Anda di halaman 1dari 18

BAB VII

“ARUS, HAMBATAN DAN HUKUM OHM”

1. ARUS DAN BATRE


a). Hambatan
Hambatan listrik merupakan sifat suatu benda atau bahan untuk menahan atau
menentang aliran arus listrik. Besarnya hambatan pada sebuah rangkaian
listrikmenentukan jumlah aliran arus listrik pada rangkaian untuk setiap tegangan yang
diberikan pada rangkaian sesuai dengan prinsip hukum Ohm. Besar hambatan
penghantar ditentukan oleh panjang, luas penampang, dan hambatan jenis
penghantar.

Nilai Hambatan Listrik


Nilai hambatan atau resistansi dalam sebuah rangkaian listrik diukur menggunakan
satuan Ohm yang dibri lambang dengan simbol Omega (ω). Sedangkan Standar
Internasional yang dipakai untuk menandakan kelipatan pada sebuah resistansi
tersebut yaitu kilo Ohm, Mega Ohm dan Giga Ohm.
1 Giga Ohm = 1.000.000.000 Ohm (109 Ohm)
1 Mega Ohm = 1.000.000 Ohm (106 Ohm)
1 Kilo Ohm = 1.000 Ohm (103 Ohm)

Faktor Mempengaruhi besarnya hambatan listrik


Setiap bahan penghantar atau konduktor mempunyai sifat yang menghambat arus
listrik. Besaran hambatan listrik pada sebuah penghantar atau konduktor itu
dipengaruhi beberapa faktor. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi
besarnya hambatan listrik.

 Panjang penghantar: Jika semakin panjang sebuah penghantar, maka semakin


tinggi pula nilai resistansinya.
 Luas penampang: Jika semakin kecil diameter sebuah penghantar, maka
semakin tinggi pula nilai resistansinya.
 Jenis bahan: misalnya dari tembaga yang mempunyai nilai resistansi yang lebih
rendah dibanding dengan baja.
 Suhu: Nilai resistansi akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu pada
sebuah penghantar.

Kompon elektronik yang fungsinya sebagai penghambat arus listrik isalah resistor.
Dalam sebuah rangkaian elektronika resistor bisa berfungsi untuk mengurangi atau
menghambat aliran arus listrik sekaligus berfungsi untuk menurunkan level tegangan
listrik dalam sebuah rangkaian.
b).Hukum Ohm
Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar mampu
dialiri electron bebas secara terus menerus. Aliran yang terus-menerus ini yang
disebut dengan arus, dan sering juga disebut dengan aliran, sama halnya dengan air
yang mengalir pada sebuah pipa.

Bunyi Hukum Ohm


“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya
dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”.

Secara Matematis, Hukum Ohm dapat dirumuskan menjadi persamaan


seperti
dibawah ini :

V=IxR
I=V/R
R=V/I
Dimana :
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))

Dalam aplikasinya, Kita dapat menggunakan Teori Hukum Ohm dalam Rangkaian
Elektronika untuk memperkecilkan Arus listrik, Memperkecil Tegangan dan juga dapat
memperoleh Nilai Hambatan (Resistansi) yang kita inginkan.

Hal yang perlu diingat dalam perhitungan rumus Hukum Ohm, satuan unit yang
dipakai adalah Volt, Ampere dan Ohm. Jika kita menggunakan unit lainnya seperti
milivolt, kilovolt, miliampere, megaohm ataupun kiloohm, maka kita perlu melakukan
konversi ke unit Volt, Ampere dan Ohm terlebih dahulu untuk mempermudahkan
perhitungan dan juga untuk mendapatkan hasil yang benar.

Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan
kepadanya.Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai
resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang
dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua
jenis penghantar, namun istilah “hukum” tetap digunakan dengan alasan sejarah.

Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:

Dimana (I) adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan
Ampere, (V )adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar
dalam satuan volt, dan (R) adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada
suatu penghantar dalam satuan ohm.

Hubungan antara arus listrik, tegangan listrik, dan harrabatan listrik dalam suatu


rangkaian dinyatakan dalam hukum Ohm. Nama Ohm diambil dari seorang ahli fisika
dan matematika Jerman, George Simon Ohm (1787 – 1854) seorang fisikawan dari
Jerman pada tahun dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic
Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827 yang membuat teori ini. Ketika
Ohm membuat percobaan tentang listrik, ia menemukan:

1. Bila hambatan tetap, arus dalam setiap rangkaian adalah berbanding langsung
dengan tegangan. Bila tegangan bertambah, maka aruspun bertambah. Dan
bila tegangan berkurang maka aruspun berkurang.
2. Bila tegangan tetap, maka arus dalam rangkaian menjadi berbanding terbalik
terhadap rangkaian itu. Bila hambatan bertambah, maka arus berkurang dan
bila hambatan berkurang maka arus bertambah.

2.PENGUKURAN HAMBATAN DENGAN AMPEREMETER DENGAN VOLTMETER.


Amperemeter dan Voltmeter DC adalah alat ukur arus dan tegangan listrik DC. Amperemeter
adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik, dan voltmeter untuk mengukur beda potensial atau
tegangan.

Bagian Utama Amperemeter Dan Voltmeter DC

Bagian terpenting amperemeter atau voltmeter adalahgalvanometer, yang berupa


jarum penunjuk pada suatu skala tertentu.

Gambar diatas menunjukkan sebuah galvanometer yang bekerja dengan prinsip gaya
antara medan magnet dan kumparan pembawa arus. Penyimpangan jarum galvanometer
sebanding dengan arus yang melewatinya. Sensitivitas arus skala-penuh, Im, dari sebuah
galvanometer merupakan arus yang dibutuhkan agar jarum menyimpang dengan skala
penuh. Bila sensitivitas Im adalah 50 mA, maka untuk arus 50 mA akan menyebabkan
jarum bergerak ke ujung skala, sedangkan arus 25 mA akan menyebabkan jarum
menyimpang setengah skala penuh. Jika tidak ada arus, jarum seharusnya berada di
angka nol dan biasanya ada tombol pemutar untuk mengatur skala titik nol ini.

Galvanometer Pada Amperemeter Dan Voltmeter DC

Galvanometer dapat digunakan secara langsung untuk mengukur arus DC yang kecil.
Contohnya, galvanometer dengan sensitivitas Im 50 mA dapat mengukur arus dari 1 mA
sampai dengan 50 mA. Untuk mengukur arus yang lebih besar, sebuah resistor dipasang
paralel dengan galvanometer.

Galvanometer Pada Amperemeter

Amperemeter yang terdiri dari galvanometer yang dipasang paralel dengan resistor
disebut resistor shunt (“shunt” adalah persamaan kata “paralel dengan”). Penyusunan
resistor shunt tampak seperti pada gambar berikut.
Amperemeter dirangkai paralel dengan resistor shunt

Hambatan shunt adalah R, dan hambatan kumparan galvanometer (yang membawa


arus) adalah r. Nilai R dipilih menurut penyimpangan skala penuh yang diinginkan dan
biasanya sangat kecil, mengakibatkan hambatan dalam amperemeter sangat kecil pula.

Galvanometer Pada Voltmeter

Voltmeter juga terdiri dari galvanometer dan resistor. Resistor R yang dihubungkan seri
dan biasanya besar, gambar dibawah, mengakibatkan voltmeter mempunyai hambatan
dalam yang besar.

Resistor R yang dihubung seri

Sebagai contoh, dengan menggunakan galvanometer yang hambatan dalamnya r = 30 Ω


dan sensitivitas arus skala penuh sebesar 50 mA. Kemudian dengan merancang suatu
voltmeter yang membaca dari 0 sampai dengan 15 V, apakah skala ini linier? Bila ada
beda potensial 15 V di antara kutub-kutub voltmeter, kita menginginkan arus 50 mA
mengalir melaluinya agar dihasilkan simpangan skala penuh. Dari Hukum Ohm kita
dapatkan:

15 V = (50 μA )(r + R)

maka:

R=
R = 300 kΩ – 30 Ω ≈ 300 kΩ

Bila kita perhatikan bahwa r = 30 Ω sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai R ≈ 300 k
Ω , sehingga tidak memengaruhi perhitungan secara signifikan. Skala akan kembali linier
jika tegangan yang akan diukur sebesar 6,0 V, arus yang melalui voltmeter akan sebesar:

I=

I = 2,0 × 10-5A

I = 20 μA

Ini akan menghasilkan dua per lima simpangan skala penuh, sebanding dengan nilai

tegangan: .

Voltmeter juga dapat dirangkai paralel dengan elemen rangkaian yang tegangannya
akan diukur. Voltmeter digunakan untuk mengukur beda potensial antara dua titik dan
kedua ujung kawatnya (kawat penghubung) dihubungkan ke dua titik tersebut. Makin
besar hambatan dalamnya r, maka makin kecil pengaruhnya terhadap rangkaian yang
diukur.

Voltmeter dan amperemeter mempunyai beberapa resistor seri atau shunt untuk
memberikan suatu jangkauan (range) pilihan. Multimeter merupakan alat multiukur,
dapat dipakai sebagai pengukur beda potensial, kuat arus listrik, maupun hambatan. Alat
ini juga disebut AVOmeter (AVO = Amperemeter, Voltmeter, dan Ohmmeter).

Sensitivitas multimeter biasanya ditunjukkan pada tampilannya dan dinyatakan dalam


ohm per volt (Ω /V). Skala ini yang menunjukkan ada berapa ohm hambatan pada meter
per volt pembacaan skala penuh. Contohnya, jika sensitivitas multimeter 30.000 Ω /V,
berarti pada skala 10 V memiliki hambatan 300.000 Ω . Sensitivitas arus skala penuh, Im,
merupakan kebalikan sensitivitas dalam Ω /V ( Ω /V = A -1). Misalnya, multimeter dengan
sensitivitas 30.000 Ω /V menghasilkan simpangan skala penuh pada 1,0 V di mana 30.000
Ω dirangkai seri dengan galvanometer. Ini berarti sensitivitas arus adalah:

Im =

Im= 33 μA.
3. BEDA POTENSIAL JEPIT
Pengertian tegangan jepit – Apa yang dimaksud dengan tegangan jepit? Tahukah kamu
apa itu tegangan jepit? Seperti apa pengertian tegangan jepit. Mungkin sebagian dari
kamu ada yang sudah bisa menjelaskan tentang apa arti tegangan jepit. Namun
tentunya ada juga yang belum bisa menjelaskan arti dari tegangan jepit. Untuk itulah
pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan tentang apa yang dimaksud tegangan
jepit. Di sini selain menjelaskan tentang definisi tegangan jepit juga kami berikan
penjelasan seperti apa rumus tegangan jepit, contoh tegangan jepit, beserta contoh soal
tegangan jepit dan pembahasan.

Pengertian Tegangan Jepit

"Tegangan sandal jepit" mungkin kata ini cukup asing namun dalam pelajaran fisika
pastinya kita menjumpai istilah tersebut. Inilah penjelasannya: Tegangan dari suatu
sumber tegangan sebelum mengalirkan arus listrik disebut gaya gerak listrik (GGL). Suatu
sumber tegangan, misalnya baterai mempunyai hambatan yang disebut hambatan dalam
(r) sehingga ketika baterai mengalirkan arus (pada rangkaian tertutup), tegangannya akan
menurun. Tegangan suatu sumber tegangan (baterai) setalah mengalirkan arus disebut

Tegangan Jepit
Tegangan jepit adalah perbedaan potensial yang bisa ditemukan pada sumber tegangan
antara ujung-ujung penghantar atau kedua kutub positif dan kutub negatif ketika sumber
tenganan tersebut telah terhubung antara kutub positif dan kutub negatifnya terhadap
tahanan dan telah mengalirkan arus listrik.

Rumus Tegangan Jepit

Rumus tegangan jepit pada rangkaian listrik yaitu sebagai berikut ini:
V=IxR
Keterangan:
V = Teganganjepit
I = Arus listrik yang mengalir
R = Nilai tahanan dalam suatu rangkaian

Contoh Tegangan Jepit

Contoh tegangan jepit bisa kita ambil contoh dalam praktek pengukuran tegangan pada
batu baterai, yang mana batu baterai tersebut telah terhubung dalam sebuah rangkaian
tertutup, yaitu dihubungkan ke sebuah beban misalknya yaitu lampu pijar.
Maka beda potensial yang terjadi diantara kutub positif dengan negatif pada baterai
tersebut bisa disebut sebagai tegangan jepit. Hal tersebut bisa dilihat ketika tegangan di
ukur, ternyata besarnya tidak sama dengan ketika baterai tidak dipakai untuk
menyalakan lampu pijar. Apabila sebelumnya baterai tersebut mempunyai tegangan 4,5
volt, maka ketika telah terhubung dengan rangkaian, tegangan jepitnya sebesar 4,2 volt.
4. RESISTIFITAS
Resistivitas listrik adalah salah satu metode geofisika yang menyelidiki struktur
bawah permukaan dengan menggunakan sifat - sifat kelistrikan batuan. Resistivitas
juga berfungsi untuk mengukur sifat batuan dan fluida pori (baca: minyak, gas dan
air) disepanjang lubang bor dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya.Besaran
resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam
skala logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai dengan 2000 Ohm Meter.

Metode resistivity dilakukan karena pada hakikatnya batuan, fluida dan


hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu

Pengukuran resisitivitas test telah banyak dilakukan untuk berbagai keperluan


dalam menduga keterdapatan air tanah, mineral and applikasi resistivitas dalam
teknik sipil. Setiap bahan/material akan mempunyai tahanan/resistance jika dialirkan
arus listrik. Nilai resistivitas ini tergantung pada kekompakan bahan, porositas, dan
permeabilitas bahan serta kandungan air .

Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat
dalam skala logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai dengan 2000 Ohm Meter.
Metode resistivity dilakukan karena pada hakikatnya batuan, fluida dan
hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu
Pengukuran resisitivitas test telah banyak dilakukan untuk berbagai keperluan
dalam menduga keterdapatan air tanah, mineral and applikasi resistivitas dalam
teknik sipil. Setiap bahan/material akan mempunyai tahanan/resistance jika dialirkan
arus listrik. Nilai resistivitas ini tergantung pada kekompakan bahan, porositas, dan
permeabilitas bahan serta kandungan air
Contoh untuk resisitivitas suatu medium yaitu Air garam yang memiliki konsentrasi
yang tinggi akan dapat mengalirkan listrik dengan mudah dibandingkan dengan air
tawar. Dalam suatu lapisan batuan, pori batuan tersebut akan terisi oleh
hidrokarbon dan air formasi. Zona air dominan pada suatu lapisan batuan tersebut
akan memiliki konduktivitas lebih tinggi (resistivitas rendah) dibanding pada zona
hidrokarbon dominan.
5. RESISTANSI MERUPAKAN FUNGSI SUHU
Hampir semua penghantar listrik terbuat dari metal atau logam. Tetapi tidak ada
bahan yang dapat menjadi penghantar murni. Tetapi beberapa logam merupakan
penghantar listrik yang lebih baik dibandingkan dengan lainnya. Perak, tembaga, dan
alumunium merupakan penghantar yang bagus. Besi, baja, dan arang juga dapat
menghantarkan arus listrik, tetapi resistansinya sangat tinggi. Arang (carbon) seringkali
digunakan dalam rangkaian listrik, tetapi bukan penghantar yang bagus.

Penghantar yang sangat jelek lazim disebut sebagai resistor atau resistan atau tahanan
atau penghambat. Resistor tidak memiliki elektron bebas atau sangat sedikit elektron
bebas pada atomnya. Jadi sangat sulit bagi elektron bebas tersebut bergerak melewati
ataom lainnya. Resistor atau tahanan adalah bahan listrik yang mempunyai daya hantar
listrik rendah atau mempunyai resistansi tinggi. Karena nilai resitansinya tinggi maka
resistor sering digunakan sebagai pembatas arus listrik.

Bahan listrik yang sering digunakan sebagai resitor adalah arang atau karbon, dan
nichrom.Dalam prakteknya untuk keperluan pengontrolan arus listrik digunakan
resistor-resistor praktis yang didesain dalam berbagai harga. Satuan praktis dari resistor
adalah Ohm.

Resistan listrik diukur dalam satuan ohm. Di mana satuan ohm menyatakan jumlah
resistan pada suatu rangkaian listrik. Resistan sebesar satu ohm memungkinkan adanya
emf sebesar satu volt yang menyebabkan terjadinya aliran arus melalui rangkaian
tersebut sebesar satu amper. Simbol yang digunakan untuk menyatakan satuan ohm
adalah Ω. Nilai resistan listrik pada suatu konduktor tergantung pada empat aspek
berikut:

 Bahan yang digunakan


 Diameter atau ukuran konduktor
 Panjang konduktor
 Suhu konduktor

Besarnya nilai resistansi suatu bahan konduktor dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :

Dimana :
R : resistansi konduktor, diukur dalam satuan ohm
ρ : resistivitas bahan, dalam satuan ohm.mm2/m
l : panjang konduktor, diukur dalam satuan meter (m)
A : luas penampang kawat penghantar, dalam satuan mm2
Pengaruh Suhu terhadap nilai Resitansi adalah
– menaikkan niali resistivitas pengantar logam murni dan logam campuran
– menurunkan nilai resistivitas penghantar non logam seperti elektrolit dan karbon
serta bahan isolator seperti kertas, karet, gelas dan mika.

Misalkan, suatu resistor pada suhu t0 mempunyai resistansi R0. Bila suhu resistor
naik menjadi t1, maka nilai resistansinya naik menjadi Rt. Dalam hal ini ada keanikan
milai resistansi sebesar dR, di mana:

Di mana :
α adalah konstanta yang disebut sebagai koefisien suhu
dt adalah besarnya kenaikan suhu (t1 – t0)

Sehingga dapat dituliskan:

Pengaruh suhu ini ternyata juga terjadi pada nilai resistivitas bahan konduktor dari
logam (timbal, sodium, tembaga dan alumunium). Misalkan pada t0 nilai resitivitasnya
adalah ρ0, maka pada t1 menjadi ρ1.
6. PERUBAHAN POTENSIAL.
Energi potensial adalah energi yang mempengaruhi benda karena posisi (ketinggian)
benda tersebut yang mana kecenderungan tersebut menuju tak terhingga dengan arah
dari gaya yang ditimbulkan dari energi potensial tersebut. Satuan SI untuk mengukur
usaha dan energi adalah Joule (simbol J).

Saat benda bergerak, dapat dikatakan benda memiliki energi kinetik. Akan tetapi,
benda juga kemungkinan memiliki Energi Potensial. Energi Potensial adalah energi yang
dimiliki benda karena posisinya atau bentuk maupun susunannya. Salah satu contoh
energi potensial adalah energi potensial gravitasi atau selanjutnya kita sebut Energi
Potensial. Energi Potensial disebabkan adanya gaya gravitasi. Suatu benda memiliki
energi potensial yang besar jika massanya semakin besar dan ketinggiannya semakin
tinggi.

Rumus Energi Potensial dinotasikan dengan:

Dimana :

= Energi Potensial benda (Joule)


= kecepatan gravitasi (9,8 m/s2)
= ketinggian benda (m)

Hubungan usaha dengan Energi Potensial dinotasikan dengan:

Dimana :

= perubahan ketinggian (m)

jenis Energi Potensial

1. Energi potensial gravitasi, yaitu energi yang dimiliki suatu benda karena terletak di
atas permukaan bumi.
2. Energi potensial elastisitas, ialah energi yang tersimpan pada benda yang sedang
di regangkan (misalnya, pada karet katapel dan busur panah) atau di tekan
(misalnya, pada per).
3. Energi kimia, ialah energi yang terkandung dalam suatu zat.
4. Energi listrik, ialah energi yang dimiliki muatan listrik dan arus listrik.
7. DAYA LISTRIK
Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power adalah
jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber
Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban yang
terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain, Daya
listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau rangkaian listrik. Kita
mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas), Lampu pijar menyerap daya
listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi cahaya sedangkan Heater
mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas. Semakin tinggi nilai Watt-nya
semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.

Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah
besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih singkatnya
adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan definisi tersebut,
perumusan daya listrik adalah seperti dibawah ini :

P=E/t
Dimana :

P = Daya Listrik
E = Energi dengan satuan Joule
t = waktu dengan satuan detik

Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P”
yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya
Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule
per detik (Watt = Joule / detik)

Satuan turunan Watt yang sering dijumpai diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1 miliWatt  = 0,001 Watt
1 kiloWatt = 1.000 Watt
1 MegaWatt = 1.000.000 Watt

A.USAHA LISTRIK

Energi mekanik adalah dua gabungan dari energi kinetik dan energi potensial.
Contoh benda nyata yang menggunakan energi mekanik adalah kincir angin yang
menggunakan air sebagai sumber energi yang nantinya akan dikonversikan menjadi
pembangkit listrik. Penghasil listrik yang ada di pembangkit listrik tenaga angin
adalah turbin raksasa yang berukuran sangat besar.
Sebenarnya, usaha dan energi adalah dua hal yang sangat berkaitan dan tidak bisa
dipisahkan. Hukumnya adalah dimana ada usaha pasti ada energi yang digunakan
atau dihasilkan. Contohnya adalah mesin mobil yang menggerakan ban yang
berada dalam posisi diam yang akan berubah posisi ketika ban berputar. Proses
dari bergeraknya ban dari satu posisi ke posisi yang lain inilah yang disebut sebagai
energi.

Suatu usaha dapat dilambangkan dengan W yang berarti usaha yang mempunyai
lambang J yang berarti Joule. Jika kita ingin mencari besarnya suatu gaya maka kita
akan mendapatkan sebagai W = Fx.s = (F cos ?).s = Fs cos ?. F adalah gaya yang
dilambangkan dengan N atauNewton dan s adalah perpindahan yang mempunyai
satuan meter dan ? adalah sudut antara F dan s ( derajat datau radian ). 

Ada rumus yang menjadi hubungan dari pengertian usaha dan energi. Jika kita
ingin mencari besaran energi maka kita bisa mencari 1 Nm = 1 Joule = 107 erg
sedangkan dimensi dari usaha energi adalah 1 W = E1 = ML2T-2. Beberapa jenis
energi antara lain adalah energi kinetik yang mempunyai satuan Ek= ½ m v2
sebagai energi kinetik rot dan Ek ½ m v2 sebagai energi kinetik trans.
Pelambanganya adalah sebagai berikut, m adalah massa yang mempunyai satuan
kg, v adalah kecepatan yang dilambangkan dengan m/s, l adalah momen inersia
dan w adalah kecepatan sudut. Dengan rumus ini, kita bisa mencari energi kinetik
dari suatu benda.

B.DAYA LISTRIK

Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power adalah


jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber
Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban
yang terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain,
Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau rangkaian
listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas), Lampu pijar
menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi cahaya
sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas. Semakin
tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.

Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah
besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih
singkatnya adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan
definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti dibawah ini :

P=E/t
Dimana :

P = Daya Listrik
E = Energi dengan satuan Joule
t = waktu dengan satuan detik

Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P”
yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya
Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule
per detik (Watt = Joule / detik)

Satuan turunan Watt yang sering dijumpai diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1 miliWatt  = 0,001 Watt
1 kiloWatt = 1.000 Watt
1 MegaWatt = 1.000.000 Watt

Rumus Daya Listrik

Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Daya Listrik dalam sebuah
Rangkaian Listrik adalah sebagai berikut  :

P=VxI
Atau
P = I2 R
P = V2/R

Dimana :

P = Daya Listrik dengan satuan Watt (W)


V = Tegangan Listrik dengan Satuan Volt (V)
I = Arus Listrik dengan satuan Ampere (A)
R = Hambatan dengan satuan Ohm (Ω)

E. KALOR YANG TIMBUL

Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara
umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan
mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung
oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor
yang dikandung sedikit.

Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan
suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
8. HAMBATAN EKIVALEN & RANGKAIAN SEDERHANA.
A.Hubungan Seri Resistor
Rangkaian Resistor adalah salah satu komponen elekronika yang berfungsi
sebagai penahan arus yang mengalir dalam suatu rangkaian dan berupa terminal
dua komponen elektronik yang menghasilkan tegangan pada terminal yang
sebanding dengan arus listrik yang melewatinya sesuai dengan hukum Ohm (V =
IR).

Berdasarkan nilai tahanan dari sebuah resistor dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu resistor dengan nilai tahanan tetap (fixe) dan resistor dengan nilai tahanan
dapat diubah (variabel).

Fungsi dari Komponen Resistor adalah sebagai penghambat listrik dan juga
dipergunakan sebagai pengatur arus listrik dalam rangkaian Elektronika. Satuan
pengukuran Resistor (Hambatan) adalah OHM (Ω). Dalam Rangkaian Elektronika,
Resistor atau Hambatan ini sering disingkat dengan huruf “R” (huruf R besar).

Rangkaian Seri Resistor

Rangkaian Seri Resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau
lebih Resistor yang disusun secara sejajar atau berbentuk Seri. Dengan Rangkaian
Seri ini kita bisa mendapatkan nilai Resistor Pengganti yang kita inginkan.

Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah :


Rtotal = R1 + R2 + R3 + ….. + Rn
Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n

B.Hubungan Paralel Resistor


Rangkaian Paralel Resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau
lebih Resistor yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel. Sama seperti
dengan Rangkaian Seri, Rangkaian Paralel juga dapat digunakan untuk
mendapatkan nilai hambatan pengganti. Perhitungan Rangkaian Paralel sedikit
lebih rumit dari Rangkaian Seri.

Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah :

1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….. + 1/Rn


Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n

Anda mungkin juga menyukai