Anda di halaman 1dari 25

i

LAPORAN PRAKTIKUM II

FISIKA DASAR

PENGUKURAN LISTRIK DAN HUKUM OHM


disusun oleh :

nama : Ni Made Sinta Dewi

NIM : 211011050005

jurusan/prodi : Farmasi A

kelompok : II (dua)

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2021
I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur listrik untuk mengukur besaran
listrik : resistansi, beda potensial dan kuat arus
2. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami hukum ohm
3. Mahasiswa dapat membedakan hasil perhitungan dengan hasil pengukuran
besaran listrik.

II. ALAT
1. Catu Daya AC dan DC
2. Resistor
3. Kabel Penghubung
4. Multimeter Analog dan Multimeter Digital

III. DASAR TEORI


Hukum Ohm berbicara mengenai hubungan antara tegangan listrik (V ) dan
arus listrik (I ) . Sebelum memahami hubungan antar kedua besaran fisika
tersebut, perlu pemahaman mengenai definisi arus listrik . Arus listrik adalah aliran
muatan listrik atau muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Muatan adalah
satuan terkecil dari atom atau sub bagian dari atom. Muatan akan bergerak jika
ada energi luar yang memepengaruhinya. Selama muatan tersebut terus bergerak
maka akan muncul arus listrik, tetapi ketika muatan tersebut diam maka arus pun
akan hilang. Arah arus listrik dari potensial yang tinggi ke potensial rendah dan
berlawanan arah dengan aliran electron. (Joko Siswanto, 2018)
Menurut (Asep Saefullah, 2018) Kemudahan arus listrik yang mengalir pada
sebuah penghantar bergantung pada jenis penghantar. Kemampuan penghantar
untuk mengalirkan arus listrik disebut dengan konduktivas, lawan dari resistivitas
atau lebih dikenal dengan istilah hambatan (R). Semakin besar resistrivitas sebuah
penghantar, akan semakin sulit arus listrik melewatinya. Hubungan antara beda
potensial, arus listrik, dan hambatan dapat ditulis :

V
I=
R

Setiap partikel atom memiliki muatan listrik. Elektron memiliki muatan


negatif (-) dan proton memiliki muatan positif, sedangkan neutron tidak memiliki
muatan atau netral. Dalam sebuah atom yang seimbang, jumlah elektron sama
dengan jumlah proton. Keseimbangan muatan negatif dan positif yang berlawanan
memegang atom secara bersama-sama. Dalam hal ini gaya tolak dan gaya tarik
sama besar. (Dr. Muji Setiyo, 2017)
Menurut (Asep Saefullah, 2018) Pergerakan muatan listrik terjadi jika
terjadi beda potensial, elektron akan bergerak dari potensial rendah ke potensial

1
tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa arus lisrtik berpindah dari potensial
tinggi (kutub positif) ke potensial rendah (kutub negatif). Besar arus listrik yang
mengalir pada sebuah penghantar sebanding dengan beda potensial sumber ¿),
yang berarti semakin besar sumber taganga, semakin besar arus listrik yang
mengalir. Semakin besar resistrivitas sebuah penghantar, akan semakin sulit arus
listrik melewatinya

( )
I
l
R

Dengan hukum ohm kita dapat menghitung voltase dan arus di berbagai
bagian dalam rangkaian. Amperemeter merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mengukur kuat arus listrik. Pemakaian alat ukur ini dihubungkan ke dalam
rangkaian sehingga terhubung seri dengan komponen yang akan dihitung kuat
arusnya. Voltmeter merupakan alat ukur beda potensial antara 2 titik. Pemakaian
alat voltmeter dipasang paralel dengan komponen yang akan diukur beda
potensialnya. Arus listrik (I) yang mengalir melalui resistor (R) akan
menyebabkan daya yang dikirim baterai hilang dalam bentuk panas ini disebut
daya disipasi. (Maulana, 2016)

I
Non Ohmik

Ohmik

Slope = I /R

Grafik yang sesuai dengan hukum Ohm disebut grafik Ohmik, sedangkan
yang tidak sesuai dengan hukum Ohm disebut non Ohmik.
Hukum Ohm mengatakan: Arus dalam rangkaian berbanding lurus dengan
tegangan yang diberikan dan berbanding terbalik dengan jumlah tahanan. Ini
berarti jika tegangan naik, aliran arus akan naik, dan sebaliknya. Juga, saat
tahanan naik, arus turun, dan sebaliknya. Hukum Ohm dapat dimanfaatkan
dengan baik dalam pemecahan masalah listrik. Penggunaan Hukum Ohm lebih
praktis hanya dengan menerapkan konsep yang ada (Dr. Muji Setiyo, 2017)
Sumber tegangan tidak terpengaruh oleh arus atau hambatan, terlalu rendah,
normal, atau terlalu tinggi. Jika sumber tegangan terlalu rendah, arus akan turun
dan jika sudah normal, arus akan naik. Jika tahanan rendah, arus akan menjadi
tinggi. Jika tegangan terlalu tinggi, arus juga akan tinggi. (Dr. Muji Setiyo, 2017)
Tegangan adalah tekanan listrik, beda potensial, atau perbedaan muatan
listrik antara dua titik. Perbedaan potensial ini bisa mendorong arus listrik melalui
kawat (konduktor), tapi tidak melalui pembungkusnya (isolator). Tegangan listrik
diukur dalam Volt (V). Karena ada perbedaaan potensial listrik, maka terjadi
electron moving force (EMF). Dalam kendaraan, tegangan adalah unit listrik
untuk menerangkan jumlah tekanan listrik (perbedaan petensial) yang ada antara
dua titik pengukuran atau sejumlah tekanan listrik yang dibangkitkan oleh reaksi
kimia di dalam baterai. Satu Volt bisa menekan/mengalirkan sejumlah arus untuk
mengalir, dua Volt bisa menekan dua kali lebih banyak, dan seterusnya. (Dr. Muji
Setiyo, 2017)
Menurut (Dr. Muji Setiyo, 2017) Perbedaan tekanan listrik antara dua titik
diukur dengan voltmeter secara paralel dengan beban. 1 Volt adalah ketika 1
coulomb muatan listrik yang bergerak pada suatu penghatar dan bekerja dalam
satu joule, diantara dua titik beda potensial.

W
E=
Q

Dimana, E adalah beda potensial pada kedua ujung rangkaian (Volt), W


adalah tenaga listrik (joule), dan Q adalah jumlah muatan listrik (coloumb).
Arus listrik dipengaruhi oleh tegangan atau hambatan. Jika tegangan tinggi
atau tahanan rendah, arus akan tinggi. Jika tegangan rendah atau tahanan tinggi,
arus akan rendah. Sedangkan Resistansi/tahanan tidak terpengaruh oleh tegangan
atau arus. Jika nilai tahanan terlalu rendah, arus akan tinggi pada tegangan
berapapun. Jika tahanan terlalu tinggi, arus akan rendah pada tegangan yang tetap
Resistansi /tahanan akan menghambat aliran arus. Tahanan ini seperti "gesekan"
listrik. Setiap komponen atau rangkaian listrik memiliki nilai tahanan. Tahanan
akan mengubah energi listrik menjadi bentuk energi lain, seperti panas, nyala
lampu pijar, atau gerak. (Dr. Muji Setiyo, 2017)
Arus listrik mengalir melalui sebuah penghantar. Arus bisa mengalir dalam
sebuah penghantar karena adanya perbedaan potensial tegangan (tekanan). Arus
listrik diukur dalam Ampere menggunakan ampere meter (Ammeter) secara seri
dalam sebuah sirkuit. Elektron bebas yang bermuatan negatif pada atom
selamanya akan selalu tolak menolak satu dengan lainnya. Bila ada kelebihan
elektron disatu tempat, maka akan ada kekurangan elektron ditempat lainnya,
elektron akan selalu bergerak ke tempat yang kosong, dan kemudian bergerak
untuk saling menjauh antara satu dengan yang lainnya. (Dr. Muji Setiyo, 2017)
Resistan listrik diukur dalam satuan ohm. Di mana satuan ohm menyatakan
jumlah resistan pada suatu rangkaian listrik. Resistan sebesar satu ohm
memungkinkan adanya emf sebesar satu volt yang menyebabkan terjadinya aliran
arus melalui rangkaian tersebut sebesar satu amper. Simbol yang digunakan untuk
menyatakan satuan ohm adalah Ω . Nilai resistan listrik pada suatu konduktor
tergantung pada empat aspek berikut:
 Bahan yang digunakan
 Diameter atau ukuran konduktor
 Panjang konduktor
 Suhu konduktor (Widodo, 2013)

Menurut (Widodo, 2013) Besarnya nilai resistansi suatu bahan konduktor


dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

l×ρ
R=
A
dimana :
R : resistansi konduktor, diukur dalam satuan ohm
 : resistivitas bahan, dalam satuan ohm.mm2 /m
l: panjang konduktor, diukur dalam satuan meter (m)
A : luas penampang kawat penghantar, dalam satuan mm2

Pengaruh Suhu terhadap nilai Resitansi adalah


- menaikkan nilai resistivitas pengantar logam murni dan logam campuran
- menurunkan nilai resistivitas penghantar non logam seperti elektrolit dan
karbon serta bahan isolator seperti kertas, karet, gelas dan mika (Widodo,
2013)

Menurut (Widodo, 2013) misalkan, suatu resistor pada suhu t0 mempunyai


resistansi R0. Bila suhu resistor naik menjadi t1, maka nilai resistansinya naik
menjadi Rt . Dalam hal ini ada keanikan milai resistansi sebesar dR, di mana:

δR=Rt −R 0
δR=α × R 0 x dt
Di mana:
α adalah konstanta yang disebut sebagai koefisien suhu
dt adalah besarnya kenaikan suhu (t1 – t0) Sehingga dapat dituliskan :

Rt =R 0l+ α ×dt
Referensi Kode Warna Resistor
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
Klik Link Simulasi Virtual dibawah ini:
https://phet.colorado.edu/sims/html/circuit-construction-kit-dc/latest/
circuitconstruction-kit-dc_en.html

Gambar 1. Tampilan Layar Virtual

A. Mengukur Resistansi
1. Switch multimeter pada posisi ohmmeter diputar.
2. Alat dikalibrasi dengan cara kedua ujung kabel multimeter dihubungkan.
Saklar kalibrasi diputar sampai jarum menunjukkan angka nol, apabila angka
nol belum tepat ditunjukkan pada jarum petunjuk.
3. Kedua kabel pada resistor dihubungkan untuk mengukur masing-masing pada
kedua ujung/kakinya.
4. Batas ukur disesuaikan dengan resistor yang akan diukur agar hasilnya
mempunyai ralat yang kecil.
5. Angka yang ditunjukkan oleh jarum multimeter dibaca kemudian dituliskan
pada table 1.
6. Langkah 1-5 dilakukan untuk resistor lain dan untuk dua atau tiga resistor yang
dirangkai secara parallel.
Gambar 2. Contoh Rangkaian Prosedur 1

B. Mengukur Tegangan
1. Skala multimeter pada posisi Ohmmeter diputar.
2. Alat dirangkai seperti pada gambar berikut :

Gambar 3. Contoh Rangkaian Prosedur 2

3. Ujung positif multimeter dihubungkan dengan kutub positif baterai B1,


demikian juga kutub negatifnya.
4. Tegangan VR1, VR2, dan VR3 dicatat.
5. Angka yang ditunjukan oleh jarum multimeter dibaca dan dituliskan pada
tabel2.
6. Prosedur 1-4 dilakukan untuk baterai B2
7. Prosedur 1-4 dilakukan untuk baterai B1 yang telah dirangkai seri dengan B2
8. Prosedur 1-4 dilakukan untuk baterai B1 yang telah dirangkai parallel dengan
B2.

C. Mengukur Kuat Arus


1. Skala Multimeter pada posisi Amperemeter diputar.
2. Alat dirangkai seperti gambar berikut,dengan baterai B1 dan Resistor.

Gambar 4. Contoh Rangkaian Prosedur 3

3. Angka yang ditunjukan oleh jarum Amperemeter dibaca dan dituliskan


hasilnya pada table 3.
4. Prosedur 1-3dilakukan untukbaterai B1 dan resistor R2,baterai B2 dengan
resistor R1 dan baterai B2 dengan resistor R2

D. Hukum Ohm
1. Alat dirangkai seperti pada gambar berikut.
Gambar 5. Contoh Rangkaian Prosedur 4
2. Hasil pengukuran pada Voltmeter dan Amperemeter dibaca.
3. Sumber tegangan diubah sebanyak 3x kemudian hasil pengukuran Voltmeter
dan Amperemmeter dibaca.
4. Prosedur 1-3 dilakukan dengan nilai resistor diganti sebanyak 3x
V. TABEL PENGAMATAN

1. Data Hasil Pengukuran Tahanan


Toleransi
Nilai Hasil
Warna Resistor Nilai warna resistor Gelang 4
No Resistor Resisto perhitungan
Gelang Gelang Gelang Gelang Gelang Gelang
r kode warna
1 2 3 1 2 3 Warna Nilai
R1 Hitam
1
10,0 Ω Coklat Hitam 1 0 0 Emas 0,1 10 ± 0,1 Ω
R2
2
15,0 Ω Coklat Hijau Hitam 1 5 0 Emas 0,1 15 ± 0,1 Ω
R3
3
18,0 Ω Coklat Abu Hitam 1 8 0 Emas 0,1 18 ± 0,1 Ω
R1 Seri 43,0 Ω
4
R2, R3
R1
5 Paralel 4,5 Ω
R2, R3

2. Data Hasil Pengukuran Tegangan


Nilai Tegangan
Kuat
No Baterai tegangan Resistor
arus pengukuran Perhitungan
baterai
10,0 Ω  0,23 A  2,33 V 2,30 V
1 B1 10 V  15,0 Ω  0,23 A 3,49 V  3,45 V
18,0 Ω  0,23 A  4,19 V 4,14 V
10,0 Ω  0,28 A 2,79 V  2,80 V
2 B2  12 V  15,0 Ω  0,28 A 4,19 V  4,20 V
18,0 Ω  0,28 A 5,02 V  5,04 V
      R1 R2 R3   VR1 VR2 VR3 VR1 VR2 VR3
B1= 10 V 10,0 15,0 18,0 5,12  7,6  9,2  5,10  7,65  9,18
3  B1 Seri B2  0,51 A
B2= 12 V Ω Ω Ω V  7V 1V V V V
B1= 10 V  10,0  15,  18, 2,56 3,84  4,6 2,60 3,90 4,68
4 B1 Paralel B2   0,26 A
B2= 12 V Ω 0Ω 0Ω V  V  0V V  V  V 

3. Data Hasil Pengukuran Kuat Arus

Kuat Arus
No Baterai Nilai Resistor
Pengukuran Perhitungan
1 B1=10V R1=10,0 Ω 1,00 A 1,00 A
2 B1=10V R2=15,0 Ω 0,67 A 0,67 A
3 B1=10V R3=18,0 Ω 0,56 A 0,56 A
4 B2=12V R1=10,0 Ω 1,20 A 1,20 A
5 B2=12V R2=15,0 Ω 0,80 A 0,80 A
6 B2=12V R3=18,0 Ω 0,67 A 0,67 A

4. Pengukuran Kuat Arus dan Tegangan

No Resistensi Sumber tegangan Kuat arus Tegangan/ resistansi


10,00 V 1,00 A 1,00 A
1 10 Ω
12,00 V 1,20 A 1,20 A
10,00 V 0,67 A 0,66 A
2 15 Ω
12,00 V 0,80 A 0,80 A
10,00 V 0,56 A 0,55 A
3 18 Ω
12,00 V 0,67 A 0,66 A
VI. PENGOLAHAN DATA
e. Grafik antara I dan V Dari Data Pengukuran Untuk Satu Harga
Tahanan

Grafik Data Pengukuran Resistor 1 (10Ω)


14

12

10
Tegangan (V)

0
0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80

Arus Listrik (A)

Grafik Data Pengukuran Resistor 2 (15Ω)


14.00

12.00

10.00
Tegangan (V)

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 0.95 1.00 1.05

Arus Listrik (A)


Grafik Data Pengukuran Resistor 3 (18Ω)
14.00

12.00

10.00
Tegangan (V)

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85
Arus Listrik (A)
VII. PEMBAHASAN
KESIMPULAN
1. Alat yang digunakan untuk mengukur besaran listrik pada praktikum ini yaitu:
- Ohm-meter digunakan untuk mengukur besarnya suatu hambatan listrik.
- Amperemeter digunakan untuk mengukur besarnya kuat arus listrik yang
ada pada sebuah rangkaian listrik
- Voltmeter digunakan untuk mengukur besarnya tegangan listrik pada
sebuah rangkaian listrik.
2. Hukum Ohm dapat digunakan untuk mengetahui hubungan tegangan dan kuat
arus serta dapat digunakan untuk menentukan suatu hambatan beban listrik
tanpa menggunakan Ohmmeter.
3. Hasil yang diperoleh dari perhitungan dan pengukuran kuat arus serta
tegangan hanya berselisih sedikit, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal ini.
4. Hubungan antara kuat arus (I) dan tegangan (V) merupakan hubungan yang
linear, artinya makin besar tegangan makin besar pula kuat arus, makin kecil
tegangan makin kecil pula kuat arus.

SARAN
1. praktikan sebaiknya memperhatikan rangkaian praktikum agak tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan yang diakibatkan kesalahan rangkaian
2. praktikan sebaiknya memahami dan mempelajari materi hukum ohm terlebih
dahulu
3. praktikan sebaiknya berhati hati dan teliti dalam pengambilan data karena
apabila terjadi sedikit kesalahan dalam nilai tegangan atau arus yg diukur,
maka akan sangat berpengaruh terhadap nilai hambatan yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Risky. (2016). Hukum Ohm. Jurnal Hukum Ohm, Ed I-1, 7.
Saefullah, Asep, Mohammad Fakhturronkhman, Yunita Oktasaria, Resty Dwi
Arsy, Hayin Rosdiana, Vaka Gustiono, dan Seno indriyanto. (2018).
Rancang Bangun Alat Praktikum Hukum Ohm Untuk Memfasilitasi
Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills).
Jurnal Ilmiah Penelitian Dan Pembelajaran Fisika, Vol 4, No. 2, 83.
Setiyo, M. 2017. Listrik & Elektronika Dasar Otomotif. Magelang. Unimma Press
Siswanto, J., Susantini, E., dan Jatmiko, B. 2018. Fisika Dasar, Seri: Listrik Arus
Searah dan Kemagnetan. Semarang. Upgris Press
Widodo, M. S. 2013. Dasar dan Pengukuran Listrik Semester 1 kelas X. Jakarta.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai