Anda di halaman 1dari 18

HUKUM OHM DAN HAMBATAN JENIS

Hari, Tanggal : Jumat, 26 Februari 2021

Tempat : Laboratorium Fisika Dasar, Institut Teknologi Del,

Sitoluama, Kab. Tobasa

Instruktur : Lasro Parohor Sihite, S.Pd

Nama Praktikan : Hansel Septiyan Pasaribu


NIM : 21S20023
Kelas : 11 MR 1
Prodi : S1 Manajemen Rekayasa

LABORATORIUM FISIKA DASAR INSTITUT TEKNOLOGI DEL SITOLUAMA, KEC.


LAGUBOTI, KAB. TOBASA T.A 2021/2022
I. Tujuan
Melalui praktik kali ini diharapkan mahasiswa mampu

1. Mampu mengetahui hubungan antara kuat arus, beda potensial, serta


resistor dalam suatu rangakaian listrik DC.
2. Mampu membuktikan akan kebenaran dari Hukum Ohm melalui
percobaan yang dilakukan.
3. Mampu mengetahui hubungan antara massa jenis, panjang, serta luas
penampang dari sebuah hambatan terhadap nilai hambatannya.

II. Teori Dasar

2.1.Hukum OHM

Hukum Ohm menyatakan bahwa besarnya nilai arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar akan sebanding dengan besarnya nilai tegangan. Benda penghantar dapat
dikatakan mematuhi hukum Ohm besar nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan
polaritas beda potensial yang mengenainya. Artinya, semakin besar beda potensial, maka semakin
besar arus yang mengalir. Sebaliknya, jika beda potensial yang diberikan diperkecil, semakin kecil
pula arus yang mengalir. Kita bisa merumuskannya menjadi sebagai berikut.(Tajdid, 2020)

𝐼 = 𝑉

Ketika arus listrik I mengalir dalam sebuah kawat konduktor dengan beda potensial
di ujung-ujungnya V, maka arus akan berbanding terbalik dengan hambatan, menghasilkan rumus
sebagai berikut.

1
𝐼𝛼
𝑅

Berdasarkan dua persamaan di atas, maka didapatkan rumus dari hukum Ohm
sebagai berikut.
𝑉
𝐼= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉 = 𝐼. 𝑅
𝑅

Hukum Ohm ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman, ia
mempublikasikan papernya yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada
tahun 1827. Hukum Ohm juga dapat dinyatakan sebagai “arus yang mengalir melalui konduktor
berbanding lurus dengan beda potensial antara kedua ujungnya, sementara kondisi fisik konduktor
seperti temperatur, regangan, dan lainnya tetap konstan”.

2.2.Hambatan Jenis

Hambatan adalah perlawanan suatu bahan terhadap arus listrik. Besarnya kuat arus
listrik yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan beda tegangan. Hambatan jenis
juga dapat dikatakan sebagai sifat kecenderungan suatu bahan untuk melawan aliran arus listrik,
di lambangkan dengan ρ (rho). Faktor penentu besar kecilnya nilai hambatan jenis suatu
penghantar adalah bahan kawat penghantar (Muplihah et al., 2019)
Hambatan yang dimiliki oleh sebuah kawat yang tebal lebih kecil dibandingkan kawat
yang tipis, karena kawat yang lebih tebal mempuyai area yang lebih luas untuk aliran elektron.
Jika panjang suatu kawat penghantar semakin panjang, maka hambatannya juga semakin besar,
karena akan ada lebih banyak penghalang untuk aliran elektron. Bila arus listrik atau elektron
bebas yang mengalir di dalam suatu penghantar yang memiliki diameter (penampang) yang besar
maka nilai hambatannya akan lebih rendah. Hal tersebut disebabkan karena dengan diameter yang
besar maka arus listrik yang mengalir akan lebih mudah, namun apabila diameter penghantar kecil
maka arus listrik yang mengalir menjadi terhambat. Begitu pula apabila arus listrik mengalir
dengan jarak yang lebih jauh maka nilai hambatan akan semakin besar, namun apabila arus listrik
yang mengalir pada jarak yang lebih pendek maka nilai tahanannya juga akan semakin kecil.
Berdasarkan pernyataan diatas maka, besarnya suatu hambatan listrik dapat ditentukan dengan
rumus
𝜌. 𝑙
𝑅=
𝐴
Besarnya nilai suatu hambatan tergantung pada jenis dari kawat dikali dengan panjang
kawat tersebut dibagi dengan luas penampang dari kawat tersebut.

2.3.Alat Ukur yang Digunakan


2.3.1. Amperemeter

Amperemeter adalah salah satu alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur
seberapa besar kuat arus listrik yang terdapat pada sebuah rangkaian. Penggunaan dari
amperemeter ini disusun secara seri di rangkaian. . Pada alat tersebut terdapat tiga
bagian utama, yaitu: skala pengukuran maksiumum, jarum penunjuk, dan batas ukur.

Adapun cara menggunakan dari amperemeter adalah dengan cara:


𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘 𝑗𝑎𝑟𝑢𝑚
𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = × 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
2.3.2. Voltmeter

Voltmeter adalah sebuah alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur besar
tegangan listrik yang ada dalam sebuah rangkaian listrik. Penggunaan dari voltmeter ini
dengan menyusunnya secara pararel terhadap rangkaian.

Caraa untuk menghitung besarnya beda potensial pada suatu rangkaian


menggunakan voltmeter adalah dengan cara

𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘 𝑗𝑎𝑟𝑢𝑚


𝐵𝑒𝑑𝑎 𝑃𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 = 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑈𝑘𝑢𝑟
× 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

III. Alat dan Bahan


1. Amperemeter 1 buah
2. Voltmeter 1 buah
3. Kabel penghubung merah 3 buah
4. Kabel penghubung hitam 3 buah
5. Jembatan penghubung 3 buah
6. Papan rangkaian 1 buah
7. Kawat nikrom 1 buah
8. Catu daya 1 buah
9. Potensiometer 10 kΩ 1 buah
10. Resistor 100Ω, 200Ω

IV. Prosedur Percobaan


Hukum OHM
1. Buat rangkaian seperti pada gambar dibawah. Saklar pada catu daya dalam posisi
terbuka (posisi 0) .Sebuah meter dasar berfungsi sebagai amperemeter dengan batas
ukur 0.25 DC Ampere dan meter dasar lainnya sebagai voltmeter dengan batas
ukur10 Volt.
2. Hubungkan catudaya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan mati/off).
Pilih tegangan 3-9 volt DC.
3. Hubungkan rangkaian ke catu daya (gunakan kabel penghubung)
4. Periksa kembali rangkaian

5. Hidupkan catu daya kemudian tutup saklar


6. Atur potensiometer sehingga voltmeter menunjukkan tegangan 0,2 Volt, kemudian
baca kuat arus yang mengalir pada amperemeter dan catat hasilnya ke dalam tabel
pada hasil pengamatan.
7. Atur lagi potensiometer sehingga voltmeter menunjukkan tegangan 0,4 Volt, baca
kuat arus yang mengalir pada amperemeter dan catat hasilnya ke dalam tabel pada
hasil pengamatan.
8. Ulangi langkah 3 hingga voltmeter menunjukkan tegangan 0,6 volt; 0,8 volt; dan
seterusnya hingga memperoleh 10 data. Kemudian catat hasilnya ke dalam tabel
pengamatan.
9. Gantilah resistor (R) dengan resistansi yang berbeda, lalu ulangilah langkah
percobaan 1 hingga 4.

Hambatan Jenis

1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar berikut

2. Persiapkan peralatan/komponen sesuai dengan daftar alat/bahan.


3. Buat rangkaian seperti pada gambar
 Kawat nikrom digunakan sebagai kawat penghantar.
 Saklar dalam posisi terbuka (0)
 Amperemeter diatur dengan batas ukur 0,25 DC Ampere
 Voltmeter diatur dengan batas ukur 10 volt.
4. Hubungkan catudaya ke sumber tegangan (alat masih dalam keadaan mati/off).
Pilih tegangan 3-9 volt DC pada catu daya.
5. Hubungkan rangkaian ke catu daya (gunakan kabel penghubung)
6. Periksa kembali rangkaian
7. Pilih panjang kawat (2l ) dengan memasang ujung kabel B masukkan ke jepit steker
2, (panjang kawat = jarak jepit steker 1-3 = 2l)
8. Tutup saklar S (posisi 1). Kemudian baca tegangan dan kuat arus yang mengalir
pada kawat. Catat hasilnya ke dalam tabel hasil pengamatan.
9. Buka saklar S (posisi O), kemudian pindahkan ujung kabel B ke jepit steker 4
(panjang kawat = jarak jepit steker 1-4 = 3 )
10. Tutup saklar S (posisi 1), kemudian baca tegangan dan kuat arus yang mengalir
pada kawat.
11. Ulangi langkah 3 dan 4, dengan memindahkan ujung kabel B ke jepit steker 5
(panjang kawat = 4l). Catat hasilnya ke dalam tabel hasil pengamatan.
12. Dengan cara yang sama seperti pada langkah 5, hubungkan kabel B ke jepit steker
6 (panjang kawat = 5l).
13. Lakukan kembali langkah 1 sampai 6, akan tetapi kawat dirangkap dua sehingga
penampang kawat sekarang menjadi 2A. Catat hasilnya ke dalam tabel pengamatan.
V. Hasil Pengamatan
5.1.Percobaan Hukum OHM
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan sesuai dengan petunjuk diatas
didapatkan hasil sebagai berikut
a. Resistor 1:
Kode warna Resistor : 20 Ω ± 5%
Warna I : Merah = 2
Warna II : Hitam = 0
Warna III : Hitam = 1
Warna IV : Emas = ± 5%

No.
Tegangan (V) Kuat Arus (A) V/I
Percobaan

1 0,2 0,01 20
2 0,4 0,022 18,18
3 0,6 0,025 24
4 0,8 0,035 22,85
5 1 0,05 20
6 1,2 0,05 24
7 1,4 0,06 23,33
8 1,6 0,08 20
9 1,8 0,09 20
10 2 0,09 22,22
Percobaan 1, sesuai dengan hokum ohm maka
𝑉
=𝑅
𝐼
0,2
𝑅=
0,01
𝑅 = 20Ω
Selanjutnya untuk perhitungan pada percobaan kedua hingga kesepuluh
dilakukan hal yang sama untuk menentukan besarnya hambatan pada tiap masing-
masing percobaan.

b. Resistor 2
Kode warna Resistor: 100Ω ± 5%
Warna I : Coklat = 1
Warna II : Hitam = 0
Warna III : Coklat = 10
Warna IV : Emas = ± 5%

No.
Tegangan (V) Kuat Arus (A) V/I
Percobaan
1 0,2 2 0,1
2 0,4 3,5 0,114
3 0,6 5,3 0,113
4 0,8 6,8 0,117
5 1 8,3 0,120
6 1,2 10,3 0,116
7 1,4 12,3 0,113
8 1,6 14,5 0,110
9 1,8 16,5 0,109
10 2 18,5 0,108

Percobaan 1, sesuai dengan hokum ohm maka


𝑉
=𝑅
𝐼
0,2
𝑅=
2
𝑅 = 0,1Ω
Selanjutnya untuk perhitungan pada percobaan kedua hingga kesepuluh
dilakukan hal yang sama untuk menentukan besarnya hambatan pada tiap masing-
masing percobaan.

5.2.Percobaan Hambatan Jenis


Setelah dilakukan percobaan sesuai instruksi diatas didapatkan hasil
Penampang A Penampang 2A
Panjang
Tegangan Kuat Arus 𝑅 = 𝑉⁄𝐼 Tegangan Kuat Arus 𝑅 = 𝑉⁄𝐼
kawat l (m)
(V) (A) (V) (A)
2l 0,6 0,08 7,5 0,4 0,095 4,21
3l 1 0,075 13,33 0,6 0,09 6,66
4l 1,2 0,065 18,46 0,8 0,085 9,41
5l 1,4 0,06 23,33 0,9 0,075 12
 Luas Penampang A  Luas Penampang A
𝒍 = 23 cm = 0,23 m 𝑙 = 23 cm = 0,23 m
𝒓 = 𝟎, 𝟑𝟏 𝒎𝒎 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟑𝟏 𝒎 𝑟 = 0,62 𝑚𝑚 = 0,00062 𝑚
A = 3,017 × 𝟏𝟎−𝟕 𝒎𝟐 2A = 1,207 × 10−6 𝑚2

Percobaan pada kawat panjang 2l dan penampang A dapat diselesaikan


dengan hukum ohm maka
𝑉
=𝑅
𝐼
0,6
𝑅=
0,08
𝑅 = 7,5Ω
Hal yang sama juga dilakukan pada setiap variasi panjang kawat dan variasi
tiap penampang.
VI. Hasil Pengamatan
6.1. Percobaan Hukum Ohm
Berdasarkan hasil praktik yang dilakukan dan yang didapat melalui tabel, maka kolom
keempat pada tabel tersebut adalah besarnya hambatan pada rangkaian. Sesuai dengan Hukum
Ohm bahwa hambatan adalah hasil dari besarnya potensial listrik dibagikan dengan kuat arus
listrik yang mengalir pada rangkaian.

Resistor 1

Grafik Hubungan V dan I


0,1
0,09
0,08
0,07
Arus Listrik (A)

0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Tegangan V

Resistor 2

Grafik hubungan V dan I


20
18
16
14
Arus Listrik (A)

12
10
8
6
4
2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Tegangan V
Pada setiap hambatan atau resistor terdapat berupa garis warna atau garis pita warna
yang mengelilingi hambatan. Setiap warna dan urutan pada resistor itu penting, sebagai
penunjuk nilai dari hambatan tersebut.
Adapun cara lain untuk menentukan besarnya nilai hambatan masing masing resistor
dengan metode Least square kuadrat terkecil. Artinya kita membuat sebaran data tadi dalam
suatu garis lurus. Persamaan garis lurus adalah Y=aX+b. pada hal ini, a dan b merupakan
suatu konstanta yang harus dicari nilainya.
Resistor 1

No. Tegangan Kuat Arus 𝑿𝟐 𝒀𝟐 X.Y


Percobaan (V) (A)
X Y
1 0,2 0,01 0,04 0,0001 0,002
2 0,4 0,022 0,16 0,000484 0,0088
3 0,6 0,025 0,36 0,000625 0,015
4 0,8 0,035 0,64 0,001225 0,028
5 1 0,05 1 0,0025 0,05
6 1,2 0,05 1,44 0,0025 0,06
7 1,4 0,06 1,96 0,0036 0,084
8 1,6 0,08 2,56 0,0064 0,128
9 1,8 0,09 3,24 0,0081 0,162
10 2 0,09 4 0,0081 0,18
Jumlah 11 0,512 15,4 0,033634 0,7178

Dengan mengggunakan rumus diatas didapatkan bahwa nilai :


A = 0,046 ; B = -0,00033
Sehingga dapat diubah dalam bentuk diagram dengan persamaan Y = 0,046X-0,00033
HAMBATAN 1
0,25

0,2

0,15

0,1

0,05

0
-1 0 1 2 3 4 5 6

-0,05

Maka didapatkan grafik seperti diatas untuk hambatan pertama

Resistor 2

No. Tegangan Kuat Arus 𝑿𝟐 X.Y


Percobaan (V) (A) 𝒀𝟐
X Y
1 0,2 2 0,04 4 0,4
2 0,4 3,5 0,16 12,25 1,4
3 0,6 5,3 0,36 28,09 3,18
4 0,8 6,8 0,64 46,24 5,44
5 1 8,3 1 68,89 8,3
6 1,2 10,3 1,44 106,09 12,36
7 1,4 12,3 1,96 151,29 17,22
8 1,6 14,5 2,56 210,25 23,2
9 1,8 16,5 3,24 272,25 29,7
10 2 18,5 4 342,25 37
Jumlah 11 98 15,4 1241,6 138,2

Dengan menggunakan rumus yang sama seperti untuk mencari hambatan pertama
diatas dan dioperasikan didapatkan nilai
A= 9,21 ; B= -0,33
Sehingga persamaan yang baru didapatkan Y = 9,21X-0,3

HAMBATAN 2
3,5

2,5

1,5

0,5

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
-0,5

-1

Resistor 1
Kode warna Resistor : 20 Ω ± 5%

Warna I : Merah = 2
Warna II : Hitam = 0
Warna III : Hitam = 1
Warna IV : Emas = ± 5%
Resistor 2
Kode warna Resistor: 100Ω ± 5%

Warna I : Coklat = 1
Warna II : Hitam = 0
Warna III : Coklat = 10
Warna IV : Emas = ± 5%
6.2.Percobaan Hambatan Jenis

Grafik hubungan Hambatan terhadap Panjang


25 Kawat

Hambatan (Ω) 20

15

10

0
0 1 2 3 4 5 6
Panjang kawat n.l (m)

Besarnya nilai luas permukaan suatu hambatan tentu berpengaruh terhadap nilai dari
suatu hambatan. Dari hasil percobaan, dengan memperhatikan luas penampang kawat dapat
disimpulkan bahwa luas penampang kawat berbanding terbalik dengan nilai hambatan. Artinya
semakin besar luas penampang maka nilai hambatan semakin kecil begitu juga sebaliknya,
semakin kecil luas penampang maka nilai hambatan semakin besar. Dengan catatan bahwa
jenis kawat serta panjang kawat konstan atau tidak diubah.
Besar nilai hambatan dapat juga di dapat dengan metode least square. Hal yang sama
juga dilakukan seperti metode diatas untuk mencari nilai hambatan disini juga.
 Luas Penampang A

No. Tegangan Kuat


Percobaan (V) Arus 𝑿𝟐 𝒀𝟐 X.Y
(A)
1 0,6 0,08 0,36 0,0064 0,048
2 1 0,075 1 0,005625 0,075
3 1,2 0,065 1,44 0,004225 0,078
4 1,4 0,06 1,96 0,0036 0,084
Jumlah 4,2 0,28 4,76 0,01985 0,285
Berdasarkan data diatas serta dilakukan perhitungan sesuai rumus diatas , didapatkan
nilai :
A = -0,025 ; B = 0,097

Sehingga didapatkan rumus baru untuk persamaan garisnya ialah Y = -0,025X+0,097

HAMBATAN
0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0 1 2 3 4 5

 Luas Penampang 2A

No. Tegangan Kuat Arus (A)


Percobaan (V) 𝑿𝟐 𝒀𝟐 X.Y

1 0,4 0,095 0,16 0,009025 0,038


2 0,6 0,09 0,36 0,0081 0,054
3 0,8 0,085 0,64 0,007225 0,068
4 0,9 0,075 0,81 0,005625 0,0675
Jumlah 2,7 0,345 1,97 0,029975 0,2275

Berdasarkan data diatas serta dilakukan perhitungan sesuai rumus diatas , didapatkan
nilai :
HAMBATAN
A = -0,03644 ; B = 0,110847 0,12
0,1
Sehingga didapatkan rumus baru
0,08
untuk persamaan garisnya ialah
0,06

Y = -0,0364X+0,1108 0,04
0,02
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Hubungan antara komponen pada hambatan berdasarkan rumus hambatan jenis dapat di
tuliskann sebagai berikut:
 Hubungan antara hambatan kawat penghantar dengan panjang kawat berbanding lurus.
Semakin panjang kawat penghantar, maka nilai hambatan kawat penghantar akan
semakin besar dan sebaliknya.
 Hubungan antara hambatan kawat penghantar dengan luas penampang berbanding
terbalik. Semakin besar luas penampang kawat, maka nilai hambatan kawat penghantar
semakin kecil dan sebaliknya.
 Hubungan antara hambatan kawat penghantar dengan jenis kawat berbanding lurus,
dimana jenis kawat sangat berpengaruh dengan nilai hambatan kawat pengantar dan
besar nilai hambatannya sesuai dengan jenis kawat.

VII. Kesimpulan dan Saran


7.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktik kali ini kita dapat dibuktikan mengenai Hukum Ohm bahwa
besarnya nilai tegangan dan arus sama-sama memengaruhi nilai dari suatu resistor. Nilai
hambatan sebanding dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan nilai arus. Serta nilai
hambatan juga dapat didapatkan dengan persamaan bahwa nilainay akan sebanding dengan
hambatan jenis serta panjangnya dan berbanding terbalik dengan luas penampang kawat.

7.2.Saran
Agar praktikum dapat berjalan dengan baik maka diharapkan untuk setiap praktikan
membaca modul pengerjaan terlebih dulu dan mengetahui akan apa yang diminta pada praktik
kali ini.
VIII. Daftar Pustaka

Muplihah, D. S., Fatharani, A. F., Anggreani, F. I., Yakin, N., & Nurhasanah, S. (2019).
Laporan Pratikum Elektronika Dasar Hukum Ohm. 1177030025, 1–16.

Tajdid, A. I. (2020). Modul Praktikum Fisika Dasar I. UNTIRTA Press, 10000(20), 1689–
1699.

https://www.studiobelajar.com/hukum-ohm/

Anda mungkin juga menyukai