Sedangkan rumus untuk menentukan nomor ruang benda dan nomor ruang
bayangan pada cermin cekung, secara matematis dituliskan dalam bentuk
persamaan berikut ini.
Nomor ruang benda + nomor ruang bayangan =
V
1 1 1
= +
−f s s'
2 1 1
= +
−R s s'
Keterangan:
s = jarak benda
s’ = jarak bayangan
f = jarak fokus
R = jari-jari cermin
h' s’
M = =
h s
Keterangan:
M = perbesaran bayangan
h' = tinggi bayangan
h = tinggi benda
s’ = jarak bayangan
s = jarak benda
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat kita simpulkan beberapa hal mengenai sifat
bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung, yaitu sebagai berikut.
□ Semua bayangan maya yang dibentuk lensa cembung selalu tegak terhadap
bendanya.
□ Semua bayangan nyata yang dibentuk lensa cembung pasti terbalik
terhadap bendanya.
1 1 1
= +
f s s'
2 = 1 + 1
R s s'
Keterangan:
s = jarak benda
s’ = jarak bayangan
f = jarak fokus
R = jari-jari lensa
1
P =
f
Keterangan:
P = kekuatan lensa (dioptri = D)
f = jarak fokus (m)
Sedangkan rumus untuk menentukan nomor ruang benda dan nomor ruang
bayangan pada lensa cembung, secara matematis dituliskan dalam bentuk
persamaan berikut ini.
Nomor ruang benda + nomor ruang bayangan =
V
1 1 1
= +
f s s'
2 1 1
= +
R s s'
Keterangan:
s = jarak benda
s’ = jarak bayangan
f = jarak fokus
R = jari-jari lensa
1
P =
f
Keterangan:
P = kekuatan lensa (dioptri = D)
f = jarak fokus (m)
θ r
Secara matematis, pernyataan Hukum Snellius yang kedua di atas dapat dituliskan
dalam bentuk persamaan berikut.
sin sin sin
i i i
= =
1 2 3
sin
i
= Tetap …….. pers. (1)
sin
r
Tetapan atau konstanta tersebut disebut dengan indeks bias relatif suatu medium
terhadap medium lain. Jika sinar datang dari medium 1 ke medium 2, maka indeks
bias relatif medium 2 terhadap medium 1 ditulis sebagai berikut.
n
n =
2
n
21
1
Dengan demikian, persamaan (1) di atas dapat ditulis ulang sebagai berikut.
sin
i
= n
sin
21
r
sin
n
i …….. pers.
2
=
sin (2)
n
r
1
Sehingga kita peroleh rumus hubungan antara sudut datang, sudut bias dan
indeks bias medium sebagai berikut.
n sin i = n sin
1 2
r
Keterangan:
n = indeks bias mutlak medium 1
1
Bayangan pada cermin datar bersifat maya. Titik bayangan dihasilkan dari
perpotongan sinar-sinar pantul yang digambarkan oleh garis putus-putus.
Untuk melukis pembentukan bayangan pada cermin datar dengan diagram
sinar, ikutilah langkah-langkah berikut ini.
1) Lukis sebuah sinar dari benda menuju cermin dan dipantulkan ke mata,
sesuai hukum
pemantulan cahaya, yaitu sudut sinar datang harus sama dengan sudut
sinar pantul.
2) Lukis sinar kedua sebagaimana langkah pertama.
3) Lukis perpanjangan sinar-sinar pantul tersebut di belakang cermin
sehingga berpotongan.
Perpotongan sinar-sinar pantul tersebut merupakan bayangan benda.
4) Jika diukur dari cermin, jarak benda terhadap cermin (s) harus sama
dengan jarak
bayangan terhadap cermin (s|).
Selain itu, pada cermin cembung juga berlaku sinar-sinar istimewa yaitu:
a) Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah dari titik
fokus (F).
b) Sinar yang datang menuju titik fokus (F) dipantulkan sejajar sumbu
utama.
c) Sinar yang datang menuju titik pusat kelengkungan cermin seolah-olah
berasal dari titik pusat kelengkungan tersebut.
Untuk melukis bayangan pada cermin cembung dibutuhkan minimal dua buah
sinar istimewa dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Pilih sebuah titik pada bagian ujung atas benda dan lukis dua sinar datang
melalui titik tersebut menuju cermin.
b) Setelah sinar-sinar datang tersebut mengenai cermin, pantulkan kedua sinar
tersebut sesuai kaidah sinar istimewa pada cermin cembung.
c) Tandai titik potong sinar-sinar pantul atau perpanjangan sinar-sinar pantul
sebagai tempat bayangan benda.
d) Lukis bayangan benda pada perpotongan perpanjangan sinar-sinar pantul
tersebut.
Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung
Perhatikan gambar berikut ini
Hukum pemantulan kedua yang menyatakan besar sudut datang sama dengan sudut
pantul, berlaku pula untuk cermin lengkung. Pada cermin lengkung, garis normal
adalah garis yang menghubungkan titik pusat lengkung cermin M dan titik
jatuhnya sinar.
Jadi, garis normal pada cermin lengkung berubah-ubah, bergantung pada titik jatuh
sinar. Misalnya, jika sinar datang dari K mengenai cermin cekung di B, maka garis
normalnya adalah garis MB dan sudut datangnya adalah sudut KBM = α. Sesuai
hukum pemantulan, maka sudut pantulnya, yaitu sudut MBC = α dan sinar
pantulnya adalah sinar BC. Sinar datang dari K mengenai cermin cekung di D,
maka garis normalnya adalah garis MD dan sudut datangnya adalah sudut KDM =
β. Sesuai hukum pemantulan, maka sudut pantulnya, yaitu sudut MDC = β,
sedangkan sinar pantulnya adalah sinar DC. Hal yang sama berlaku juga pada
cermin cembung.
a) Pilih sebuah titik pada bagian ujung atas benda dan lukis dua sinar datang
melalui titik tersebut menuju cermin.
b) Setelah sinar-sinar datang tersebut mengenai cermin, pantulkan kedua sinar
tersebut sesuai kaidah sinar istimewa cermin cekung.
c) Tandai titik potong sinar pantul sebagai tempat bayangan benda.
d) Lukis perpotongan sinar-sinar pantul tersebut.
Perhatikan gambar berikut ini. Gambar benda diberitanda panah yang tidak putus -
putus.
Persamaan Cermin Cekung
Persamaan cermin cekung digunakan untuk menyatakan hubungan kuantitatif
antara jarak benda ke cermin (s), jarak bayangan ke cermin (s’), panjang fokus (f),
dan jari-jari kelengkungan cermin (R). Jika dirumuskan adalah
Selain persamaan tersebut kamu juga harus mengetahui rumus perbesaran pada
cermin cekung. Rumus ini digunakan untuk mengetahui berapa kali perbesaran
yang dihasilkan oleh pemantulan pada cermin cekung. Rumus perbesaran pada
cermin cekung adalah
Lensa Cekung
1) Benda terletak lebih jauh dari titik pusat kelengkungan lensa ( 2F1 )
Bayangan yang terbentuk bersifat maya, tegak, diperkecil, dan terletak di antara O
dan F1
2) Benda terletak di antara titik pusat kelengkungan lensa (2F1 ) dan titik fokus
lensa (F1)
Bayangan yang terbentuk bersifat bersifat maya, tegak, diperkecil dan terletak di
antara F1 dan O