Anda di halaman 1dari 48

I.

PENDAHULUAN

D alam kehidupan sehari-hari kita kebanyakan mengunakan peralatan listrik untuk beraktivitas. Biasanya
pada peralatan rumah tangga seperti kulkas, TV, setrika listrik, lampu dan sebagainya. Dalam
pemakaian, arus listrik yang mengalir mempunyai harga konstan. Hal tersebut berarti rapat arusnya juga
tetap, dan selanjutnya kecepatan rata-rata pembawa muatan besarnya juga tetap. pengukuran besarnya
nilai suatu tahanan dapat dilakukan dengan menggunakan penerapan hukum Ohm dengan rangkaian suatu
hambatan dan juga dengan rangkaian seri dan paralel. Untuk memahami penggunaan metode ini maka
dilakukan percobaan hukum Ohm dan rangkaian Seri dan Paralel.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat di ambil rumusan masalah senagai berikut
“Bagaimana hubungan arus dan tegangan terhadap nyala lampu, dan bagaimana nyala lampu, serta arus
dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel ?”

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu mengukur besarnya tahanan dari suatu hambatan
(lampu) dengan menerapkan hukum Ohm dan memahami perbedaan rangkaian seri dan paralel, serta
mengukur besarnya nilai suatu tahanan yang dirangkai seri dan paralel.

II. KAJIAN TEORI

Arus listrik didefinisikan sebaga aliran partikel-partikel bermuatan listrik positif yang mengalir dari
titik berpotensial tinggi ketitik berpotensial rendah. didalam penghantar kawat,sesungguhnya elektronlah
yang bergerak dari titik berpotensi rendah ketitik berpotensi tinggi. Jadi,arah arus listrik berlawanan
dengan arah arus listrik. Besaran fisika yang menyalakan kuantitas arus listrik adalah kuat arus listrik
(simbol I), yang didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik positif Q yang mengalir melalui
penambang seutas kawat penghantar persatuan waktu.

Berdasarkan kemampuan penghantar arus listrik, bahan dibagi 4 kelompok:

1. Konduktor,yaitu kelompok yang mudah menghantar arus listrik karena memiliki hambatan
listrik rendah.

2. Isolator,yaitu kelompok yang sanagat sukar menghantarkan arus listrik atau tidak dapat
dilalui oleh arus pada tegangan rendah.

3. Semi konduktor, yaitu kelompok bahan yang berada diantara konduktor dan isolator,dan
digunakan sebagai penyerah (rectifler),yaitu komponen listrik yang arus listrik hanya mengalir dalam satu
arah.

4. Superkonduktor, adalah konduktor ideal yaitu konduktor yang hambatan listriknya nyaris
nol.[1]
Ada dua jenis muatan listrik, yaitu muatan negatif dan muatan positif.muatan negatif adalah muatan
yang sejenis dengan muatan ebonit yang digosok dengan kain wol,sedangkan muatan positif adalah
muatan yang sejenis dengan muatan kaca yang digosok dengan sutra. Pada pengukuran kuat araus
ampermeter dirangkai seri secara garis besar ada dua macam alat untuk mengekur kuat arus yaitu
ampermeter analog dan ampermeter digital.[2]

Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkainan dibutuhkan beda potensial V yang diberikan ke
ujung-ujung :

I~V

Sebagai contoh, jika kita menghubungkan kawat kebaterai 6V, aliran arus akan dua kali lipat
dibandingkan jika dihubungkan kebaterai 3V.

Besarnya aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan
yang diberikan kawat terhadap aliran elektron. Makin tinggi hambatan maka makin kecil arus untuk
suatu tegangan V. Kemudian mendefinisikan hambatan sehingga arus berbanding terbalik dengan
hambatan diatas, kita dapatkan:

..............................(1)

Dimana R =hambatan kawat,V adalah beda potensial yang melintasi alat tersebut,dan I adalah arus yang
mengalir pada alat tersebut,dan I adalah arus yang mengaliir padanya.Hubungan sering dikenal sebagai
hukum ohm dan dituliskan.[3]

..............................(2)

Besaran R disebut hambatan atau resistansi. Satuan resisistansi ialah VA-1 dan disebut ohm, dan
seringkali dinyatakan dengan huruf Yunani Omega, yaitu W. Harga hambatan yang sering digunakan
ialah 1 kilo ohm = 1 k W = 1 K = 1000 W dan 1 mega ohm = 1 M W = 1 m= 1 Mega = 106 W.

Dalam rangkaian listrik banyak digunakan resistor, yaitu suatu komponen yang diuat agar mempunyai
harga resistensi tertentu.

Harga resistivitas beberapa macam bahan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Resistivitas pada temperatur kamar


konduktor (ohm-meter) Isolator (Ohm-meter)

Alumunium 2,63 × 10-8 Gelas 1010 - - - 1014

Karbon 3500 × 10-8 Mika 1011 - - - 1015

Tembaga 1,72 × 10-8 Kwarsa 1018

Perak 1,47 × 10-8


kayu 108 - - - 1011
-8
Wolfram 5,51 × 10

Bahan dengan resistivitas antara logam dan Isolator disebut Semi konduktor.

Grafik persamaan 1 dapat dilukiskan seperti pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Grafik bahan bersifat Ohmik. Grafik i (v) adalah linear.

Dalam persamaan 1 harga R tak tergantung pada i, sehingga grafik i (v) bersifat linear. Bahan dengan
sifat seperti ini dikatakan bersifat Ohmik.

Pada harga arus yang besar temperatur bahan menjadi tinggi, dan resistansi bahan menjadi bergantung
pada arus.

Grafik i (v) tidak linear lagi, dan bahan tak lagi bersifat Ohmik. Aliran listrik dalam gas menyala, tidak
bersifat Ohmik. Hukum Ohukum Ohm, tidak berlaku disini.

Sebelum menggunakan hukum Ohm, telitilah lebih dahulu apakah bahan bersifat Ohmik. Bila tidak,
hukum Ohm tak berlaku.[4]

Hukum Ohm adalah pernyataan yang tegas bahwa arus yang melalui suatu alat selalu berbanding lurus
terhadap beda potensial yang diaplikasikan pada alat tersebut.[5]

Faktorfaktor yang mempengaruhi hambatan seutas kawat listrik.


1) Jenis Jalan (jalan barbatu dengan jalan beraspal. Jenis jalan (jan is jalan bahan kawat) ditampilkan
oleh besaran hambatan jenis kawat (r). Makin besar hamabatan jenis kawat, maka makin besar hambatan
listriknya.

2) Panjang jalan (L), maka besar (panjang) kawat, makin besar juga hambatan listriknya.

3) Luas jalan (A) atau luas penampang kawat. Makin besar penampang kawat, makin kecil hambatan
listriknya.[6]

Bila arus listrik mengalir dalam suatu rangkaian yang hanya terdiri dari satu sumber tegangan
dan satu hambatan, menurut hukum Ohm yang berlaku :

.......................(3.1)

Dimana : V = tegangan antara titik A dan B

I = arus listrik yang melewati titik AB

R = Hambatan AB

Gambar 2. Rangkaian Hukum Ohm

Bila arus yang masuk ke dalam rangakaian diketahui dan tegangan yang melewati hambatan
dapat diukur. Maka nilai hambatan bisa hitung dengan persamaan dari hukum Ohm di atas. Rangkaian
hukum Ohm yang sangat sederhana, hanya terdiri dari satu hambatan, tetapi bila didalam rangkaian terdiri
atas lebih dari suatu hambatan yang disusun antara titik a dan b membentuk hanya satu titik lintasan
antara kedua titik maka rangkaian hambatan disebut rangkaian seri. Bila hanya ada satu titik lintasan,
maka araus yang mengalir sama besarnya untuk masing-masing hambatan di dalam rangkaian tersebut.
Gambar 3. Rangkaian Seri dari dua Hambatan

Pada rangkaian seri berlaku :

..........................(3.1)

Dengan menggunakan hukum Ohm diperoleh bahwa :

.........................(3.3)

Hambatan-hambatan akan dikatakan paralel bila masing-masing hambatan mempunyai lintasan alternatif
antara titik a dan b. Dalam rangkaian paralel beda tegangan pada masing-masing hambatan sama
besarnya.
Gambar 4. Rangkaian paralel dari Dua Hamabatan

Pada rangkaian paralel berlaku

................(3.4)

Sedangkan arus yang mengalir pada hambatan adalah

....................(3.5)

Sehingga diperoleh[7]
.......................(3.5)

III. METODE PERCOBAAN

Pada percobaan Hukum Ohm dan rangkaian seri-paralel ini diperlukan peralatan seperti 2 buah lampu
dengan tegangan 3,8 volt, 2 buah tempat lampu, sebuah sumber tegangan DC, 2 buah ampermeter DC (0-
5A), 2 buah voltmeter DC (0-10V), 12 buah kabel penghubung, dan sebuah tahanan geser.

Gambar 5.1. Peralatan Percobaan

Adapun rumusan hipotesis dari percobaan kali ini arus yang mengalir selalu berbanding lurus terhadap
beda potensial dan jika tegangan diperbesar dan kuat arus diperkecil maka hambatannya semakin besar.

Pada percobaan kali ini meliputi tiga kegiatan dimana pada masing-masing kegiatan terdiri dari tiga kali
percobaan. Adapun identifikasi dan defininsi operasional variabel percobaan ini sebagai berikut.

v Pada kegiatan I yaitu rangkaian satu hambatan atau penerapan hukum Ohm. Variabel manipulasi
yang digunakan ialah tahanan geser, yaitu dengan mengubah-ubah tahanan geser sehingga diperoleh arus
dan tegangan yang berbeda. Variabel kontrolnya adalah lampu, tempat lampu, ampermeter, voltmeter,
tahanan geser, sumber tegangan dan kabel penghubung, yaitu selama percobaan menggunakan lampu 3,8
volt, tempat lampu, ampermeter DC (0-5A), voltmeter (0-10V), tahanan geser, sumber tegangan sebesar 3
volt dan 6 buah kabel penghubung yang sama. Dan variabel yang direspon adalah kuat arus I dan
tegangan V, yaitu mengukur kuat arus menggunakan ampermeter dan tegangan menggunakan voltmeter.

v Pada kegiatan II yaitu rangkaian seri. Variabel manipulasi yang digunakan ialah tahanan geser, yaitu
dengan mengubah-ubah tahanan geser sehingga diperoleh arus dan tegangan yang berbeda. Variabel
kontrolnya adalah lampu, tempat lampu, ampermeter, voltmeter, tahanan geser, sumber tegangan dan
kabel penghubung, yaitu selama percobaan menggunakan lampu 3,8 volt, tempat lampu, ampermeter DC
(0-5A), voltmeter DC (0-10V), tahanan geser, sumber tegangan sebesar 6 volt dan 12 buah kabel
penghubung yang sama. Dan variabel yang direspon adalah tegangan V, V1, V2, dan kuat arus I, yaitu
mengukur tegangan terbagi V, serta mengukur tegangan V1 dan V2, dan mengukur kuat arus I.

v Pada kegiatan III taitu rangkaian paralel. Variabel manipulasi yang digunakan ialah tahanan geser,
yaitu dengan mengubah-ubah tahanan geser sehingga diperoleh arus dan tegangan yang berbeda. Variabel
kontrolnya adalah lampu, tempat lampu, ampermeter, voltmeter, tahanan geser, sumber tegangan dan
kabel penghubung, yaitu selama percobaan menggunakan lampu 3,8 volt, tempat lampu, ampermeter DC
(0-5A), voltmeter DC (0-10V), tahanan geser, sumber tegangan sebesar 6 volt dan 12 buah kabel
penghubung yang sama. Dan variabel yang direspon adalah kuat arus I, I1, I2, dan kuat tegangan V, yaitu
mengukur arus terbagi I, serta mengukur kuat arus I1 dan I2, dan mengukur tegangan V.

Adapun prosedur kerja dalam percobaan kali ini sebagai berikut.

Ø Pada kegiatan I menggunakan rangkaian satu hambatan atau hukum Ohm. Pertama-tama merangkai
peralatan seperti pada gambar 5.2. kemudian menghubungi pembimbing untuk memriksa rangkaian
tersebut.

Gambar 5.2. rangkaian hukum Ohm

Jika rangkaian sudah benar, nyalakan power supplay pada tegangan 3 volt. Kemudian mencatat nilai
tegangan pada voltmeter dan nilai arus pada ampermeter pada tabel 1. Selanjutnya, mengubah tahanan
geser agar diperoleh nilai tegangan dan arus yang berbeda-beda (dalam percobaan kali ini dilakukan
sebanyak tiga kali). Dari data nilai tegangan dan arus yang telah diperoleh, selanjutnya membuat grafik
hubungan antara V terhadap I, kemudian menghitung nilai tahanan beserta ralatnya dengan analisis
grafik.

Ø Pada kegiatan II menggunakan rangkaian seri. Pertama-tama merangkai peralatan seperti pada gambar
5.3. menghubungi pembimbing untuk memeriksa rangkaian.
Gambar 5.3. rangkaian Seri

Jika rangkaian sudah benar, menyalakan power supplay dengan tegangan 6 volt. Kemudian, mencatat
nilai arus I dan tegangan V, V1, dan V2 yang terbaca pada alat ukur ampermeter dan voltmeter tersebut,
pada tabel 2. Selanjutnya, mengubah tahanan geser agar diperoleh nilai tegangan dan arus yang berbeda-
beda (dalam percobaan kali ini dilakukan sebanyak tiga kali). Dari data nilai tegangan dan arus yang telah
diperoleh, selanjutnya membuat grafik hubungan antara V terhadap I, kemudian menghitung nilai tahanan
beserta ralatnya dari hambatan 1 dan 2.

Ø Pada kegiatan III rangkaian paralel. Pertama-tama merangkai peralatan seperti pada gambar 5.4.
menghubungi pembimbing untuk memeriksa rangkaian.

Gambar 5.4. rangkaian Paralel

Jika rangkaian sudah benar, menyalakan power supplay dengan tegangan 6 volt. Kemudian, mencatat
nilai arus I, I1, dan I2, serta tegangan V yang terbaca pada alat ukur ampermeter dan voltmeter tersebut,
pada tabel 3. Selanjutnya, mengubah tahanan geser agar diperoleh nilai tegangan dan arus yang berbeda-
beda (dalam percobaan kali ini dilakukan sebanyak tiga kali). Dari data nilai tegangan dan arus yang telah
diperoleh, selanjutnya membuat grafik hubungan antara V terhadap I, kemudian menghitung nilai tahanan
beserta ralatnya dari hambatan 1 dan 2.

Setelah diperoleh hasil pada setiap percobaan, menghitung hambatan menggunakan persamaan
berikut.

.........................(4)

Dengan rambat ralatnya

..........................(5)

IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan hukum Ohm & rangkaian seri dan paralel untuk mengukur nilai suatu tahanan. Ketika
pada percobaan hukum Ohm menggunakan sumber tegangan sebesar 3,8 volt dan pada percobaan
rangkaian seri dan paralel sumber tegangannya sebesar 6 volt. Sehingga diperoleh data percobaan sebagai
berikut.

Tabel 1. Rangkaian satu hambatan (Hukum Ohm)

PERCOBAAN (V±0,05) (I±0,005)


KE- VOLT AMPERE

1 2,40 0,220

2 1,60 0,200

3 0,80 0,120

Tabel 2. Rangkaian Seri


(V±0,05) (V1±0,05) (V2±0,05) (I±0,005)
NO
V V V A

1 5,60 2,80 2,60 0,240

2 4,40 2,20 2,00 0,220

3 3,40 1,80 1,60 0,200

Tabel 3. Rangkaian Paralel

(V±0,05) (I1±0,005) (I2±0,005) (I±0,005)


NO
V A A A

1 3,00 0,320 0,100 0,620

2 2,60 0,240 0,080 0,420

3 1,60 0,180 0,060 0,320

Berdasarkan data hasil percobaan tersebut, akan diperoleh nilai suatu hambatan pada masing-masing
rangkaian denggan menggunakan persamaan 4 dengan ralatnya menggunakan persamaan 5. Pada kegiatan
I yaitu rangkaian satu hambatan, dapat dilihat rangkaiannya pada gambar 5.2. Sumber tegangan yang
digunakan pada percobaan dalam kegiatan ini sebesar 3 volt, telah diperoleh nilai tahan R pada percobaan
pertama sebesar (1,090±0.046)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 4,26% sehingga diperoleh
derajat kepercayaannya sebesar 95,74%. Pada percobaan kedua telah diperoleh nilai R sebesar
(0,800±0.045)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 5,6% sehingga diperoleh derajat
kepercayaannya sebesar 94,4%. Dan Pada percobaan ketiga telah diperoleh nilai R sebesar
(0,66±0.06)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 10,4% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya
sebesar 89,6%. Jika hasil pengukuran tegangan dan kuat arus dari nilai tahan tiga kali percobaan tersebut
dihubungkan menggunakan grafik akan tampak seperti dibawah ini.
Dari grafik tersebut dapat dilihat hubungan antara tegangan terhadap kuat arus, bahwa arus listrik
berbanding lurus dengan beda potensial (tegangan) , secara matematis dituliskan

I~V

Semakin besar arus listrik, maka tegangan juga akan semakin besar, dan jika arus listrik diperbesar dan
tegangan diperkecil maka hambatannya akan semakin kecil. Karena hambatan berbanding lurus dengan
tegangan dan berbanding terbalik dengan kuat arus. Sehingga nyala lampu pada percobaan ini dari
percobaan pertama yang mulanya terang, sampai pada percobaan kedua dan ketiga yang semakin
meredup ketika hambatannya semakin kecil.

Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa hukum ohm berlaku pada percobaan kali ini.
Meskipun demikian, percobaan pada kegiatan I ini masih belum sempurna, dapat dilihat dari
kesalahan relatif yang diperoleh dari nilai hambatan R pada percobaan ketiga yang lebih dari 10%, hal
tersebut dikarenakan ketidaktelitian dalam membaca alat ukur ataupun kondisi alat yang kurang baik lagi.

Pada kegiatan II yaitu menggunakan Rangkaian Seri, dapat dilihat dari gambar 5.3. dengan
sumber tegangan sebesar 6 volt, telah diperoleh nilai tahan R pada percobaan pertama sebesar
(2,33±0.06)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 3% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya
sebesar 97%. Pada percobaan kedua telah diperoleh nilai R sebesar (2,00±0.06)101 W, dengan kesalahan
relatifnya sebesar 3,41% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 96,59%. Dan Pada
percobaan ketiga telah diperoleh nilai R sebesar (1,70±0,06)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar
4% sehingga diperoleh derajat kepercayaannya sebesar 96%. Ketiga nilai tersebut merupakan nilai
hambatan R terbagi, sedangkan nilai hambatan R teoritisnya yang diperoleh melalui persamaan

R = R1+R2 pada ketiga percobaan secara berurutan masing-masing sebesar 22,4 W; 19,09 W; 17 W.
Dapat dilihat bahwa hasil perhitungan secara teoritis masih berbeda dengan percobaan, kecuali pada
percobaan 3 saja yang nilainya sama. seharusnya nilai hambatan dari kedua persamaan tersebut pada
masing-masing percobaan itu sama. Hal tersebut dikarenakan kurang telitinya dalam mengukur skala
pada ampermeter ataupun voltmeter.

Pada kegiatan III yaitu menggunakan Rangkaian Paralel, dapat dilihat dari gambar 5.4. sumber
tegangan yang digunakan sebesar 6 volt, telah diperoleh nilai tahan R pada percobaan pertama sebesar
(0,484±0,012)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 2,48% sehingga diperoleh derajat
kepercayaannya sebesar 97,52%. Pada percobaan kedua telah diperoleh nilai R sebesar
(0,619±0.020)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 3,2% sehingga diperoleh derajat
kepercayaannya sebesar 96,,8%. Dan Pada percobaan ketiga telah diperoleh nilai R sebesar
(0,500±0,023)101 W, dengan kesalahan relatifnya sebesar 4,68% sehingga diperoleh derajat
kepercayaannya sebesar 95,32%. Hasil tersebut merupakan nilai hambatan R terbagi atau berdasarkan
percobaan. Sedangkan nilai hambatan R total atau R teoritisnya yang diperoleh melalui persamaan
berikut.
Telah diperoleh nilai teoritisnya dari ketiga percobaan secara berurutan masing-masing adalah sebesar
7,14 W; 8,12 W; 6,66 W. Perbedaan hasil antara kedua percobaan ini juga dikarenakan ketidaktelitian
dalam mengukur kuat arus pada ampermeter dan tegangan pada voltmeter.

Kemungkinan perbedaan nilai dari persamaan teoritis dengan persamaan percobaan pada
rangkaian seri ataupun rangkaian paralel ini juga dipengaruhi kerja ampermeter ataupun voltmeter yang
menjadi kurang stabil, karena saat dilakukan percobaan ada beberapa kabek yang tidak berfungsi
sehingga saat dinyalakan sumber tegangan lampu tidak menyala, sementara itu ampermeter dan voltmeter
telah bekerja. Dan kemudian sumber tegangan dimatikan kembali untuk mengganti kabel yang tidak
berfungsi.

Bardasarkan percobaan yang telah dilakukan nyala lampu pada ketiga kegiatan tersebut, masih belum
sesuai dengan teori bahwa semakin kecil hambatan maka nyala lampu akan semakin terang, pada
percobaan yang telah dilakukan nyala lampu pada hambatan yang besar lebih terang dibandingkan pada
yala lampu pada hambatan yang kecil. Kemungkinan kesalahan praktikum ini terjadi karena kondisi alat
tahanan geser yang bekerja dengan kurang baik, serta kurang telitinya dalam membaca alat ukur.

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh antara rangkaian seri dan paralel, pada rangkaian
seri hambatan R yang terbagi sangat besar dibandingkan hambatan R yang terbagi pada rangkaian paralel.
Hal tersebut dikarenakan pada rangkaian seri, kuat arus I tidak hanya mengaliri arus pada tegangan V
saja, tetapi juga mengaliri arus pada tegangan V1 dan V2, sehingga arus yang mengalir sedikit yang
menyebabkan hambatannya semakin besar. Oleh karena itu, pada rangkaian seri nyala lampu lebih redup.
Sedangkan pada rangkaian paralel, banyaknya arus I hanya mengaliri arus pada tegangan V saja, selain
itu juga hambatan juga dialiri oleh arus I1 dan I2 sehingga arusnya semakin besar dan nilai hambatan
semakin kecil yang menyebabkan nyala lampu lebih terang dibandingkan pada rangkaian seri.

V. SIMPULAN

Pada percobaan rangkaian satu hambatan atau Hukum Ohm telah diperoleh nilai
hambatan pada tiga kali percobaan sebesar (2,33±0.06)101 W, (2,00±0.06)101 W,
dan(1,70±0,06)101 W. Berdasarkan hasil tersebut hukum Ohm berlaku bahwa I~V.

Pada rangkaian seri telah diperoleh nilai hambatan R tiga kali percobaan menggunakan
persamaan 4 sebesar (2,33±0.06)101 W, (2,00±0.06)101 W, dan (1,70±0,06)101 W. Hasil tersebut masih
berbeda dengan menggunakan persamaan R = R1+R2, keculi pada percobaan tiga saja yang hasinya sama.
Pada masing-masing percobaan harga R secara berurutan sebesar 22,4 W; 19,09 W; 17 W.

Pada rangkaian paralel sebanyak tiga kali percobaan telah diperoleh nilai hambatan
sebesar (0,484±0,012)101 W, (0,619±0.020)101 W, dan (0,500±0,023)101 W, hasil tersebut juga msih
berbeda dengan perhitungan menggunakan persamaan
Yaitu pada masing-masing percobaan sebesar 7,14 W; 8,12 W; 6,66 W.

Hal tersebut juga dikarenakan pada percobaan rangkaian seri ataupun paralel terjadi ketidaktelitian dalam
membaca alat ukur. Dan kemungkinan kerja ampermeter ataupun voltmeter yang tidak stabil akibat kabel
yang tidak berfungsi dengan baik.

Dalam rangkaian seri dan rangkaian paralel ini, nyala lampu pada rangkaian paralel lebih
terang dibandingkan rangkaian seri. Hal tersebut dikarenakan hambatan pada rangkaian paralel lebih kecil
dibandinkan rangkaian seri. Pada rangkaian seri, seri arus yang mengalir pada hambatan lebih kecil
dibandingkan tegangan sehingga mengakibatkan hambatan semakin besar. Sedangkan pada rangkaian
paralel, tegangannya lebih kecil yang dialiri arus yang besar sehingga hambatannya semakin kecil.

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum ohm merupakan besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar dan berbanding lurus
dengan beda potensial yang diterapkan padanya. Hukum ohm yang bekerja pada sebuah penghantar jika
nilai resistansinya tidak bergantung pada polaritas yang dikenakan pada benda.Hukum ohm mulanya
terdiri atas dua bagian.Bagian pertama adalah definisi hambatan yaitu tegangan merupakan hasil dari arus
listrik yang di kalikan dengan hambatan.Bagian kedua adalah pernyataan bahwa hambatan adalah suatu
konstanta yang tidak tergantung pada tegangan maupun kuat arus. Hubungan hambatan listrik tadi dapat
diterapkan pada resistor apa saja, dimana tegangan adalah beda potensial (V),kuat arus (I),dan hambatan
listriknya (R).
Praktikum kali ini sangat penting dilakukan,mengingat listrik sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Contohnya penggunaan arus listrik pada lampu-lampu rumah,setrika dan alat-alat listrik
lainnya yang menggunakan listrik serta penggunaan filamen pada bohlam yang menghamburkan listrik
menjadi cahaya. Dalam kehidupan, listrik merupakan sumber energi yang umum digunakan. Maka dari
itu kedekatan listrik dengan kehidupan dan kepentingan tentang pemahaman hambatan listrik dengan
hukum ohm yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.
Praktikum ini memiliki 4 tahap percobaan. Tahap pertama adalah menduga nilai hambatan dalam
rangkaian seri,kemudian tahap kedua adalah menduga panas diteruskan pada hambatan berangkaian seri.
Adapun tahap ketiga yaitu menduga nilai hambatan dalam rangkaian parallel,dan yang keempat adalah
menduga besar panas dalam hambatan berangkaian parallel.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum kali ini adalah :
1. Bagaimana menentukan besar hambatan listrik yang mengalir pada suatu rangkaian dengan hukum
ohm?
2. Berapa jumlah energi pada kalor yang dieksipasikan oleh hambatan pada percobaan b dan d ?
3. Apakah dua rangkaian pada percobaan c memberikan nilai hambatan yang sama?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum kali ini adalah :
1. Menentukan besar hambatan listrik yang mengalir pada suatu rangkaian dengan hukum ohm.
2. Untuk mengetahui besar energi pada kalor yang dieksipasikan oleh hambatan pada percobaan b dan d.
3. Untuk mengetahui nilai hambatan pada dua rangkaian percobaan c.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam praktikum kali ini adalah :
1. Dapat digunakan untuk mengetahui besarnya hambatan pada listik di rumah.
2. Dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai listrik sehingga dapat menyusun suatu
rangkaian sendiri.
3. Dapat digunakan untuk membantu pada kehidupan sehari-hari contohnya seperti pemasangan
lampu,setrika,dan alat rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut soedjojo (1986) sebuah rangkaian terjadi karena sebuah penghantar mampu dialiri elektron
bebas secara terus-menerus.Aliran yang terus-menerus ini disebut dengan arus dan sering disebut juga
dengan aliran. Arus dapat timbul karena adanya beda potensial diantara kedua ujung. Hubungan antara
arus,hambatan dan tegangan arus disebut dengan hukum ohm. Ditemukan oleh George Simon Ohm
,prinsiphukum yang ditemukan oleh ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah
penghantar logam pada rangkaian ohm menentukan sebuah persamaan yang simpel menjelaskan
hubungan antara tegangan arus dan hambatan yang saling berhubungan.
E = I.R
I = E/R, R=I/E
Keterangan : I = arus listrik
R = hambatan
E = tegangan.
Bunyi hokum ohm secara garis besar ada 2 yaitu :
1. Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya beda potensial (tegangan). Untuk
sementara beda potensial dan tegangan dianggap sama walaupun secara konsep sebenarnya
berbeda,secara sistematika ditulis I~V. untuk menghilangkan n keseimbangan maka memerlukan sebuah
konstanta yang kemudian dikenal dengan istilah hambatan (R). sehingga persamaannya V=I.R
2. Perbandingan antara tegangan merupakan suatu bilangan konstanta yang disebut hambatan listrik
begitu juga dengan arus listrik. Secara sistematika ditulis dengan R=V/I. Keduanya menghasilkan
persamaan yang sama. Fungsi utama hukum ohm adalah digunakan untuk mengetahui hubungan tegangan
dan kuat arus serta dapat digunakan untuk menentukan suatu beban listrik tanpa menggunakan ohm
meter. Kesimpulannya semakin besar sumber tegangan maka semakin besar arus yang dihasilkan
(Sutrisno,1984).
Hambatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu panjang,luas dan jenis bahan. Hambatan berbanding lurus
dengan panjang benda. Semakin panjang maka semakin besar hambatan suatu benda.Hambatan
berbanding terbalik dengan luas penampang. Semakin besar luas penampangnya,hambatannya semakin
besar. Tujuannya adalah untuk memperkecil hambatan sehingga bisa mengalir tegangannya.Hambatan
berbanding lurus dengan jenis benda.Semakin besar hambatan jenis benda, maka hambatannya semakin
besar pula. Pada persamaannya dapat dituliskan dengan R=ρ.L/A.
Keterangan : ρ = hambatan jenis
L = panjang benda
A = luas penampang (Zemansky,1988).
Dalam praktikum ini pada masing-masing percobaan yaitu menentukan hambatan pada rangkaian seri
maupun parallel menggunakan hambatan yang sama. Ini dengan kaitan hambatan inilah yang hasilnya
nanti digunakan sebagai pembanding. Apakah pada rangkaian seri maupun parallel mempunyai hambatan
yang sama atau justru berbeda. Inilah nanti yang akan diuji pada praktikum ini. Persamaan umum
menentukan pengganti pada rangkaian seri adalah :
Rs=R1+R2+R3…+Rn
Keterangan : R1= hambatan atau rangkaian pengganti
Rn= besar hambatan pengganti.
Sedangkan pada rangkaian parallel adalah :

(Bueche,2006).

Hubungan antara hambatan listrik suatu penghantar dengan temperatur :


1. Hubungan antara hambatan dengan temperature adalah bergantung pada bahannya. Inilah mengapa
yang kita kenal dengan NTC dan PTC.
2. PTC (Positive Themperature Coeficient) jadi diartikan koefisien temperature positif .nilai tahanan
besar, jika koefisien temperature naik atau semakin panas. Nilai tahanan kecil jika temperature turun.
3. NTC (Negative Themperature Coeficient). Akan berubah nilai resistansinya apabila terjadi perubahan
temperature. Untuk perubahan temperature sama seperti PTC. Namun jika NTC berubah panasnya kearah
kecilnya resistansi nilai tahanan kecil bila koefisien temperature naik atau semakin panas. Nilai tahanan
besar jika koefisien temperature rendah ataupun menurun.
4. Amperemeter digunakan untuk mengukur besarnya kuat arus yang mengalir dalam sebuah rangkaian
tertutup yang menghubungkan sebuah sumber tegangan. Penggunaan amperemeter dalam sebuah
rangkaian terhubung secara seri dengan bahan yang akan diukur kuat arusnya. Sebelum menggunakan
amperemeter periksa dahulu apakah sumber tegangan yang digunakan menghasilkan arus AC atau DC.
Dengan demikian nilai dapat menentukan jenis amperemeter yang digunakan. Pada amperemeter,kutub
positif selalu terhubung dengan kutub positif amperemeter DC. Sumber tegangan inilah yang menjadi
amperemetris dengan jenis AC atau DC.
5. Voltmeter digunakan untuk mengukur besar tegangan dalam sebuah benda yang dialiri arus listrik.
Pada penggunaannya voltmeter menggunakan skala yang sangat positif terhadap perubahan arus yang
mengalir. Berbeda dengan rangkaian parallel terhadap benda yang akan diukur tegangannya baik sumber
yang digunakan punya jenis AC atau DC.
6. Analisa perbedaan rangkaian 6.2a dengan 6.2b dan gambar 6.2c dengan 6.2d. pada gambar 6.2a
voltmeter dipasang berdekatan dan parallel terhadap hambatan. Sementara pada gambar 6.2b voltmeter
berjauhan dengan hambatan dan lebih dekat dengan gambar scalar. Pada gambar 6.2c perbedaannya
hampir sama dengan gambar 6.2a dengan 6.2b,perbedaannya adalah pada peletakkan voltmeter jika pada
6.2c berdekatan pada 6.2d berjauhan.

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah :
1. Catu daya DC : untuk menghitung daya yang digunakan.
2. Voltmeter DC : untuk menghitung tegangan.
3. Amperemeter DC : untuk menghitung kuat arus.
4. R 100Ω/5w, 100Ω/5w : sebagai hambatan listrik.
5. Connector : sebagai penghubung.
6. Kabel-kabel : untuk menghubungkan sumber listrik dengan voltmeter dan amperemeter.
7. Stopwatch : untuk menghitung waktu.

3.2 Desain
Adapun design percobaan dalam praktikum kali ini, antara lain :
1. Menduga Nilai Hambatan dalam Rangkaian Seri

(a) (b)
Gambar 3.2.1. Rangkaian Seri
(Sumber : Modul Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, 2013).

2. Menduga Nilai Hambatan dalam Rangkaian Paralel

(c) (d)
Gambar 3.2.2. Rangkaian Paralel
(Sumber : Modul Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, 2013).

3.3 langkah kerja


Adapun langkah kerja pada percobaan kali ini adalah :
a. Menduga nilai hambatan dalam rangkaian seri
1. Rangkaian listrik seperti gambar 6.1 disusun
2. Tegangan dari tegangan minimum dinaikkan sampai maksimum dengan bertahap pada sumber
tegangan untuk mengatur besar arus yang diluar.
3. Besar tegangan dan arus pada voltmeter dan amperemeter dicatat setiap terjadi perubahan sehingga
didapatkan minimal 5 pasang data tegangan dan arusnya.(diusahakan meminimumkan interval waktu
untuk memenuhi asumsi bahwa niai hambatan yang diukur adalah konstan.
4. Percobaan diatas diulangi untuk gambar 6.2b dengan memakai hambatan yang sama.

b. Menduga besar panas disipasi pada hambatan berangkaian seri


1. Rangkaian disusun seperti gambar 6.2b
2. Tegangan listrik pada sumber tegangan dinaikkan pada posisi maksimum
3. Nilai tegangan (V) dan arus (I) pada voltmeter dan amperemeter dicatat setiap interval 3 menit
sehingga mendapat 5 pasang data pengamatan.

c. Menduga nilai hambatan pada rangkaian parallel


1. Rangkaian listrik disusun seperti gambar 6.2b
2. Tegangan listrik dlakukan dengan prosedur 2 dan 3 seperti pada percobaan a
3. Percobaan untuk gambar 6.2d diulangi dengan tetap memakai hambatan yang sama, hanya mengubah
posisi voltmeter dan amperemeter

d. Menduga besar panas disipasi hambatan rangkaian parallel


1. Rangkaian disusun seperti gambar 6.2d
2. Prosedur seperti percobaan b dilakukan

3.4 Analisis Data


V = I.R
I = V/R
R = V/I
∆R = √∑(R-Ȓ)²
n-1
I = ∆R x 100%
R
K = 100%-I
AP = 1-log ∆R
R
R = Ȓ ± ∆R
∆R = ∂ R ∆V + ∂ R ∆I
∂V∂I
∆R= I ∆V + V ∆I
I I²
∆V=1/2 nst
∆I=1/2 nst.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
a. menduga nilai hambatan pada rangkaian seri
ulangan V I R (R-Ȓ) (R-Ȓ)²
1 5V 10mA 0,5Ω 0,09375 8,1 x 10-3
2 10V 32mA 0,3125Ω -0,09375 8,1 x 10-3
Ȓ=0,4025Ω

∆R ∆V ∆I I K AP
4,02 x 10-3 25 x 10-2V
4,02 x 10-3 25 x 10-2V 0,1A 1,3% 98,7% 3
Ȓ=0,4025

b. menduga besar panas disipasi pada hambatan berangkaian seri


Ulangan V I R (R-Ȓ) (R-Ȓ)2 ∆R
1 13,2V 36A 0,37Ω 0,048 3,7 x 10-2 3,7 x 10-2
2 13,1V 38A 0,34Ω 0,018 3,24 x10-4 3,7 x 10-2
3 13V 40A 0,33Ω 0,008 6,4 x 10-5 3,7 x 10-2
4 13V 45A 0,29Ω -0,032 1,024×10-3 3,7 x 10-2
5 13V 46A 0,28Ω -0,042 1,764×10-3 3,7 x 10-2
Ȓ=0,322Ω

∆V ∆I t(s) I K AP
25 x 10-2 V 0,1 A 180s 10% 90% 2
25 x 10-2V 0,1 A 360s 10,9% 89,1% 2
25 x 10-2V 0,1 A 540s 11,2% 88,8% 2
25 x 10-2V 0,1 A 720s 12,8% 87,2% 2
25 x 10-2V 0,1 A 900s 13,2% 86,2% 2
Ȓ=0,322Ω

c. menduga nilai hambatan pada rangkaian parallel


Ulangan V I R (R-Ȓ) (R-Ȓ)2
1 5V 80A 0,0625Ω 5,25×10-3 27,6×10-6
2 5,2V 100A 0,052Ω -5,25×10-3 27,6×10-6

∆R ∆V ∆I I K AP
7,4×10-6 25×10-2 0,1A 18,84% 88,2% 2
7,4×10-6 25×10-2 0,1A 14,2% 85,8% 1

d.menduga besar panas disipasi pada hambatan berangkaian parallel


Ulangan V I R (R-Ȓ) (R-Ȓ)2 ∆R
1 5,2V 100mA 0,052Ω 0 0 0
2 5,2V 100mA 0,052Ω 0 0 0
3 5,2V 100mA 0,052Ω 0 0 0
4 5,2V 100mA 0,052Ω 0 0 0
5 5,2V 100mA 0,052Ω 0 0 0

∆V ∆I t(s) I K AP
25×10-2V 0,1 A 180 0% 100% 1
25×10-2V 0,1 A 360 0% 100% 1
25×10-2V 0,1 A 540 0% 100% 1
25×10-2V 0,1 A 720 0% 100% 1
25×10-2V 0,1 A 900 0% 100% 1

4.2 Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan telah diketahui bahwa hukum ohm menyatakan kuat arus listrik (I)
sebanding dengan beda potensial yang diberikan dan berbanding terbalik dengan hambatan rangkaian
suatu benda (R) .
Pada percobaan pertama yaitu rangkaian seri.Alat disusun sesuai dengan rangkaian seri.Percobaan satu
yaitu menduga nilai hambatan pada rangkaian seri yang dilakukan sebanyak dua kali.Percobaan dua yaitu
menduga besar panas disipasi pada hambatan berangkaian seri yang dilakukan sebanyak 5 kali. Diperoleh
data R1=0,37Ω , R2=0,34Ω ,R3=0,33Ω ,R4=0,29Ω ,R5=0,28Ω . data ini diperoleh dari pengukuran
menggunakan amperemeter dan voltmeter yang telah diketahui nilainya.
Hubungan antara kuat arus (I),tegangan (V) maupun hambatan rangkaian (R) saling memengaruhi satu
sama lain. Besarnya nilai I sangat memengaruhi besarnya nilai V. semakin besar kuat arus suatu
rangkaian listrik maka semakin besar pula tegangan listriknya.
Pada percobaan hukum ohm selain mengukur nilai hambatan dengan rangkaian seri juga dengan
menggunakan rangkaian parallel. Percobaan pertama yaitu menduga nilai hambatan pada rangkaian
parallel yang dilakukan sebanyak dua kali dan diperoleh data R1=0,0625Ω dan R2=0,052Ω. Percoban
yang kedua yaitu menduga besar panas disipasi pada hambatan berangkaian parallel yang dilakukan
sebanyak 5 kali dan diperoleh data yang sama yaitu R=0,052Ω.
Pada percobaan ini data yang dihasilkan kami kurang akurat karena adanya kesalahan.Kesalahan ini
disebabkan oleh alat yang digunakan kurang berfungsi dengan baik.Kurangnya ketelitian didalam
pembacaan alat ukur juga memengaruhi keakuratan data.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Hukum ohm menyatakan bahwa kuat arus listrik (I) sebanding dengan beda potensial yang diberikan
dan berbanding terbalik dengan hambatan rangkaian (R).
2. Semakin besar sumber tegangan maka semakin besar arus yang di hasilkan.
3. Hukum ohm dapat digunakan untuk menentukan suatu hambatan beban listrik tanpa menggunakan
ohmmeter.

5.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum,praktikan harus mempelajari dan memahami dahulu materi yang akan
dilakukan, serta membaca dan memahami buku petunjuk praktikum. Selain itu, asisten diharapkan
mengawasi dan mendampingi praktikan selama praktikum berlangsung agar tidak melakukan banyak
kesalahan.

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum ini, antara lain :

1. Nilai hambatan pada rangkaian seri lebih besar daripada rangkaian paralel.

2. Hubungan antara tegangan dan kuat arus berbanding lurus, jika tegangan bertambah, maka kuat
arus bertambah.

3. Jika posisi amperemeter dan Voltmeter dan Amperemeter dipindah, maka akan memberikan nilai
kuat arus yang berbeda, hingga nilai hambatannya juga berbeda.

4. Hubungan antara Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian seri memberikan kuat arus yang
lebih besar daripada rangkaian paralel.

5.2 Saran
Praktikum pada acara ini telah berjalan dengan lancar walaupun terdapat kendala pada awalnya di mana
Amperemeter tidak menunjukan jarum yang benar. Tetapi akhirnya alat tersebut dapat digunakan
kembali. Saran terhadap praktikan untuk bisa lebih mempelajari apa yang akan dipraktikumkan.

HUKUM OHM

A. Tujuan

1. Dapat mengukur besar resistor dengan menggunakan ohmmeter.

2. Menentukan hubungan antara arus yang lewat pada resistor dengan beda potensial

antara ujung – ujung tersebut .

3. Memetakan hasil percobaan ke dalam grafik

4. Menyatakan besar persentase kesalahan percobaan yang dilakukan

B. Dasar Teori

Hukum Ohm menghubungkan antara arus , voltase dan resistansi dengan rumus :

𝐼𝐼 =

𝑉𝑉

𝑅𝑅

yang menyatakan bahwa arus listrik yang mengalir melalui konduktor atau

penghantar logam sebanding dengan beda potensial di antara ujung – ujung penghantar pada

suhu konstan. Rasio beda potensial terhadap arus sama dengan penghantar.

Penghantar yang konduktansinya besar biasanya disebut konduktor, sedangkan jika

resistansinya yang besar disebut resistor. Resistansi resistor dapat diukur dengan ohmmeter.

Namun dapat pula diketahui melalui kode warna yang berupa cincin warna yang tertulis pada

badan resistor. Arti kode warna tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Kode warna resistor

Warna Nilai Pengali Toleransi

Hitam 0 100

Coklat 1 101 1 %

Merah 2 102 2 %

Jingga 3 103

Kuning 4 104

Hijau 5 105

Biru 6 106

Ungu 7 107

Abu-abu 8 108

Putih 9 109

Emas 5 %

Perak 10 %

Tidak berwarna 20 %

Contoh

Cincin ke 1 2 3 4 Gambar resistor

Contoh :

Warna cincin ke 1 sampai ke 4 suatu resistor adalah : cokelat, hitam, merah, emas maka

Angka 1 (coklat ) : 1
Angka 2 (hitam) : 0

Faktor pengali : 102 ,

Toleransi (emas ) = 5 %

Jadi besar resistansinya adalah 10 x 102

Ω = 1000 ±50 Ω, artinya harga berkisar antara 950

ohm sampai dengan 1050 ohm.

C. Alat dan Bahan

1. Resistor

2. Ampermeter, ohmmeter, voltmeter

D. Prosedur

D.1 Pengukuran Arus dan Tegangan

Gambar 1.1 Ramgkaian Listrik untuk Pembuktian Hukum Ohm

1. Susun rangkaian seperti gambar 1.1 , gunakan resistor 4700 Ω , kemudian atur tegangan

sesuai tabel pengukuran . kemudian ukur arusnya dan tegangan pada R1.

2. Ulangi langkah tersebut untuk nilai resistor lainnya.

3. Buatlah grafik hubungan antara V dan I untuk tiap resistor. Apakah untuk tiap resistor

besarnya V/I tetap dan besarnya sama dengan resistansi yang terkait ?

Gambar 1.2 Rangkaian Listrik setelah dipasang alat ukur D.2 Pengukuran Arus dan Tegangan pada
rangkaian Seri
Gambar 2.1 Rangkaian Listrik dengan Hambatan Seri

1. Susun rangkaian seperti gambar 2.1 dengan R1 = 560 Ω dan R2 = 4700 Ω, kemudian

atur tegangan sesuai tabel pengukuran . Kemudian ukur arusnya dan tegangan pada

R1, R2.

2. Ulangi langkah tersebut untuk nilai resistor lainnya.

3. Buatlah grafik hubungan antara V dan I untuk tiap resistor. Apakah untuk tiap resistor

besarnya V/I tetap dan besarnya sama dengan resistansi yang terkait ?

Gambar 2.2 Rangkaian listrik setelah dipasang alat ukur

D.3 Pengukuran Arus dan Tegangan pada rangkaian Paralel


Gambar 3.1 Rangkaian listrik dengan hambatan paralel

1. Susun rangkaian seperti gambar 3.1 dengan R1 = 560 Ω dan R2 = 4700 Ω, kemudian

atur tegangan sesuai tabel pengukuran . kemudian ukur arus dan tegangan pada R1

dan R2.

2. Ulangi langkah tersebut untuk nilai resistor lainnya.

3. Buatlah grafik hubungan antara V dan I untuk tiap resistor. Apakah untuk tiap resistor

besarnya V/I tetap dan besarnya sama dengan resistansi yang terkait ?

Gambar 3.2 Rangkaian listrik setelah dipasang alat ukur

RESISTOR DAN HUKUM OHM

I. TUJUAN UMUM

- Mahasiswa dapat memahami Resistor dalam penerapan Hukum Ohm.

II. TUJUAN KHUSUS

- Mahasiswa dapat mengetahui bentuk fisik Resistor

- Mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis Resistor


- Mahasiswa dapat membaca kode warna Resistor / nilai Resistor

- Mahasiswa dapat merangkai dan menganalisa rangkaian R Seri, Paralel dan Campuran.

- Mahasiswa dapat Menerapkan Hukum Ohm pada rangkaian Resistor

III. TEORI DASAR

Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus yang

mengalir pada sebuah rangkaian.

Resistor memiliki satuan “ Ohm “ atau dilambangkan dengan “ Ω “. Simbol Resistor

dapat di lihat pada gambar.1.1. Pada dasarnya, Resistor dibagi menjadi dua jenis, yaitu “

Resistor Tetap dan Resistor Variabel”.

(a) (b) (c)

Gambar.1.1. Simbol Resistor

a. Resistor Tetap, b. Resistor Variabel, c. Resistor Variabel

A. Resistor Tetap.

Resistor Tetap adalah Resistor yang nilai hambatannya tetap dan tidak dapat

diubah – ubah nilainya. Resistor tetap memiliki kemampuan daya, yang disebut Watt. Besar

kecilnya kemampuan Resistor untuk dilewati arus tergantung dari bahan pembuat Resistor
Modul Praktikum RANGKAIAN LISTRIK.1. POLITEKNIK DHARMA PATRIA KEBUMEN.

itu sendiri. Resistor berdaya kecil ( di bawah 2 Watt ) terbuat dari bahan karbon, sedangkan

resistor yang bekerja pada daya besar ( 2 Watt – 50 Watt ) terbuat dari kawat nikelin.

Bentuk fisik Resistor Tetap dapat dilihat pada Gambar.1.2. di bawah ini.

Gambar.1.2. Bentuk Fisik Resistor Tetap

a. Resistor Carbon., b. Resistor Nikelin

Dari Gambar. 1.2.a. Resistor Carbon memiliki kode warna yang melingkar seperti cincin

pada fisiknya. Warna – warna yang melingkar tersebut merupakan kode – kode untuk

mengetahui nilai “resistansi” pada Resistor tanpa melakukan pengukuran dengan Ohm

Meter. Kode warna yang diberikan merupakan standart pabrik yang dikeluarkan oleh EIA (

Electronic Industries Association ).

Untuk mengetahui nilai resistansi pada resistor, ( lihat contoh pada Gambar.1.3. ) dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Kenali warna – warna cincin pada resistor.


C1 C2 C3 C4 C1

C2 C3 C4 C5

Gambar.1.3. Kode Warna pada Resistor Karbon

Baca warna – warna cincin sesuai table kode warna resistor ( Lihat Tabel.1.1. )

Tabel.1.1. Di halaman berikutnya ………..

Modul Praktikum RANGKAIAN LISTRIK.1. POLITEKNIK DHARMA PATRIA KEBUMEN.

Tabel.1.1.Kode Warna Resistor

Kode Warna

Cincin. I

Cincin. II

Cincin.III

Cincin. IV
Cincin.V

Hitam - 0 0

Coklat 1 1 1 0 1 %

Merah 2 2 2 00 2 %

Orange 3 3 3 000

Kuning 4 4 4 0000

Hijau 5 5 5 00000

Biru 6 6 6 000000

Ungu/Violet 7 7 7 0000000

Abu – abu 8 8 8 00000000

Putih 9 9 9 000000000

Emas - - - 0,1 5 %

Perak - - - 0,01 10 %

Tak Berwarna - - - 20 %

a. Hijau = 5, - Biru = 6, - Merah = 00, - Emas = 5 %

= 5600 Ohm , Toleransi 5 %. atau dibaca

= 5,6 kΩ atau 5k6.

b. Merah = 2, - Merah = 2, - Hitam = 0, Merah = 00, Coklat = 1 %

= 22000 Ohm, Toleransi 1 %

= 22kΩ

B. Resistor Tidak Tetap ( Variabel )

Resistor tidak tetap ( R. Variabel ) adalah Resistor yang nilai hambatannya dapat
diubah – ubah sesuai dengan kebutuhan dengan besar hambatan 0 Ohm sampai dengan nilai

maksimal hambatan yang tertera pada resistor Variabel tersebut. Resistor Variabel memiliki

kemampuan daya yang relative lebih kecil dibandingkan dengan resistor tetap. Hal ini

karena resistor Variable terbuat dari serbuk karbon.

Resistor yang nilai resistansinya tidak tetap konstan untuk berbagai arus yang berbeda

dikenal juga dengan istilah “ Resistor tak Linier”. Resistor semacam ini merupakan fungsi

Modul Praktikum RANGKAIAN LISTRIK.1. POLITEKNIK DHARMA PATRIA KEBUMEN.

arus yang mengalir di dalamnya. Salah satu contoh sederhana untuk resistor semacam itu

adalah LDR ( Light Dipendent Resistor ).

Karakteristik Tegangan – Arus untuk resistor tak –linier dapat dilihat pada Gambar. 1.4. di

bawah ini.

Volt (V)

-I

Ampere (I)

-V
Gambar. 1.4. Grafik Karakteristik Resistor tak – Linier

Dari Gambar.1.4. disitu tampak bahwa grafiknya bukan lagi merupakan sepotong

garis lurus. Karena R tidak constant, analisis rangkaian yang mengandung resistor semacam

itu menjadi lebih rumit.

Resistor tidak tetap ( variable ) ada beberapa jenis sesuai dengan fungsi pemakaiannya,

diantaranya adalah ; Potensiometer, Tripot, LDR, NTC, PTC. Bentuk fisik dari masing –

masing resistor tidak tetap diperlihatkan pada Gambar.1.5.

Gambar.1.5. Bentuk Fisik Resistor tidak tetap / Variabel

Modul Praktikum RANGKAIAN LISTRIK.1. POLITEKNIK DHARMA PATRIA KEBUMEN.

C. Rangkaian / Kombinasi Resistor

1. Rangkaian Seri.

Adalah sebuah rangkaian yang menggabungkan dua atau lebih Resistor yang dideret

sedemikian rupa, sehingga nilai Hambatan totalnya menjadi lebih besar. Hal ini

dikarenakan nilai Hambatan total merupakan hasil penjumlahan dari semua resistor
pembentuknya.

Rtot = R1 + R2 + R……… + RN

Rangkaian ekuivalen rangkaian seri diperlihatkan pada Gambar.1.6. di bawah ini.

R1 R2 R3

Rtot

Gambar.1.6. Rangkaian Resistor Seri

Dari gambar .1.6. di atas, dapat diketahui bahwa ;

Rtot = R1 + R2 + R3

2. Rangkaian Paralell

Adalah sebuah rangkaian yang menggabungkan dua atau lebih Resistor yang dijajar

sedemikian rupa, sehingga nilai Hambatan totalnya menjadi lebih kecil dari nilai

Resistor terkecil yang membentuknya. Persamaan untuk mencari Rtotal pada rangkaian

parallel adalah :

1111

----- = ----- + ----- + ----- + ------


Rtotal R1 R2 RN

Rangkaian ekuivalen Resistor paralell diperlihatkan pada Gambar.1.7. berikut.

Modul Praktikum RANGKAIAN LISTRIK.1. POLITEKNIK DHARMA PATRIA KEBUMEN.

Rtotal

R1

R2

R3

Gambar.1.7. Rangkaian Ekuivalen Resistor Paralell

Dari gambar .1.7. di atas, dapat diketahui bahwa ;

1111

----- = ----- + ----- + ------

Rtotal R1 R2 R3
3. Rangkaian Campuran

Adalah sebuah rangkaian yang menggabungkan dua atau lebih Resistor yang dihubung

secara deret dan jajar sedemikian rupa, di dalam rangkaian tersebut terdapat hubungan

Seri dan Paralell.

Perhatikan Gambar 1.8. di bawah ini.

R2

R1 R3

R4

Rtotal

R5

Gambar.1.8. Rangkaian Campuran ( Seri – Paralell )

Modul Praktikum RANGKAIAN LISTRIK.1. POLITEKNIK DHARMA PATRIA KEBUMEN.

Dari Gambar .1.8. di atas, nilai Rtotal

dapat dicari dengan cara mengkombinasi terlebih

dulu R seri dan R parallel yang akhirnya akan ditemukan R pengganti tunggalnya.

Perhatikan langkah – langkah berikut :


- Langkah.1.

RP.1. = ( R2 // R3 // R4 ), maka rangkaian menjadi ….

R1 RP.1.

Rtotal

R5

- Langkah.2.

RP.2. = ( ( R1 + RP.1.+ R5 ), maka rangkaian menjadi …..

Rtotal

RP.2

- Langkah.3.

Maka Rtotal = RP.2

D. Hukum Ohm ( Ω ).

“ Besarnya Arus pada sebuah Penghantar berbanding lurus dengan Tegangan

dan berbanding terbalik dengan Hambatannya”. Kalimat di atast disebut Hukum Ohm.

Secara kuantitatif, tegangan diberikan oleh ;


V = I x R …… ( Volt )

Persamaan tersebut dapat digambarkan dalam hubungan segitiga, sebagai berikut ;

Modul Praktikum RANGKAIAN LISTRIK.1. POLITEKNIK DHARMA PATRIA KEBUMEN.

Dimana :

V = Tegangan ( Vilt )

I = Arus ( Ampere )

R = Hambatan ( Ohm )

HUKUM OHM

Arus listrik dalam kaitannya dengan hambatan yang terjadi dalam proses

elektrokimia mengacu pada hukum ohm yang mengataka hubungan antara tegangan.

Tegangan arus dan hambatan listrik diperlihatkan dalam persamaan berikut :

V=I.R
Keterangan :

V = tegangan (volt)

I = arus (ampere)

R = hambatan (ohm) (Goeritno, 2010).

Hukum ohm semulanya terdiri atas dua bagian-bagian pertama tidaklain ohm. Akan

tetapi, ohm juga mekatakan bahwa R adalah suatu konstanta yang tidak tergantung pada V

maupun I. Bagian kedua hukum ini tidak seluruhnya benar (Geushe, 1998).

Hukum ohm hanya benar untuk bahan-bahan tertentu, terutama logam, meskipun

demikian, hukum ini sangat penting karena berlaku untuk bahan-bahan yang biasa

digunakan untuk elektrik (Cromer, 1994).

Pengertian Hukum Ohm

Jika arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut sebanding

lurus dengan tegangan listrik yang terdapat antara kedua penghantar tadi (Tilloy, 1980).

Perlawanan adalah volt peramper hambatan konduktor adalah 1 ohm jika potensa

berbeda disamping terminal di dalam konduktor adalah volt ketika arus di konduktor 1

ampere (Richards, 1987).

Menurut Alfian, (2010)Di dalam logam pada keadaan susu tetap, rapat arus I

berbanding lurus dengan medan listrik. Hubungan dengan tegangan arus dan hambatan

disebut “hukum ohm” ditentukan oleh George Simon Ohm dipublikasikan pada sebuah

pajios pada tahun 1827. Prinsip ohm adalah besarnya arus listrik yang mengalir pada

sebuah penghantar motal pada rangkaian rumus V = I.R, di mana:

V = teganagan listrik yang mengalir pada suatu penghantar (volt)

I = arus listrikyang mengalir pada suatu penghantar (ampere)

R = hambatan listik yang terdapat pada suatu penghantar (ohm). Melalui percobaan diketahui bahwa di
dalam logam pada suatu suhu tetap rapat arus

J berbanding lurus dengan madan listrik (hukum ohm). J = ge tegangan G disebur

hambatan, kebalikan dari kehantaran disebut hambatan n=1/9 satuan n dalam sistem
adalah volt perampere 1 ohm = 1 volt/1 ampere satuan kehantaran G = Ω

-1

(Reitz, 1993).

Hukum Kirchoft

Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kirchoft (1824-1887) menemukancara untuk

menentukan arus listrik pada rangkain bercabang yang kemudian dikenal dengan hukum

kirchoft (alfian, 2010).

Hukum Kirchoft I

Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat

arus yang keluar dari titik percabangan (Alfian, 2010).

Tidak semua rangkaian dapat disederhanakan dengan menggunakan rangkaian

majemuk yang berhubungan dengan hukum kirchoft I dan II rumusnya I masuk = keluar

(Erviyati, 2010).

Hukum Kirchoft II

Dalam rangkaian tertutup dalam jumlah aljabar GGL (E) dan jumlah penurunan

potensial sam dengan nol, maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol

adalah tidak adanya listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut, dalam arti semua energi

digunakan atau diserap (Alifian, 2010).

Hukum kirchoft II tentang tegangan yang menyatakan jumlah perugahan tegangan

tang mengelilingi suatu rangkain loo sama dengan nol

(Duncan, 1980).

Rangkaian Seri

Pada rangakaian seri mengandung pengertian yakni rangkaian dimana hambatan seri

sama dengan jumlah hambatan aljabar hambatan masing-masing. Ciri utama hambatan seri

adalah arus yang menalir melewati tiap-tiap hambatan yang sama besarnya.
Rangkaian Paralel Rangkaian paralel kebalikan dari rangkaian seri. Hambatan paralel sama dengan
jumlah

kebalikan hambatan masing-masing utama susunan hambatan partikel bereda. Tegangan

tiap-tiap hambatan sama besarnya (Alfian, 2010).

Hubungan paralel dimana hubungan beberapa resistor yang tersusun secara paralel.

Tegangan yang dimiliki masing-masing resistor adalah sama. Tegangan resistornya,

sebagai rumus:

1/Rs = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3. . . . . . . . . 1/Rn

Manfaat Hukum Ohm di Bidang Perairan

Dalam bidang perikanan hukum ohm berfungsi untuk mempelajari tentang pelajaran

kelistrikan di bidang pendidikan akademik perikanan. Adapun beberapa macam alat yang

digunaka yaitu simulasi kontrol motor listrik. Simulasi kontrol listri DC, simulasi kontrol

rangkaian elektron (Alfian, 2010).

HUKUM OHM

Arus listrik dalam kaitannya dengan hambatan yang terjadi dalam proses

elektrokimia mengacu pada hukum ohm yang mengataka hubungan antara tegangan.

Tegangan arus dan hambatan listrik diperlihatkan dalam persamaan berikut :

V=I.R

Keterangan :

V = tegangan (volt)

I = arus (ampere)
R = hambatan (ohm) (Goeritno, 2010).

Hukum ohm semulanya terdiri atas dua bagian-bagian pertama tidaklain ohm. Akan

tetapi, ohm juga mekatakan bahwa R adalah suatu konstanta yang tidak tergantung pada V

maupun I. Bagian kedua hukum ini tidak seluruhnya benar (Geushe, 1998).

Hukum ohm hanya benar untuk bahan-bahan tertentu, terutama logam, meskipun

demikian, hukum ini sangat penting karena berlaku untuk bahan-bahan yang biasa

digunakan untuk elektrik (Cromer, 1994).

Pengertian Hukum Ohm

Jika arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut sebanding

lurus dengan tegangan listrik yang terdapat antara kedua penghantar tadi (Tilloy, 1980).

Perlawanan adalah volt peramper hambatan konduktor adalah 1 ohm jika potensa

berbeda disamping terminal di dalam konduktor adalah volt ketika arus di konduktor 1

ampere (Richards, 1987).

Menurut Alfian, (2010)Di dalam logam pada keadaan susu tetap, rapat arus I

berbanding lurus dengan medan listrik. Hubungan dengan tegangan arus dan hambatan

disebut “hukum ohm” ditentukan oleh George Simon Ohm dipublikasikan pada sebuah

pajios pada tahun 1827. Prinsip ohm adalah besarnya arus listrik yang mengalir pada

sebuah penghantar motal pada rangkaian rumus V = I.R, di mana:

V = teganagan listrik yang mengalir pada suatu penghantar (volt)

I = arus listrikyang mengalir pada suatu penghantar (ampere)

R = hambatan listik yang terdapat pada suatu penghantar (ohm). Melalui percobaan diketahui bahwa di
dalam logam pada suatu suhu tetap rapat arus

J berbanding lurus dengan madan listrik (hukum ohm). J = ge tegangan G disebur

hambatan, kebalikan dari kehantaran disebut hambatan n=1/9 satuan n dalam sistem

adalah volt perampere 1 ohm = 1 volt/1 ampere satuan kehantaran G = Ω

-1

(Reitz, 1993).
Hukum Kirchoft

Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kirchoft (1824-1887) menemukancara untuk

menentukan arus listrik pada rangkain bercabang yang kemudian dikenal dengan hukum

kirchoft (alfian, 2010).

Hukum Kirchoft I

Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat

arus yang keluar dari titik percabangan (Alfian, 2010).

Tidak semua rangkaian dapat disederhanakan dengan menggunakan rangkaian

majemuk yang berhubungan dengan hukum kirchoft I dan II rumusnya I masuk = keluar

(Erviyati, 2010).

Hukum Kirchoft II

Dalam rangkaian tertutup dalam jumlah aljabar GGL (E) dan jumlah penurunan

potensial sam dengan nol, maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol

adalah tidak adanya listrik yang hilang dalam rangkaian tersebut, dalam arti semua energi

digunakan atau diserap (Alifian, 2010).

Hukum kirchoft II tentang tegangan yang menyatakan jumlah perugahan tegangan

tang mengelilingi suatu rangkain loo sama dengan nol

(Duncan, 1980).

Rangkaian Seri

Pada rangakaian seri mengandung pengertian yakni rangkaian dimana hambatan seri

sama dengan jumlah hambatan aljabar hambatan masing-masing. Ciri utama hambatan seri

adalah arus yang menalir melewati tiap-tiap hambatan yang sama besarnya.

Rangkaian Paralel Rangkaian paralel kebalikan dari rangkaian seri. Hambatan paralel sama dengan
jumlah

kebalikan hambatan masing-masing utama susunan hambatan partikel bereda. Tegangan

tiap-tiap hambatan sama besarnya (Alfian, 2010).


Hubungan paralel dimana hubungan beberapa resistor yang tersusun secara paralel.

Tegangan yang dimiliki masing-masing resistor adalah sama. Tegangan resistornya,

sebagai rumus:

1/Rs = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3. . . . . . . . . 1/Rn

Manfaat Hukum Ohm di Bidang Perairan

Dalam bidang perikanan hukum ohm berfungsi untuk mempelajari tentang pelajaran

kelistrikan di bidang pendidikan akademik perikanan. Adapun beberapa macam alat yang

digunaka yaitu simulasi kontrol motor listrik. Simulasi kontrol listri DC, simulasi kontrol

rangkaian elektron (Alfian, 2010).

Percobaan I

HUKUM OHM

A. Tujuan

Menentukan hubungan antara arus yang lewat pada res

istor dengan beda potensial antara ujung-

ujung resistor tersebut.

B. Dasar Teori

Menurut Hukum Ohm, arus yang melewati suatu penghan

tar sebanding dengan beda

potensial antara ujung-ujung pengahantar tersebut.

Kesebandingan tersebut dapat diubah menjadi

persamaan dengan memberikan konstante kesebandingan

yang disebut konduktansi.

I = arus yanglewat penghantar, satuannya ampe

re (A)
V = beda potensial ujung-ujung penghantar, sat

uannya volt (V)

G = konduktansi penghantar, satuanya mho = (oh

m)

-1

=(

Ω)

−1

Kebalikan konduktansi disebut resistansi (R), satua

nnya ohm = (

). Jadi hukum Ohm dapat

dituliskan menjadi :

Penghantar yang konduktansinya besar biasanya dise

but konduktor, sedangkan jika resistansinya

yang besar sering disebut resistor.

Resistansi resistor dapat diukur dengan ohmmeter.

Namun dapat pula diketahui melalui kode

warna yang berupa cincin warna yang tertulis pada b

adan resistor. Arti kode warna tersebut dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kode Warna Resistor

Warna Cincin ke 1 Cincin ke 2 Cincin ke 3 Cincin ke

Hit

am 0 0 10
0

Co

kelat 1 1 10

1%

Me

rah 2 2 10

2%

Ji

ngga 3 3 10

Ku

ning 4 4 10

Hi

jau 5 5 10

Bi

ru 6 6 10

ngu 7 7 10

bu-abu 8 8 10
8

Pu

tih 9 9 10

Emas 10

-1

5%

Perak 10

-2

10 %

Tak berwarna 20 %

I=GV

I = G V = 1/R V = V/R

PRAKTIKUM 1
HUKUM OHM

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus yang mengalir dalam sebuah rangkaian.
2. Mempelajari pengaruh hambatan terhadap arus listrik.
II. LANDASAN TEORI
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui
sebuahpenghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan
[1][2]
kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila
nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan
kepadanya.[1] Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun
istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah. [1]
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:

Dimana :

 adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere.
 adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan volt.
 adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm.
Berdasarkan hukum Ohm, 1 Ohm didefinisikan sebagai hambatan yang digunakan dalam
suatu rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1 Ampere dengan beda potensial 1 Volt. Oleh
karena itu, kita dapat mendefinisikan pengertian hambatan yaitu perbandingan antara beda
potensial dan kuat arus. Semakin besar sumber tegangan maka semakin besar arus yang
dihasilkan. Jadi, besar kecilnya hambatan listrik tidak dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus
listrik tetapi dipengaruhi oleh panjang penampang, luas penampang dan jenis bahan. Hambatan
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu panjang, luas dan jenis bahan. Hambatan berbading lurus dengan
panjang benda, semakin panjang maka semakin besar hambatan suatu benda. Hambatan juga
berbading terbalik dengan luas penampang benda, semakin luas penampangnya maka semakin
kecil hambatannya. Inilah alasan mengapa kabel yang ada pada tiang listrik dibuat besar-besar,
tujuannya adalah untuk memperkecil hambatan sehingga tegangan bisa mengalir dengan mudah.
Hambatan juga berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan jenis) semakin besar hambatan
jenisnya maka semakin besar hambatan benda itu.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Catu Daya
2. Bohlam lampu
3. Ohm Meter
4. Ampere Meter
5. Papan Penghubung
6. Pitting
7. Kabel Penghubung
8. Resistor

IV. LANGKAH KERJA


1. Dirangkai lampu pada papan penghubung.
2. Diukur nilai hambatan pada resistor berdasarkan gelang-gelang warna yang tertera pada resistor.
Lalu, hasil perhitungan dimasukkan ke dalam tabel pengamatan.
3. Diukur nilai hambatan pada kawat resistor menggunakan ohm meter. Lalu, nilai yang tertera
pada ohm meter dimasukkan ke dalam tabel perhitungan.
4. Lalu, dihubungkan antara lampu pada papan penghubung dengan kawat resistor secara paralel.
Rangkaian terlebih dahulu telah terhubung dengan catu daya dengan besar tegangan 3 V.
5. Setelah menghitung nilai hambatan pada tiap resistor, kemudian rangkaian tersebut kembali
dihubungkan dengan ampere meter untuk mengetahui nilai arus yang mengalir.
6. Setelah mendapatkan nilai arus yang mengalir menggunakan ampere meter, hitung jumlah arus
yang mengalir dengan menggunakan hukum ohm.
7. Masukkan semua data ke dalam tabel pengamatan. Dan, amati perbandingan nilai di antara
keduanya.

V. HASIL PENGAMATAN
R I
No
Ohm meter Kode Warna Ampere meter Terhitung
1. 5Ω 5,6 Ω 0,20 A 0,6 A
2. 3,5 Ω 2,9 Ω 0,21 A 0,85 A
3. 4Ω 4,1 Ω 0,20 A 0,75 A
4. 1.500 Ω 1.800 Ω 0,5 mA 0,002 A
5. 80 Ω 100 Ω 0,01 A 0,0375 A
6. 1.300 Ω 1.500 Ω 0,5 A 0,0023 A
7. 1.700 Ω 2.000 Ω 0,19 A 0,0017 A
8. 6Ω 6,8 Ω 0,19 A 0,5 A
9. 1000 Ω 1.200 Ω 0,5 mA 0,003 A
10. 1.800 Ω 2.200 Ω 0,5 mA 0,0016 A

VI. ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TERUKUR DAN TERHITUNG


Dari percobaan tersebut, dapat diketahui jika lampu hanya bisa menyala saat nilai hambatan
pada resistor kecil. Sedangkan nilai arus yang terukur lebih besar jika dibandingkan dengan arus
listrik saat menggunakan resistor dengan nilai yang besar.
Ketika nilai hambatan pada resistor sebesar 5 Ω, hambatan yang tertera pada ampere meter
sebesar 0,2 A. Dan lampu dalam kondisi menyala. Berbeda dengan percobaan ketika nilai
resistornya sebesar 1.800 Ω, nilai kuat arus yang tertera pada ampere meter adalah sebesar 0,5
mA. Dan, lampu dalam kondisi tidak menyala. Lampu tidak bisa menyala karena nilai hambatan
yang begitu besar. Sehingga membuat kuat arus yang mengalir menjadi kecil. Karena hal
tersebutlah, lampu jadi tidak bisa menyala.
Hal ini sangat sesuai dengan hukum ohm, jika nilai hambatan berbanding terbalik dengan uat
arusnya. Jika nilai hambatan pada resistor besar, maka nilai kuat arus yang terukur akan besar.
Sebaliknya, jika nilai hambatan yang terukur pada resistor besar, maka nilai kuat arus yang
terukur akan kecil.
Hal ini terbukti ketika dilakukan perhitungan nilai kuat arus dengan cara biasa. Tidak dengan
menggunakan ampere meter. Walaupun terdapat selisih nilai antara nilai yang tertera pada
ampere meter dan nilai yang dihasilkan dengan cara perhitungan biasa.
Pada percobaan ini, data hasil pengamatan kami kurang akurat. Adapun kesalahan- kesalahan
dalam percobaan dapat disebabkan karena :
 Alat yang digunakan untuk percobaan kurang berfungsi dengan baik ataupun sudah rusak
 Kurangnya ketelitian dalam membaca alat ukur
 Kesalahan praktikan dalam pengukuran dan penghitungan

VII. KESIMPULAN
Dari beberapa percobaan di atas, jadi bisa disimpulkan beberapa hal seperti di bawah ini.
1. Nilai hambatan berbanding terbalik dengan nilai kuat arusnya. Jika nilai hambatannya besar,
maka nilai kuat arusnya akan kecil. Begitu juga sebaliknya.
2. Setelah melakukan praktikum tersebut, dapat disimpulkan bahwa Hukum Ohm menyatakan
bahwa kuat arus listrik (I) sebanding dengan beda potensial yang diberikan dan berbanding
terbalik dengan hambatan rangkaian (R) dapat disimbolkan dengan :
V=IR

Anda mungkin juga menyukai