Anda di halaman 1dari 22

KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN

Karakteristik Rangkaian Seri dan Pararel

Oleh :
1.
2.
3.
4.

Nimatur Rohmah
Siti Fauza Ramadani
Nanda Putri Ramadhany
Faruq Amrullah

(140306542013)
(140306542021)
(140306542029)
(140306542081)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA

2015
ABSTRAK

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan adanya listrik. Terutama
untuk penerangan di dalam rumah maupun di jalan-jalan. Merangkai arus
listrik bukanlah sesuatu yang asal-asalan, rangkaian listrik nantinya akan
berhubungan dengan arus listrik dan tegangan. Menurut teori tahun 1827
seorang ahli fisika jerman, George Simon Ohm menemukan hubungan
antara arus listrik (I) yang mengalir melalui suatu rangkain dengan
tegangan yang dipasang dalam rangkaian (V). Hubungan V dan I tersebut
diperoleh Ohm melalui sebuah percobaan dan secara empiris Ohm
menyatakan hubungan antara V dan I. Hukum ohm menyatakan bahwa
besar arus yang mengalir pada suatu konduktor, pada suhu tetap sebanding
dengan badan potensial antara kedua ujung-ujung konduktor. Oleh karena
itu, dilakukan praktikum Karakteristik Rangkaian Seri danParalel untuk
membuktikan hukum Ohm serta penerapannya dalam rangkaian seri dan
paralel.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah percobaan tersebut adalah sebagai berikut :
Bagaimana karakteristik kuat arus dan tegangan listrik pararel pada
rangkaian seri dan pararel ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian percobaan tersebut adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui karakteristik kuat arus dan tegangan listrik pararel
pada rangkaian seri dan pararel ?
D. HIPOTESIS
Jika semakin besar nilai hambatannya maka semakin besar nilai
tegangannya dan semakin besar nilai kuat arusnya.

BAB II
KAJIAN TEORI
Analisis rangkaian listrik pada umumnya untuk menentukan kuat arus dan
beda potensial (tegangan) pada suatu rangkaian listrik. Untuk analisis rangkaian

listrik ini, di samping hukum Ohm, hukum yang banyak dipakai adalah hukum
Kirchhoff. Ada dua hukum Kirchoff yakni Hukum I Kirchoff atau KCL
(Kirchhoffs Current Law) dan Hukum II Kirchoff atau KVL(Kirchhoffs Voltage
Law).
Hukum Kirchoff I menyatakan bahwa jumlah aljabar kuat arus yang
menuju suatu titik cabang rangkaian listrik sama dengan jumlah aljabar arus yang
meninggalkan titik cabang tersebut. Dengan kata lain jumlah aljabar semua arus
yang memasuki sebuah percabangan atau node atau simpul samadengan nol.
Secara matematis :
Arus pada satu titik percabangan = 0
Arus yang masuk percabangan = Arus yang keluar percabangan
Dapat diilustrasikan bahwa arus yang mengalir sama dengan aliran sungai,
dimana pada saat menemui percabangan maka aliran sungai tersebut akan terbagi
sesuai proporsinya pada percabangan tersebut. Artinya bahwa aliran sungai akan
terbagi sesuai dengan jumlah percabangan yang ada, dimana tentunya jumlah
debit air yang masuk akan sama dengan jumlah debit air yang keluar dari
percabangan tersebut.
Terdapat dua jenis rangkaian listrik, yakni rangkaian bercabang /paralel,
dan tidak bercabang / seri. Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik
yang dihubungkan ke satu daya lewat satu rangkaian. Rangkaian seri dapat berisi
banyak beban listrik dalam satu rangkaian. Contoh dari beberapa rangkaian
dihubung seri adalah lampu pohon Natal. ( kurang lebih 20 lampu dalam
rangkaian seri ).
Dua buah elemen berada dalam susunan seri jika mereka hanya memiliki
sebuah titik utama yang tidak terhubung menuju elemen pembawa arus pada suatu
jaringan. Karena semua elemen disusun seri, maka jaringan tersebut disebut
rangkaian seri. Dalam rangkaian seri, arus yang lewat sama besar pada masingmasing elemen yang tersusun seri.

Sifat-sifat Rangkaian Seri :


1. Arus yang mengalir pada masing beban adalah sama.
2. Tegangan sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan seri jika
besar tahanan sama. Jumlah penurunan tegangan dalam rangkaian

seri dari masing-masing tahanan seri adalah sama dengan


tegangan total sumber tegangan.
3. Banyak beban listrik yang dihubungkan dalam rangkaian seri,
tahanan total rangkaian menyebabkan naiknya penurunan arus
4.

yang mengalir dalam rangkaian.


Arus yang mengalir tergantung pada jumlah besar tahanan beban
dalam rangkaian. Jika salah satu beban atau bagian dari rangkaian
tidak terhubung atau putus, aliran arus terhenti.
angkaian Paralel merupakan salah satu yang memiliki lebih dari
satu bagian garis edar untuk mengalirkan arus. Dalam kendaraan
bermotor, sebagian besar beban listrik dihubungkan secara
parallel. Masing-masing rangkaian dapat dihubung-putuskan tanpa
mempengaruhi rangkaian yang lain.

Contoh paling sederhana penerapan rangkaian listrik seri dalam kehidupan seharihari (di rumah) :
a. Lampu TL (tube Lamp) atau orang bilang lampu neon, model lama
yang masih memakai ballast, di dalam box nya memakai rangkaian
seri antara jala-jala dengan ballastnya.
b. Di dalam setrika listrik ada rangkaian seri dengan bimetal (temperatur
kontrol), demikian juga kulkas.
c. Sakelar/switch merupakan penerapan rangkaian seri dengan beban.

Sifat-sifat Rangkaian Paralel :


1. Tegangan pada masing-masing beban listrik sama dengan tegangan
sumber.
2. Masing-masing cabang dalam rangkaian parallel adalah rangkaian
individu. Arus masing-masing cabang adalah tergantung besar
3.

tahanan cabang.
Sebagaian besar tahanan dirangkai dalam rangkaian parallel,
tahanan total rangkaian mengecil, oleh karena itu arus total lebih
besar. (Tahanan total dari rangkaian paralel adalah lebih kecil dari

tahanan yang terkecil dalam rangkaian.)


4. Jika terjadi salah satu cabang tahanan parallel terputus, arus akan
terputus hanya pada rangkaian tahanan tersebut. Rangkaian cabang

yang lain tetap bekerja tanpa terganggu oleh rangkaian cabang


yang terputus tersebut.
Contoh paling sederhana penerapan rangkaian listrik paralel dalam kehidupan
sehari-hari (di rumah) :

Distribusi Listrik PLN kerumah-rumah adalah paralel.


Stop contact merupakan rangkaian paralel dengan jala-jala.

Sambungan Parelel/ Jajar yaitu sambungan ujung kaki satu sama lain disambung
dengan lainnya saling disatukan.
Hukum Ohm
Penemu hukum Ohm adalah George Simon Ohm. Dia berpendapat bahwa
kuat arus yang mengalir besarnya sebanding dengan beda tegangan ujungujungnya dan berbanding terbalik dengan besar hambatannya. Pernyataan itulah
yang disebut dengan istilah hukum OHM. Kuat arus (I), tegangan (V), dan
Hambatan (R) merupakan tiga unsur yang disebutkan dalam hukum Ohm.
Elektron-elektron diperlambat karena adanya interaksi dengan atomatom kwat. Makin tinggi hambatan ini, makin kecil arus untuk suatu tegangan
V. Kemudian kita mendefinisikan hambatan sehingga arus berbanding
terbalik dengan hambatan. Ketika kita gabungkan hal ini, maka didapatkan :
I=

Hubungan ini sering dituliskan dengan


V = IR
Keterangan:
I = Kuat Arus Listrik (A/Ampere)
V = Tegangan (V/Volt)
R = Hambatan ( / Ohm)
Tegangan (Voltage)
Akan
listrik dengan

mudah
aliran

menganalogikan
air.

Misalkan

aliran
kita

mempunyai 2 tabung yang dihubungkan dengan pipa seperti pada Gambar 1.3.
Jika kedua tabung ditaruh di atas meja maka permukaan air pada kedua tabung
akan sama dan dalam hal ini tidak ada aliran air dalam pipa. Jika salah satu
tabung diangkat maka dengan sendirinya air akan mengalir dari tabung tersebut
ke tabung yang lebih rendah. Makin tinggi tabung diangkat makin deras aliran
air yang melalui pipa.

Hambatan(resistor)
Sering juga disebut dengan tahanan, hambatan, penghantar, atau
resistansi dimana resistor mempunyai fungsi sebagai penghambat arus, pembagi
arus , dan pembagi tegangan. Nilai resistor tergantung dari hambatan jenis bahan
resistor itu sendiri (tergantung dari bahan pembuatnya), panjang dari resistor itu
sendiri dan luas penampang dari resistor itu sendiri.
Secara matematis :
R =
dimana : = hambatan jenis
l = panjang dari resistor
A = luas penampang
Satuan dari resistor : Ohm ()
Jika suatu resistor dilewati oleh sebuah arus maka pada kedua ujung
dari resistor tersebut akan menimbulkan beda potensial atau tegangan. Hukum
yang didapat dari percobaan ini adalah: Hukum Ohm. Semua alat listrik, dari
pemanas sampai bola lampu hingga amplifier stereo, memberikan hambatan
terhadap aliran arus. Filament bola lampu dan pemanas listrik merupakan jenis
kawat khusus yang hambatannya mengakibatkan alat tersebut menjadi sangat
panas. Umunya, kawat penghubung memiliki hambatan yang sangat kecil
dibandingkan dengan hambatan filament atau kumparan kawat. Kebanyakan

rangkaian, terutama pada alat-alat elektronik, resistor digunakan untuk


mengendalikan besar arus. Resistor mempunyai hambatan mulai kurang dari satu
ohm sampai jutaan ohm. Dua jenis utama adalah resistor gulungan kawat, yang
terdiri dari kumparan kawat halus, dan resistor komposisi, yang biasanya
terbuat dari karbon semikonduktor.

BAB III
RANCANGAN PERCOBAAN
A. ALAT DAN BAHAN
No.
1.
2.
3.
4.

Alat dan Bahan


Papan Rangkaian
Power Supply
Multimeter
Tahanan Geser

Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

5.

Penjepit Buaya

8 buah

B. RANCANGAN

S
Gambar 1. Rangkaian hukum Ohm

E
Gambar 2. Rangkaian Seri dari 2 Hambatan

Tg

R1
S

Tg

Gambar 2.3. Rangkaian paralel


dari 2 hambatan
R

C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel manipulasi
Definisi operasional
A

Variabel kontrol
Definisi operasional

R23

: tahanan geser
: besar tahanan geser yang digunakan adalah
20o, 40o, 60o.
: multimeter, resistor, sumbertegangan
:batas ukur multimeter (hambatan = 10;
tegangan = 0,1 ; kuat arus = 50mA dan 2,5
mA) batas maksimal 250, jumlah resistor

Variabel respon

yang digunakan sebanyak 2.


: nilai hambatan, kuat arus, dan tegangan

Definisi operasional

:satuan yang digunakan untuk hambatan ,


kuat arus mA dan tegangan volt.

D. LANGKAH PERCOBAAN
Rangkaian Hukum Ohm
1. Merangkai alat-alat seperti pada gambar. yaitu rangkaian hukum ohm
2. Mengubah tahanan geser agar diperoleh harga kuat arus dan tegangan
yang berbeda-beda.
3. Memasukkan nilai data tersebut pada tabel hasil pengamatan.
4. Dari data yang diperoleh, buatlah garfik hubungan antara V dan I.
Merumuskan simpulannya dalam kalimat serta formulasikan rumus
matematisnya, kemudian hitung nilai tahanan beserta ralatnya dengan
analisis grafik.
5. Mengulangi langkah-langkah di atas pada gambar. yaitu rangkaian
hukum ohm.
Rangkaian Seri Dua Hambatan
1. Merangkai alat-alat seperti pada gambar. yaitu rangkaian seri dua
hambatan.
2. Mengubah tahanan geser agar diperoleh harga kuat arus dan tegangan
yang berbeda-beda.
3. Memasukkan nilai data tersebut pada tabel hasil pengamatan.
4. Dari data yang diperoleh, buatlah garfik hubungan antara V dan I.
Merumuskan simpulannya dalam kalimat serta formulasikan rumus
matematisnya, kemudian hitung nilai tahanan beserta ralatnya dengan
analisis grafik.
5. Mengulangi langkah-langkah di atas pada gambar. yaitu rangkaian seri

1.

dua hambatan.
Rangkaian Paralel Dua Hambatan
Merangkai alat-alat seperti pada gambar. yaitu rangkaian paralel dua

2.

hambatan.
Mengubah tahanan geser agar diperoleh harga kuat arus dan tegangan

3.
4.

yang berbeda-beda.
Memasukkan nilai data tersebut pada tabel hasil pengamatan.
Dari data yang diperoleh, buatlah garfik hubungan antara V dan I.

Merumuskan simpulannya dalam kalimat serta formulasikan rumus


matematisnya, kemudian hitung nilai tahanan beserta ralatnya dengan
5.

analisis grafik.
Mengulangi langkah-langkah di atas pada gambar. yaitu rangkaian
paralel dua hambatan.

BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. DATA
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 1. pengamatan pengaruh tegangan (V) terhadap kuat arus (I) pada hambatan

Tabel 2. pengamatan pengaruh hukum ohm pada rangkaian seri


Batas Skala
Batas Ukur
Beda
Maksimum
Tahanan
Arus
Percb
Potensial
Geser
( I 0,5)
Ke(V 1)
V
I
V
I
0
( 0,5)
A
V
(V 1) ( I 0,5) (V 1) ( I 0,5)
V
A
V
A
1.
20,0
7
0,015
50
10
50
25
2.
3.

40,0

0,0045

50

10

50

25

60,0

0,0015

50

10

50

25

Perc. Ke

Tahanan
geser
( + 0,5)

Voltase
(V + 1)V

Voltase 1
(V + 1)V

Voltase 2
(V + 1)V

I
(I + 0,5)A

20,0

9,5

40,0

3,0

60,0

1,5

Tabel 3. pengamatan pengaruh hukum ohm pada rangkaian paralel

I
( I 0,5 )
A
9.0

I1
( I 0,5 )
A
3.0

I2
( I 0,5 )
A
6.0

40.0

3.5

1.0

2.5

60.0

1.0

0.5

0.5

Percb
ke -

Tahanan Geser
( 0,5 )

Voltasae
(V 1 ) V

20.0

2
3

A. ANALISIS
Pada tabel data percobaan diatas dapat diketahui, dari tabel pertama
merupakan pengaruh tegangan (V) terhadap kuat arus (I) pada hambatan.
Dalam percobaan ini digunakan hambatan sebesar 1122 .Batas skala
maksimal yang digunakan untuk menghitung beda potensial adalah 50 Volt dan
batas ukurnya sebesar 50 Volt. Selanjutnya dilakukan sebanyak tiga kali
pengulangan percobaan dengan tahanan geser yang berbeda 200, 400, dan 600
didapatkan hasilnyaTabel
berturut-turut
adalah
7 V, 2hukum
V, 1 ohm
V. Sedangkan
pada seri
2. pengamatan
pengaruh
pada rangkaian
perhitungan besar kuat arus digunakan batas skala maksimal senilai 10 A dan
Tabel 2. pengamatan pengaruh hukum ohm pada rangkaian seri
batas ukurnya 25 A. Selanjutnya juga dilakukan sebanyak tiga kali
pengulangan dengan tahanan geser yang berbeda 200, 400, dan 600 didapatkan
hasil kuat arus berturut-turut sebesar

15 A, 4,5 A, dan 1,5A. Setelah

didapatkan besar tegangan dan kuat arus pada masing-masing percobaan, maka
dapat dihitung besar hambatanya. Dari hasil perhitungan, besar hambatan dari
percobaan pertama

sampai percobaan ke-3 dihitung dengan menggunakan

rumus hukum ohm adalah sebagai berikut :


1. Percobaan ke 1 : 466,667
2. Percobaan ke 2 : 444,444

3. Percobaan ke 3 : 666,667
Berikut merupakan grafik hubungan tegangan (V) terhadap kuat arus (I) .
Dengan habatan tetap, jika nilai tegangan semakin rendah maka nilai kuat arus
juga semakin rendah.

Pada tabel kedua yaitu data hasil percobaan Hukum Ohm rangkaian seri,
diperoleh nilai tegangan V1, V2, V3 dan I. Nilai V1, pada percobaan ke 1
sampai ke 3 berturut-turut yaitu 6 V, 2V, dan 1 V. Untuk nilai V2 percobaan ke
1 sampai ke 3 berturut-turut yaitu 3 V, 1 V, dan 4V. Sedangkan V total
percobaan ke 1 sampai ke 3 berturut-turut yaitu 9 V, 3 V, dan 2 V. Dan nilai I
pada percobaan ke 1 sampai ke 3 berturut turut yaitu 9,5 A, 3,0 A, dan 1,5 A.
Kemudian ditentukan terlebih dahulu nilai V dan I pada setiap percobaan
dengan nilai batas maksimal serta nilai batas ukurnya yaitu dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut: V =

sedangkan untuk persamaan yaitu I =

Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan tersebut, maka


diperoleh pada percobaan 1 dengan batas maksimal tegangan sebesar 50 V dan
batas ukur 50 V, nilai V1, V2 dan Vtot berturut-turut yaitu 6 V, 3 V dan 9 V.
Pada percobaan 2 dengan batas maksimal tegangan sebesar 50 V dan batas

ukur 50 V. Nilai V1, V2 dan Vtot berturut-turut yaitu 2 V,1 V dan 3 V. Pada
percobaan 3 dengan batas maksimal tegangan sebesar 50 V dan batas ukur 50
V, nilai V1, V2 dan Vtot berturut-turut yaitu 1 V, 4 V dan 2 V.
Dengan menggunakan persamaan hukum Ohm V = I.R dapat diperoleh
nilai tahanan pada hambatan percobaan ke satu dengan R1, R2 dan Rtot
berturut-turut yaitu sebesar 0,63 , 0,31 , dan 0,94 . Pada percobaan kedua
nilai R1, R2 dan Rtot berturut-turut yaitu 0,66 ,0,33 , dan 1 . Pada
percobaan ke tiga nilai R1, R2 dan Rtot berturut-turut yaitu0,66 , 2,66 dan
1,33 . Sedangkan dengan menggunakan rumus Rtotal pada rangkaian seri
yaitu dengan menggunakan rumus Rseri = R1+R2 diperoleh nilai R pada
percobaan ke satu sampai ke tiga berturut-turut yaitu sebesar 0,94 , 1 , dan
3,33 .
Berikut adalah grafik pengaruh tegangan (V) terhadap kuat arus (I).
Seharusnya berdasarkan teori, nilai kuat arus dalam rangkaian seri adalah
sama. Namun pada hasil percobaan kami tidak sesuai dengan teori, hal tersebut
dikarenakan pada setiap perubahan tahanan geser maka nilai tegangan yang
dihitung dengan volmeter ikut berubah.

Pada percobaan ketiga , alat dan bahan dirangkai seperti yang terdapat
pada rangkaian percobaan lalu kemudian di hubungkan dengan arus listrik.
Lalu dihitung berapa voltase, dan kuat arus yang ada pada rangkaian. Kami

menggunkan tahanan geser sebagai variable manipulasi yang diantaranya 20 ,


40 , dan 60 . Pada tahanan geser saat 20 diperoleh tegangan yaitu 2 V , lalu I
total 9 A , dan I 1 dan I 2 berturut- turut 3 A dan 6 A.Pada tahanan geser saat 40
diperoleh tegangan yaitu 2 V , lalu I total 3.5 A , dan I
berturut- turut

dan I

1.0 A dan 2.5 A. Pada tahanan geser saat 60 diperoleh

tegangan yaitu 2 V , lalu I total 1 A , dan I 1 dan I

berturut- turut 0.5 A dan

0.5 A.
Berikut merupakan grafik pengaruh tegangan (V) terhadap kuat arus (I)
pada rangkaian paralel dengan dua hambatan. Hasil percobaan ini sudah sesuai
dengan teori, nilai teganagan sama pada rangkaian paralel.

B. DISKUSI
Pada percobaan pertama yaitu pengaruh tegangan (V) terhadap kuat arus
(I) pada hambatan, kami mengukur besar teganagn dan kuat arus dengan
menggunakan multimeter. Percobaaan diulang sebanyak tiga kali dengan
mengubah nilai tahanan geser. Tahanan geser berfungsi untuk mengubah besar
kuat arus. Bedasarkan teori jika pada hambatan tetap, besar nilai tegangan
berbanding lurus dengan nilai kuat arus. Jadi, semakin kecil tegangan (V) maka
nilai kuat arusnya (I) semakin kecil. Hasil percobaan yang telah kami lakukan
dari percobaan pertama sampai percobaan ketiga sudah sesuai dengan teori,
hasil percobaan kami nilai tegangan berbanding lurus dengan nilai kuat arus
(I).
Pada percobaan ini besar tahanan gesernya 200, 400, 600 namun selisih
tahanan dan kuat arus pada percobaan pertama dan kedua nilainya terpaut jauh.

Pada percobaan pertama dengan tahanan geser 200, nilai tegangannya 7 V, kuat
arusnya 0,015 A dan pada percobaan kedua dengan tahanan geser 40 0, nilai
tegangannya 2V, kuat arusnya 0,0045 A. Sedangkan pada percobaan ketiga
dengan tahanan geser 600, nilai teganagnnya 1V, kuat arusnya 0,0015A. Selisih
nilai tahanan dan kuat arus pada percobaan kedua dan ketiga berturut-turut 1V
dan 0,003 A dengan selisih tahanan geser yang sama yaitu 200. Seharusnya
pada percobaan pertama dan kedua selisih nilai tegangan dan kuat arusnya juga
tidak terpaut jauh karena selisih nilai tahanan gesernya tetap yaitu 200.
Perbedaan selisih nilai tegangan dan kuat arus dengan selisih tahanan geser
tetap , nilainya tidak sama (selisihnya terpaut jauh) tersebut karena kurang
telitinya dalam membaca skala dan kemngkinan ada perubahan tidak diketahui
pada tahanan geser ketika melakukan percobaan.
Hambatan total dari percobaan pertama hingga ketiga setelah dihitung
hasilnya sebesar 0,47 ; 0,44 ; 0,67 dengan ketidakpastian sebesar 37% dan
taraf ketelitian 63%. Hasil ini berbeda dengan hambatan yang digunakan dalam
percobaan yaitu sebesar 1122 . Kesalahan ini juga dikarenakan kurang
telitinya dalam membaca skala, alat multimeter yang kurang baik sehingga
hasilnya kurang akurat dan banyaknya kabel konektor yang digunakan dalam
rangkaian ini , karena kabel konektor juga berpotensi menghambat.
Nilai I berbeda karena kurang teliti dalam pengamatan atau rangkaian
kabelnya kebanyakan. Nilai Vtotal pada percobaan ke 3 tidak sesuai karena
hambatannya kabel berbeda atau kurang teliti dalam pengamatan.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah kami lakukan didapatkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
Pada percobaan kali ini terbukti bahwa besarnya beda potensial dan kuat
arus mempengaruhi besarnya nilai hambatan. Semakin besar nilai
hambatannya maka nilai beda potensialnya semakin besar dan berbanding

terbalik dengan nilai kuat arusnya yaitu semakin kecil.


Pada percobaan ini terbukti bahwa pada rangkain seri nilai beda potensial
pada setiap hambatan berberda, nilai Vtotal = V1 + V2, sedangkan nilai
kuat arusnya pada setiap hambatan sama besarnya. Sedangkan pada
rangkaian paralel besarnya beda potensial pada setiap hambatan sama, dan
besarnya kuat arus pada setiap hambatan berbeda, besarnya nilai I total =
I1 + I2.

B. SARAN
Seharusnya alat yang disediakan lebih memadahi dan sebelum melakukan
praktikum kita harus menguasai konsep yang telah ada.

DAFTAR PUSTAKA
David E. Johnson, Johnny R. Johnson, John L. Hilburn. 1992. Electric Circuit
Analysis. Prentice-Hall Inc, 2nd ed.
Tim Fisika Dasar Unesa. 2015. Panduan Praktikum Kelistrikan dan Kemagnetan.
Jurusan Fisika FMIPA Unesa.
Sears, Zemansky. 1994. Fisika Untuk Universitas II. Bina cipta Edisi Indonesia.
Sudaryanto Sudirham. 2002. Analisis Rangkaian Listrik. Penerbit ITB: ISBN 9799299-54-3.
Giancoli, D.C 2004. Physics, Princiles with Apllication. New Jersey : Prentice
Hall. http://www.pudak-scientific/image/sistem_percobaan_fisikaka-5(1).pdf
Junaidi. 2010. Praktikum Rangkaian Listrik. UNY : Yogkakarta.
Mismail, Budiono. 1995. Rangkaian Listrik I. ITB : Bandung

LAMPIRAN
Lampiran Perhitungan
Dengan menggunakan persamaan :
V=I.R

R=
A. Pengaruh Beda Potensial terhadap Kuat Arus pada Hambatan
B. V =

=7V

I=

= 15 A

R=

C. V =

=2V

I=

= 4,5 A

R=

D. V =

=1V

I=

= 1,5 A

R=

No
1
2
3

R
0,47
0,44
0,67
R=
1,58

Rrata-r ata

= 0,53

= 0,21

d
1,11
1,14
0,91

d2
1,23
1,29
0,82
d 2=
3,36

R= (0,530,31)
Ketidakpastian

= 37 %
Ketelitian

= 100 %-37 %
= 63 %

E. Rangkaian Seri
1. V1 =

=6V

I=

= 10,5 A

V2 =

=3V

Vtotal =

2. V1 =

=4V

I=

V2 =

=5V

Vtotal =

3. V1 =

=4V

I=

V2 =

=5V

Vtotal =

= 47 V

= 10,5 A
= 35 V

= 10,5 A
= 15V

1. Rangkaian total seri


No
1
2
3

R
4,48
3,33
1,42
R=23,6
1

Rrata-r ata

d
0,242
1,392
3,302

d2
0,06
1,94
10,903
d 2=25,09

= 4,722

= 1,120

R= (4,7221,120)
Ketidakpastian

= 23,72%
Ketelitian

= 100 %-23,72%
= 76,28%

Anda mungkin juga menyukai