Anda di halaman 1dari 21

RANGKAIAN SERI DAN PARALEL

Rezky Amaliah, Herayanti, Muh. Shadiq K

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika


FMIPA UNM
Pendidikan Fisika 2014

Abstrak

Telah dilakukan eksperimen yang berjudul Rangkaian Seri dan Paralel yang bertujuan
agar mahasiswa terampil dalam merangkai resistor menjadi susunan seri dan paralel, agar
mahasiswa dapat menempatkan dan menggunakan basicmeter dengan benar, agar mahasiswa dapat
memahami prinsip hukum-hukum Kirchoof, dan agar mahasiswa dapat memahami karakteristik
rangkaian seri dan paralel. Pada praktikum ini dilakukan dua kegiatan, yang pertama ragkaian seri
dan yang kedua rangkaian paralel. Hambatan yang digunakan sebesar 100 sebagai R1 dan 150
sebagai R2. Pada rangkaian seri, kuat arus listrik sebelum R1, antara R1 dan R2, dan setelah R2 sama
dan tegangan sumbernya adalah penjumlahan tegangan R1 dan tegangan R2. Dan pada rangkaian
paralel, nilai tegangannya sama dan nilai kuat arus listrik totalnya sama dengan penjumlahan kuat
arus masing-masing resistor. Berdasarkan praktikum, nilai hambatan pada rangkaian seri untuk
keempat data yaitu 200 , 180 , 170 , dan 180 dan nilai hambatan pada rangkaian paralel
untuk keempat data yaitu 83,33 , 62,5 , 61,5 , dan 55 . Nilai-nilai ini menghampiri nilai
hambatan berdasarkan teori (seri = 250 dan paralel = 60 ), artinya praktikum yang kami lakukan
agak berhasil.

Kata kunci : Basicmeter, Hambatan, Paralel, Seri, Tegangan.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja karakteristik susunan seri dan susunan paralel ?
2. Apakah hukum kirchoof berlaku pada percobaan ?
3. Berapa nilai masing-masing hambatan berdasarkan percobaan ?

TUJUAN
1. Mahasiswa terampil dalam merangkai resistor menjadi susunan seri dan paralel.
2. Mahasiswa dapat menempatkan dan menggunakan basicmeter dengan benar.
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip hukum kirchoof.
4. Mahasiswa dapat memahami karakteristik rangkaian seri dan rangkaian paralel.

METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Jika kita memakaikan perbedaan potensial yang sama diantara ujung-ujunga
tongkat tembaga dan tongkat kayu yang mempunyai geometri yang serupa, maka
dihasilkan arus-arus yang sangat berbeda. Karakteristik (sifat) penghantar yang
menyebabkan hal ini adalah hambatan (resistance). Kita mendefenisikan hambatan
dari sebuah penghantar (yang sering disebut tahanan = resistor) di antara dua titik
dengan memakaikan sebuah perbedaan potensial V di antara titik-titik tersebut, dan
dengan mengukur arus I, dan kemudian melakukan pembagian :

Jika V dinyatakan di dalam volts dan I dinyatakan di dalam ampere, maka


hambatan akan dinyatakan di dalam ohms, disingkat (Halliday, 1996 : 187).
Ketika dua resistor atau lebih dihubungkan satu sama lian menjadi bola
lampu, rangkaian ini disebut rangkaian seri. Pada rangkaian seri, jika sejumlah
muatan Q keluar dari hambatan R1, muatan Q juga pasti masuk ke resistor kedua
R2. Jika tidak, muatan akan berakumulasi pada kabel di antara kedua resistor
tersebut. Jadi, muatan dengan jumlah yang sama melewati kedua resistor pada
selang waktu tertentu. Oleh karena itu,
Untuk sebuah rangkaian seri yang terdiri atas dua resistor, arusnya sama besar
pada kedua resistor tersebut karena jumlah muatan yang melewati R1 pasti juga
melewati R2 dalam selang waktu yang sama.
Beda potensial yang berlaku pada rangkaian resistor seri akan bercabang di
antara resistor-resostpr yang ada. Oleh karena penurunan tegangan dari a ke b sama
dengan IR1, dan penurunan tegangan dari b ke c sama dengan IR2, maka penurunan
tegangan dari a ke c adalah
V = IR1 + IR2 = I (R1 + R2)
V = IRekuivalen = I (R1 + R2) Rekuivalen = R1 + R2.
Hambatan Rekuivalen adalah ekuivalen dengan gabungan seri dari R1 + R2, dengan
syarat arus rangkaian tidak berubah ketika Rekuivalen menggatikan R1 + R2.
Hambatan yang ekuivalen dari tiga resistor atau lebih dalam rangkaian seri adalah
Rekuivalen = R1 + R2 + R3 +
Hubungan ini menunjukkan bahwa hambatan ekuivalen dari rangkaian
resistor yang dihubungkan seri adalah penjumlahan dari masing-masing
resistor dan selalu lebih besar dari masing-asing resistornya.
Rangkaian paralel merupakan rangkaian yang memiliki percabangan, dimana
muatan terpecah menjadi beberapa bagian, dan melewati masing-masing resistor.
Sebuah percabangan adalah suatu titik dalam sebuah rangkaian dimana arus dapat
terpecah dan menghasilkan arus pada masing-masing resistor yang lebih kecil
daripada arus yang keluar dari baterai. Oleh karena jumlah muatan listrik itu kekal,
maka arus I yang masuk titik a harus sama dengan total arus yang keluar dari titik
itu :
I = I1 + I2
dimana I1 adalah arus dalam R1 dan I2 adalah arus dalam R2.
Kedua resistor dihubungkan secara langsung pada kutub baterai, oleh karena
itu ketika resistor-resistor dihubungkan secara paralel, beda potensial pada resistor
adalah sama.
Oleh karena beda potensial pada resistor adalah sama, maka persamaan V =
IR memberikan
V V 1 1 V
I = I1 + I2 = + = V + =
R1 R2 R1 R2 Rekuivalen
Dimana Rekuivalen adalah hambatan tunggal yang ekuivalen dan akan
berpengaruh sama pada rangkaian ketika dua resistor dihubungkan secara paralel;
artinya, hambatan ini akan dialiri aus yang sama besarnya dari baterai. Dari hasil
ini, kita melihat bahwa hambatan ekuivalen dari dua resistor yang dihubungkan
secara paralel adalah
1 1 1
= +
Rekuivalen R1 R2
atau
1 R1 R2
Rekuivalen = 1 1 =
+ R1 + R2
R1 R2

Pengembangan dari analisis ini untuk tiga resistor atau lebih dalam rangkaian
paralel menghasilkan
1 1 1 1
= + + +
Rekuivalen R1 R2 R3
Dari persamaan tersebut, kita dapat meilhat bahwa kebalikan dari hambatan
ekuivalen untuk dua resistor atau lebih yang dihubungkan secara paralel sama
engan penjumlahan kebalikan dari masing-masing resistor. Lebih lanjut lagi,
hambatan ekuivalennya selalu lebih kecil dari pada hambatan terkecil dalam
kelompok tersebut (Serway, 2010 : 402-406).
Ada dua hukum yang berlaku bagi rangkaian yang memiliki arus tetap
(tanak). Kedua hukum ini dinamakan hukum Kirchoff, yaitu: 1. Pada setiap
rangkaian tertutup, jumlah aljabar dari beda potensialnya harus sama dengan nol;
2. Pada setiap titik percabangan jumlah arus yang masuk melalui titik sama dengan
jumlah arus yang keluar dari titik tersebut (Tipler, 2001 : 174).
Hasil pengukuran beda potensial pada resistor R1 dan R2 (nilainya berbeda)
yang disusun seri menunjukkan hasil yang berbeda, namun jika diukur arus yang
melewati kedua resistor maka diperoleh pengukuran yang sama. Berbeda halnya
jika resistor disusun secara paralel, diperoleh hasil pengukuran yang berbeda. Arus
yang melalui setiap resistor berbea, namun pengukuran tegangan pada setiap
resistor sama. Fakta ini menunjukkan bahwa jenis susunan resistor menentukan
besar niali variabel tegangan dan kuat arus listrik dalam rangkaian. Pada susunan
seri, resistor berfungsi sebagai pembagi tegangan, yang berarti jika tegangan pada
setiap resistor dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan besarnya tegangan
sumber. Sedangkan jika resistor disusun paralel, maka resistor berfungsi sebagai
pembagi arus, yang berarti jika kuat arus listrik yang melewati setiap resistor
diukur, maka akan memiliki nilai yang sama dengan arus total sebelum titik
percabangan (Herman, 2015 : 21).

Alat dan Bahan


1. Alat
a. Power Supply AC/DC, 0-12 V : 1 buah
b. Resistor 100 dan 150 : masing-masing 1 buah
c. Basicmeter 90 : 2 buah
d. Kabel penghubung : seperlunya
2. Bahan
Tidak ada

Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Variabel manipulasi : Tegangan Sumber (V)
2. Variabel respon : Kuat Arus Listrik (I) dan Tegangan Resistor (V)
3. Variabel kontrol : Resistor
Kegiatan 2
1. Variabel manipulasi : Tegangan Sumber (V)
2. Variabel respon : Kuat Arus Listrik (I) dan Tegangan Resistor (V)
3. Variabel kontrol : Resistor

Definisi Operasional Variabel


Kegiatan 1
1. Variabel manipulasi
Tegangan sumber adalah besarnya tegangan yang berasal dari power supply
yang disambungkan dengan resistor sebagai sumber tegangan diukur
menggunakan voltmeter dengan satuan (Volt). Tegangan sumber sebagai
variabel manipulasi karena tegangan sember diubah-ubah dengan perubahan
kelipatan 3.
2. Variabel Respon
Kuat arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir pada rangkaian
tersebut diukur menggunakan amperemeter dengan satuan ampere (A). kuat arus
listrik yang menjadi variabel respon adalah kuat arus yang mengalir sebelum R1,
kuat arus yang mengalir antara R1 dan R2, dan kuat arus yang mengalir seteelah
R2. Kuat arus listrik merupakan variabel respon karena dipengaruhi oleh variabel
manipulasi (tegangan sumber).
Tegangan resistor merupakan besarnya tegangan yang ada pada resistor baik R1
maupun R2, diukur menggunakan voltmeter dengan satuan (Volt). Tegangan
pada resistor juga merupakan variabel respon karena dipengaruhi juga oleh
tegangan sumber.
3. Variabel Kontrol
Resistor adalah alat yang dipasang pada rangkaian untuk diukur kuat arus listrik
yang mengalir dan tegangan yang melalui resistor tersebut dengan satuan ohm.
Dimana hambatan pada resistor 1 sebesar 100 dan hambatan pada resistor 2
sebesar 2 .

Kegiatan 2
1. Variabel manipulasi
Tegangan sumber adalah besarnya tegangan yang berasal dari power supply
yang disambungkan dengan resistor sebagai sumber tegangan diukur
menggunakan voltmeter dengan satuan (Volt). Tegangan sumber sebagai
variabel manipulasi karena tegangan sember diubah-ubah dengan perubahan
kelipatan 3.
2. Variabel respon
Kuat arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir pada
rangkaian tersebut diukur menggunakan amperemeter dengan satuan ampere
(A). kuat arus listrik yang menjadi variabel respon adalah kuat arus yang
melalui titik cabang, yang melalui R1 dan yang melalui R2. Kuat arus listrik
merupakan variabel respon karena dipengaruhi oleh variabel manipulasi
(tegangan sumber).
Tegangan resistor merupakan besarnya tegangan yang ada pada resistor baik
R1 maupun R2, diukur menggunakan voltmeter dengan satuan (Volt). Tegangan
pada resistor juga merupakan variabel respon karena dipengaruhi juga oleh
tegangan sumber.
3. Variabel kontrol
Resistor adalah alat yang dipasang pada rangkaian untuk diukur kuat arus
listrik yang mengalir dan tegangan yang melalui resistor tersebut dengan satuan
ohm. Dimana hambatan pada resistor 1 sebesar 100 dan hambatan pada
resistor 2 sebesar 2 .
Prosedur Kerja
a. Kegiatan 1 (Rangkaian Seri)
1. Memastikan semua perangkat percobaan telah tersedia dan berfungsi
dengan baik.
2. Merangkai perangkat percobaan dengan menyusun seri kedua resistor.
3. Melakukan pengukuran tegangan sumber, tegangan pada R1, dan tegangan
pada R2. Mencatat hasil pengukuran pada table hasil pengamatan.
4. Melakukan pengukuran arus sebelum melewati R1, saat melewati R1 (antara
R1 dan R2), dan setelah melewati R2. Mencatat hasil pengukuran pada table
hasil pengamatan.
5. Melanjutkan pengukuran untuk nilai tegangan sumber yang berbeda,
menggunakan 4 tegangan sumber. Kemudian mencatat semua hasil
pengukuran pada table hasil pengamatan.
b. Kegiatan 2
1. Memastikan semua perangkat percobaan telah tersedia dan berfungsi
dengan baik.
2. Merangkai perangkat percobaan dengan menyusun paralel kedua resistor.
3. Melakukan pengukuran tegangan sumber, tegangan pada R1, dan tegangan
pada R2. Mencatat hasil pengukuran pada table hasil pengamatan.
4. Melakukan pengukuran arus yang menuju titik cabang dan yang menuju ke
masing-masing resistor. Mencatat hasil pengukuran pada table hasil
pengamatan.
5. Melanjutkan pengukuran untuk nilai tegangan sumber yang berbeda,
menggunakan 4 tegangan sumber. Kemudian mencatat semua hasil
pengukuran pada table hasil pengamatan.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
Kegiatan 1
R1 = 100
R2 = 150
Gambar rangkaian seri

Tabel 1. Hasil pengukuran tegangan sumber, kuat arus dan tegangan resisitor

Kuat Arus Listrik (mA)


Tegangan Antara Tegangan Tegangan
No Sebelum Setelah
Sumber (V) R1 dan pada R1 (V) pada R2 (V)
R1 R2
R2
1 | 3,0 0,5 | | 15 1 | | 15 1 | | 15 1 | | 1,5 0,5 | | 1,5 0,5 |
2 | 5,5 0,5 | | 31 1 | | 31 1 | | 31 1 | | 2,0 0,5 | | 3,0 0,5 |
3 | 8,0 0,5 | | 46 1 | | 46 1 | | 46 1 | | 3,0 0,5 | | 5,0 0,5 |
4 | 11,0 0,5 | | 61 1 | | 61 1 | | 60 1 | | 4,5 0,5 | | 6,5 0,5 |
Kegiatan 2. Rangkaian Paralel Resistor
R1 = 100
R2 = 150
Gambar rangkaian pararel

Tabel 2. Hasil pengukuran tegangan sumber, kuat arus dan tegangan resisitor

Kuat Arus Listrik (mA)


Tegangan
Tegangan Total Tegangan
No Melalui R1 Melalui R2 pada R2
Sumber (V) (sebelum titik pada R1 (V)
(10-3) (10-3) (V)
-3
cabang)(10 )
1 | 2,5 0,5 | | 0,03 0,01 | | 0,02 0,01 | | 0,01 0,01 | | 2,5 0,5 | | 2,5 0,5 |
2 | 5,0 0,5 | | 0,08 0,01 | | 0,05 0,01 | | 0,03 0,01 | | 5,0 0,5 | | 5,0 0,5 |
3 | 8,0 0,5 | | 0,13 0,01 | | 0,08 0,01 | | 0,05 0,01 | | 8,0 0,5 | | 8,0 0,5 |
4 | 11,0 0,5 | | 0,19 0,01 | | 0,10 0,01 | | 0,07 0,01 | | 11,0 0,5 | | 11,0 0,5 |

ANALISIS DATA
Kegiatan 1 (Rangkaian Seri)
R1 = 100
R2 = 150
A. Berdasarkan Praktikum
Sumber Tegangan Pertama
VS1 = | 3,0 0,5 | V
V1 = | 1,5 0,5 | V
V2 = | 1,5 0,5 | V
IT = | 15 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2 = I, yaitu | 15 1 | mA
maka:
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
VT
RS =
IT
3,0 V
RS =
15 x 10-3 A
RS = 0,2 x 103
Sumber Tegangan Kedua
VS1 = | 5,5 0,5 | V
V1 = | 2,0 0,5 | V
V2 = | 3,0 0,5 | V
IT = | 31 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2 = I, yaitu | 31 1 | mA
maka:
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
VT
RS =
IT
5,5 V
RS =
31 x 10-3 A
RS = 0,18 x 103
Sumber Tegangan Ketiga
VS1 = | 8,0 0,5 | V
V1 = | 3,0 0,5 | V
V2 = | 5,0 0,5 | V
IT = | 46 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2 = I, yaitu | 46 1 | mA
maka:
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
VT
RS =
IT
8,0 V
RS =
46 x 10-3 A
RS = 0,17 x 103
Sumber Tegangan Keempat
VS1 = | 11,0 0,5 | V
V1 = | 4,5 0,5 | V
V2 = | 6,5 0,5 | V
IT = | 61 1 | mA
VS = V1 + V2
VS = I1 x R1 + I2 x R2
IT x RT = I1 x R1 + I2 x R2
Karena hasil pengukuran menunjukkan bahwa IT = I1 = I2 = I, yaitu | 61 1 | mA
maka:
I x RT = I (R1 + R2)
RT = R1 + R2
VT
RS =
IT
11,0 V
RS =
61 x 10-3 A
RS = 0,18 x 103
B. Secara Teori
a. Kuat arus tegangan sumber 1
VS1 = | 3,0 0,5 | V
R1 = 100
R2 = 150
RT =RT RT
RT = | 250,0 0,0 |
VS1 3,0 V
IS = = = 0,012 A
RT 250
V
I= = VR-1
R
I I
dI = dV + dR
V R
VR-1 VR-1
dI = dV + dR
V R
I = R-1 V + VR-2 R
I R-1 VR-2
= V + R
I VR-1 VR-1
I V R
= +
I V R
V R
I = + I
V R
0,5 V 0
I = + 0,012 A
3V 250
I = | 0,17 + 0,0 | 0,012 A
I = 0,00204 A
I 0,0022
KR = 100% = 100 % = 17 % (2 AB)
I 0,01
praktek-teori 15 .10-3 - 12.10-3
% diff = praktek + teori
100 % = 0,027 100 % = 22 %
2 2
I = | I I | A
I = | 0,012 0,002 | A
b. Tegangan pada hambatan 1 (V1)
R1
V1 = VS1
R1 + R2
100
V1 = 3,0 = 1,2 V
150 + 100
R1
V1 = VS1
R1 + R2
V1 = R1 (R1 + R2)-1 x VS1
Karena R tidak diukur maka nilai adalah konstan

dV = d

dV = VS1d

V= V
,
= ,
1,2 V

= 0,17 V 1,2 V
= 0,2 V
,
KR = 100% = ,
100 % = 17 % 2 AB

praktek-teori 1,5- 1,2


% diff = praktek + teori
100 % = 1,5 + 1,2 100 % = 22 %
2 2

=V VV
=1,2 0,2V
c. Tegangan pada hambatan 2 (V2)
R2
V1 = VS1
R1 + R2
150
V2 = 3,0 = 1,8 V
150 + 100
Adapun cara menghitung kesalahan mutlak, kesalahan relative, dan % diff
sama pada tegangan 1 (V1).
= 0,3 V
KR = 17 % 2 AB
% diff = 1,8 %
=V V
=1,8 0,3V

Tabel 3. Perbandingan kuat arus pada setiap tegangan sumber


PRAKTIKUM TEORI
No Kuat Arus (A) Kuat Arus (A)
KR % diff
(10-3) (10-3)
1 | 15 1 | | 12 2 | 17 % 22 %
2 | 31 1 | | 22 2 | 9% 34 %
3 | 46 1 | | 32 2 | 6,25 % 36 %
4 | 61 1 | | 44 2 | 4,5 % 32 %

Tabel 4. Perbandingan tegangan pada masing masing sumber


PRAKTIKUM TEORI KR % diff

V1
V2 (Volt) V1 (Volt) V2 (Volt) V1 V2 V1 V2
(Volt)

|1,5 0,5| |1,5 0,5| |1,2 0,2| |1,8 0,3| 17 % 17 % 22 % 18 %

|2,0 0,5| |3,0 0,5| |2,2 0,2| |3,3 0,3| 9% 9% 38% 75%

|3,0 0,5| |5,0 0,5| |3,2 0,2| |4,8 0,3| 6,25% 6,25% 6,45% 4%

|4,5 0,5| |6,5 0,5| |4,4 0,2| |6,6 0,3| 4,5 % 4,5% 2,2% 1,5%

Kegiatan 2 (Rangkaian Paralel)


Berdasarkan Praktikum
Seperti yang tertera pada tabel 2, nilai tegangan sumber, tegangan pada R1, dan
tegangan pada R2 adalah sama. Jadi dapat dituliskan:
Vt =V1 =V2
Dengan menggunakan tegangan sumber 2,5 Volt, diperoleh:
1. Untuk data pertama
a. Secara praktikum
IR1 = |0,020,01|A
IR2 = |0,010,01|A
Im = |0,030,01|A
Im = IR1 +IR2
Vs V 1 V 2
= =
RT R1 R2
Dari hasil pengukuran
Vs = V1 = V2 maka
1 1 1
= +
RT R1 R2
1 R1 + R2
=
RT R1 R2
Vs 2,5
Rp = = = 83,33
I 0,03
Karena tidak dilakukan pengukuran pada besar resistor yang digunakan,
maka R = 0
R1 = 83,33
Untuk nilai R pada data kedua, ketga dan keempat adalah sebagai berikut :
R2 = 62,5
R3 = 61,5
R4 = 55
b. Secara teori
Vs = |2,5 0,5| V
R1 = 100
5
R1 = 100 100
100
R1 = |100 5|
R2 = 150
5
R2 = 150 150
100
R2 = |150 7,5|
Arus total
1 R2 + R1
=
RT R1 R 2
1 150+100 250
= =
RT 100150 15000
15000
RT = = 60
250
R1 R 2
RT =
(R2 +R1 )
RT = R1 R2(R2 +R1 )-1
R1 R2 (R2+R1 )
RT = + + RT
R1 R2 R2 +R1
Seperti pada rangkaian seri
(R2 +R1 ) = 7,5+5 = 12,5
R1 R2 (R2 +R1 )
RT = + + RT
R1 R2 R2 +R1
5 7,5 12,5
RT = + + 60
100 150 250
RT = {0,05+0,05+0,05}60
RT = 9
Vs 2,5
IT = = = 0,04167 A
Rp 60
V
I= =VR-1
R
I I
dI = dV+ dR
V R
VR-1 VR-1
dI = dV+ dR
V R
I= R-1 V+ VR-2 R
I R-1 VR-2
= V+ R
I VR-1 VR-1
I V R
= +
I V R
Karena R = 0 maka,
V
I = I
V
0,5
I = 0,04167 A
2,5
I= {0,2} 0,04167 A
I= 0,01 A
I 0,01 A
KR = 100% = 100% = 24 %
I 0,04167 A
Pelaporan fisika
I =| 0,04 0,01 |A
praktik-teori 0,04-0,042
%diff = 100% = 100% = 4,88 %
rata-rata 0,041
Arus pada R1
V1 2,5
IR1 = = = 0,025 A
R1 100
V R
I = + I
V R
Karena R = 0 maka,
V
I = I
V
0,5
I = 0,025 A
2,5
I = {0,2}0,025A
I = 0,005 A
I 0,005 A
KR = 100% = 100% = 20 %
I 0,025 A
Pelaporan fisika
I = |0,02 0,01|A
praktik-teori 0,02-0,025
%diff = 100% = 100% = 22,22 %
rata-rata 0,0225
Arus pada R2
V2 2,5
IR2 = = = 0,0167 A
R2 150
V
I = I
V
0,5
I = 0,0167 A
2,5
I ={0,2} 0,0167 A
I =0,00334 A
I 0,00334 A
KR = 100% = 100% = 20 %
I 0,0167 A
I =| 0,160,03 |10-1 A
praktik-teori 0,01-0,0167
%diff = 100%= 100% = 50,18 %
rata-rata 0,01335
Dengan menggunakan cara yang sama diperoleh data sebagai berikut yang
disajikan dalam tabel perbandingan hasil praktikum dan teori terhadap kuat arus
listrik
Tabel 5. Perbandingan hasil praktikum dan teori terhadap kuat arus listrik (I) pada
rangkaian paralel.
Perbandingan IT (A) I1 (A) I2 (A)
Hasil praktikum 1. |0,03 0,01| 1. |0,02 0,01| 1. |0,01 0,01|
2. |0,08 0,01| 2. |0,05 0,01| 2. |0,03 0,01|
3. |0,13 0,01| 3. |0,08 0,01| 3. |0,05 0,01|
4. |0,19 0,01| 4. |0,10 0,01| 4. |0,07 0,01|
Hasil teori 1. |0,04 0,01| 1. |0,02 0,01| 1. |0,16 0,03|10-1
2. |0,08 0,01| 2. |0,05 0,01| 2. |0,30 0,03|10-1
3. |0,13 0,01| 3. |0,08 0,01| 3. |0,50 0,03|10-1
4. |0,18 0,01| 4. |0,11 0,01| 4. |0,070 0,003|
KR (%) 24 20 20
10 10 10
6,25 6,25 6
4,54 4,54 4,54
%diff 4,88 % 22,22 % 50,18 %
3,7 % 0% 0%
0% 0% 0%
5,4 % 9,5 % 4,19 %
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kami melakukan dua kegiatan. Kegiatan yang pertama
yaitu menyusun resistor secara seri dan kegiatan yang kedua yaitu menyusun
resistor secara paralel. Pada kegiatan pertama, kami merangkai semua peralatan
sebanyak 3 kali secara seri dengan letak amperemeter dan voltmeter yang berbeda.
Sebelum mengubah rangkaian, terlebih dahulu kami mengukur tegangan sumber,
tegangan pada R1 dan R2 menggunakan voltmeter. Kemudian mengukur kuat arus
sebelum R1, antara R1 dan R2, dan setelah R2. Dimana nilai kuat arus sebelum R1,
antara R1 dan R2, dan setelah R2 adalah sama. Nilai kuat arus untuk keempat data
masing-masing |15 1 | mA, |31 1 | mA, |46 1 | mA, dan |61 1 | mA. Setelah
menganalisis data hasil pengukuran, didapatkan nilai hambatan yang didasarkan
pada praktikum, yaitu sebesar 200 , 180 , 170 , dan 180 . Jika dibandingkan
dengan nilai hambatan yang sebenarnya, sangat jauh berbeda yaitu 250 .
Berdasarkan praktikum, nilai kuat arus nya masing-masing | 15 1 | 10-3 A, | 31
1 | 10-3 A, | 46 1 | 10-3 A, dan | 61 1 | 10-3 A. Sedangkan berdasarkan teori, nilai
kuat arus untuk masing-masing tegangan sumber yaitu sebesar | 12 2 | 10-3 A, | 22
2 | 10-3 A, | 32 2 | 10-3 A, dan | 44 2 | 10-3 A. Persen different untuk setiap
analisis yaitu 22 %, 34 %, 36 %, dan 32 %. Persen different yang terkecil yaitu pada
data pertama, artinya data pertama yang mendekati kebenaran, karena hambatannya
menghampiri hambatan yang sebenarnya dan kuat arus listrik berdasarkan
praktikum dan teori juga menghampiri nilai yang sama.
Untuk pengukuran nilai tegangan pada masing-masing resistor dilakukan
dengan meletakkan voltmeter pada resistor. Nilai tegangan pada resistor 1
berdasarkan praktikum masing-masing sebesar |1,5 0,5| V, |2,0 0,5| V, |3,0
0,5| V, dan |4,5 0,5| V, sedangkan berdasarkan teori masing-masing sebesar |1,2
0,2| V, |2,2 0,2| V, |3,2 0,2| V, dan |4,4 0,2| V. Nilai tegangan pada resistor
2 berdasarkan praktikum masing-masing sebesar |1,5 0,5| V, |3,0 0,5| V, |5,0
0,5| V, dan |6,5 0,5| V, sedangkan berdasarkan teori masing-masing sebesar |1,8
0,3| V, |3,3 0,2| V, |4,8 0,2| V, dan |6,6 0,2| V. Berdasarkan perhitungan
persen different, data untuk tegangan pada masing-masing resistor yang paling
mendekati kebenaran adalah data keempat dengan persen different untuk VR1
sebesar 2,2 % dan untuk VR2 sebesar 1,5 %.
Pada kegiatan kedua, kami merangkai dua resistor secara paralel. Kemudian
mengukur tegangan sumber, tegangan pada R1 dan tegangan pada R2. Pada susunan
paralel, nilai tegangan pada tegangan sumber, tegangan R1 dan tegangan R2 adalah
sama. Nilai tegangan dari keempat data yaitu sebesar |2,5 0,5| V, |5,0 0,5| V,
|8,0 0,5| V, dan |11,0 0,5| V. Setelah menganalisis data hasil pengukuran
didapatkan nilai hambatan total untuk rangkaian paralel, yang nilai untuk masing-
masing data yaitu sebesar 83,33 , 62,5 , 61,5 , dan 55 . Sedangkan
berdasarkan teori, nilai hambatan rangkaian paralel adalah 60 . Nilai yang
didapatkana dari hasil praktikum tidak jauh berbeda dengan nilai berdasarkan teori.
Untuk nilai kuat arus listrik total, berdasarkan praktikum nilainya masing-
masing sebesar |0,03 0,01| A, |0,08 0,01| A, |0,13 0,01| A, dan |0,19 0,01| A,
sedangkan berdasarkan teori masing-masing nilainya sebesar |0,04 0,01| A, |0,08
0,01| A, |0,13 0,01| A, dan |0,18 0,01| A. Untuk nilai kuat arus listrik yang
melalui R1, berdasarkan praktikum nilainya masing-masing sebesar |0,02 0,01| A,
|0,05 0,01| A, |0,08 0,01| A, dan |0,10 0,01| A, sedangkan berdasarkan teori
masing-masing nilainya sebesar |0,02 0,01| A, |0,05 0,01| A, |0,08 0,01| A,
dan |0,11 0,01| A. Untuk nilai kuat arus listrik yang melalui R2, berdasarkan
praktikum nilainya masing-masing sebesar |0,01 0,01| A, |0,03 0,01| A, |0,05
0,01| A, dan |0,07 0,01| A , sedangkan berdasarkan teori masing-masing nilainya
sebesar |0,16 0,03|10-1 A, |0,30 0,03|10-1 A, |0,50 0,03|10-1 A, dan |0,070
0,003| A. jika dibandingkan nilai kuat arus berdasarkan praktikum dan berdasarkan
teori, nilainya juga menghampiri sama, artinya kesalahan pada praktikum tidak
begitu besar, bahkan ada yang memiliki nilai yang sama antara kuat arus listrik
berdasarkan praktikum dan berdasarkan teori.
Kesalahan-kesalahan baik pada rangkaian seri maupun paralel mungkin
disebabkan oleh keadaan alat-alat yang digunakan dalam kondisi yang kurang baik
seperti kabel penghubung dan basicmeter yang kami gunakan. Kesalahan
pembacaan skala pada alat ukur juga merupakan factor dari besarnya kesalahan
yang kami dapatkan pada perhitungan analisis.
SIMPULAN DAN DISKUSI
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada rangkaian seri
nilai kuat arus total sama dengan nilai kuat arus pada setiap hambatan (resistor),
tegangan sumber merupakan hasil penjumlahan dari tegangan pada setiap resistor,
dan hambatan totalnya merupakan penjumlahan dari semua nilai hambatan pada
resistor. Sedangkan pada rangkaian paralel, nilai tegangan sumber sama dengan
nilai tegangan pada setiap resistor, kuat arus total merupakan penjumlahan dari kuat
arus pada resistor pertama dan resistor kedua, dan seperhambatan totalnya
merupakan penjumlahan masing-masing seperhambatan dari setiap resistor.
Dan berdasarkan percobaan telah terbukti bahwa pada setiap titik
percabangan jumlah arus yang masuk melalui titik sama dengan jumlah arus yang
keluar dari titik tersebut. Dibuktikan pada rangkaian seri, jumlah arus yang masuk
sama dengan jumlah arus yang keluar (IT=I1=I2) dan pada rangkaian paralel, jumlah
arus yang masuk sama dengan jumlah arus yang keluar pada percabangannya (IT=
I1+I2).
Berdasarkan praktikum, nilai hambatan pada rangkaian seri untuk keempat
data yaitu 200 , 180 , 170 , dan 180 dan nilai hambatan pada rangkaian
paralel untuk keempat data yaitu 83,33 , 62,5 , 61,5 , dan 55 . Nilai-nilai ini
menghampiri nilai hambatan yang dihitung berdasarkan teori (seri = 250 dan
paralel = 60 ), artinya praktikum yang kami lakukan agak berhasil.
Untuk keberhasilan praktikum selanjutnya, praktikan mengharapkan untuk
menyediakan alat yang lebih baik kondisinya karena akan mempengaruhi hasil
praktikum sehingga dapat mengurangi unsur pendukung praktikum terhadap teori.

DAFTAR RUJUKAN
Halliday, Resnick. 1996. Fisika Jilid 2 Edisi Ketiga (Terjemahan). Jakarta :
Erlangga.
Herman dkk. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar : Penerbit UNM.
Serwey, Raymond A. dan Jewett, John W. 2010. Fisika untuk sains dan teknik Jilid
2. Jakarta : Penerbit Salemba Teknika.

Tipler. 2001. Fisika. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai