Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
pancasila tentang pancasila dalam kajian sejarah bangsa indonesia. Selain itu tujuan
dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah ilmu tentang pengetahuan
Pancasila.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ardiansyah S.H., M.Kn selaku
dosen Pancasila kami yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah
ini dan bertujuan menerapkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri di dalam kehidupan sehari-
hari kami.
Akhirnya kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca amin.
Penulis,
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
ii
BAB I
A. PENGERTIAN IDEOLOGI
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh ideologi. Aktual, karena kajian ideologi tidak
pernah usang dan ketinggalan jaman. Harus disadari bahwa tanpa ideologi yang
mantap dan berakar pada nilai-nilai budaya sendiri, suatu bangsa akan mengalami
Telah terjadi pergeseran arti begitu rupa sehingga ideologi dewasa ini merupakan
istilah dengan pengertian yang kompleks. Ideologi secara etimologis berasal dari
kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita. Kata
idea berasal dari bahasa Yunani ideos yang berarti bentuk atau idean yang berarti
melihat, sedangkan logos berarti ilmu. Dengan demikian ideologi berarti ilmu
pengertian-pengertian dasar. Ide dapat di artikan cita-cita yang bersifat tetap dan
terdapat suatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di
suatu pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong
praktis.
sebagai sistem pemikiran yang tertutup. Bentuk ini mengacu pada ideologi yang
adanya kepatuhan.
ketat oleh aparat negara. Dalam masyarakat, ideologi yang diperkenankan hidup
hanya ideologi yang diakui negara saja. Sebagai contoh komunisme di era
tegaknya Uni Soviet, fasisme di Itali dan nazisme di Jerman era Hitler.
yang terbuka juga disebut sebagai ideologi yang tidak ketat karena ajaran-
negara dan pelaksanaannya tidak diawasi secara ketat oleh negara. Ideologi ini
Secara konsep, Ideologi dibagi menjadi dua bagian. Adapun bagian tersebut
yaitu:
1. Way Of Life
Way Of Life adalah Islam. Islam mengajarkan segala hal mengenai kehidupan
ini. Islam mengajarkan secara kompleks dan jelas. Di dalam Islam, dari hal
terkecil seperti bangun tidur dan buang air kecil sampai hal yang besar seperti
Tuhan.
2. Sekuler
racun. Proses dalam sekuler tidak pernah menjadi prioritas utama, melainkan
walaupun buruk dipandang secara kemanusiaan dan agama. Di dunia ini kita
seperti:
a) Liberalisme
Liberalisme adalah suatu ideologi atau ajaran tentang negara, ekonomi dan
mufakat.
b) Kapitalisme
pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasar
Tengah pada Abad Pertengahan. Pada dasarnya inti dari merkantilisme dan
c) Komunis / Marxisme
Marx dan Engels dalam kehidupan ini, "yang primer" dianggap sebagai
d) Sosialisme
sosialisme. Pada Abad ke-19 dan ke-20, sosialisme merupakan salah satu
kesempatan. Halangan utama adalah hak milik pribadi yang tidak terbagi
rata. Ciri khas sosialisme ialah tuntutan penghapusan atau pembatasan hak
Hal itu dikemukakan oleh Soeharto dalam acara pembukaan Penataran Calon
Manggala BP-7 Pusat143 pada 10 November 1986, dan diulangi dalam pidato
baru yang tegar dan kreatif untuk mengamalkan Pancasila dalam menjawab
mengokohkan kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara. Akan tetapi lebih dari
pada itu, kedua usaha tersebut merupakan bahagian penting dari proses untuk
Pancasila memiliki lima sila yang saling berkaitan antara satu sama lain.
Urutan sila – sila pada Pancasila merupakan hasil rumusan yang sangat panjang
antara para ahli. Penempatan sila Ketuhanan yang Maha Esa pada sila pertama
dimaksudkan agar tidak hanya menjadi dasar untuk saling menghormati antar
agama, melainkan juga menjadi dasar yang kuat untuk memimpin ke jalan
sila Ketuhanan di bagian atas dimaksudkan agar negara dan pemerintah mendapat
dasar moral.
praktek hidup dari Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan sila kedua, maka dalam
dengan adanya jaminan hak hidup dan hak atas keselamatan seseorang.
Indonesia adalah satu, tak terpecah belah dan hal ini diperkuat dengan lambang
wilayah dan keragaman suku bangsa, adat, bahasa daerah, agama dan bahasa.
Hanya dengan dasar persatuan ini bangsa dan negara tetap utuh dan bila persatuan
ini terpecah belah, Indonesia pun runtuh. Oleh sebab itu, persatuan Indonesia
oleh bangsa Indonesia bukanlah kerakyatan yang mencari suara terbanyak tapi
sila Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan beradab, maka kerakyatan harus
Terakhir, sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini
merupakan salah satu tujuan negara yakni mencapai Indonesia yang adil dan
makmur, untuk itu menjadi jiwa bagi pasal-pasal dalam UUD’45, seperti dalam
pasal 27 disebutkan bahwa warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
Nila-nilai luhur dari agama (termasuk dan terutama Islam) dan budaya yang
yang relatif kokoh. Kokohnya ideologi Pancasila telah terbukti dengan daya
tahannya yang tinggi terhadap segala gangguan dan ancaman dari waktu ke
waktu, sehingga sampai saat ini tetap eksis sebagai falsafah dan landasan serta
Dalam benturan ini muncul dua kutub ekstrem, yang sama-sama tidak
menguntungkan bagi ideologi Pancasila, yaitu kutub anti Pancasila dan kutub anti
Islam. Di satu sisi Pancasila dianggap aturan thoghut, namun di sisi lain Islam
Islam sebagai agama yang dipeluk secara mayoritas oleh bangsa ini tentu
memiliki relasi yang sangat kuat dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat
disimak dari masing-masing sila yang terdapat pada Pancasila berikut ini:
tidak hanya berwujud pengakuan dan pernyataan saja. Akan tetapi, harus
agama, baik dalam konteks hubungan vertikal kepada Allah maupun hubungan
Hadikusumo, ketika ada usulan yang kuat untuk menghapus 7 kata “dengan
pengganti dengan “Yang Maha Esa”. Dalam pandangan beliau Ketuhanan Yang
Prinsip kemanusiaan dengan keadilan dan keadaban adalah juga menjadi ajaran
setiap agama yang diakui oleh negara Indonesia, termasuk Islam. Dalam ajaran
Islam, prinsip ini merupakan manifestasi dan pengamalan dari ajaran tauhid.
Orang yang bertauhid wajib memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi dengan
Adil dalam Islam bukan berarti adil dalam artian pukul rata untuk semua
menempatkan sesuatu pada tempat yang seharusnya. Adil dalam artian pukul
rata bukanlah arti yang relevan bagi bangsa ini. Jika negara ini menggunakan
tafsiran seperti itu, maka kedzholiman di bangsa ini akan terus merajalela di
berbagai sektor kehidupan. Demikian juga konsep beradab (berkeadaban)
3. Persatuan Indonesia.
Ajaran Islam memerintahkan agar umat Islam menjalin persatuan dan kesatuan
antar manusia dengan kepemimpinan dan organisasi yang kokoh dengan tujuan
sesuatu yang membawa maslahat bagi umat manusia dan mencegah berbagai
Permusyawaratan/Perwakilan.
Prinsip yang ada pada sila keempat ini merupakan serapan dari nilai-nilai Islam
Founding father kita, Presiden Soekarno mengambil ajaran Islam sebagai asas
sila keempat ini. Soekarno sangat jenius dalam memutuskan sila ini. Soekarno
Saat ini sekularisasi Pancasila telah merasuki bangsa ini dalam bentuk
praktek hidup yang tidak bermoral, baik dilakukan oleh rakyat biasa maupun para
pemimpin dan pejabat negara. Praktek hidup bangsa ini mengalami pengeringan
Lady Gaga. Ini jelas contoh konkret pengeringan nilai-nilai agama yang sangat
kepemimpinan dan dekadensi moral yang dalam bahasa Prof Dien Syamsuddin
disebut dengan “accumulated global damage” adalah bukti nyata dari sekularisasi
Pancasila ini. Oleh karena itu, semestinya negara sebagaimana amanah Pancasila
Pancasila memang berasal dari Kerajaan Majapahit yang berarti Lima Dasar.
Tetapi hanya sebatas nama saja. Isi dari lima dasar tersebut, bukan lah hasil buah
pemikiran rakyat pribumi, baik Soekarno maupun para nasionalis lainnya. Hal ini
bisa kita lihat sesuai dengan isi pidato Soekarno pada sidang BPUPKI 1 Juni
1945.
Berikut beberapa kutipan dari pidato Soekarno yang berkaitan dengan pencetusan
1. ”...Saya tahu, banyak juga orang-orang Tionghoa klasik yang tidak mau
mereka berkata bahawa tidak ada bangsa Tionghoa, tidak ada bangsa
Arab, tetapi semuanya ”peri kemanusiaan”. Tetapi Dr. Sun Yat Sen bangkit,
Tionghoa ! ...”
pertama dari Pancasila nya. Jadi, sila ini disunting oleh Soekarno dari ajaran
Kita, saya pun adalah orang Islam – maaf beribu-ribu maaf keislaman saya
dada dan melihat saya punya hati, Tuan-Tuan akan dapati tidak lain tidak
bukan hati Islam. Dan hati Islam Bung Karno ini, ingin membela Islam
Barat.
4. ”Prinsip nomor empat sekarang saya usulkan. Saya dalam tiga hari ini
prinsipnya ”San Min Chu I” ialah Mintsu, Min Chuan, Min Sheng :
Pancasila nya berasal dari prinsip San Min Chu I karya Dr. Sun Yat Sen.
kelima dari Pancasila nya. Sekali pun Ir. Soekarno berusaha menafsirkan
bahawasanya sila tersebut disunting dari ajaran Islam, bukan dari budaya
pribumi Indonesia.
KESIMPULAN
Islam dan Pancasila bukanlah dua ideologi yang saling berbenturan. Islam adalah sebuah
ajaran yang utuh, yang mengedepankan nilai-nilai Ketuha-nan sekaligus kemanusiaan dan
kemasyarakatan. Khazanah Islam telah diletakkan sebagai fondasi dalam ideologi Pancasila.
Islam bukanlah Pancasila, akan tetapi nilai-nilai Islam telah masuk ke dalam Pancasila yang
hingga kini digunakan sebagai ideologi bangsa Indonesia. Perdebatan antara golo-ngan Islam
dan golongan Nasionalis harus menya-dari bahwasanya Islam dan Pancasila mampu
menciptakan proses dialogis, sehingga tak perlu lagi dibenturkan dalam dua ideologi yang
saling bertolak belakang sekaligus berhadap-hadapan. Kemampuan para Bapak Bangsa dalam
meletakkan fondasi ideologi bangsa yaitu Pancasila mulai dengan fondasi tauhid sebagai
sokoguru utama Pancasila yang mewarnai sila-sila dalam Pancasila mengakhiri benturan
tersebut. Berdasarkan fakta dan data yang telah terungkap dalam pemaparan
sepanjang Bab Lima ini, maka kesimpulan yang ingin penulis huraikan
disini adalah :