Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Listrik Arus Se arah ”  ini
dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh guru mata Pelajaran Fisika.
Makalah ini merupakan hasil telaah dari beberapa referensi yang berkaitan
dengan Listrik Arus Se arah. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada guru mata Pelajaran
Fisika atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada teman-teman
yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai apa Listrik Arus Se arah. Saya
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
       Dalam makalah ini, akan dianalisis beberapa rangkaian sederhana yang terdiri dari
sumber tegangan, resistor dan kapasitor dalam berbagai kombinasi untuk memperoleh nilai
tegangan dan arus serta besaran lain dari rangkaian tersebut. Rangkaian demikian disebut
dengan rangkaian arus searah (DC), karena arus yang mengalir dalam rangkaian memiliki
satu arah saja. Rangkaian arus searah yang didalamnya arah arus berubah seiringan waktu.
Lampu senter dan sistem sambungan kawat mobil adalah contoh-contoh rangkaian arus
searah.

B. Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah Resistor-Resistor Dalam Sambungan Seri
2.    Bagaimanakah Resistor-Resistor Dalam Sambungan Paralel
3.    Bagaimanakah Rangkaian Dengan Satu Sumber Tegangan/Arus
4.    Bagaimanakah Rangkaian Dengan Lebih Dari Satu Sumber

C. Tujuan
1.    Untuk Mengetahui Resistor-Resistor Dalam Sambungan Seri
2.    Untuk Mengetahui Resistor-Resistor Dalam Sambungan Paralel
3.    Untuk Mengetahui Rangkaian Dengan Satu Sumber Tegangan/Arus
4.    Untuk Mengetahui Rangkaian Dengan Lebih Dari Satu Sumber
BAB II
PEMBAHASAN

A. Resistor-Resistor Dalam Sambungan Seri

                            Gambar 1 : (a)


       Dalam gambar 1a, arus I harus sama dalam semua resistor itu. Dengan memberikan V = I
R untuk setiap resistor, kita mempunyai
       Vax = I R1,   Vxy = I R2,  Vyb = I R3
Selisih potensial yang melalui setiap resistor tidak perlu sama (kecuali untuk kasus khusus
dimana ketiga resistor itu semuanya sama). Selisih potensial Vab yang melalui keseluruhan
gabungan itu adalah jumlah selisih-selisih potensial individu :
       Vab =  Vax + Vxy + Vyb = I (R1 + R2 + R3)
Atau
      Vab/I = R1 + R2 + R3 
Nilai Vab/I, menurut definisi adalah hambatan ekuivalen Rek. Maka
       Rek = R1 + R2 + R3 
Mudah bagi kita untuk menggeneralisasi persamaan ini untuk sebarang banyaknya resistor.
Rek = R1 + R2 + R3 +...............(resistor seri)
Hambatan ekuivalen dari sebarang banyaknya resistor seri sama dengan jumlah
hambatan-hambatan individunya. Hambatan ekuivalen itu lebih besar daripada setiap
hambatan individu.
B. Resistor-Resistor Dalam Sambungan Paralel

                 
 Gambar 1: (b)
       Dalam gambar 1b, arus yang melalui setiap resistor tak perlu sama. Tetapi selisih
potensial di antara terminal-terminal setiap resistor harus sama dan sebanding dengan Vab.
Arus dalam ketiga resistor itu I1, I2, I3, maka dari I = V/R

Umumnya, arus yang melalui setiap resistor berbeda. Karena muatan tidak terakumulasi atau
terkuras ke luar dari titik a, maka arus total I harus sama dengan jumlah ketiga arus dalam
resistor itu :

  
Atau

    

Tetapi menurut definisi dari hambatan ekuivalen Rek, I/ Vab = 1/ Rek, maka

Sekali lagi mudah bagi kita menggeneralisasi persamaan ini untuk sebarang banyaknya
resistor paralel :

Untuk sebarang banyaknya resistor paralel, kebalikan hambatan ekuivalen sama


dengan jumlah kebalikan-kebalikan dari hambatan-hambatan individunya.  Hambatan
ekuivalen itu selalu lebih kecil daripada hambatan individu.
       Resistor-resistor paralel ditambahkan secara terbalik karena arus dalam setiap resistor
sebanding dengan tegangan bersama yang melewati resistor-resistor itu dan berbanding
terbalik dengan setiap hambatan. Kapasitor-kapasitor paralel ditambahkan secara langsung
karena muatan pada setiap kapasitor sebanding dengan tegangan bersama yang melewati
kapasitor-kapasitor itu dan berbanding langsung dengan kapasitansi setiap kapasitor. Untuk
kasus khusus dua resistor paralel,

Karena Vab = I1 R1  = I2 R2, maka didapat


     
Ini memperlihatkan bahwa arus yang diangkut oleh dua resistor paralel berbanding terbalik
dengan hambatannya. Lebih banyak arus yang melalui lintasan yang hambatannya paling
kecil. 
C. Rangkaian Dengan Satu Sumber Tengangan/Arus
       Ada dua hukum yang berlaku bagi rangkaian yang memiliki arus tetap (steady state) di
mana hukum ini lebih dikenal dengan nama hukum kirchhoff, yaitu :
1.      Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah aljabar dari beda potensialnya harus sama dengan nol.
2.      Pada setiap titik percabangan, jumlah arus yang masuk melalui titik tersebut sama dengan
jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.
       Hukum pertama kirchhoff tentang tegangan sering dinamakan hukum simpal, karena
pada kenyataannya beda potensial di antara dua titik dalam suatu rangkaian dalam keadaan
tunak selalu konstan.
       Dalam aplikasi hukum tegangan kirchhoff, sebuah loop arus biasanya dijadikan referensi.
Rangkaian pada gambar 2 adalah sebuah rangkaian seri karena arus yang sama mengalir
malalui semua resistor.
                        Jumlah tegangan yang melintasi resistor-resistor adalah
                        V1 + V2 + V3

Yang sama dengan tegangan pembangkitan yang melintasi sumber tegangan :

Dengan menggunakan hukum ohm untuk arus dan tegangan pada masing-masing resistor :
Vs = V1 + V2 + V3 = I R1 + I R2 + I R3
                                         = I (R1 + R2 + R3) = I RT
Dimana

                       
Dan
                        RT = R1 + R2 + R3
       Rangkaian seperti pada gambar 2 di atas merupakan salah satu contoh divisi
tegangan atau pembagi tegangan. Aturan pembagi tegangan memungkinkan kita untuk dapat
menentukan besarnya tegangan pada masing-masing resistor. Sebagai contoh, besar tegangan
pada R2 adalah
                        V2 = I R2
                                                           
Dengan

          
Eliminasi I menghasilkan

          
       Secara umum, untuk sejumlah resistor yang dihubungakan secara seri dengan resistansi
total RT dan dengan suatu tegangan Vs yang melintasi kombinasi seri tersebut, tegangan
Vx yang melintasi salah satu dari resistor Rx adalah

               
       Untuk persamaan ini, Vs dan Vx harus berpolaritas berlawanan, yang bermakna bahwa
untuk lintasan tertutup, salah satunya harus menjadi jatuh tegangan  dan yang lainnya adalah
pembangkitan tegangan. Jika  keduanya adalah pembangkitan tegangan atau keduanya adalah
jatuh tegangan, persamaan harus berta1nda negatif. Tegangan Vs yang diperlukan tidak harus
sebuah sumber tegangan. ini hanya merupakan tegangan total yang melintasi kombinasi
resistor.
       Hukum kedua kirchhoff tentang arus lebih dikenal dengan hukum percabangan, karena
hukum ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk rangkaian multisimpal
yang mengandung titik percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada
akumulasi muatan listrik pada setiap titik dalam rangkaian, ddengan demikian jumlah muatan
yang masuk pada suatu titik akan meninggalkan titik tersebut dengan jumlah yang sama.
Gambar 3 berikut adalah sebuah contoh rangkaian penerapan hukum percabangan arus.
       Dalam aplikasi hukum kirchhoff untuk arus, satu titik dipilih sebagai node atau referensi,
yang sering ditandai dengan tanda ground.  Rangkaian pada gambar 3 adalah sebuah
rangkaian paralel karena tegangan V yang sama melintas semua resistor.
       Pada titik non-ground (yang ditandai dengan (+)), jumlah arus yang memasuki setiap
resistor, I1 + I2 + I3, sama dengan arus yang memasuki titik ini dari sumber
arus : I1 + I2 + I3 = Is
       Dengan hubungan itu hukum ohm untuk arus pada masing-masing resistor, dihasilkan 

adalah konduktansi total dari kombinasi resistor hubungan paralel.


       Rangkaian pada gambar 3 merupakan salah satu contoh divisi arus atau pembagi arus.
Persamaan divisi arus dapat dengan mudah diperoleh dari rangkaian pada gambar 3.
Diasumsikan untuk menentukan arus yang melewati R 2. Dengan hukum ohm, I2 = G2 V
dengan                    

 Dengan mengeliminasi V menghasilkan 

                              
      Secara umum, untuk beberapa resistor yang disusun secara parallel dengan konduktansi
total GT dan dengan arus Is yang masuk ke dalam kombinasi parallel tersebut, arus Ix yang
melalui salah satu resistor dengan konduktansi Gx adalah

 
D. Rangkaian dengan lebih dari satu sumber

Gambar 4 : Rangkaian berisi dua sumber dan tiga resistor eksternal


Gambar 4 memperlihatkan suatu rangkaian yang terdiri dari 2 buah baterai dengan hambatan
dalam r1 dan r2 beserta 3 buah resistor luar. Dapat menentukan arus yang mengalir dalam
rangkaian tersebut sebagai fungsi dari GGL (gaya gerak listrik) dan hambatan, yang kita
anggap nilainya telah diketahui. Kita tidak dapat memperkirakan arah arusnya kecuali kita
telah mengetahui baterai mana yang memiliki GGL terbesar, namun sebenarnya kita tidak
perlu mengetahui arah arus dalam rangkaian untuk menganalisisnya.
       Kita dapat menganggap arus mengalir ke arah mana saja, dan memecahkan persoalan
tersebut berdasarkan suatu asumsi. Jika asumsi kita salah, kita akan memperoleh arah arus
yang sebenarnya berlawanan arah dengan asumsi semula.
       Kita anggap saja I mengalir searah dengan jarum jam, yang seperti yang terlihat pada
gambar 4. Dengan menggunakan hukum pertama kirchhoff saat kita melintasi simpal dengan
arah yang telah diasumsikan semula berawal dari titik a. Tinggal rendahnya potensial pada
sisi resistor untuk arah arus yang dipilih ditandai dengan tanda plus dan minus pada gambar.
Perhatikan bahwa potensial turun saat melintasi sumber GGL pada titik c dan d dan potensial
naik saat melintasi sumber GGL antara f dan g.
       Mulai  dari titik a, dengan menerapkan hukum kirchhoff 1, diperoleh :
  I R1     I R2    ԑ2      I r2      I R3 + ԑ1    I r1 = 0
Dengan demikian untuk arus I diperoleh :

                
Ingat bahwa jika ԑ2 lebih besar daripada ԑ1, akan diperoleh nilai arus yang berharga negatif,
yang menunjukkan bahwa kita telah mengasumsikan arah I yang salah. Yaitu, jika ԑ2 lebih
besar daripada ԑ1, arus akan berlawanan dengan arah jarum jam. Pada sisi lain, jika ԑ1 adalah
GGL yang lebih besar, akan diperoleh suatu nilai I positif.  
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
      Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
         Resistor-Resistor Dalam Sambungan Seri
Rek = R1 + R2 + R3 +...............(resistor seri)
Hambatan ekuivalen dari sebarang banyaknya resistor seri sama dengan jumlah
hambatan-hambatan individunya. Hambatan ekuivalen itu lebih besar daripada setiap
hambatan individu.
         Resistor-Resistor Dalam Sambungan Paralel

Untuk sebarang banyaknya resistor paralel, kebalikan hambatan ekuivalen sama


dengan jumlah kebalikan-kebalikan dari hambatan-hambatan individunya. Hambatan
ekuivalen itu selalu lebih kecil daripada hambatan individu.

B.  Saran
Kami harapkan kepada segenap pembaca, agar mencari referensi lain yang ada
hubungannya dengan makalah ini, agar dapat menambah wawasan lebih luas. Kami sebagai
penulis dengan tangan terbuka menerima keritikan dan saran demi kelancaran tugas-tugas
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

  Saleh,Muh.2010. Dasar-dasar  Elektronika. Universitas Muhammdiyah Makassar: Makassar


Young,dkk.2001. Fisika Universitas edisi ke sepuluh jilid 2. Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai