Mengevaluasi prinsip kerja peralatan listrik searah (DC) dalam kehidupan sehari-
hari
KD 3.1
Alat untuk mengukur arus listrik disebut ampermeter yang dipasang seri pada rangkaian
Potensial listrik adalah banyaknya muatan yang terdapat dalam suatu benda. Suatu benda dikatakan
mempunyai potensial listrik lebih tinggi daripada benda lain, jika benda tersebut memiliki muatan
positif lebih banyak dari pada muatan positif benda lain.
Pada Gambar di atas, terlihat bahwa benda A memiliki muatan positif paling banyak sehingga benda A
mempunyai potensial listrik paling tinggi, disusul benda B, C, baru kemudian D. Apa yang dimaksud
dengan beda potensial?
Beda potensial listrik (tegangan) timbul karena dua benda yang memiliki potensial listrik berbeda
dihubungkan oleh suatu penghantar.Beda potensial ini berfungsi untuk mengalirkan muatan dari satu
titik ketitik lainnya. Satuan beda potensial adalah volt (V). Alat yang digunakan untuk mengukur beda
potensial listrik disebut voltmeter. Secara matematis beda potensial dapat dituliskan sebagai berikut :
Keterangan:
W : usaha/energi (J)
3. Hukum Ohm
Pada rangkaian listrik tertutup, terjadi aliran arus listrik. Arus listrik mengalir karena adanya beda
potensial antara dua titik pada suatu penghantar, seperti pada lampu senter, radio, dan televisi.
Alat-alat tersebutdapat menyala (berfungsi) karena adanya aliran listrik dari sumber tegangan yang
dihubungkan dengan peralatan tersebut sehingga menghasilkan beda potensial.
Orang pertama yang menyelidiki hubungan antara kuat arus listrik dengan beda potensial pada
suatu penghantar adalah Georg Simon Ohm,ahli fisika dari Jerman.Ohm berhasil menemukan
hubungan secara matematis antara kuat arus listrik dan beda potensial, yang kemudian dikenal
sebagai Hukum Ohm.
Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Ohm, yang berbunyi “Kuat arus yang mengalir pada
suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar itu dengan
syarat suhunya konstan/tetap.”
4. Hambatan Penghantar
Besar hambatan listrik pada suatu penghantar di pengaruhi oleh :
jenis bahan dari penghantar tersebut (ρ)
panjang kawat (l)
luas penampang kawat (A)
dengan :
R = hambatan penghantar ( )
l = panjang penghambat (m)
A = luas penampang (m2)
hambatan jenis (Ω m)
Hambatan listrik atau yang lebih sering disebut dengan istilah resistor dapat dirangkai satu sama
lainnya untuk keperluan (mendapatkan nilai hambatan) tertentu. Rangkaian hambatan ini dapat
mengatasi kebutuhan kita akan nilai – nilai hambatan resistor yang tidak ada di pasaran. Untuk
diketahui resistor yang dihasilkan pabrik biasanya hanya untuk nilai – nilai resistansi tertentu saja
dengan batas ambang toleransi yang telah ditentukan. Padahal pada prakteknya kita banyak
membutuhkan nilai – nilai resistor yang berbeda dengan yang dihasilkan pabrik tersebut. Rangkaian
hambatan atau resistor ini dapat kita bagi menjadi tiga macam:
1. Rangkaian seri
2. Rangkaian paralel
3. Rangkaian seri paralel
Rangkaian Seri
Pada rangkaian seri hambatan listrik atau resistor dihubungkan atau disusun secara berurutan
satu sama lainnya seperti pada gambar di bawah ini.
Pada rangkain seri ini berlaku ketentuan sebagai berikut.
1. Besarnya kuat arus pada masing masing tahanan (resistor) akan sama besar
I1 = I 2 = I 3 = I
2. Besarnya beda potensial (tegangan listrik) pada masing – masing hambatan akan berbeda –
beda jika nilai hambatannya berbeda sesuai dengan prinsip hukum ohm.
VR1 = I x R1
VR2 = I x R2
VR3 = I x R3
3. Besarnya hambatan total pada rangkaian ini merupakan total penjumlahan dari masing –
masing nilai resistor yang terhubung
Rtotal = R1 + R2 + R3
Rangkaian Paralel
Pada rangkaian hambatan paralel, resistor disusun secara paralel atau sejajar sehingga
mempunyai dua ujung yang sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar rangkaian paralel
pada gambar berikut.
Untuk menghitung nilai hambatan total dari rangkaian seri paralel, maka kita dapat
menggunakan teori rangkaian seri dan paralel di atas. Biasanya untuk memudahkan perhitungan,
didahulukan menghitung rangkaian serinya, kemudian baru dihitung bagian paralelnya. Terakhir
lakukan penjumlahan dari rangkaian total keduanya(sangat tergantung dari bentuk rangkaian
campurannya). Sebagai contoh dapat dilihat gambar berikut.
Kata Kunci
Kuat Arus
Beda Potensial
Hukum Ohm
Hambatan Penghantar
Soal Kompetensi
1. Perhatikan lampu pijar Anda di rumah. Kadang-kadang nyala lampu pijar tersebut lebih terang
atau lebih redup daripada biasanya, mengapa?
2. Jelaskan dengan bahasa Anda, hubungan antara kuat arus dengan beda potensial!
3. Jika hambatan listrik sebuah rangkaian dijadikan 3 kali dari semula dan beda potensial di antara
ujung-ujungnya dijaga tetap, maka apa yang terjadi pada kuat arusnya?
4. Perhatikan pengukuran pada rangkaian listrik berikut!
Setelah mengetahui pengertian hukum kirchoff, di bawah ini kita akan membahas mengenai bunyi hukum
kirchoff 1 dan 2. Berikut pembahasannya di bawah ini.
Hukum Kirchoff 1
"Suatu total arus listrik yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik
memiliki besar yang sama dengan arus total yang keluar dari titik percabangan tersebut."
I1 + I2 + I3 = I4 + I5 + I6
Hukum Kirchoff 2
Bunyi hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut:
Hukum ini berlaku pada rangkaian yang tidak bercabang yang digunakan untuk menganalisis beda
potensial (tegangan) pada suatu rangkaian tertutup. Hukum II Kirchoff biasa disebut Hukum Tegangan
Kirchoff atau Kirchoff’s Voltge Law (KVL). Bunyi Hukum II Kirchoff: Total beda potensial
(tegangan) pada suatu rangaian tertutup adalah nol. Versi lain Hukum II Kirchoff yaitu pada
rangkaian tertutup jumlah aljabar GGL (ε) dan jumlah penurunan potensial (IR) sama dengan
nol.
Berdasarkan gambar di atas, total tegangan pada rangkaian adalah V ab + Vbc + Vcd + Vda = 0. Hukum II
Kirchoff ini menjelaskan bahwa jumlah penurunan beda potensial sama dengan nol artinya tidak ada
energi listri yang hilang dalam rangkaian atau semua energi listrik diserap dan digunakan. Secara
Kata Kunci
matematis dapat dirumuskan sebagai:
Kuat Arus
Beda Potensial
Hukum Ohm
Hambatan Penghantar
Terdapat perjanjian tanda untuk tegangan GGL (ε):
1. Jika arah kuat arus listrik searah dengan arah loop dan kuat arus listrik bertemu dengan kutub (+)
potensial tegangan terlebih dulu, maka tanda tegangan GGL adalah (+)
ε (+) ➔
2. Jika arah kuat arus listrik searah dengan arah loop dan kuat arus listrik bertemu dengan kutub (-)
potensial tegangan terlebih dulu, maka tanda tegangan GGL adalah (-).
ε (-) ➔
Terdapat perjanjian tanda untuk arah kuat arus listrik (I) pada penurunan potensial tegangan
(I.R):
1. Jika arah kuat arus listrik searah dengan arah loop, maka tanda kuat arus listrik adalah (+).
I (+) ➔
2. Jika arah kuat arus listrik berlawanan arah dengan arah loop, maka tanda kuat arus listrik adalah (-).
I(-) ➔
Soal Kompetensi
2. Diberikan sebuah rangkaian listrik arus searah terdiri dari tiga buah lampu, dua buah saklar dan sebuah
sumber arus listrik. Manakah lampu-lampu yang menyala jika:
a) saklar 1 tertutup, saklar 2 terbuka
b) saklar 2 tertutup, saklar 1 terbuka
c) saklar 1 tertutup, saklar 2 tertutup
d) saklar 1 terbuka, saklar 2 terbuka
3. Hitunglah berapa kekuatan arus yang mengalir pada sebuah rangkaian arus listrik jika R1 = 2 Ώ, R2 =
4 Ώ, dan R3 = 6 Ώ.