2.1.Hukum OHM
Hukum Ohm menyatakan bahwa besarnya nilai arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar akan sebanding dengan besarnya nilai tegangan. Benda penghantar dapat
dikatakan mematuhi hukum Ohm besar nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan
polaritas beda potensial yang mengenainya. Artinya, semakin besar beda potensial, maka semakin
besar arus yang mengalir. Sebaliknya, jika beda potensial yang diberikan diperkecil, semakin kecil
pula arus yang mengalir. Kita bisa merumuskannya menjadi sebagai berikut.(Tajdid, 2020)
𝐼 = 𝑉
Ketika arus listrik I mengalir dalam sebuah kawat konduktor dengan beda potensial
di ujung-ujungnya V, maka arus akan berbanding terbalik dengan hambatan, menghasilkan rumus
sebagai berikut.
1
𝐼𝛼
𝑅
Berdasarkan dua persamaan di atas, maka didapatkan rumus dari hukum Ohm
sebagai berikut.
𝑉
𝐼= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉 = 𝐼. 𝑅
𝑅
Hukum Ohm ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman, ia
mempublikasikan papernya yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada
tahun 1827. Hukum Ohm juga dapat dinyatakan sebagai “arus yang mengalir melalui konduktor
berbanding lurus dengan beda potensial antara kedua ujungnya, sementara kondisi fisik konduktor
seperti temperatur, regangan, dan lainnya tetap konstan”.
2.2.Hambatan Jenis
Hambatan adalah perlawanan suatu bahan terhadap arus listrik. Besarnya kuat arus
listrik yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan beda tegangan. Hambatan jenis
juga dapat dikatakan sebagai sifat kecenderungan suatu bahan untuk melawan aliran arus listrik,
di lambangkan dengan ρ (rho). Faktor penentu besar kecilnya nilai hambatan jenis suatu
penghantar adalah bahan kawat penghantar (Muplihah et al., 2019)
Hambatan yang dimiliki oleh sebuah kawat yang tebal lebih kecil dibandingkan kawat
yang tipis, karena kawat yang lebih tebal mempuyai area yang lebih luas untuk aliran elektron.
Jika panjang suatu kawat penghantar semakin panjang, maka hambatannya juga semakin besar,
karena akan ada lebih banyak penghalang untuk aliran elektron. Bila arus listrik atau elektron
bebas yang mengalir di dalam suatu penghantar yang memiliki diameter (penampang) yang besar
maka nilai hambatannya akan lebih rendah. Hal tersebut disebabkan karena dengan diameter yang
besar maka arus listrik yang mengalir akan lebih mudah, namun apabila diameter penghantar kecil
maka arus listrik yang mengalir menjadi terhambat. Begitu pula apabila arus listrik mengalir
dengan jarak yang lebih jauh maka nilai hambatan akan semakin besar, namun apabila arus listrik
yang mengalir pada jarak yang lebih pendek maka nilai tahanannya juga akan semakin kecil.
Berdasarkan pernyataan diatas maka, besarnya suatu hambatan listrik dapat ditentukan dengan
rumus
𝜌. 𝑙
𝑅=
𝐴
Besarnya nilai suatu hambatan tergantung pada jenis dari kawat dikali dengan panjang
kawat tersebut dibagi dengan luas penampang dari kawat tersebut.
Amperemeter adalah salah satu alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur
seberapa besar kuat arus listrik yang terdapat pada sebuah rangkaian. Penggunaan dari
amperemeter ini disusun secara seri di rangkaian. . Pada alat tersebut terdapat tiga
bagian utama, yaitu: skala pengukuran maksiumum, jarum penunjuk, dan batas ukur.
Voltmeter adalah sebuah alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur besar
tegangan listrik yang ada dalam sebuah rangkaian listrik. Penggunaan dari voltmeter ini
dengan menyusunnya secara pararel terhadap rangkaian.
Hambatan Jenis
No.
Tegangan (V) Kuat Arus (A) V/I
Percobaan
1 0,2 0,01 20
2 0,4 0,022 18,18
3 0,6 0,025 24
4 0,8 0,035 22,85
5 1 0,05 20
6 1,2 0,05 24
7 1,4 0,06 23,33
8 1,6 0,08 20
9 1,8 0,09 20
10 2 0,09 22,22
Percobaan 1, sesuai dengan hokum ohm maka
𝑉
=𝑅
𝐼
0,2
𝑅=
0,01
𝑅 = 20Ω
Selanjutnya untuk perhitungan pada percobaan kedua hingga kesepuluh
dilakukan hal yang sama untuk menentukan besarnya hambatan pada tiap masing-
masing percobaan.
b. Resistor 2
Kode warna Resistor: 100Ω ± 5%
Warna I : Coklat = 1
Warna II : Hitam = 0
Warna III : Coklat = 10
Warna IV : Emas = ± 5%
No.
Tegangan (V) Kuat Arus (A) V/I
Percobaan
1 0,2 2 0,1
2 0,4 3,5 0,114
3 0,6 5,3 0,113
4 0,8 6,8 0,117
5 1 8,3 0,120
6 1,2 10,3 0,116
7 1,4 12,3 0,113
8 1,6 14,5 0,110
9 1,8 16,5 0,109
10 2 18,5 0,108
Resistor 1
0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Tegangan V
Resistor 2
12
10
8
6
4
2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Tegangan V
Pada setiap hambatan atau resistor terdapat berupa garis warna atau garis pita warna
yang mengelilingi hambatan. Setiap warna dan urutan pada resistor itu penting, sebagai
penunjuk nilai dari hambatan tersebut.
Adapun cara lain untuk menentukan besarnya nilai hambatan masing masing resistor
dengan metode Least square kuadrat terkecil. Artinya kita membuat sebaran data tadi dalam
suatu garis lurus. Persamaan garis lurus adalah Y=aX+b. pada hal ini, a dan b merupakan
suatu konstanta yang harus dicari nilainya.
Resistor 1
0,2
0,15
0,1
0,05
0
-1 0 1 2 3 4 5 6
-0,05
Resistor 2
Dengan menggunakan rumus yang sama seperti untuk mencari hambatan pertama
diatas dan dioperasikan didapatkan nilai
A= 9,21 ; B= -0,33
Sehingga persamaan yang baru didapatkan Y = 9,21X-0,3
HAMBATAN 2
3,5
2,5
1,5
0,5
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
-0,5
-1
Resistor 1
Kode warna Resistor : 20 Ω ± 5%
Warna I : Merah = 2
Warna II : Hitam = 0
Warna III : Hitam = 1
Warna IV : Emas = ± 5%
Resistor 2
Kode warna Resistor: 100Ω ± 5%
Warna I : Coklat = 1
Warna II : Hitam = 0
Warna III : Coklat = 10
Warna IV : Emas = ± 5%
6.2.Percobaan Hambatan Jenis
Hambatan (Ω) 20
15
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Panjang kawat n.l (m)
Besarnya nilai luas permukaan suatu hambatan tentu berpengaruh terhadap nilai dari
suatu hambatan. Dari hasil percobaan, dengan memperhatikan luas penampang kawat dapat
disimpulkan bahwa luas penampang kawat berbanding terbalik dengan nilai hambatan. Artinya
semakin besar luas penampang maka nilai hambatan semakin kecil begitu juga sebaliknya,
semakin kecil luas penampang maka nilai hambatan semakin besar. Dengan catatan bahwa
jenis kawat serta panjang kawat konstan atau tidak diubah.
Besar nilai hambatan dapat juga di dapat dengan metode least square. Hal yang sama
juga dilakukan seperti metode diatas untuk mencari nilai hambatan disini juga.
Luas Penampang A
HAMBATAN
0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0 1 2 3 4 5
Luas Penampang 2A
Berdasarkan data diatas serta dilakukan perhitungan sesuai rumus diatas , didapatkan
nilai :
HAMBATAN
A = -0,03644 ; B = 0,110847 0,12
0,1
Sehingga didapatkan rumus baru
0,08
untuk persamaan garisnya ialah
0,06
Y = -0,0364X+0,1108 0,04
0,02
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Hubungan antara komponen pada hambatan berdasarkan rumus hambatan jenis dapat di
tuliskann sebagai berikut:
Hubungan antara hambatan kawat penghantar dengan panjang kawat berbanding lurus.
Semakin panjang kawat penghantar, maka nilai hambatan kawat penghantar akan
semakin besar dan sebaliknya.
Hubungan antara hambatan kawat penghantar dengan luas penampang berbanding
terbalik. Semakin besar luas penampang kawat, maka nilai hambatan kawat penghantar
semakin kecil dan sebaliknya.
Hubungan antara hambatan kawat penghantar dengan jenis kawat berbanding lurus,
dimana jenis kawat sangat berpengaruh dengan nilai hambatan kawat pengantar dan
besar nilai hambatannya sesuai dengan jenis kawat.
7.2.Saran
Agar praktikum dapat berjalan dengan baik maka diharapkan untuk setiap praktikan
membaca modul pengerjaan terlebih dulu dan mengetahui akan apa yang diminta pada praktik
kali ini.
VIII. Daftar Pustaka
Muplihah, D. S., Fatharani, A. F., Anggreani, F. I., Yakin, N., & Nurhasanah, S. (2019).
Laporan Pratikum Elektronika Dasar Hukum Ohm. 1177030025, 1–16.
Tajdid, A. I. (2020). Modul Praktikum Fisika Dasar I. UNTIRTA Press, 10000(20), 1689–
1699.
https://www.studiobelajar.com/hukum-ohm/