Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

ABORTUS INKOMPLIT

DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT DALAM


MENEMPUH PROGRAM DOKTER INTERSHIP DI RS KAMAR MEDIKA
KOTA MOJOKERTO

Oleh :
dr. Adnexa Miftah Firdausy

Pembimbing :
dr. Yulianto Basuki, Sp. OG

Pendamping:
dr. Tutut Marianto

PROGRAM INTERSHIP IKATAN DOKTER INDONESIA


RS KAMAR MEDIKA
KOTA MOJOKERTO
2022-2023
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
LAPORAN KASUS................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
A. Definisi......................................................................................................4
B. Etiologi......................................................................................................7
C. Patogenesis.............................................................................................14
D. Gambaran Klinis...................................................................................15
E. Diagnosis.................................................................................................15
F. Diagnosis banding.................................................................................18
G. Penatalaksanaan....................................................................................18
H. Komplikasi.............................................................................................22
LAPORAN KASUS
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang

sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1,3,4,5

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan

menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan

yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa

menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus

yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.6

Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau abortus

therapeutica dan abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus yang terjadi

adalah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan

dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Abortus kriminalis

adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau

tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-

sembunyi oleh tenaga tradisional.6

Menurut gambaran klinis, abortus dapat dibedakan menjadi :

a) Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion)

dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil

konsepsi masih baik dalam kandungan.5


Gambar 1. Abortus

imminens

b) Abortus insipiens

(inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam dimana serviks

telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi

masih dalam kavum uteri.5

Gambar 2. Abortus insipiens

c) Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil

konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.5

Gambar 3. Abortus inkmplit

d) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar

(desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.5


Gambar 4. Abortus komplit

e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal

dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi

seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.5

Gambar 5. Missed abortion

f) Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga

kali berturut-turut atau lebih.5

g) Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi

genital.5

h) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat

dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau

peritonium.5
B. Etiologi

Ada beberapa faktor penyebab abortus, yaitu :

a) Faktor genetik

Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar

abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio.3Data ini

berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan

kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian

nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari

abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi

autosom.3

Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum

normal oleh 2 sperma (dispermi).3 Insiden trisomi meningkat dengan

bertambahnya usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab

terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan

Sindroma Down atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir. 3

Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam

bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan dengan abortus absolut.3

Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan

sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu

memandangkan kelainan struktur kromoson pada pria berdampak pada rendahnya

konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang

kehamilan.3

Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses

impantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat pada


kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3 Gangguan genetik

seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri dan

pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa berakibat

abortus.3 Kelainan hematologik seperti pada penderita sickle cell anemia,

disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus dengan

mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3

b) Faktor anatomi

Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi obstetrik

terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali

uterus pada 27% pasien.3 Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan anatomik

uterus adalah septum uterus akibat daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%),

dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-30%). 3 Mioma uteri juga bisa

mengakibatkan abortus berulang dan infertilitas akibat dari gangguan passage dan

kontraktilitas uterus.3 Sindroma Asherman bisa mengakibatkan abortus dengan

mengganggu tempat impalntasi serta pasokan darah pada permukaan

endometrium.3 Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah

endometrium dapat juga berpengaruh.3 Selain itu, kelainan yang didapat misalnya

adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis mengakibatkan

komplikasi anomali pada uterus dan dapat mengakibatkan abortus.6

Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti

dapat meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.1 Pada kelainan

ini, dilatasi serviks yang “silent” dapat terjadi antara minggu gestasi 16-28

minggu.1 Wanita dengan serviks inkompeten selalu memiliki dilatasi serviks yang

signifikan yaitu 2cm atau lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal. 1
Apabila dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan

pecahnya membran amnion akan terjadi dan mengakibatkan ekspulsi konsepsi

dalam rahim.1 faktor-faktor yang mengakibatkan serviks inkompeten adalah

kehamilan berulang, operasi serviks sebelumnya, riwayat cedera serviks, pajanan

pada dietilstilbestrol, dan abnormalitas anatomi pada serviks.1

Sebelum kehamilan atau pada kehamilan trimester pertama, tidak ada metoda

yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten namun,

setelah 14-16 minggu, USG baru dapat digunakan untuk menilai anatomi segmen

uterus bahagian bawah dan serviks untuk melihat pendataran dan pemendekan

abnormal serviks yang sesuai dengan inkompeten serviks.1

c) Faktor endokrin

Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada koordinasi

sistem pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem

humoral secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi

terutamanya kadar progesteron sangat penting dalam mengantisipasi abortus.3

Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada

trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi

janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk

abortus.3

Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas endometrium

terhadap implantasi embrio. Kadar progenteron yang rendah diketahui dapat

mengakibatkan abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu di mana trofoblast

harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang kehamilan. Pengangkatan


korpus luteum pada usia 7 minggu akan berakibat abortus dan jika diberikan

progesteron pada pada pasien ini, maka kehamilan dapat diselamatkan.3

Penelitian pada perempuan yang mengalami abortus berulang, didapatkan 17%

kejadian defek luteal iaitu kurangnya progesteron pada fase luteal. Namum pada

saat ini, masih blum ada metode yang bisa terpercaya untuk mendiagnosa kelainan

ini.3

Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga berperan pada kelangsungan

kehamilan. Perubahan endometrium menjadi desidua mengubah semua sel pada

mukosa uterus.3 Perubahan morfologi dan fungsional ini mendukung proses

implantasi, proses migrasi trofoblas, dan mencegah invasi yang berlebihan pada

jaringan ibu.3 Di sini interaksi antara trofoblas ekstravillus dan infiltrasi leukosit

pada mukosa uterus berperan penting di mana sebahagian besar leukosit adalah

large granular cell, dan makrofag dengan sedikit sel T dan sel B.3 Sel NK dijumpai

dalam jumlah yang banyak terutama pada endometrium yang terpapar

progesteron.3 Perannya adalah pada trimester 1 adalah akan terjadi peningkatan

sel NK untuk membunuh sel target dengan sedikit atau tiada ekspresi HLA.3

Trofoblast ekstravillous tidak bisa dihancurkan oleh sel NK kerana sifatnya yang

cepat menghasilkan HLA1 sehingga terjadinya invasi optimal untuk plasentasi

yang optimal oleh trofoblas extravillous.3 Maka, gangguan pada sistem ini akan

berpengaruh pada kelangsungan kehamilan.

Selain itu, hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik ovarium

dapat merupakan faktor kontribusi pada keguguran dengan menggangu balans

humoral yang penting pada kelangsungan kehamilan.6

d) Faktor infeksi
Ada berbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan kejadian

abortus. Antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, dan

sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta. 3 Infeksi janin

yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit untuk

bertahan hidup.3

Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut

kematian janin.3 Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia

bawah yang bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram

positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus. 3 Infeki virus pada

kehamilan awal dapat mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio

misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan

varisella zoster.3

Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian

abortus

- Bakteria: listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma

urealitikum, mikoplasma hominis, bakterial vaginosis.3

- Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.3

- Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.3

- Spirokaeta: treponema pallidum.3

e) Faktor imunologi

Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya

adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA).3 ApA adalah antibodi

spesifik yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE.3 Peluang terjadinya

pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%. 3 Menurut
penelitian, sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA yang

merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid. 3

Selain SLE, antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan pada

preemklamsia, IUGR, dan prematuritas. 3 Dari international consensus workshop

pada tahun 1998, klasifikasi APS adalah:3

- trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau

kapiler yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan histopatologi)3

- komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas,

tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian

janin di mana gambaran sonografi normal/ satu atau lebih persalinan prematur

dengan gambaran janin normal dan berhubungan dengan preeklamsia

berat,atau insufisiensi plasenta yang berat)3

- kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau

tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau sama

dengan 6 minggu)3

- antobodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan CT,

kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan dengan plasma platlet

normal dan adanya perbaikan nilai tes dengan pertambahan fosfolipid)3

aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari

33% pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang,

ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi vaskular.3

f) Faktor trauma

Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus yang

yang diakibatkan karena adanya perdarahan, gangguan sirkulasi


maternoplasental, dan infeksi.1 Namun secara statistik, hanya sedikit insiden

abortus yang disebabkan karena trauma .1

g) Faktor nutrisi dan lingkungan

Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat, bahan

kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus.6 faktor-faktor

yang terbukti berhubungan dengan peningkatan insiden abortus adalah merokok,

alkohol dan kafein.

Merokok telah dipastikan dapat meningkatkan risiko abortus euploid. 1 Pada

wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus adalah 2 kali

lipat dari risiko pada wanita yang tidak merokok.1 Rokok mengandung ratusan

unsur toksik antara lain nikotin yang mempunyai sifat vasoaktif sehingga

menghambat sirkulasi uteroplasenta.6 Karbon monoksida juga menurukan pasokan

oksigen ibu dan janin dan dapat mamacu neurotoksin.6 Meminum alkohol pada 8

minggu pertama kehamilan dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan

anomali fetus.1 Kadar abortus meningkat 2 kali lipat pada wanita yang

mengkonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan 3 kali lipat pada konsumsi tiap-tiap

hari dibandingkan dengan wanita yang tidak minum.1

Mengkonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi perhari atau 500mg caffiene

satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang meminum

lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah tambahan

gelas kopi.1 Pada penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai level paraxantine

(metabolit kafine), risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat daripada kontrol.1

h) Faktor kontrasepsi berencana


Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli

kontrasepsi tidak berhubungan dengan risiko abortus.1 Namun, jika pada

kontrasepsi yang menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk mencegah

kehamilan, risiko aborsi khususnya aborsi septik akan meningkat dengan

signifikan.1

C. Patogenesis

Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan

nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka ovum akan

tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi

karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka,

biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali

dan hal ini disebut blighted ovum.1

Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika fetus

yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps, abdomen

dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ internal.1

Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat minimal. 1

Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan mengalami

desikasi, yang akan membentuk fetus compressus.1 Kadang-kadang, fetus boleh

juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas yang

disebut fetus papyraceous.1

Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,

karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada

kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian

keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. 6 Perdarahan yang banyak terjadi karena
hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi

miometrium.6

D. Gambaran Klinis

a. Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu,

mualmuntah, mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan

positif;

b. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran

menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat

dan kecil, serta suhu badan normal atau meningkat;

c. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi;

d. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang

akibat kontraksi uterus;

e. Pemeriksaan ginekologis:

 Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium/tidak bau busuk dari vulva.

 Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah

tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau

jaringan berbau busuk dari ostium.

 Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau

tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari

usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada

perabaan adneksa, dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

E. Diagnosis

Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :


a) Anemnesis

Gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian

bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong

dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. 7 Gejala ini

terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di

dalam rahim.Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi kurang

20 minggu dari HPHT.6 Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan

hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan

yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram

bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.6

Riwayat penyakit sekarang seperti DM yang tidak terkontrol, tekanan darah

tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat

infeksi traktus genitalis harus diperhatikan.6 Riwayat kepergian ke tempat endemik

malaria dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat

menambah curiga abortus akibat infeksi.7

b) Pemeriksaan Fisik

Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.4 Palpasi abdomen dapat

memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan

bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan

konsistensinya.4 Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum

keadaan serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak

sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di

liang vagina.4

Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:4
Perdarahan Serviks Uterus Gejala dan Diagnosis
tanda
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus
sedikit dengan usia bawah, uterus immines
hingga gestasi lunak
sedang Tertutup/terbuka Lebih kecil Sedikit/tanpa Abortus
dari usia nyeri perut komplit
gestasi bawah,riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus
sehingga dengan usia nyeri perut insipient
masif kehamilan bawah, belum
terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
Kram atau Abortus
nyeri perut incomplit
bawah,
ekspulsi
sebahagian
hasil konsepsi
Terbuka Lunak dan Mual/muntah, Abortus
lebih besar kram perut mola
dari usia bawah,
gestasi sindroma mirip
PEB, tidak ada
janin, keluar
jaringan seperti
anggur

c) Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium

- Darah Lengkap

 Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik;

 LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.

- Tes Kehamilan

- Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara

prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal

(blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik). B

2) Ultrasonografi

- USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5

minggu;

- Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia

kehamilan 5 - 6 minggu);

- Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan

USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel

atau non-viabel.

F. Diagnosis banding

- kehamilan ektopik tertanggu

- perdarahan anovular pada wanita yang tidak hamil

- abortus mola hidatidosa

- polip endoserviks

- karsinoma serviks

G. Penatalaksanaan

a) Abortus imminens
- Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang

mekanik berkurang.

- Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi

kerentanan otot-otot rahim.

- Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah

mati.

- Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

- Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.

- Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2

minggu.

b) Abortus insipiens

- Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan

transfusi darah.

- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai

perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum

atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam.

Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.

- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU

dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai

kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplet.

- Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan

pengeluaran plasenta secara digital yang dapat disusul dengan kerokan.

- Memberi antibiotik sebagai profilaksis.

c) Abortus inkomplit
- Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis

atau ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi darah.

- Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu suntikkan

ergometrin 0,2 mg intramuskular untuk mempertahankan kontraksi otot

uterus.

- Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.

d) Abortus komplit

- Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau

transfusi darah.

- Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

- Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.

e) Missed abortion

- Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen.

- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Lakukan pembukaan serviks

dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks

dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam

ovum lalu dengan kuret tajam.

- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu. Infus intravena oksitosin 10 IU

dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai dengan 20 tetes per menit

dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan

sampai 10 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin

setelah pasien istirahat satu hari.


- Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil

konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri

melalui dinding perut.

f) Abortus infeksius dan septik

- Tingkatkan asupan cairan.

- Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.

- Penanggulangan infeksi:

 Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta.

 Chloromycetin 4 x 500 mg.

 Cephalosporin 3 x 1.

 Sulbenicilin 3 x 1-2 gram.

- Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam karena pengeluaran sisa-sisa

abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrosis yang

bertindak sebagai medium perkembangbiakan bagi jasad renik.

- Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi

misalnya Sulbenicillin 3 x 2 gram.

- Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan

histerektomi total secepatnya.

g) Abortus habitualis

- Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat, istirahat

yang cukup, larangan koitus, dan olah raga.

- Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.

- Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau Mac

Donald (cervical cerclage).


H. Komplikasi

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan

syok.

a. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena

perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati dengan

teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan

tergantung dari luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau

histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam

menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,

mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan

adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera

dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil

tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

c. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi

biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus

buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila

infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan

kemungkinan diikuti oleh syok.


d. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan

karena infeksi berat (syok endoseptik).

Anda mungkin juga menyukai