Abstrak
Telah dilakukan eksperimen yang berjudul Rangkaian Seri dan Paralel yang bertujuan
agar mahasiswa terampil dalam merangkai resistor menjadi susunan seri dan paralel, agar
mahasiswa dapat menempatkan dan menggunakan basicmeter dengan benar, agar mahasiswa dapat
memahami prinsip hukum-hukum Kirchoof, dan agar mahasiswa dapat memahami karakteristik
rangkaian seri dan paralel. Pada praktikum ini dilakukan dua kegiatan, yang pertama ragkaian seri
dan yang kedua rangkaian paralel. Hambatan yang digunakan sebesar 100 sebagai R1 dan 150
sebagai R2. Pada rangkaian seri, kuat arus listrik sebelum R1, antara R1 dan R2, dan setelah R2 sama
dan tegangan sumbernya adalah penjumlahan tegangan R1 dan tegangan R2. Dan pada rangkaian
paralel, nilai tegangannya sama dan nilai kuat arus listrik totalnya sama dengan penjumlahan kuat
arus masing-masing resistor. Berdasarkan praktikum, nilai hambatan pada rangkaian seri untuk
keempat data yaitu 200 , 180 , 170 , dan 180 dan nilai hambatan pada rangkaian paralel
untuk keempat data yaitu 83,33 , 62,5 , 61,5 , dan 55 . Nilai-nilai ini menghampiri nilai
hambatan berdasarkan teori (seri = 250 dan paralel = 60 ), artinya praktikum yang kami lakukan
agak berhasil.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja karakteristik susunan seri dan susunan paralel ?
2. Apakah hukum kirchoof berlaku pada percobaan ?
3. Berapa nilai masing-masing hambatan berdasarkan percobaan ?
TUJUAN
1. Mahasiswa terampil dalam merangkai resistor menjadi susunan seri dan paralel.
2. Mahasiswa dapat menempatkan dan menggunakan basicmeter dengan benar.
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip hukum kirchoof.
4. Mahasiswa dapat memahami karakteristik rangkaian seri dan rangkaian paralel.
METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Jika kita memakaikan perbedaan potensial yang sama diantara ujung-ujunga
tongkat tembaga dan tongkat kayu yang mempunyai geometri yang serupa, maka
dihasilkan arus-arus yang sangat berbeda. Karakteristik (sifat) penghantar yang
menyebabkan hal ini adalah hambatan (resistance). Kita mendefenisikan hambatan
dari sebuah penghantar (yang sering disebut tahanan = resistor) di antara dua titik
dengan memakaikan sebuah perbedaan potensial V di antara titik-titik tersebut, dan
dengan mengukur arus I, dan kemudian melakukan pembagian :
Pengembangan dari analisis ini untuk tiga resistor atau lebih dalam rangkaian
paralel menghasilkan
1 1 1 1
= + + +
Rekuivalen R1 R2 R3
Dari persamaan tersebut, kita dapat meilhat bahwa kebalikan dari hambatan
ekuivalen untuk dua resistor atau lebih yang dihubungkan secara paralel sama
engan penjumlahan kebalikan dari masing-masing resistor. Lebih lanjut lagi,
hambatan ekuivalennya selalu lebih kecil dari pada hambatan terkecil dalam
kelompok tersebut (Serway, 2010 : 402-406).
Ada dua hukum yang berlaku bagi rangkaian yang memiliki arus tetap
(tanak). Kedua hukum ini dinamakan hukum Kirchoff, yaitu: 1. Pada setiap
rangkaian tertutup, jumlah aljabar dari beda potensialnya harus sama dengan nol;
2. Pada setiap titik percabangan jumlah arus yang masuk melalui titik sama dengan
jumlah arus yang keluar dari titik tersebut (Tipler, 2001 : 174).
Hasil pengukuran beda potensial pada resistor R1 dan R2 (nilainya berbeda)
yang disusun seri menunjukkan hasil yang berbeda, namun jika diukur arus yang
melewati kedua resistor maka diperoleh pengukuran yang sama. Berbeda halnya
jika resistor disusun secara paralel, diperoleh hasil pengukuran yang berbeda. Arus
yang melalui setiap resistor berbea, namun pengukuran tegangan pada setiap
resistor sama. Fakta ini menunjukkan bahwa jenis susunan resistor menentukan
besar niali variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian. Pada susunan
seri, resistor berfungsi sebagai pembagi tegangan, yang berarti jika tegangan pada
setiap resistor dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya tegangan
sumber. Sedangkan jika resistor disusun paralel, maka resistor berfungsi sebagai
pembagi arus, yang berarti jika kuat arus listrik yang melewati setiap resistor
diukur, maka akan memiliki nilai yang sama dengan arus total sebelum titik
percabangan (Herman, 2015 : 21).
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Variabel manipulasi : Tegangan Sumber (V)
2. Variabel respon : Kuat Arus Listrik (I) dan Tegangan Resistor (V)
3. Variabel kontrol : Resistor
Kegiatan 2
1. Variabel manipulasi : Tegangan Sumber (V)
2. Variabel respon : Kuat Arus Listrik (I) dan Tegangan Resistor (V)
3. Variabel kontrol : Resistor
Kegiatan 2
1. Variabel manipulasi
Tegangan sumber adalah besarnya tegangan yang berasal dari power supply
yang disambungkan dengan resistor sebagai sumber tegangan diukur
menggunakan voltmeter dengan satuan (Volt). Tegangan sumber sebagai
variabel manipulasi karena tegangan sember diubah-ubah dengan perubahan
kelipatan 3.
2. Variabel respon
Kuat arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir pada
rangkaian tersebut diukur menggunakan amperemeter dengan satuan ampere
(A). kuat arus listrik yang menjadi variabel respon adalah kuat arus yang
melalui titik cabang, yang melalui R1 dan yang melalui R2. Kuat arus listrik
merupakan variabel respon karena dipengaruhi oleh variabel manipulasi
(tegangan sumber).
Tegangan resistor merupakan besarnya tegangan yang ada pada resistor baik
R1 maupun R2, diukur menggunakan voltmeter dengan satuan (Volt). Tegangan
pada resistor juga merupakan variabel respon karena dipengaruhi juga oleh
tegangan sumber.
3. Variabel kontrol
Resistor adalah alat yang dipasang pada rangkaian untuk diukur kuat arus
listrik yang mengalir dan tegangan yang melalui resistor tersebut dengan satuan
ohm. Dimana hambatan pada resistor 1 sebesar 100 dan hambatan pada
resistor 2 sebesar 2 .
Prosedur Kerja
a. Kegiatan 1 (Rangkaian Seri)
1. Memastikan semua perangkat percobaan telah tersedia dan berfungsi
dengan baik.
2. Merangkai perangkat percobaan dengan menyusun seri kedua resistor.
3. Melakukan pengukuran tegangan sumber, tegangan pada R1, dan tegangan
pada R2. Mencatat hasil pengukuran pada table hasil pengamatan.
4. Melakukan pengukuran arus sebelum melewati R1, saat melewati R1 (antara
R1 dan R2), dan setelah melewati R2. Mencatat hasil pengukuran pada table
hasil pengamatan.
5. Melanjutkan pengukuran untuk nilai tegangan sumber yang berbeda,
menggunakan 4 tegangan sumber. Kemudian mencatat semua hasil
pengukuran pada table hasil pengamatan.
b. Kegiatan 2
1. Memastikan semua perangkat percobaan telah tersedia dan berfungsi
dengan baik.
2. Merangkai perangkat percobaan dengan menyusun paralel kedua resistor.
3. Melakukan pengukuran tegangan sumber, tegangan pada R1, dan tegangan
pada R2. Mencatat hasil pengukuran pada table hasil pengamatan.
4. Melakukan pengukuran arus yang menuju titik cabang dan yang menuju ke
masing-masing resistor. Mencatat hasil pengukuran pada table hasil
pengamatan.
5. Melanjutkan pengukuran untuk nilai tegangan sumber yang berbeda,
menggunakan 4 tegangan sumber. Kemudian mencatat semua hasil
pengukuran pada table hasil pengamatan.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
Kegiatan 1
R1 = 100
R2 = 150
Gambar rangkaian seri
Tabel 1. Hasil pengukuran tegangan sumber, kuat arus dan tegangan resisitor
Tabel 2. Hasil pengukuran tegangan sumber, kuat arus dan tegangan resisitor
ANALISIS DATA
Kegiatan 1 (Rangkaian Seri)
R1 = 100
R2 = 150
A. Berdasarkan Praktikum
Sumber Tegangan Pertama
VS1 = | 3,0 0,5 | V
V1 = | 1,5 0,5 | V
V2 = | 1,5 0,5 | V
IT = | 15 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2 = I, yaitu | 15 1 | mA
maka:
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
VT
RS =
IT
3,0 V
RS =
15 x 10-3 A
RS = 0,2 x 103
Sumber Tegangan Kedua
VS1 = | 5,5 0,5 | V
V1 = | 2,0 0,5 | V
V2 = | 3,0 0,5 | V
IT = | 31 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2 = I, yaitu | 31 1 | mA
maka:
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
VT
RS =
IT
5,5 V
RS =
31 x 10-3 A
RS = 0,18 x 103
Sumber Tegangan Ketiga
VS1 = | 8,0 0,5 | V
V1 = | 3,0 0,5 | V
V2 = | 5,0 0,5 | V
IT = | 46 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2 = I, yaitu | 46 1 | mA
maka:
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
VT
RS =
IT
8,0 V
RS =
46 x 10-3 A
RS = 0,17 x 103
Sumber Tegangan Keempat
VS1 = | 11,0 0,5 | V
V1 = | 4,5 0,5 | V
V2 = | 6,5 0,5 | V
IT = | 61 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2 = I, yaitu | 61 1 | mA
maka:
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
VT
RS =
IT
11,0 V
RS =
61 x 10-3 A
RS = 0,18 x 103
B. Secara Teori
a. Kuat arus tegangan sumber 1
VS1 = | 3,0 0,5 | V
R1 = 100
R2 = 150
RT =RT RT
RT = | 250,0 0,0 |
VS1 3,0 V
IS = = = 0,012 A
RT 250
V
I= = VR-1
R
I I
dI = dV + dR
V R
VR-1 VR-1
dI = dV + dR
V R
I = R-1 V + VR-2 R
I R-1 VR-2
= V + R
I VR-1 VR-1
I V R
= +
I V R
V R
I = + I
V R
0,5 V 0
I = + 0,012 A
3V 250
I = | 0,17 + 0,0 | 0,012 A
I = 0,00204 A
I 0,0022
KR = 100% = 100 % = 17 % (2 AB)
I 0,01
praktek-teori 15 .10-3 - 12.10-3
% diff = praktek + teori
100 % = 0,027 100 % = 22 %
2 2
I = | I I | A
I = | 0,012 0,002 | A
b. Tegangan pada hambatan 1 (V1)
R1
V1 = VS1
R1 + R2
100
V1 = 3,0 = 1,2 V
150 + 100
R1
V1 = VS1
R1 + R2
V1 = R1 (R1 + R2)-1 x VS1
Karena R tidak diukur maka nilai adalah konstan
dV = d
dV = VS1d
V= V
,
= ,
1,2 V
= 0,17 V 1,2 V
= 0,2 V
,
KR = 100% = ,
100 % = 17 % 2 AB
=V VV
=1,2 0,2V
c. Tegangan pada hambatan 2 (V2)
R2
V1 = VS1
R1 + R2
150
V2 = 3,0 = 1,8 V
150 + 100
Adapun cara menghitung kesalahan mutlak, kesalahan relative, dan % diff
sama pada tegangan 1 (V1).
= 0,3 V
KR = 17 % 2 AB
% diff = 1,8 %
=V V
=1,8 0,3V
V1
V2 (Volt) V1 (Volt) V2 (Volt) V1 V2 V1 V2
(Volt)
|2,0 0,5| |3,0 0,5| |2,2 0,2| |3,3 0,3| 9% 9% 38% 75%
|3,0 0,5| |5,0 0,5| |3,2 0,2| |4,8 0,3| 6,25% 6,25% 6,45% 4%
|4,5 0,5| |6,5 0,5| |4,4 0,2| |6,6 0,3| 4,5 % 4,5% 2,2% 1,5%
DAFTAR RUJUKAN
Halliday, Resnick. 1996. Fisika Jilid 2 Edisi Ketiga (Terjemahan). Jakarta :
Erlangga.
Herman dkk. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar : Penerbit UNM.
Serwey, Raymond A. dan Jewett, John W. 2010. Fisika untuk sains dan teknik Jilid
2. Jakarta : Penerbit Salemba Teknika.