Alat-alat itu
merupakan alat-alat yang menggunakan sifat-sifat cahaya untuk membantu penglihatan mata dan
dikenal sebagai alat-alat optik. Tahukah kalian komponen-komponen yang ada pada alat optik
itu? Ternyata komponen utamanya adalah cermin lengkung dan lensa. Oleh sebab itu untuk
mempelajari alat-alat optik ini perlu memahami sifat-sifat cahaya yang mengenai cemin
lengkung dan lensa tipis. Pahamilah sifat-sifat cahaya tersebut pada penjelasan berikut.
A. Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
1. Pemantulan Cahaya
a) Jenis dan Hukum Pemantulan
Hukum Pemantulan:
1) Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada satu titik terletak
pada satu bidang datar.
2) Sudut datang (θi) sama dengan sudut pantul (θr)
Gambar 2.1. Sinar yang datang pada permukaan halus (rata) akan dipantulkan
secara teratur
2) Pemantulan Baur
Pemantulan baur atau difus adalah pemantulan yang tidak teratur, hal ini
disebabkan karena bidang pantulnya tidak rata.
Gambar 3.1. Sinar yang datang pada permukaan kasar (tidak rata) akan
dipantulkan menyebar
b) Pemantulan pada Cermin datar
(− s' )
M =−
s
(−6 )
M =−
2
M =3 kali perbesaran
h’=3h= 3 cm
Jadi, jarak bayangan 6 cm di depan cermin dengan tinggi 3 cm
2) Cermin Cembung
Beberapa sinar istimewa pada cermin cembung adalah sebagai berikut;
(a) Sinar datang sejajar sumbu utama akan di pantulkan seolah-olah berasal dari
titik fokus
(b) Sinar datang menuju titik fokus akan di pantulkan sejajar sumbu utama.
(c) Sinar datang menuju pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan seolah-olah
datang dari titik pusat tersebut.
Ketiga sinar istimewa tersebut dapat dilukiskan seperti gambar 9 berikut ini;
Contoh Soal:
Sebuah obyek setinggi 0,5 cm berada 2 cm di depan cermin cembung dengan jari-
jari kelengkungan cermin 4 cm. Gambarkan dan tentukan jarak bayangan yang
terjadi.
Penyelesaian
Diketahui : h = 0,5 cm
s = 2 cm
R= 4 cm
Ditanya : s’= . . . ?
Jawab :
Penyelesaian;
Diketahui : θi = 300
v = 2 × 10 8 m/s
Ditanya :a. n2 ( n kaca) = . . . ?
b. θr = . . . ?
jawab :
a. Untuk mencari indeks bias kaca, gunakan persamaan;
8
c 3×10
n= = =1,5
v 2×108
Jadi indeks bias kaca adalah; 1,5
b. Untuk mencari sudut bias, gunakan hukum Snellius.
sin θi n2
=
sin θr n1
sin 300 1,5
=
sin θr 1
sin 30 0
sin θr =
1,5
0,5
sin θr =
1,5
sin θr =0 , 33
θr =sin−1 ( 0 , 33 )
0
¿19 ,27
Jadi besar sudut biasnya adalah19,270
c) Pembiasan Cahaya pada lensa
Lensa adalah benda bening tembus cahaya yang terdiri dari dua bidang lengkung
atau satu bidang lengkung dan satu bidang datar.
Lensa dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu lensa cembung (konveks), dan
lensa cekung. Lensa cembung terdiri dari lensa dobel cembung (bikonveks), lensa
cembung cekung (konveks-konkaf ), dan lensa cembung-datar (plan-konveks).
Sedangkan lensa cekung terdiri dari lensa dobel cekung (bikonkaf), lensa cekung
cembung (konkaf-konveks), dan lensa cekung-datar (plan-konkaf).
Keterangan:
Sinar sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus (gambar a)
Sinar datang melalui fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama (gambar b)
Sinar datang melalui titik pusat lensa tida dibiaskan tetapi diteruskan (gambar c)
Dalam melukiskan pembentukan banyangan pada lensa cembung dapat
menggunakan dua sinar istimewah seperti tampak pada gambar berikut.
Gambar 14.1. Cara melukis pembentukan pada lensa cembung
Contoh Soal:
Sebatang rumpu setinggi 10 cm berada di depan lensa cekung yang jarak fokusnya
5 cm. jika jarak rumput dengan lensa 15 cm, gambarkan dan tentukan tinggi
bayanagn rumput yang dibentuk lensa cekung.
Penyelesaian
Diketahui: h = 10 cm
f = 5 cm
s = 15 cm
Ditanya : h’= . . . ?
Jawab :
Benda berada pada jarak 15 cm, berarti benda berada di luar R, sehingga
pembentukan bayangannya sebagai berikut.
1 −3−1
=
s ' 15
1 −4
=
s ' 15
15
s ' =−
4
'
s =−3 , 75 cm
Tanda negatif menunjukkan benda bersifat maya dan terletak di depan dermin
pada jarak 3, 75 cm.
Tinggi bayangan dicari dengan persamaan:
h' s '
=
h s
( )
'
s
h' = h
s
¿( 3 , 75
15 )
×10
¿ 2,5 cm
jadi tinggi bayangan rumput adalah 2,5 cm
(3)Kekuatan Lensa
Kekuatan lensa merupakan harga kebalikan dari jarak fokus lensa. Artinya makin
pendek jarak fokus lensa, kekuatan lensa semakin besar. Kekuatan lensa dinyatakan
dengan satuan dioptri (D).
Kekuatan lensa dirumuskan dalam persamaan:
Jika jarak fokus lensa dinyakan dalam cm maka persamaan yang digunakan adalah
Gambar 19.1. (a) Jika Benda berada di jauh tak terhingga, lensa mata memipih. dalam
keadaan ini mata sudah tidak berakomodasi. (b) Jika benda di titik dekat, lensa mata
mencembung berarti mata berakomodasi maksimum.
Beberapa cacat mata yang dapat dialami seseorang adalah sebagai berikut.
a. Rabun Dekat (Hipermetropi)
Ketika orang yang mengalami rabun dekat melihat benda pada jarak baca normal,
bayangan benda akan jatuh di belakang retina. Untuk membuat bayangan benda jatuh
di retina, penderita dibantu dengan menggunakan kacamata berlensa cembung (positif
). Dengan bantuan kacamata berlensa positif, bayangan benda akan jatuh tepat di
retina. Perhatikan Gambar 20.1.
Gambar 20.1. (a) skema jalannya sinar pada mata Hipermetropi ; (b) skema jalannya
sinar Hipermetropi setelah menggunakan kaca mata positif.
Misalkan mata rabun jauh hendak membaca surat kabar pada jarak baca normal (jarak
benda s = 25 cm). supaya mata dapat membaca pada jarak baca normal dengan jelas,
maka bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung (kacamata) harus jatuh tepat di
titik dekat. Misalkan titik dekat penderita adalah x cm, maka;
Jarak bayangan (s’) = - x cm
Tanda s’ negatif karena bayangan terbentuk di depan lensa (bayangan maya).
Dengan menggunakan persamaan umum lensa tipis diperoleh
1 1 1 1 1 x−25
= + '= + =
f s s 25 −x 25 x
25 x
f=
x−25
Secara untuk jarak baca normal sn maka jarak baca normal adalah;
xs n
f=
x −s n
Dimana x adalah titik dekat rabun dekat, dan jika jarak baca normal tidak diketahui
maka kita tetapkan sn = 25 cm
b. Rabun Jauh (Miopi)
Gambar 21.1. (a) bayangan benda jatuh di retina; (b) dengan menggunakan kaca mata
negatif, bayangan benda jatuh tepat di retina.
Misalkan mata rabun jauh melihat benda jauh (jarak bensa s = +∞).supaya mata dapat
melihat benda jauh dengan jelas, maka bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung
(kacamata) harus jatuh tepat di titik jauh.
Misalkan titik jauh penderita adalah x cm, maka;
Jarak bayangan, s’= -x cm
Tanda s’ negatif karena bayangan terbentuk di depan lensa (bayangan maya)
Dengan menggunakan persamaan umum untuk lensa tipis, diperoleh
1 1 1 1 1 1
= + ' =∞+ =0+
f s s −x −x
Maka f = -x
Di mana f adalah jarak fokus lensa cekung dan x adalah titik jauh mata rabuh jauh.
Contoh Soal
Seorang yang miopi, titik dekatnya 20 cm sedang titik jauhnya 200 cm. agar ia dapat
melihat jelas benda yang jauh, berapakah kuat lensa yang harus digunakan?
Penyelesaian:
Diketahui : titik jauh miopi x = 200 cm
Ditanya :P=...?
Jawab :
f = -x maka f =-200 cm = -2 m
Kuat lensa P adalah
1 1 1
P= = =− dioptri
f −2 2
c. Mata Tua (presbiopi)
Presbiopi disebabkan oleh berkurangnya daya akomodasi mata karena usia lanjut.
Akibat berkurangnya daya akomodasi ini, lensa mata tidak dapat mencembung dan
memipih sesuai kebutuhan. Keadaan ini menyebabkan titik jauh mata lebih pendek
dari titik jauh normal (PR < ∞) dan titik dekatnya lebih besar dari titik dekat normal
(PP<25cm).
Gangguani peresbiopi dapat diatas dengan menggunakan kaca mata berlensa rangkap
(kacamata bifocal).
d. Astigmatisma
Untuk membantu orang yang mengalami gangguan mata ini dapat menggunakan
kacamata silindris.
Gejala astigmatisma dapat diuji alat uji seperti gambar 21, mata yang mengalami
astigmatisma akan melihat garis-garis tersebut pada jarak yang sama dengan arah
tegak lurus.
Gambar 22.1. gambar untuk menguji mata atigmatisma
Keterangan:h = tinggi benda (besar benda) dan sn = titik dekat mata (25 cm)
Untuk menghitung perbesaran anguler oleh lup mata tidak berakomodasi dapat
menggunakan persamaan:
Gambar 24.1. Pembentukan bayangan pada lup dengan mata tanpa akomodasi
b. Untuk mata berakomodasi maksimum
Persamaan yang digunakan untuk menentukan sudut penglihatan pada lup adalah;
Sementara itu, untuk menentukan perbesaran anguler oleh lup mata berakomodasi
maksimum dapat menggunakan persamaan;
Gambar 26.1 Skema jalannya sinar pada mikroskop (a) mata tak berakomodasi;
(b) mata berakomodasi maksimum
Perbesaran pada mikroskop merupakan perkalian antara perbesaran oleh lensa objektif
(mb) dengan lensa okuler (mok). Secara matematis dapat ditulis;
Dimana s’ob adalah jarak bayangan objektif yang dihitung dengan persamaan:
sob f ob
s 'ob =
sob −f ob dan s adalah jarak benda okuler yang dihitung dengan persamaan;
ok
'
ok
s f ok
s ok = '
ok
s − f ok sedangkan untuk perbesaran okulernya dapat dihitung dengan
persamaan:
1 1 1
= ' +
f ob s ob s ob
1 1 1
= − '
s ob f ob sob
1 1 1
= −
s 1 15
1 14
=
s ob 15
15
s ob= cm
14
Keterangan:
mθ : perbesaran anguler
M : perbesaran lateral
sob : jarak benda lensa objektif
sok : jarak benda lensa okuler
s’ob :jarak bayangan lensa objektif = sok
s’ok : jarak bayangan lensa okuler
fok : jarak fokus lensa okuler
fob : jarak fokus lensa objektif
Untuk panjang teropong dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
Penggunaan dengan mata tanpa akomodasi
Untuk mata tidak berakomodasi, bayangan yang dibentuk oleh lensa okuler
berada pada titik jauh mata (s’ok = ∞). Skema pembentukan bayangannya dapat
dilihat pada gambar berikut.
Untuk lensa objektif, benda terletak di jauh tak terhingga, sehingga berlaku
persamaan:
s’ob = fob
Untuk lensa okuler, bayangan terbentuk di titik jauh mata (s ’ok = ∞), sehingga
berlaku persamaan:
sok = fok
Perbesaran bayangan pada teropong bintang dinyatakan oleh perbesaran
anguler (mθ).
Jadi perbesaran oleh teropong bintang untuk mata tidak berakomodasi
dirumuskan dengan persamaan: