Anda di halaman 1dari 5

Lampiran materi kd 3.

Rangkaian Arus Searah


Pertemuan Pertama
 Pengertian Listrik Arus Searah
 Besaran – Besaran Listrik Arus Searah
 Arus Listrik
 Kuat Arus LIstrik
 Potensial Listrik
 Hambatan Listrik

 Pengertian Listrik Arus Searah


Arus listrik searah (Direct Current atau DC) adalah aliran elektron dari suatu titik
yang energi potensialnya tinggi ke titik lain yang energi potensialnya lebih rendah.
Arus searah dulu dianggap sebagai arus positif yang mengalir dari ujung positif
sumber arus listrik ke ujung negatifnya. Pengamatan-pengamatan yang lebih baru
menemukan bahwa sebenarnya arus searah merupakan arus negatif (elektron) yang
mengalir dari kutub negatif ke kutub positif. Aliran elektron ini menyebabkan terjadinya
lubang-lubang bermuatan positif, yang “tampak” mengalir dari kutub positif ke kutub
negatif.
Contoh dari penggunaan listrik arus searah yaitu penyaluran tenaga listrik komersil
yang pertama (dibuat oleh Thomas Alfa Edison di akhir abad ke 19) menggunakan
listrik arus searah. Generator komersiel yang pertama di dunia juga menggunakan
listrik arus searah.
 Besaran – Besaran Listrik Arus Searah
Dalam kelistrikan terdapat beberapa besaran, dimana setiap besaran mempunyai
simbol serta satuan masing-masing yaitu :
1 Satuan Elektro Statis ( SES )
2 Satuan Elektro Magnetis ( SEM )
3 Satuan Praktis
Satuan yang dipakai sekarang ini adalah satuan praktis, karena dua satuan yang lain
terlalu rumit untuk dipakai. Berikut beberapa besaran listrik dan simbol beserta
satuannya :
Nama Besaran Simbol Satuan

 Arus listrik I Ampere ( A )


 Tegangan listrik/Beda Potensial E / V / U Volt ( V )
 Muatan listrik Q Coulomb ( C )
 Tahanan listrik R Ohm ( Ω )
 Daya Listrik P Watt ( W )
 Usaha Listrik (energi) W Joule ( J )
 Kapasitansi C Farad ( F )
 Konduktansi G Siemens ( S )
 Induktansi L Henry ( H )
 Frekuensi f Hertz ( Hz )
 Fluksi Magnet ø Weber ( Wb )
 Fluksi Cahaya ø Lumen ( Lm )
 Iluminasi E Lux ( Lx )
 Arus Listrik
Arus listrik dapat mengalir pada suatu penghantar listrik (konduktor), arus
listrik terjadi apabila dua kutub yang bermuatan listrik berbeda pada suatu sumber
listrik dihubungkan menggunakan suatu bahan konduktor. Arus listrik terjadi akibat
beda potensial (tegangan listrik) antara kedua kutub dengan muatan listrik yang
berbeda. Arus listrik mengalir dari medan listrik dengan potensial yang lebih tinggi ke
medan listrik dengan potensial lebih rendah.
Aliran listrik yang arahnya tetap disebut aliran listrik searah (DC = Direct Current)
dan yang tidak tetap sering disebut aliran listrik bolak-balik (AC = Alternating Current).
 Kuat Arus LIstrik
kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat penghantar
tiap satuan waktu. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan arah
dengan arah gerak elektron.

I = Kuat arus listrik yang mengalir (A)


Q = Muatan listrik (C)
t = Waktu (s)
 Potensial Listrik
Potensial listrik didefinisikan sebagai energi potensial listrik per satuan muatan
listrik. Misalkan ketika berada pada titik a, muatan q mempunyai energi potensial listrik
sebesar EPa , maka potensial listrik pada titik a dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan : V = potensial listrik, EP = energi potensial listrik, q = muatan listrik.


Potensial listrik tidak hanya ada di titik a tetapi juga pada semua titik dalam medan
listrik. Titik a digunakan sebagai contoh. Sebagaimana akan dijelaskan kemudian,
potensial listrik tidak bergantung pada muatan q.
 Hambatan Listrik
Hambatan listrik dapat berupa resistor tetap dan variable. Resistor tetap dibuat dari
karbo atau kawat nikrom tipis. Sedangkan resistor variable dapat dibedakan menjadi
resistor variable tipe berputar dan tipe bergeser. Hambatan listrik erat kaitannya
dengan hokum Ohm, yaitu hokum yang menyatakan hubungan antara tegangan, arus ,
danhambatan listrik pada sebuah penghantar listrik ( konduktor ).

Pertemuan kedua
 Hukum Ohm
 Hambatan pada kawat penghantar
 Rangkaian hambatan listrik
 Hambatan seri
 Hambatan Paralel

 Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan
kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila
nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang
dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis
penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:
V=IR
Di mana :
I adalah arus listrikyang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere.
V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam
satuan volt.
R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar
dalam satuan ohm.
Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada
tahun 1825 dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit
Investigated Mathematically pada tahun 1827.
 Hambatan pada kawat penghantar
besar hambatan suatu kawat penghantar 1. Sebanding dengan panjang kawat
penghantar. artinya makin panjang penghantar, makin besar hambatannya, 2.
Bergantung pada jenis bahan kawat (sebanding dengan hambatan jenis kawat), dan 3.
berbanding terbalik dengan luas penampang kawat, artinya makin kecil luas
penampang, makin besar hambatannya. Jika panjang kawat dilambangkan ℓ, hambatan
jenis ρ, dan luas penampang kawat A. Secara matematis, besar hambatan kawat dapat
ditulis :

 Rangkaian hambatan listrik


Rangkaian hambatan listrik dibedakan menjadi dua, yaitu rangkaian
seri dan rangkaian paralel. Pada rangkaian listrik, mungkin kita sering menjumpai
beberapa hambatan yang dirangkai secara bersama-sama. Hambatan yang dimaksud di
sini bukan hanya resistor, melainkan semua peralatan yang menggunakan listrik, seperti
lampu, radio, televisi, dan setrika listrik.
Jenis Rangkaian Hambatan Listrik
Rangkaian hambatan listrik dibedakan menjadi dua, yaitu seri dan paralel.
 Hambatan seri
Hambatan seri adalah rangkaian yang disusun secara berurutan (segaris). Pada
rangkaian hambatan seriyang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, besar kuat
arus di setiap titik dalam rangkaian tersebut adalah sama. Jadi, semua hambatan yang
terpasang pada rangkaian tersebut dialiri arus listrik yang besarnya sama. Bila salah
satu hambatan ada yang putus, maka arus listrik pada rangkaian tersebut juga
putus/tidak mengalir.

Pada gambar diatas, terlihat dua buah lampu (sebagai hambatan) yang disusun seri.
Kuat arus yang mengalir melalui kedua lampu tersebut sama besarnya, sedangkan
tegangannya berbeda (VAB ≠ VBC).
 Hambatan Paralel
Hambatan paralel adalah rangkaian yang disusun secara berdampingan/berjajar. Jika
hambatan yang dirangkai paralel dihubungkan dengan suatu sumber tegangan, maka
tegangan pada ujung-ujung tiap hambatan adalah sama. Sesuai dengan Hukum I
Kirchoff, jumlah kuat arus yang mengalir pada masing-masing hambatan sama dengan
kuat arus yang mengalir pada penghantar utama.

Pada gambar diatas, dua buah lampu (sebagai hambatan) dirangkai paralel. Kuat arus
yang mengalir pada lampu 1 (I1) dan lampu 2 (I2) besarnya tergantung nilai
hambatannya, sedangkan tegangan yang melewati kedua lampu tersebut besarnya
sama.

Pertemuan ketiga
 Hukum Kirchhoff II
 Perhitungan Energi dan Daya Listrik

 Hukum Kirchhoff II
Hukum II Kirchhoff berbunyi : “Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar
gaya gerak listrik (є) dengan penurunan tegangan (I.R) sama dengan nol. Maksud dari
jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik yang hilang
dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan atau
diserap.

Hukum II Kirchhoff dirumuskan sebagai


ΣE +ΣIR = 0
Keterangan :
ΣE = jumlah ggl sumber arus (V)
ΣIR = jumlah penurunan tegangan. (V)
I = arus listrik (A)
R = hambatan (W)
Penggunaan Hukum II Kirchhoff adalah sebagai berikut:
 Pilih rangkaian untuk masing-masing lintasan tertutup dengan arah tertentu.
Pemilihan arah loop bebas, tapi jika memungkinkan diusahakan searah dengan
arah arus listrik.
 Jika pada suatu cabang, arah loop sama dengan arah arus, maka penurunan
tegangan (IR) bertanda positif, sedangkan bila arah loop berlawanan arah dengan
arah arus, maka penurunan tegangan (IR) bertanda negatif.
 Bila saat mengikuti arah loop, kutub sumber tegangan yang lebih dahulu dijumpai
adalah kutub positif, maka gaya gerak listrik bertanda positif, sebaliknya bila
kutub negatif maka penurunan tegangan (IR) bertanda negatif.
 Perhitungan Energi dan Daya Listrik
Untuk menghitung energi listrik dapat digunakan persamaaan matematis yakni:
W=V.I.t
Di mana:
W = Energi listrik
V = tegangan listrik
I = kuat arus litrik
t = waktu
Persamaan W = V . I . t di atas diajabarkan lagi dengan menggunakan
persamaan Hukum Ohm yaitu:
V = I.R. atau
I = V/R
Sehingga dengan menggabungkan rumus hukum ohm (V = I.R) dengan persamaan W
= V . I . t maka diperoleh persamaan baru yaitu:
W=V.I.t
W = I. R . I . t (ingat energi harus di IRIt)
W = I2. R . t
Selain rumus IRIt di atas juga akan didapatkan rumus yang lain dengan cara yang
sama hanya saja rumus hukum ohm yang digunakan yaitu I = V/R, sehingga rumusnya
menjadi:
W=V.I.t
W = V . (V/R) . t
W = V2. t/R
Dari penjelasan tersebut maka energi listrik dapat dicari dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
W=V.I.t
W = I2. R . t
W = V2. t/R
Lalu bagaimana cara mencari daya suatu listrik pada suatu rangkaian atau alat?
Kembali lagi anda harus mengingat konsep daya listrik pada saat anda duduk di kelas
IX SMP. Di mana daya istrik didefinisikan sebagai banyaknya energi listrik tiap satuan
waktu. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
P = W/t
di mana:
P = daya listrik
W = energi listrik
t = waktu
selain itu daya listrik dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:
P = W/t
P=V.I
P = I2. R
P = V2/R
Satuan energi listrik adalah joule (J) dan satuan untuk daya listrik adalah watt (W).
Energi listrik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh pelanggan listrik diukur
dengan satuan kWh (kilowatt-hour).
1 kWh = 3,6 × 106 J
Selain itu ada juga satuan dari energi listrik dengan satuan kalori.
1 kalori = 4,18 Joule
1 Joule = 0,24 kalori

Anda mungkin juga menyukai