Anda di halaman 1dari 9

Pengukuran Dasar Listrik

A. Dasar Teori
Pengukuran merupakan sebuah kegiatan, atau hasil, Perbandingan
kuantitatif antara besaran yang diberikan dengan besaran lain sejenis yang
disebut satuan. hasil pengukuran dinyatakan melalui defleksi penunjuk atau
pointer pada skala yang sudah ditentukan atau angka yang mewakili rasio antar
besaran yang tidak diketahui dengan standarnya. Standar didefinisikan sebagai
personifikasi atau perlambangan satuan pengukuran atau nilai pentingnya. alat
ukur atau instrumen ukur digunakan untuk membandingkan besaran yang tidak
diketahui dengan satuan pengukuran atau nilai standar yang disebut alat ukur.
nilai dan besaran yang tidak dapat diukur dengan metode langsung maupun
tidak langsung.1

Pada metode pengukuran langsung, besaran yang tidak diketahui


diukur secara langsung daripada dibandingkan dengan standar. contoh
pengukuran langsung adalah pengukuran dengan ammeter, tegangan dengan
voltmeter resistansi dengan ohmmeter daya dengan wattmeter, dan
seterusnya. pada metode pengukuran tidak langsung, nilai besaran yang tidak
diketahui ditentukan dengan mengukur kuantitas yang terkait secara fungsional
dan menghitung ke bentuk besaran yang diinginkan daripada mengukurnya
secara langsung.2
Dianggap resistansi sebuah konduktor adalah R dapat diukur dengan
mengukur drop tegangan yang melalui konduktor dan membagi tegangan (V)
dengan arus (I) yang melalui konduktor, seperti pada persamaan 1.1.

𝑉
R= (persamaan 4.1)
𝐼

1
Puriyanto. Pengukuran Besaran Listrik. Yogyakarta, Indonesia: Universitas Ahmad
Dahlan. 2021. Hal. 1-2.
2
Ibid. Hlm. 1-2.

1
Arus listrik didefinisikan sebagai aliran muatan listrik. Arus listrik
mengukur berapa banyak muatan listrik yang mengalir persatuan waktu. Jika
dalam selang waktu 𝛥𝑡 jumlah muatan listrik yang mengalir adalah 𝛥𝑄, maka
besarnya arus listrik didefinisikan sebagai
∆𝑄
I= (persamaan 4.2)
∆𝑡

Satuan muatan listrik adalah coulomb dan disingkat C dan satuan arus listrik
adalah ampere yang disingkat A. Dengan demikian 1 ampere = 1
coulomb/detik. Muatan listrik ada yang bertanda positif dan ada yang bertanda
negatif.3
Muatan listrik dapat mengalir dari suatu tempat ke tempat lain karena
adanya beda potensial. Tempat yang memiliki potensial tinggi melepaskan
muatan ke tempat yang memiliki potensial rendah. Besarnya arus yang
mengalir berbanding lurus dengan beda potensial V, antara dua tempat, atau I
= V. Kesebandingan di atas selanjutnya dapat ditulis
𝐼
I= V (persamaan 4.3)
𝑅

dengan R didefinisikan hambatan listrik antara dua titik. Satuan hambatan


listrik adalah Ohm dan disingkat Ω. Mengapa R disebut hambatan listrik?
Karena R berperan menghambat mengalirnya muatan listrik. Makin besar R
maka arus listrik makin sulit mengalir yang ditandai dengan arus yang makin
kecil.4
Setiap material atau bahan-bahan yang memiliki nilai tahanan listrik
atau hambatan listrik. material yang memiliki hambatan listrik begitu besar
(contoh: batu, karet, plastik) apabila dihubungkan dengan beda potensial akan
menyebabkan tidak ada arus yang mengalir. material tersebut disebut sebagai
isolator. Material yang dapat dialiri arus listrik, disebut konduktor.5

3
Abdullah, Mikrajuddin. Fisika Dasar II. Bandung, Institut Teknologi Bandung. 2016.
Hal. 208.
4
Ibid. Hlm. 209.
5
Joko Siswanto. Fisika Dasar. Semarang: Universitas PGRI. 2018. Hal 15.

2
Contoh konduktor adalah besi. Ketika “mengalir” dalam suatu kawat
konduktor, elektron berhadapan atau mengalami rintangan dari molekul-
molekul dan ion-ion dalam konduktor tersebut sehingga mengalami aliran arus
listrik mengalami semacam hambatan. Seberapa besar hambatan ini dinyatakan
dengan resistansi (hambatan) yang disimbolkan dengan R. Satuan dari
hambatan dalam SI adalah Ohm (Ω). Besarnya resistansi suatu bahan atau
konduktor dengan luas penampang A dan panjang I serta hambatan jenis atau
resistivitas 𝜌 adalah:
I
R= ρ A (persamaan 4.4)

Dengan R adalah hambatan atau resistansi dengan satuan Ohm (Ω), 𝜌 adalah
hambatan jenis atau resistivitas dengan satuan ohmmeter (Ωm), I adalah
panjang kawat dengan satuan meter (m) dan A adalah luas penampang kawat
(m2). Hambatan listrik yang dimiliki bahan memiliki sifat-sifat sebagai
berikut: 1) semakin besar apabila bahan semakin panjang; 2) semakin kecil
apabila ukuran bahan atau luas penampang semakin besar. Setiap bahan atau
material memiliki nilai hambatan jenis masing-masing.
Di dalam suatu rangkaian listrik sering terdapat lebih dari satu
resistor. Resistor-resistor tersebut tersusun secara seri atau secara paralel atau
gabungan antara seri dan paralel. Resistor tersusun secara seri adalah resistor
yang disusun secara berurutan yang satu di belakang yang lain.6

Gambar 2.1 Resistor tersusun Seri

6
Ibid. Hlm. 14.

3
Pada gambar 1.3, R1, R2, dan R3 tersusun secara seri. Didapat Pengganti ketiga
penghambat ini menjadi sebuah penghambat saja, misalnya disebut saja Rs,
sedemikian rupa sehingga kuat arus I dan beda potensial V AB tidak berubah
besarnya. Rs adalah resistor pengganti dari resistor-resistor yang tersusun
secara seri tersebut. Jadi, besar resistor pengganti dari resistor-resistor yang
tersusun secara seri sama dengan jumlah dari resistor-resistor seri itu sendiri.7
Resistor tersusun paralel adalah resistor-resistor yang disusun secara
berdampingan atau sejajar.

Gambar 2.2 Resistor tersusun Paralel

R1 R2 dan R3 pada gambar 1.12 tersusun secara parallel. Ketiga hambatan


tersebut dapat diganti menjadi satu resistor saja, misalnya disebut Rp,
sedemikian rupa sehingga kuat arus I dan beda potensial V AB tidak berubah
besarnya. Rp adalah resistor pengganti dari resistor-resistor yang tersusun
secara paralel. Jadi, resistor- resistor yang disusun secara paralel dapat diganti
dengan sebuah resistor yang kebalikan harganya sama dengan jumlah
kebalikan harga resistor-resistor yang tersusun secara paralel.8

7
Ibid. Hlm. 22-23.
8
Ibid. Hlm 24.

4
B. Rumusan Masalah
1. Hukum ohm
a. Bagaimana hubungan hambatan terhadap kuat arus dalam rangka
listrik?
2. Rangkaian seri
a. Bagaimana pengaruh perubahan hambatan terhadap kuat arus yang
dihasilkan?
b. Bagaimana pengaruh perubahan hambatan terhadap tegangan yang
dihasilkan?
3. Rangkaian parallel
a. Bagaimana pengaruh perubahan hambatan terhadap kuat arus yang
dihasilkan?
b. Bagaimana pengaruh perubahan hambatan terhadap tegangan yang
dihasilkan?
C. Hipotesis
1 Hukum ohm
a. semakin besar nilai hambatan , maka kuat arus yang mengalir pada
rangkaian semakin kecil
2. Rangkaian seri
a. Semakin besar arus perubahan hambatan pada rangkaian , maka nilai
kuat arus yang dihasilkan akan semakin besar / tidak berubah
b. Semakin besar perubahan hambatan pada rangkaian / maka nilai
tegangan yang dihasilkan akan semakin besar
3. Rangkaian parallel
a. Semakin besar perubahan hambatan pada rangkaian , maka nilai kuat
arus yang dihasilkan akan
b. Semakin besar perubahan hambatan pada rangkaian , maka nilai
tegangan yang dihasilkan akan sama besar atau tidak berubah
D. Uji Hipotesis
1. Variable
a. Variable bebas : resistor

5
b. Variable kontrol : tegangan pada power supply
c. Variabel terikat : tegangan listrik , kuat arus , resistensi perhitungan
2. Definisi operasional
a. Resistor adalah hambatan yang dapat diubah – ubah nilainya
b. Tegangan listrik adalah nilai yang didapat dari power supply yang dapat
diubah – ubah
c. Kuat arus adalah banyaknya muatan yang mengalir pada suatu rangkaian
yang diukur menggunakan ampermeter
d. Resistensi perhitungan adalah nilai perbandingan antara tegangan listrik
dengan arus listrik
3. Definisi konsepsional
a. Resistor adalah komponen – komponen elektronika yang memiliki nilai
hambatan tertentu
b. Tegangan listrik adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam
rangkaian listrik dan dinyatakan dalam satuan volt
c. Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir pada kawat
penghantar dalam waktu setiap satuan waktu
d. Resistansi perhitungan adalah ukuran sejauh mana waktu objek
menentang arus listrik

6
E. Alat dan bahan
1. Alat
a. Amperemeter 1 unit
b. Power supply 1 unit
c. Papan rangkaian (soket) 1 set
d. Voltmeter 1 unit
2. Bahan
a. Jembatan penghubung 10 buah
b. Kabel penghubung 6 buah
c. Resistor 3 buah

7
F. Prosedur percobaan
1. Hukum ohm
a. Dibuat rangkaian dan dinyakalan power supply sesuai petunjuk
asisten praktikum seperti gambar dibawah ini

b. Diulangi percobaan dengan mengganti resistor


2. Rangkaian seri
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dirangkai alat dan gambar seperti gambar dibawah ini

c. Dihubungkan kabel penghubung pada rangkaian , pada power


supply , amperemeter , dan voltmeter , jangan menyalakan power
supply sebelum rangkaian diperiksa asisten
d. Dinyalakan power supply dengan tegangan sumber 4 volt
e. Dihitung tegangan dan kuat arus yang terukur pada voltmeter dan
amperemeter , dicatat hasilnya pada tabel pengamatan
f. Diulangi langkah c – e hingga mendapatkan V total dan I total
g. Dihitung resistansi perhitungan dengan rumus V total / I total
3. Rangkaian paralel
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dirangkai alat dan bahan seperti gambar dibawah

8
c. Dihubungkan kabel penghubung pada rangkaian , power suppyly ,
amperemeter dan voltmeter , jangan menyalakan power supply
sebelum rangkaian diperiksan asisten
d. Dinyalakan power supply dengan tegangan sumber 4 volt
e. Dihitung tegangan dan kuat arus yang terukur pada voltmeter dan
amperemeter , dicatat hasilnya pada tabel pengamatan
f. Diulangi langkah c – e hingga mendapatkan V total dan I total
g. Dihitung resistansi perhitungan dengan rumus V total / I total

Anda mungkin juga menyukai