Arus Listrik, Tegangan Listrik, Hambatan Listrik dan Alat Ukur Listrik
1. Arus Listrik
Arus listrik dianggap sebagai aliran muatan positif, walaupun sebenarnya muatan positif tidak
dapat bergerak. Arus listrik bergerak dari potensial tinggi menuju potensial rendah, atau dari
kutub positif (anoda) menuju kutub negatif (katoda). Besar arus listrik yang mengalir disebut
kuat arus listrik.
Kuat arus listrik disefinisikan sebagai jumlah muatan (q) yang mengalir dalam kawat
penghantar (konduktor) pada selang waktu tertentu (t).
Keterangan: I : kuat arus listrik (A)
q : muatan yang mengalir (C)
t : waktu (s)
Alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik adalah amperemeter atau disingkat
ammeter.
Ammeter dipasang seri dengan rangkaian. Untuk mengukur kuat arus yang dihasilkan sumber
arus, kutub positif ammeter dihubungkan dengan kutub positif sumber arus. Sedangkan kutub
negatif ammeter dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus. Lebih jelasnya perhatikan
gambar 1, berikut ini.
1
3. Alat Ukur Listrik
Alat ukur listrik yang dibahas pada bab ini ada dua yaitu amperemeter dan voltmeter. Seperti
penjelasan di atas, amperemeter dapat digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Sedangkan
voltmeter adalah alat untuk mengu-kur beda potensial antara dua titik (tegangan listrik).
a. Amperemeter
Dengan a: skala yang ditunjukk jarum; b: skala maksimum yang digunakan; c: batas ukur
yang digunakan.
Pengukuran kuat arus dengan amperemeter harus di-pasang secara seri contohnya seperti
pada Gambar 4.3.
2
Volt dan Ohm meter. Mengukur tegangan listrik dengan voltmeter memiliki cara
pembacaan yang sama dengan amperemeter. Berarti hasil pengukurannya dapat
menggunakan persamaan;
Dengan a: skala yang ditunjukk jarum; b: skala maksimum yang digunakan; c: batas ukur
yang digunakan.
Perbedaan yang perlu kalian perhatikan adalah cara merangkai alatnya. Jika amperemeter
dipasang seri maka voltmeter harus kalian pasang secara pararel. Lihat Gambar 5.3. (a).
(a) (b)
Gambar 5.3. (a) Multitester dan pemasangannya untuk voltmeter; (b) Penunjukan jarum voltmeter
Gambar 6.3. Bola lampu dihubungkan dengan beda potensial melalui penghantar
Dalam eksperimennya, Ohm menemukan bahwa setiap beda potensial ujung-ujung resistor R
dinaikkan maka arus yang mengalir juga akan naik. Bila beda potensial di-perbesar 2x ternyata
3
kuat arusnya juga menjadi 2x semula. Apakah hubungan yang terjadi? Dari sifatnya itu dapat
ditentukan bahwa beda potensialnya sebanding dengan kuat arus yang lewat. Hubungan ini
dapat dirumuskan:
Hubungan V dan I yang diperoleh Ohm ini sesuai dengan grafik V-I yang diperoleh dari
eksperimen, polanya seperti pada Gambar 7.3. Agar kesebandingan di atas sama, Ohm
menggunakan konstanta perbandingannya sebesar R ( resistivitas = hambatan ), sehingga di
peroleh persamaan sebagai berikut.
Keterangan : V : tegangan (V)
I : kuat arus (A)
R : hambatan (Ω)
Berikut ini adalah beberapa grafik yang berhubungan dengan hukum ohm
Gambar 7.3. (a). grafik hubungan V-I; (b). grafik hubungan V-R; (c). grafik hubungan I-R
Pada gambar 4, di atas grafik tersebut berupa garis lurus dengan kemiringan tertentu.
Kemiringan grafik menunjukkan besar hambatan. Jadi besar hambatan dapat dicari dengan
persamaan:
2. Hambatan Listrik
Di dalam bola lampu terdapat filament (semacam kawat tipis) yang menyala, jika dialiri arus
listrik. Sementara itu, pada setrika listrik terdapat batang besi yang akan memanas jika dialiri
arus listrik. Sedangkan pada kompor listrik terdapat kumparan (kawat yang digulung), yang
juga akan memanas jika dialiri arus listrik.
Filament pada bola lampu, besi pada setrika listrik dan kumparan pada kompor listrik berfungsi
sebagai hambatan listrik atau disebut penghambat (resistor). Sebagai penghambat, ketiganya
4
tentu mempunyai besar hambatan tertentu atau disebut resistansi. Resistansi atau hambatan
disimbolkan dengan R dan mempunyai satuan ohm (Ω). Dalam rangkaian, resistansi
digambarkan seperti pada gambar berikut.
(a) Lampu disusun seri (b) symbol rangkaian (c) Hambatan pengganti
Gambar 9.3. rangkaian hambatan seri
5
Pada Gambar .9.3, terlihat dua buah lampu (sebagai hambatan) yang disusun seri. Kuat
arus yang mengalir melalui kedua lampu tersebut sama besarnya, sedangkan tegangannya
berbeda (VAB≠VBC). Dengan menggunakan hukum Ohm dapat Anda tuliskan secara
matematis sebagai berikut.
Jika VAB = I × R1, VBC = I × R2, VAC = VAB + VBC; maka:
VAC = VAB + VBC
VAC = I × R1 + I × R2
VAC = I (R1 + R2)
JIka kita ganti kedua hambatan yang dirangkai seri dengan sebuah hambatan pengganti
(Rs) lihat Gambar 9.3. (c), maka VAC = I × Rs , sehingga Anda dapatkan persamaan
sebagai berikut.
VAC = I(R1 + R2)
I × Rs = I(R1 + R2)
Rs = R1 + R2
Jadi, bentuk umum hambatan pengganti yang dirangkai seri adalah sebagai berikut.
Hambatan pengganti pada kedua rangkaian ini selalu lebih besar karena merupakan jumlah
dari hambatan-hambatan yang dipasang.
b. Rangkaian parallel
Hambatan paralel adalah rangkaian yang disusun secara berdam-pingan/berjajar. Jika
hambatan yang dirangkai paralel dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka
tegangan pada ujung-ujung tiap hambatan adalah sama.
6
Jika kedua hambatan yang dirangkai paralel diganti dengan sebuah hambatan pengganti
V
I=
(Rp), lihat Gambar 10.3 (c), maka
R P sehingga kita dapatkan persamaan sebagai
berikut.
Hambatan pengganti pada rangkaian paralel selalu lebih kecil karena merupakan jumlah
dari kebalikan hambatan tiap-tiap komponen.
c. Rangkaian Hambatan Seri dan Paralel (gabungan)
Tiga lampu masing-masing mempunyai hambatan R1, R2 dan R3 dapat disusun gabung seri
dan parallel yang di pasang pada beda potensial (tegangan) seperti pada Gambar 11.3.
berikut.
7
1 1 1 R2 + R3
= + =
R BC R2 R 2 R 2 R 3
R2R3
RBC =
R2 + R3
Untuk lebih memahami kuat arus pada rangkaian listrik bercabang, dapat Anda umpamakan
sebagai jalan raya yang bercabang.
Keterangan:
E : ggl sumber arus (volt)
8
I : kuat arus (A)
R : hambatan (Ω)
Pada perumusan hukum II Kirchhoff, mengikuti ketentuan sebagai berikut.
1) Semua hambatan (R) dihitung positif.
2) Pada arah perjalanan atau pene-lusuran rangkaian tertutup (loop), jika sumber arus berawal
dari kutub negatif ke kutup positif, maka gglnya dihitung positif. Jika sebaliknya dari kutub
positif ke kutub negatif, maka ggl nya dihitung negatif.
3) Arus yang searah dengan penelusuran loop dihitung positif, sedang yang berlawanan
dengan arah penelusuran dihitung negatif.
4) Jika hasil akhir perhitungan kuat arus bernilai negatif, maka kuat arus yang sebenarnya
merupakan kebalikan dari arah yang ditetapkan.
a. Kuat Arus Listrik dalam Rangkaian Sederhana
Keterangan:
E : ggl sumber arus (V)
I : kuat arus (A)
r : hambatan dalam sumber arus (Ω)
R : hambatan penghambat ( Ω)
Nilai I × R pada persamaan di atas merupakan tegangan penggunaan di luar sumber arus
yang disebut tegangan jepit (K). Jadi, persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut.
9
Keterangan:
K : tegangan jepit (V)
Jika pada penjabaran di atas dihasilkan nilai I negatif, maka arah arus yang sebenarnya
adalah kebalikan dari arah yang ditentukan pada gambar. Bagaimana jika penelusuran
rangkaian berawal dari satu titik dan berakhir pada titik lain? Misalkan kita akan
menentukan tegangan atau beda potensial antara titik A dan B pada Gambar 14.3.
Berdasarkan Hukum II Kirchhoff dapat dihitung dengan persamaan berikut.
Untuk rangkaian yang memiliki dua loop atau lebih dapat diselesaikan dengan hukum II
Kirchhoff dan hukum I Kirchhoff. Perhatikan Gambar 15.3.
10
Gambar 15.3. rangkaian dua loop
Pada gambar di atas dilukiskan rangkaian tertutup yang terdiri atas dua loop. Arah arus dan
arah penelusuran tiap loop. Misalkan Anda bagi menjadi seperti berikut.
Loop I ABGFA
Loop II FEDGF
Keterangan
W: energi listrik yang diserap hambatan (joule)
V: beda potensial ujung-ujung hambatan (volt)
I: kuat arus yang mengalir pada hambatan (A)
t: waktu aliran (s)
jika kita subtitusikan V = IR atau I = V/R hasilnya dapat ditulis
2. Daya Listrik
11
Bila Anda perhatikan sebuah setrika listrik yang dihubungkan dengan sumber tegangan listrik,
maka tidak berapa lama akan menjadi panas. Hal ini terjadi karena adanya usaha untuk
memindahkan muatan listrik setiap saat pada rangkaian listrik yang besarnya sama dengan
energi listrik yang diubah menjadi energi kalor. Besarnya energi setiap satuan waktu disebut
daya listrik. Secara matematis daya listrik dapat di tulis sebagai berikut.
Keterangan:
P : daya listrik (W)
W : energi listrik (J)
V : tegangan listrik (V)
I : kuat arus listrik (A)
R : hambatan listrik (Ω)
Pemasangan alat listrik di rumah-rumah dirangkai secara paralel. Hal ini diharapkan agar
tegangan yang melalui alat-alat tersebut besarnya sama. Untuk menghitung besar energi listrik
yang digunakan pada suatu rumah, PLN memasang alat yang disebut kWh (kilowatt hours)
meter (meteran listrik). 1 kWh didefinisikan sebagai daya sebesar 1.000 watt yang digunakan
selama 1 jam. Jadi, persamaannya dapat ditulis sebagai berikut.
Biasanya, selain biaya energi yang terpakai, para pelanggan listrik harus membayar biaya
beban, materai, dan pajak.
E. Sumber Tegangan
1. Perbedaan Tegangan DC dengan Tegangan AC
Ketika sebuah baterai dihubungkan pada rangkaian, arus akan mengalir tetap pada suatu arah.
Arus seperti ini disebut dengan arus searah (dirrect current = DC). Sedangkan arus yang terus
berubah arah terus beberapa kali dalam setiap detiknya disebut arus bolak-balik (alternating
12
current = AC). Contoh sumber arus searah adalah baterai, dan sumber arus bolak-balik adalah
listrik PLN.
Cara yang paling mudah untuk menyelidiki perbedaan arus AC dan arus DC adalah dengan
menggunakan osiloskop atau disebut juga CRO (Cathode Ray Oscilloscop). Osiloskop adalah
alat yang digunakan untuk menyelidiki sinyal listrik. Alat ini dapat digunakan untuk
menentukan frekuensi, amplitudo, dan tegangan sinyal listrik dengan menghitung skala yang
terlihat pada layar.
(a) (b)
2. Arus dan Tegangan Bolak-balik
13
Arus dan tegangan bolak-balik adalah arus dan tegangan yang besarnya selalu berubah secara
periodic.
a. Persamaan dan Grafik Tegangan Bolak-balik
Berikut ini adalah grafik tegangan bolak-balik dengan persamaan yang berlaku.
Keterangan;
V : tegangan yang selalu berubah terhadap waktu (volt)
Vmaks : tegangan maksimum (volt)
i : arus yang selalu berubah terhadap waktu (ampere)
imaks : arus maksimum (ampere)
ω: kecepatan sudut (rad/s)
Gambar 17.3.
(a)
(a)Rangkaian hambatan R; (b)grafik
(b) V, i, terhadap waktu; (c)diagram
(c) fasor
Dari grafik di atas disimpulkan bahwa kuat arus listrik sefase dengan tegangan, yang ditulis
dengan persamaan;
a b c
14
Gambar 18.3. (a)rangkaianAC; (b)grafik Vi terhadap waktu; (c)diagram fasor
Dafi grafik di atas dapat disimpulkan bahwa kuat arus berbeda fase 90 0 terhadap tegangan,
dengan tegangan mendahului kuat arus. Dengan ditulis pada persamaan;
b. Reaktansi induktif
Persamaannya adalah;
Dengan
XL : reaktansi induktif (ohm)
ω: kecepatan sudut (rad/s)
L : induktansi diri (Henry = H)
Persamaan kuat arusnya adalah :
b. Reaktansi kapasitansi
Sebuah kapasitor yang dipasang pada tegangan bolak-balik menghasilkan reaktansi
kapasitif:
Dengan:
15
XC : reaktansi kapasitif (ohm)
ω: kecepatan sudut (rad/s)
C : kapasitas kapasitor (Farad = F)
5. Rangkaian R, L dan C pada tegangan bolak-balik
a. Rangkaian dan diagram fasor
(a) (b)
Gambar 20.3. (a)rangkaian R, L dan C; (b)diagram fasor
b. Hubungan tegangan
Dirumuskan :
Dimana;
V : tegangan total pada rangkaian (volt)
VR : tegangan pada hambatan (volt)
VL : tegangan pada induktor (volt)
VC : tegangan pada kapasitor (volt)
c. Hubungan hambatan
Dirumuskan:
Dengan:
Z : impedansi (hambatan total)
R : hambatan (ohm)
XL : reaktansi induktif (ohm)
XC : reaktansi kapasitif (ohm)
d. Fase dan factor daya
Beda fase antara tegangan dan kuat arus, ditunjukkan olah sudut α pada diagram fasor.
16
e. Resonansi
Frekuensi resonansi pada arus bolak balik adalah:
17