Pada bab ini, membahas mengenai kuat arus listrik, hambatan listrik dan resistor, GGL dan
tegangan jepit, hukum Ohm, rangkaian arus listrik searah, hukum Kirchoff, daya dan energi
listrik, amperemeter, voltmeter, ohmmeter, serta listrik dalam kehidupan sehari-hari.
Kuat Arus Listrik
Kuat arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran muatan listrik yang melalui penghantar.
Δq
Dirumuskan menjadi I = . Dengan I adalah kuat arus listrik, Δ q adalah jumlah muatan yang
Δt
mengalir melalui penghantar yang luas penampangnya A dalam waktu Δ t . Kuat arus listrik
diukur menggunakan galvanometer atau amperemeter. Dalam SI, satuan arus listrik adalah
ampere. Satuan ini digunakan untuk menghormati ilmuwan Perancis Andre Marie Ampere. Satu
ampere didefinisikan sebagai satu coulomb per sekon (1 A = 1 C/s).
Dengan ρ0 adalah hambatan jenis pada suhu acuan T 0 (misalnya, 0 oC atau 20 oC), ρ T adalah
hambatan jenis pada suhu T , dan α disebut koefisien suhu hambatan jenis.
Oleh karena hambatan logam sebanding dengan hambatan jenis, kita dapat menyatakan R
dengan cara yang sama seperti pada persamaan hambatan jenis,
R T = R 0 [1 + α(T −T 0)]
Resistor atau tahanan merupakan komponen elektronika yang berfungsi mengendalikan arus
listrik. Resistor mempunyai hambatan yang besarnya bervariasi, mulai kurang dari satu ohm
hinggan jutaan ohm. Untuk membuat resistor biasanya digunakan bahan dengan resistivitas
tinggi. Contohnya karbon, resistor karbon biasanya ditandai dengan kode standar berupa gelang
warna.
Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah arus listrik yang sebanding dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan
resistensi. Sedangkan menurut Kamus Collins, Hukum Ohm adalah prinsip arus listrik yang
mengalir melalui suatu konduktor yang sebanding dengan beda potensial. Namun suhu tetap
bernilai konstan. Konstanta proporsional merupakan resistansi dari konduktor. Besarnya
tegangan pada suatu rangkaian berbanding lurus dengan kuat arus yang ditimbulkan. Semakin
besar tegangan, semakin besar kuat arusnya.
Hukum Ohm sendiri berbunyi, “Kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar atau hambatan
besarnya sebanding dengan beda potensial atau tegangan antara ujung-ujung penghantar tersebut.
Pernyataan itu bisa dituliskan sebagai berikut yaitu I ∞ V.” Persamaannya adalah sebagai berikut
V
I= atau V =IR
R
Hukum Kirchhoff
Hukum Kirchhoff ditemukan oleh Gustav Robert Kirchhoff yang merupakan ahli fisika asal
Jerman. Kirchhoff menjelaskan hukumnya tentang kelistrikan ke dalam dua bagian, yaitu Hukum
I Kirchhoff dan Hukum II Kirchhoff.
Hukum I Kirchhoff
Hukum ini merupakan hukum kekekalan muatan listrik yang menyatakan bahwa jumlah muatan
listrik yang mengalir tidaklah berubah. Jadi, pada suatu percabangan, laju muatan listrik yang
menuju titik cabang sama besarnya dengan laju muatan yang meninggalkan titik cabang itu. Nah,
di fisika, laju muatan listrik adalah kuat arus listrik. Oleh karena itu, bunyi Hukum I Kirchhoff
lebih umum ditulis:
Besar kuat arus total yang melewati titik percabangan a secara matematis dinyatakan Σ I masuk =
Σ I keluar yang besarnya adalah I1 = I2 + I3.
Hukum II Kirchhoff
Hukum ini berlaku pada rangkaian yang tidak bercabang yang digunakan untuk menganalisis
beda potensial (tegangan) pada suatu rangkaian tertutup. Hukum II Kirchhoff biasa disebut
Hukum Tegangan Kirchhoff atau Kirchhoff’s Voltage Law (KVL). Bunyi Hukum II Kirchhoff
adalah:
Jumlah aljabar beda potensial (tegangan) pada suatu rangkaian tertutup adalah sama dengan nol.
Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik cabang akan sama dengan jumlah kuat arus
listrik yang meninggalkan titik itu.
Versi lain Hukum II Kirchhoff, yaitu pada rangkaian tertutup, berbunyi: jumlah aljabar GGL (ε)
dan jumlah penurunan tegangan (IR) sama dengan nol. Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai: Σ ε+Σ IR = 0.
Berdasarkan gambar di atas, total tegangan pada rangkaian adalah Vab + Vbc + Vcd + Vda = 0.
Hukum II Kirchhoff ini menjelaskan bahwa jumlah penurunan beda potensial sama dengan nol
artinya tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian atau semua energi listrik diserap dan
digunakan.
Untuk menganalisis suatu rangkaian listrik menggunakan Hukum II Kirchhoff diperlukan
beberapa aturan atau perjanjian.
1. Pilih loop untuk masing-masing lintasan tertutup dengan arah tertentu. Pada dasarnya
pemilihan arah loop bebas namun jika memungkinkan usahakan searah dengan arah arus.
Maksudnya bebas disini bebas yah arahnya mau searah jarum jam atau berlawanan arah jarum
jam.
2. Pada suatu cabang, jika arah loop sama dengan arah arus maka penurunan tegangan (IR)
bertanda positif, jika berlawanan arah maka penurunan tegangan (IR) bertanda negatif.
Contohnya gini. Kalo misalkan arah loop searah jarum jam terus arah arusnya juga searah jarum
jam, maka nanti penurunan tegangan (IR) positif karena sama-sama searah jarum jam.
Kalau misalkan nanti loopnya berlawanan arah jarum jam tapi arusnya searah jarum jam maka
IR-nya bertanda negatif.
3. Jika saat mengikuti arah loop, kutub sumber tegangan yang lebih dulu dijumpai adalah kutub
positif maka GGL bertanda positif.
Sebaliknya, jika kutub yang lebih dahulu dijumpai adalah kutub negatif maka GGL bertanda
negatif.