Anda di halaman 1dari 13

MATERI LISTRIK

DINAMIS KELAS 12
Kuat Arus, Hambatan, dan Hukum Ohm
Banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui penampang suatu penghantar per
satuan waktu disebut kuat arus listrik. Kuat arus listrik dirumuskan dalam
persamaan berikut.

Keterangan-
I = kuat arus tampere)
Q = muatan (coulomb)
t = waktu (sekon)
Bunyi dari hukum Ohm adalah kuat arus yang mengalir dari suatu penghantar
sebanding dengan beda potensial antara ujung—ujung penghantar, apabila suhu
penghantar tidak berubah. Persamaan dari hukum Ohm adalah:

Keterangan
R = ham batan (o hm)
V = tegangan (volt)
I = kuat arus (ampere)
besar hambatan suatu kawat penghantar dipengaruhi oleh:
1. Jenis kawat
2. Panjang kawat
3. Luas penampang kawat
Hubungan ketiga besaran tersebut akan diperoleh persamaan berikut:
  𝐼
𝑅=𝜌
𝐴
•Perubahan
  suhu akan mengakibatkan hambatan suatu kawat jenis konduktor akan
berubah sesuai persamaan berikut:

   0  1   T 
Keterangan:
= Hambatan jenis pada suhu T
= Hambatan jenis pada suhu mula-mula
Perubahan suhu mengakibatkan perubahan hambatan jenis. Oleh karena itu, nilai
hambatannya pun ikut berubah. Persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan: R  R0  1  T 
R = hambatan pada suhu T
R0 = hambatan mula-mula
Rangkaian Hambatan
Hambatan dalam suatu rangkaian listrik dapat disusun secara seri, paralel, dan
campuran antara seri paralel
Hambatan Seri Hambatan Paralel
Hambatan Campuran
Pada hambatan campuran, dalam menentukan besar hambatan, tegangan, serta
arus disesuaikan dengan jenis hambatan yang terjadi. Selain itu. hambatan dapat
disusun dengan menggunakan rangkaian jembatan Wheatstone. Susunan jembatan
Wheatstone adalah susuanan penghambat sehingga tidak dapat dijumlahkan
secara langsung baik secara paralel maupun seri. Gambaran mengenai jembatan
Wheatsteno dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Hukum Kirchhoff
Hukum Kirchhoff adalah dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan beda
potensial (umumnya dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum ini
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav
Robert Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845.
Hukum Kirchhoff 1
Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum
percabangan (junction rule), karena hukum ini
memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan
untuk rangkaian yang multisimpal yang mengandung
titik-titik percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada
keadaan tunak, tidak ada akumulasi muatan listrik
pada setiap titik dalam rangkaian. Dengan demikian,
jumlah muatan yang masuk di dalam setiap titik akan
meninggalkan titik tersebut dengan jumlah yang sama.
Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa:
“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik
percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama
dengan jumlah arus yang keluar melalui titik
percabangan tersebut”
Hukum Kirchhoff 2
Bunyi hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut:
“Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama
dengan nol”
Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpal (loop rule),
karena pada kenyataannya beda potensial diantara dua titik percabangan
dalam satu rangkaian pada keadaan tunak adalah konstan. Hukum ini
merupakan bukti dari adanya hukum konservasi energi. Jika kita memiliki
suatu muatan Q pada sembarang titik dengan potensial V, dengan demikian
energi yang dimiliki oleh muatan tersebut adalah QV. Selanjutnya, jika
muatan mulai bergerak melintasi simpal tersebut, maka muatan yang kita
miliki akan mendapatkan tambahan energi atau kehilangan sebagian
energinya saat melalu resistor baterai atau elemen lainnya. Namun saat
kebali ke titik awalnya, energinya akan kembali menjadi QV.
Sebagai contoh penggunaan hukum ini (Gambar 1.3), dua baterai yang berisi
hambatan dalam r_1 dan r_2 serta ada 3 hambatan luar. Kita akan bisa
menenutukan arus dalam rangkaian tersebut sebagai fungsi GGL dan
hambatan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai