 3. Perbandingan kuat arus pada setiap tegangan sumber


Praktikum Teori
No Kuat Arus (A) Kuat Arus (A) KR % diff
(10-3) (10-3)
1 | 15 1 | | 12 2 | 17 % 22 %
2 | 31 1 | | 22 2 | 9% 34 %
3 | 46 1 | | 32 2 | 6,25 % 36 %
4 | 61 1 | | 44 2 | 4,5 % 32 %
Tabel 4. Perbandingan tegangan pada masingmasing sumber
Praktikum Teori KR (%) % diff

V1
V2 (Volt) V1 (Volt) V2 (Volt) V1 V2 V1 V2
(Volt)

|1,5 0,5| |1,5 0,5| |1,2 0,2| |1,8 0,3| 17 17 22 % 18 %

|2,0 0,5| |3,0 0,5| |2,2 0,2| |3,3 0,3| 9 9 38% 75%

|3,0 0,5| |5,0 0,5| |3,2 0,2| |4,8 0,3| 6,25 6,25 6,45% 4%

|4,5 0,5| |6,5 0,5| |4,4 0,2| |6,6 0,3| 4,50 4,50 2,2% 1,5%

Kegiatan 2. Rangkaian Paralel Resistor


Seperti yang tertera pada tabel 2, nilai tegangan sumber, tegangan pada R1, dan tegangan
pada R2 adalah sama. Jadi dapat dituliskan:
Vt = V1 = V2
Dengan menggunakan tegangan sumber 2,5 Volt, diperoleh:
1. Untuk data pertama
a. Secara praktikum
IR1 = |0,020,01|A
IR2 = |0,010,01|A
Im = |0,030,01|A
Karena berdasarkan percobaan diperoleh bahwa:
Im = IR1 +IR2
Vs V V
= R1 = R2
RT 1 2

Dari hasil pengukuran


Vs = V1 = V2 = |2,5 0,5| V maka
1 1 1
=R +R
RT 1 2

1 R2+R1
=R
RT 1 R2

Vs 2,5
Rp = = 0,03 = 83,33
I

Karena tidak dilakukan pengukuran pada besar resistor yang digunakan,


maka R = 0
R = 83,33
b. Secara teori
Vs = |2,5 0,5| V
R1 = 100
5
R1 = 100 100
100

R1 = |100 5|
R2 = 150
5
R2 = 150 150
100

R2 = |150 7,5|
Arus total
1 R2+R1
=R
RT 1 R2

1 150+100 250
= 100150 = 15000
RT
15000
RT = = 60
250
R R
RT = (R 1+R2 )
2 1

RT = R1 R2 (R2 +R1 )-1


R R2 (R2 +R1 )
RT = { R 1 + + } RT
1 R2 R2 +R1

Seperti pada rangkaian seri


(R2 +R1 ) = 7,5+5 = 12,5
R R2 (R2 +R1 )
RT = { R 1 + + } RT
1 R2 R2 +R1
5 7,5 12,5
RT = {100 + 150 + 250 } 60

RT = {0,05+0,05+0,05}60
RT = 9
Vs 2,5
IT = = = 0,04167 A
Rp 60

V
I = R =VR-1
I I
dI = |V| dV+ |R| dR
VR-1 VR-1
dI = | | dV+ | | dR
V R

I= |R-1 | V+ |VR-2 | R

I R-1 VR-2
=| | V+ | | R
I VR -1
VR-1
I V R
= +
I V R

R = 0 maka
V
I = { V } I
0,5
I = {2,5} 0,04167 A

I= {0,2} 0,04167 A
I= 0,01 A
I 0,01 A
KR= 100% = 100% = 24 % (1 AB)
I 0,04167 A

Pelaporan fisika
I = | 0,04 0,01 |A
praktik-teori 0,04-0,042
%diff = | | 100% = | | 100% = 4,88 %
rata-rata 0,041

Arus pada R1
V 2,5
IR1 = R1 = 100 = 0,025 A
1

V R
I = { V + }I
R

R = 0 maka
V
I = { V } I
0,5
I = {2,5} 0,025 A

I = {0,2}0,025A
I = 0,005 A
I 0,005 A
KR = 100% = 100% = 20 %
I 0,025 A

Pelaporan fisika
I = |0,02 0,01|A
praktik-teori 0,02-0,025
%diff = | | 100% = | | 100% = 22,22 %
rata-rata 0,0225

Arus pada R2
V 2,5
IR2 = R2 = 150 = 0,0167 A
2

V
I = { V } I
0,5
I = { } 0,0167 A
2,5

I ={0,2} 0,0167 A
I =0,00334 A
I 0,00334 A
KR = 100% = 100% = 20 %
I 0,0167 A

I =| 0,160,03 |10-1 A
praktik-teori 0,01-0,0167
%diff = | | 100%= | | 100% = 50,18 %
rata-rata 0,01335
Dengan menggunakan cara yang sama diperoleh data yang disajikan dalam tabel
perbandingan hasil praktikum dan teori terhadap kuat arus listrik.
Tabel 5. Perbandingan hasil praktikum dan teori terhadap kuat arus listrik (I) pada
rangkaian paralel.
Perbandingan IT (A) I1 (A) I2 (A)
Hasil praktikum 1. |0,03 0,01| 1. |0,02 0,01| 1. |0,01 0,01|
2. |0,08 0,01| 2. |0,05 0,01| 2. |0,03 0,01|
3. |0,13 0,01| 3. |0,08 0,01| 3. |0,05 0,01|
4. |0,19 0,01| 4. |0,10 0,01| 4. |0,07 0,01|
Hasil teori 1. |0,04 0,01| 1. |0,02 0,01| 1. |0,16 0,03|10-1
2. |0,08 0,01| 2. |0,05 0,01| 2. |0,30 0,03|10-1
3. |0,13 0,01| 3. |0,08 0,01| 3. |0,50 0,03|10-1
4. |0,18 0,01| 4. |0,11 0,01| 4. |0,070 0,003|
KR (%) 24 20 20
10 10 10
6,25 6,25 6
4,54 4,54 4,54
%diff 4,88 % 22,22 % 50,18 %
3,7 % 0% 0%
0% 0% 0%
5,4 % 9,5 % 4,19 %

Adapun hambatan pengganti setiap data disajikan pada tabel berikut.


Tabel 6. Hambatan pengganti
Tegangan (V) Rp ()
|2,5 0,5| 8,33
|5,0 0,5| 62,5
|8,0 0,5| 61,5
|11,0 0,5| 57,9

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, terdapat dua kegiatan.
Kegiatan pertama mengenai rangkaian seri dan kegiatan kedua mengenai
rangkaian paralel. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dengan
mengggunakan dua buah resistor dengan nilai yang berbeda yaitu R1 =100 dan
R2 =150.
Pada kegiatan kedua digunakan rangkaian seri. Setelah melakukan
analisis perhitungan pada kegiatan ini, yakni pada rangkaian seri untuk kuat arus
listrik yang mengalir dari hasil percobaan pada saat diberikan perbedaan tegangan
sumber 3,0 volt diperoleh besar kuat arusnya adalah | 15 1 |10-3 A, sedangkan
hasil dari teori | 12 2 |10-3 A , untuk tegangan sumber 5,5 volt diperoleh kuat
arus sebesar | 31 1 | 10-3 A, sedangkan hasil dari teori | 22 2 |10-3 A, untuk
tegangan sumber 8,0 volt diperoleh kuat arus sebesar | 46 1 |10-3 A, hasil dari
teori | 32 2 | 10-3 A, untuk tegangan sumber 11,0 volt diperoleh kuat arus sebesar
| 61 1 | 10-3 A, hasil teori | 44 2 |10-3 A.
Sedangkan untuk nilai tegangan dari hasil percobaan untuk tegangan pada
resistor pertama diperoleh hasil secara berturut-turut mulai dari data pertama yaitu
|1,50,5|V dan teori |1,20,2| V, |2,00,5|V dan teori |2,2 0,2|V sementara untuk
|3,00,5|V diperoleh hasil teori |3,20,2|V, |4,5 0,5|V dengan hasil teori
|4,40,2|V. Sementara untuk nilai tegangan dari hasil percobaan untuk tegangan
pada resistor kedua diperoleh hasil secara berturut-turut yaitu |1,5 0,5|V dan teori
|1,8 0,3|V, |3,0 0,5|V dan teori |3,3 0,3|V, sementara untuk |5,0 0,5| V
diperoleh hasil teori |4,8 0,3|V, |6,5 0,5|V dengan hasil teori |6,6 0,3|V. Hasil
kuat arus listrik yang mengalir dan tegangan yang diperoleh tersebut membuktikan
bahwa pada rangkaian seri, arus yang melalui tiap hambatan adalah sama dan
tegangan yang melalui setiap hambatan berbeda, tetapi apabila tegangannya
dijumlahkan maka hasilnya akan sama dengan tegangan sumber. Dalam rangkaian
seri, resistor berfungsi sebagai pembagi tegangan.
Pada kegiatan kedua digunakan rangkaian paralel. Hasil analisis
percobaan terlihat bahwa pada tegangan sumber 2,5 V menunjukkan besar kuat
arus listrik sebelum titik percabangan yaitu |0,04 0,01| A, melalui R1 sebesar

|0,02 0,01| A dan melalui R2 sebesar |0,16 0,03|10-1 A. Sedangkan tegangan


pada R1 sebesar |2,50,5|V dan tegangan pada R2 sebesar |3,00,5|V. Pada saat
tegangan sumber 5,0 V menunjukkan bahwa kuat arus listrik sebelum titik
percabangan sebesar |0,08 0,01| A, melalui R1 sebesar |0,05 0,01| A dan
melalui R2 sebesar |0,30 0,03|10-1 A. Sedangkan tegangan pada R1 sebesar
|5,00,5|V begitupun pada R2 sebesar |5,00,5|V. Pada tegangan sumber 8,0 V
menunjukkan bahwa kuat arus listrik sebelum titik percabangan sebesar |0,13
0,01| A, melalui R1 sebesar |0,08 0,01| A dan melalui R2 sebesar |0,50 0,03|10-
1
A. Sedangkan tegangan pada R1 sebesar |8,00,5|V dan tegangan pada R2
sebesar |8,00,5|V Pada tegangan sumber 11,0 V menunjukkan bahwa kuat arus
listrik sebelum titik percabangan sebesar |0,18 0,01| A, melalui R1 sebesar |0,11
0,01| A dan melalui R2 sebesar |0,070 0,003| A. Sedangkan tegangan pada R1
sebesar |11,00,5|V dan tegangan pada R2 sebesar |11,00,5|V .
Selain itu, diperoleh pula dari hasil analisis besar %diff dari setiap data
tidak terlalu besar. Pada data pertama diperoleh %diff yang cukup besar dimana
hal tersebut mungkin deisebabkan karena alat yang digunakan sudah tidak stabil
seperti resisitor yang digunakan pada saat percobaan terasa panas. Hal tersebut
membuktikan bahwa resistornya sudah tidak bagus. Sehingga mempengaruhi hasil
praktikum. Akan tetapi diperoleh pula besar %diff nya sebesar nol. Hal tersebut
membuktikan data yang diperoleh bagus sehingga hasil praktikum sama dengan
teori.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa tegangan pada R1 dan R2
hasilnya sama. Sementara kuat arus listrik yang mengalir sebelum titik
percabangan menunjukkan nilai yang hampir sama dengan jumlah arus listrik
yang mengalir pada R1 dan R2. Melalui analisis data juga diperoleh hasil yang
menunjukan bahwa arus listrik secara teori hampir sama dengan hasil yang
didapatkan saat praktikum. Pada susunan paralel resistor berfungsi sebagai
pembagi kuat arus listrik.
Dari percobaan ini dibutuhkan ketelitian saat membaca, ataupun dalam
merangkai alat dan bahannya. Dimana saat perangkaian alat harus memperhatikan
resistornya. Pada penggunaan basicmater untuk mengukur kuat arus listrik harus
dipasang seri. Sedangkan untuk mengukur tegangan harus dirangkai paralel.

SIMPULAN DAN DISKUSI


1. Resistor yang dirangkai seri yaitu dengan cara menghubungkan dengan
sumber tegangan kemudian kedua resistor dihubungkan dengan kabel, pada
resistor tidak ada kutub positif dan negative, pada rangkaian seri ini tidak ada
percabangan. Pada rangkaian paralel akan ada titik percabangan baik itu
sebelum masuk pada resistor pertama maupun diantara kedua resistor atau
setelah resistor kedua. Sedangkan untuk merangkai rangkaian paralel yaitu
dengan cara resistor disusun paralel dan kuat arus yang digunakan selalu
dirangkai seri sedangkan tegangan selalu dirangkai paralel.
2. Basicmeter digunakan untuk mengukur tegangan dengan kuat arus listrik yang
masuk pada resistor. Untuk mengukur tegangan digunakan voltmeter,
sedangkan untuk mengukur kuat arus listrik digunakan amperemeter.
Amperemeter selalu dipasang seri dalam rangkaian sedangkan voltmeter
selalu dipasang paralel.
3. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat dinyatakan
bahwa hasil yang diperoleh sesuai dengan teori dimana hukum-hukum
Kirchooff telah menjelaskannya. Hukum Kirchooff I menjelaskan bahwa
besar kuat arus yang masuk sama dengan besar kuat arus yang keluar. Dan
hukum Kirchooff 2 menyatakan bahwa total tegangan (beda potensial) pada
suatu rangkaian tertutup adalah nol.
4. Jenis susunan resistor menentukan besar nilai variabel tegangan dan kuat arus
listrik dalam rangkaian. Pada susunan seri, resistor berfungsi sebagai pembagi
tegangan, apabila tegangan pada setiap resistor dijumlahkan maka jumlahnya
sama dengan besarnya tegangan sumber. Sedangkan jika resistor disusun
paralel, maka resistor berfungsi sebagai pembagi arus, apabila kuat arus listrik
yang melewati setiap resistor diukur, maka akan memiliki nilai yang sama
dengan arus total sebelum titik percabangan (Hukum I Kirchoof).
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam pengambilan data dan
kepada asisten agar memperhatikan praktikan dalam pengambilan data sehinga
tidak lagi salah-salah dalam menganalisis data hasil praktikum.

DAFTAR RUJUKAN
Herman, asisten LFD. 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar: Unit
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM
Sumarsono, Joko. 2009. Fisika Dasar Universitas. Jakarta: Teguh Karya.
Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman. 1999. Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid 2. Solo: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai