Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM FISIKA DASAR 3

FRANCK HERTZ

Nama : Khaerina Dwi Agustina


NIM : 2205036014
Program Studi : Pendidikan Fisika
Kelas : Regular A
Kelompok : 3 (Tiga)
FRANCK HERTZ

A. Dasar Teori
Pada tahun 1914, James Franck dan Gustav Hertz melakukan beberapa
eksperimen yang membuktikan tentang kebenaran teori bohr dan tenteng
eksitasi atom. Franck-Hertz menggunakan gas yang dimasukan ke dalam
sebuah tabung bertekanan rendah dan didalamnya dilengkapi dengan sebuah
lempeng logam dan dua buah elektroda yang diberi beda potensial/tegangan
tertentu yang kemudian dihubungkan dengan multimeter. Apabila lempeng
logam dipanaskan maka akan terdapat elektron yang terlepas ke permukaan
logam. Elektron bebas ini kemudian terlepas dan menumbuk elektron yang
dikandung oleh gas. Bila model atom Bohr yang mengatakan bahwa akan
terjadi peristiwa eksitasi elektron benar, maka akan terjadi pembacaan arus
listrik dalam multimeter yang awalnya naik hingga suati titik maksimm dan
kemudian turun. Dari data hasil bacaamn multimeter maka akan dapat dihitung
besarnya energi eksitasi dan panjang gelombang foton yang diemisikan 1
Pada percobaannya, Franck-Hertz menembaki uap mercury (Hg) dengan
elektron yang energinya diketahui. Pada Gambar-2 menunjukkan skema
perangkat laboratorium yang umumnya digunakan dan sangat mirip dengan
Franck- Hertz apparatus asli yang digunakan pada saat itu. Elektron yang
dipancarkan oleh filament pemanas kemudian dipercepat menuju sebuah kisi
oleh beda potensial yang diatur. Akibatnya, elektron-elektron tersebut akan
menumbuk atom-atom gas merkuri sehingga terjadi tumbukan elastis dan
inelastic. Tumbukan elastic adalah tumbukan di mana total energi kinetik
partikelpartikel sebelum dan sesudah tumbukan tidak berubah. Sedangkan
tumbukan elastic adalah tumbukan di mana total energi kinetik partikelpartikel
sebelum dan sesudah tumbukan tidak berubah Berdasarkan tumbukan tersebut
maka akan terjadi proses eksitasi elektron dan deeksitasi yang mana elektron-
elekrtonn yang ada akan menuju ke anoda sehingga dapat dilakukan

1
Shavira, R. A., H, A. P., & Arifin, Z. (n.d.). Frank-Hertz. 1–6.

1
pengukuran oleh galvanometer. Arus yang tertangkap oleh galvanometer
merupakan arus yang naik turun berdasarkan pertambahan tegangan. Hal ini
menunjukkan theorem bahwa energi elektron bersifat diskrit 2

Gambar 2.1 peralatan Franck-Hertz. Elektron meninggalkan katoda C,


dipercepat oleh tegangan V menuju grid G, dan mencapai pelat P di mana
mereka dicatat pada ammeter A
Mari kita bayangkan percobaan berikut, dilakukan dengan peralatan yang
ditunjukkan: secara skema pada Gambar 2.1. Sebuah filamen memanaskan
katoda, yang kemudian memancarkan elektron. Elektron-elektron ini
dipercepat menuju grid dengan potensial perbedaan V, yang kita kendalikan.
Elektron melewati grid dan mencapai pelat jika V 0 melebihi , tegangan
perlambatan kecil antara kisi dan pelat. Arus elektron yang mencapai pelat
diukur dengan menggunakan amperemeter A.3
Sekarang misalkan tabung diisi dengan gas hidrogen atom pada tekanan
rendah. Ketika tegangan dinaikkan dari nol, semakin banyak elektron mencapai
pelat, dan arus naik sesuai dengan itu. Elektron di dalam tabung dapat
bertabrakan dengan atom hidrogen, tetapi tidak kehilangan energi dalam
tumbukan ini— tumbukannya adalah: elastis sempurna. Satu-satunya cara
elektron dapat melepaskan energi dalam tumbukan adalah jika elektron

2
Ibid Hal.
3
Krane, K. (2011). Modern Physics (3 ed.). JOHN WILEY & SONS, INC.

2
memiliki energi yang cukup untuk menyebabkan atom hidrogen melakukan
transisi ke keadaan tereksitasi. Jadi, ketika energi elektron mencapai dan
hampir tidak melebihi 10,2 eV (atau ketika tegangan mencapai 10,2 V),
elektron dapat membuat elektron tidak elastis.tumbukan, meninggalkan 10,2
eV energi dengan atom (sekarang di tingkat n = 2), dan elektron asli bergerak
dengan energi yang sangat kecil. Jika harus melewati grid, elektron mungkin
tidak memiliki energi yang cukup untuk mengatasi potensi perlambatan kecil
dan mencapai pelat. Jadi ketika V = 10,2 V, penurunan arus diamati. Ketika V
meningkat lebih jauh, kita mulai melihat efek dari multiple tabrakan. Artinya,
ketika V = 20,4 V, sebuah elektron dapat melakukan tumbukan tidak lenting,
meninggalkan atom dalam keadaan n = 2. Elektron kehilangan energi 10,2 eV
dalam proses ini, sehingga elektron tersebut bergerak setelah tumbukan dengan
sisa energi 10,2 eV, yang cukup untuk mengeksitasi atom hidrogen kedua
dalam tumbukan tidak lenting. Dengan demikian, jika penurunan arus diamati
4
pada V, penurunan serupa diamati pada 2V, 3V, ...

Gambar 2.2 Hasil percobaan Franck-Hertz menggunakan uap air raksa.


Arus turun pada tegangan 4,9 V, 9,8 V (= 2 × 4,9 V), 14,7 V
(= 3 × 4,9 V).

4
Ibid hal.

3
Eksperimen ini seharusnya memberikan bukti yang agak langsung untuk
keberadaan keadaan tereksitasi atom. Sayangnya, tidak mudah melakukan
eksperimen dengan hidrogen ini, karena hidrogen terjadi secara alami dalam
bentuk molekul H2, bukan dalam bentuk atom. Molekul dapat menyerap energi
dalam berbagai cara, yang akan membingungkan interpretasi percobaan.
Eksperimen serupa dilakukan pada tahun 1914 oleh James Franck dan Gustav
Hertz, menggunakan tabung berisi uap merkuri. Hasilnya ditunjukkan pada
Gambar 6.22, yang memberikan bukti yang jelas untuk keadaan tereksitasi
pada 4,9 eV; setiap kali tegangan adalah kelipatan 4,9 V, penurunan arus
muncul. Secara kebetulan, spektrum emisi merkuri menunjukkan garis
ultraviolet yang intens dengan panjang gelombang 254 nm, yang sesuai dengan
energi 4,9 eV; ini hasil dari transisi antara keadaan tereksitasi 4,9 eV yang sama
dan keadaan dasar. Eksperimen Franck-Hertz menunjukkan bahwa elektron
harus memiliki energi minimum tertentu untuk melakukan tumbukan tidak
lenting dengan atom; kita sekarang menafsirkan energi minimum itu sebagai
energi keadaan tereksitasi atom. Franck dan Hertz dianugerahi Hadiah Nobel
Fisika 1925 untuk karya ini5
Energi atom hidroogen paling rendah jika elektron menempati orbit dengan
n = 1. Kedaan ini disebut keadaan dasar. Atom hidrogen memiliki energi lebih
tinggi jika elektron menempati orbit dengan bilangan kuantum utama lebih
besar. Keadaan di mana elektron menempati bilangan kuantuk utama yang
bukan satu disebut keadaan tereksitasi. Jika elektron lepas dari ikatannya
dengan proton maka bisa dikatakan elektron menempati bilangan kuatum
utama tak berhingga. Keadaan ini disebut keadaan terionisasi. Dalam keadaan
ini atom hidrogen terurai menjadi dua ion yang berbeda muatan listrik.6
Jika pada atom hidrogen diberikan energi yang cukup maka elektron dapat
menyerap energi tersebut sehingga dapat meloncat ke keadaan dengan bilangan
kuantum lebih tinggi. Peristiwa ini disebut eksitasi. Sebaliknya, jika atom
meloncat ke orbit dengan bilangan kuantum utama lebih kecil maka

5
Ibid
6
Mikrajuddin, Adullah. 2017. Fisika Dasar II. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Hal 869-870

4
dipancarkan foton dengan energi sama dengan selisih energi ke dua orbit
tersebut. Peristiwa ini disebut deeksitasi. Ketika kita melihat benda atau atom
memancarkan spectrum maka yang terjadi dalam atom adalah peristiwa
eksitasi dan deeksitasi secara terus menerus. Atom menerima energi dari luar
untuk proses eksitasi. Dalam waktu yang sangat cepat elektron yang tereksitasi
tersebut melakukan peorses deeksitasi sehingga memancarkan spectrum.
Dalam waktu yang cepat pula, elektron tersebut kembali dieksitasi kemudian
di-deeksitasi. Begitu terus menerus.7

7
Ibid hal.

5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara tipe gas dengan arus anode yang dihasilkan ?
2. Bagaimana hubungan antara tegangan grid dengan arus anode yang
dihasilkan?

C. Hipotesis
1. Tipe gas yang digunakan mempengaruhi besar arus anoda yang dihasilkan
2. Semakin besar tegangan grid maka semakin besar arus anode yang
dihasilkan.

D. Uji Hipotesis
1. Variabel
a. Variabel Bebas : Tipe gas dan tegangan grid
b. Variabel Kontrol : Tegangan Filamen
c. Variabel Terikat : Arus Anode
2. Definisi Operasional
a. Tipe gas adalah jenis gas yang digunakan dan diubah-ubah pada
percobaan.
b. Tegangan grid adalah nilai tegangan yang diubah-ubah pada
percobaan.
c. Arus Anode adalah nilai electrode yang muncul pada percobaan.
3. Definisi Konsepsional
a. Tipe gas adalah model susunan atom dan molekul yang tersusun dari
satu atau berbagai macam atom.
b. Tegangan grid adalah besarnya gaya yang diberikan oleh molekul-
molekul terhadap luasan penampang.
c. Arus Anode adalah elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi (kutub
positif).

6
E. Perangkat
1. Laptop atau perangkat sejenis.
2. Aplikasi virtual lab :
http://vlab.amrita.edu/index.php?sub=1&brch=195&sim=840&cnt=1

7
F. Prosedur Kerja

1. Mengakses aplikasi yang sudah terunduh dari web amrita


https://vlab.amrita.edu/repo/PHY/MPY/Frank-
Hertz/Franck%20Hertz.swf
2. Memilih Physiscs Science, lalu memilih modern Physics Virtual dan
memilih Franck-Hertz Experiment.
3. Mengatur jenis gas yang akan digunakan pada percobaan, yaitu neon
dan merkuri.
4. Mengatur tegangan filament sesuai dengan data yang telah disediakan.
5. Mengatur besar besar tegangan grid sesuai dengan data yang telah
disediakan.
6. Mencatat besar arus anoda.

8
G. Tabel pengamatan
Tipe Gas = Neon
Tegangan Filamen = 8 V

9
Tipe gas : Merkuri
Tegangan filamen : 8 V

10
Merkuri
90 81,2
80 74,1
69,2
70 63,4 60,6
55,4 54,5
60 51,2
Anode (mA)

49,8
50 41,7 39,5
40 31,8 30,8 28,1
30 21,4
18
20 11,4
10 4,5
0,6 0,7
0
0 2 4 6 8 10 12
Gird Voltage (V)

Neon

11
H. Data Perhitungan
Tabel 1
1. Neon
Diketahui:
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘1 = 𝑉5
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘1 = 34
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘2 = 𝑉9
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘2 = 51.2
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘3 = 𝑉13
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘3 = 65.5
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘4 = 𝑉16
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘4 = 71

Data 1
𝑉5 = 2,5 V
𝐼5 = 34 mA
Mencari energi eksitasi
𝐸5 = 𝑒 × V5
𝐸5 = 1,6 × 10−19C × 2,5V
𝐸5 = 4 × 10−19J
Mencari panjang gelombang dari kenaikan energi eksitasi
𝑐
h = 𝐸5 − 𝐸0
𝜆5−0
h×c
𝜆5−0 =
𝐸5−𝐸0

6,63×10−34Js×3×108m
𝜆5−0 =
4×10−19 J−0

𝜆5−0 = 4,97 × 10−7 m

12
Data 2
𝑉9 = 4,5 V
𝐼5 = 51.2 mA
Mencari energi eksitasi
𝐸9 = 𝑒 × V9
𝐸9 = 1,6 × 10−19C × 4,5 V
𝐸9 = 7,2 × 10−19J
Mencari panjang gelombang dari kenaikan energi eksitasi
𝑐
h = 𝐸9 − 𝐸5
𝜆9−5
h×c
𝜆9−5 =
𝐸9−𝐸5

6,63×10−34 Js×3×108m
𝜆9−5 =
7,2×10−19J−4×10−19J

1,99×10−25
𝜆9−5 =
3,2×10−19

𝜆9−5 = 6,22 × 10−7 m

13
Data 3
𝑉13 = 6,5 V
𝐼5 = 65.5 mA
Mencari energi eksitasi
𝐸13 = 𝑒 × V13
𝐸13 = 1,6 × 10−19C × 6,5 V
𝐸13 = 1,04 × 10−18 J
Mencari panjang gelombang dari kenaikan energi eksitasi
𝑐
h = 𝐸13 − 𝐸9
𝜆13−9
h×c
𝜆13−9 =
𝐸13 −𝐸9

6,63×10−34 Js×3×108m
𝜆13−9 =
1,04×10−18 J−7,2×10−19 J

1,99×10−25
𝜆13−9 =
3,2×10−19

𝜆9−5 = 6,22 × 10−7 m

14
Data 4
𝑉16 = 8 V
𝐼5 = 71 mA
Mencari energi eksitasi
𝐸16 = 𝑒 × V16
𝐸16 = 1,6 × 10−19C × 8 V
𝐸16 = 1,28 × 10−18 J
Mencari panjang gelombang dari kenaikan energi eksitasi
𝑐
h = 𝐸16 − 𝐸13
𝜆16−13
h×c
𝜆16−13 =
𝐸16 −𝐸13

6,63×10−34 Js×3×108m
𝜆16−13 =
1,28×10−18 J−1,04×10−18J

1,99×10−25
𝜆16−13 =
2,4×10−19

𝜆16−13 = 8,30 × 10−7 m

15
16
Tabel 2
2. Merkuri
Diketahui:
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘1 = 𝑉10
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘1 = 63,4
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘2 = 𝑉19
𝑉𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘2 = 81,2

Data 1
𝑉10 = 5,0 V
𝐼5 = 63,4 mA
Mencari energi eksitasi
𝐸10 = 𝑒 × V10
𝐸10 = 1,6 × 10−19C × 5,0V
𝐸10 = 8 × 10−19J
Mencari panjang gelombang dari kenaikan energi eksitasi
𝑐
h = 𝐸10 − 𝐸0
𝜆10−0
h×c
𝜆10−0 =
𝐸10 −𝐸0

6,63×10−34Js×3×108m
𝜆10−0 =
8×10−19 J−0

𝜆10−0 = 2,50 × 10−7m

Data 2
𝑉19 = 9,5 V
𝐼5 = 81,2 mA
Mencari energi eksitasi
𝐸19 = 𝑒 × V19
𝐸19 = 1,6 × 10−19C × 9,5 V
𝐸19 = 1,52 × 10−18 J
Mencari panjang gelombang dari kenaikan energi eksitasi

17
𝑐
h = 𝐸19 − 𝐸10
𝜆19−10
h×c
𝜆19−10 =
𝐸19 −𝐸10

6,63×10−34 Js×3×108m
𝜆19−10 =
1,52×10−18J−8×10−19 J

1,99×10−25
𝜆19−10 =
7,2×10−19

𝜆19−10 = 2,76 × 10−7m

18
I. Penugasan
1. Jelaskan apa yang Anda pelajari tentang kuantisasi radiasi dari
eksperimen Franck Hertz?
Jawaban:
Eksperimen Franck-Hertz menunjukkan konsep kuantisasi radiasi,
yaitu bahwa radiasi hanya dikeluarkan dalam jumlah yang tertentu dan
disebut "ketimpangan". Dalam eksperimen, gas argon dibersihkan dan
dilekatkan ke dua elektroda dengan suhu tinggi. Ketika radiasi
ultraviolet (UV) mengakibatkan argon untuk menjadi ion, ion tersebut
akan mengalami pembatan dan mengeluarkan energi dalam bentuk
radiasi. Pembatan ini hanya dapat terjadi pada energi tertentu, yang
disebut "energi ionisasi". Selama eksperimen, ketimpangan radiasi
yang dikeluarkan oleh ion argon menunjukkan bahwa radiasi hanya
dikeluarkan dalam jumlah yang tertentu dan disebut "ketimpangan".
Konsep kuantisasi radiasi ini menunjukkan bahwa radiasi tidak dapat
dikeluarkan secara terbuka, melainkan dalam jumlah yang tertentu dan
disebut "ketimpangan".

2. Dengan melakukan simulasi, cari tahu perbedaan tingkat energi


terkuantisasi Merkurius dan Neon. Juga memperhitungkan puncak
karakteristik Tegangan-Arus?
Jawaban :
Merkuri memiliki perbedaan energi yang lebih rendah daripada neon,
yang ditunjukkan dengan data yang lebih rendah dari 4. Neon memiliki
4 puncak sementara merkuri hanya memiliki 2, yang kemungkinan
berkaitan dengan struktur energi elektron dan transisi yang
dimungkinkan antara tingkat energinya. Ketika atom merkuri
dieksitasi, elektronnya bisa berpindah ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Ketika mereka kembali ke keadaan dasar, mereka melepaskan
foton dengan energi tertentu, yang berkorelasi dengan 'puncak' pada
spektrum emisi. Merkuri memiliki lebih sedikit puncak karena

19
memiliki lebih sedikit transisi elektron yang mungkin dibandingkan
dengan neon, yang memiliki banyak tingkat energi yang mungkin
karena konfigurasi elektronnya yang lebih kompleks.
3. Apa yang terjadi jika potensial energi mencapai 4,9eV untuk merkuri,
18,3eV untuk neon dan mengapa?
Jawaban : Jika potensial listrik untuk merkuri adalah 4,9 eV, itu berarti
elektron dalam merkuri mendapatkan energi kinetik sebesar 4,9 eV saat
melewati perbedaan potensial tersebut. Hal yang sama berlaku untuk
neon dengan potensial 18,3 eV. Karena Ketika partikel bermuatan,
seperti elektron, melewati perbedaan potensial listrik, mereka
mendapatkan energi kinetik. Potensial listrik dinyatakan dalam
elektronvolt (eV), yang merupakan satuan energi. Perbedaan potensial
listrik memberikan energi ini kepada partikel, yang dapat digunakan
untuk mengukur kecepatan atau energi kinetik partikel tersebut.
Perbedaan potensial listrik menyebabkan muatan bermuatan melewati
medan listrik, memberikan energi kinetik yang bergantung pada muatan
dan tegangan. Hal ini dapat diterapkan menggunakan persamaan energi
kinetik (Ek = eV), di mana e adalah muatan elemen dasar (cas elektron).

4. Apa perbedaan antara elastis dan dalam tabrakan elastis?


Jawaban:
Elastisitas adalah kemampuan benda untuk mengembalikan bentuk dan
ukuran aslinya setelah mengalami deformasi atau tekanan eksternal.
Pegas adalah contoh benda elastis. Ketika ditarik atau ditekan, pegas
akan mengalami deformasi, tetapi setelah beban dihapus, pegas akan
kembali ke bentuk aslinya. Sedangkan Dalam tabrakan elastis, energi
kinetik total sistem tetap terjaga sebelum dan setelah tabrakan. Dalam
tabrakan elastis, energi kinetik total sistem dipertahankan sebelum dan
setelah tabrakan. Ini berarti bahwa tidak ada energi kinetik yang hilang
selama proses tabrakan elastis, dan sejumlah partikel dapat bertabrakan
tanpa mengubah jumlah energi kinetik keseluruhan sistem. Hukum

20
pelestarian energi kinetik berlaku dalam tabrakan elastis, membuatnya
menjadi kondisi ideal di mana tidak ada kerugian energi mekanis.

5. Mengapa elektron digunakan untuk mengeksitasi atom?


Jawaban:
Elektron digunakan untuk mengeksitasi atom karena kemampuannya
menyerap dan mentransfer energi dalam bentuk foton. Ketika atom
menyerap energi dalam bentuk foton, elektron dapat memperoleh
energi yang cukup untuk berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi
atau menjadi ”tereksitasi”. Energi tambahan ini menyebabkan elektron
berpindah ke orbital atau kulit terluar, serta menjauhi inti. Sebuah
elektron dapat tereksitasi jika diberi energi ekstra, seperti jika ia
menyerap foton, atau paket cahaya, atau bertabrakan dengan atom atau
partikel di dekatnya.

6. Apa yang terjadi jika elektron menumbuk inti?


Jawaban:
Jika elektron menumbuk inti atom, terjadi interaksi kuat antara partikel-
partikel tersebut. Namun, menurut model atom yang diterima secara
luas, yaitu model atom Bohr, elektron bergerak dalam orbit terdefinisi
di sekitar inti atom. Elektron tidak akan jatuh ke inti karena ada gaya
tolak elektromagnetik antara elektron dan inti yang disebabkan oleh
muatan listrik yang berlawanan. Namun, jika energi kinetik elektron
sangat tinggi, seperti dalam percobaan penembakan partikel, interaksi
antara elektron dan inti dapat menghasilkan perubahan dalam struktur
atom. Elektron dapat dipantulkan, menyerap energi, atau bahkan dapat
menyebabkan ionisasi atom, di mana elektron dapat terlepas dari atom.

21
J. Pembahasan
Pada percobaan kali ini berjudul Franck Hertzt, Frank-Hertz merupakan
pengukuran kelistrikan pertama yang dengan jelas menunjukkan sifat kuantum
atom. Franck dan Hertz telah merancang tabung vakum untuk mempelajari
elektron energik yang terbang melalui uap tipis atom merkuri. Mereka
menemukan bahwa, ketika sebuah elektron bertabrakan dengan atom merkuri,
ia hanya dapat kehilangan sejumlah tertentu (4,9 elektron volt) energi
kinetiknya sebelum terbang menjauh. Kehilangan energi ini berkaitan dengan
perlambatan elektron dari kecepatan sekitar 1,3 juta meter per detik menjadi
nol.
Percobaan Franck – Hertz yang telah dilakukan bertujuan untuk
membuktikan teori kuantum. Selain itu, bertujuan untuk menentukan energi
eksitasi elektron dan panjang gelombang foton. Alat yang digunakan untuk
percobaan terdiri dari tabung berisi gas tekanan rendah, dilengkapi dengan tiga
elektroda: katoda untuk emisi elektron, grid mesh untuk percepatan elektron
dan pelat pengumpul, dengan bantuan emisi termionik, electron dipancarkan
oleh katoda yang dipanaskan, dan kemudian dipercepat menuju kisi yang
memiliki potensi positif, relatif terhadap katoda.
Langkah-langkah dalam melakukan percobaan yang pertama adalah
praktikan menyiapkan perangkat berupa laptop atau sejenisnya. Kemudian
praktikan mengakses link simulator Vlab Amrita yang sudah disediakan pada
modul. Setelah masuk ke website Vlab Amtita, dipilih materi percobaan Frank
Hertz. Langkah kedua, setelah muncul simulator pada gambar, diklik menu
pilihan pada bagian atas tombol navigasi. Langkah ketiga, diatur jenis gas yang
akan digunakan pada percobaan. Jenis gas yang digukanan adalah gas neon
(Ne) dan air raksa (Hg). Langkah keempat, diatur “Filament Voltage” dan
“Grid Voltage” yang akan digunakan. Untuk “Filamet Voltage”, digunakan
sebesar 8 Volt tiap jenis gas. Untuk “Grid Voltage”, digunakan sebesar 0,5 Volt
hingga 10,0 Volt tiap jenis gas. Dilakukan duapuluh kali pengabilan data
dengan skala 0,5 Volt tiap datanya. Langkah kelima, diamati arus elektrik yang
terdeteksi pada anoda di setiap perubahan nilai Filamen Voltage dan nilai Grid

22
Voltage. Langkah keenam, dicatat apa yang didapatkan ke dalam tabel
pengamatan. Kemudian dibuat grafik hubungan antara nilai kuat arus dan nilai
Grid Voltage.
Pada neon yaitu pada saat grid volt sebesar 0,5 V yang terhitung oleh
penghitung arus yaitu 0,6 mA. Pada keadaan grid volt sebesar 1,00 V maka
dihasilkan arus sebesar 1 mA. Dalam keadaan, 1,50 V didapatkan sebesar 7,6
mA. Dalam keadaan 2,00 V didapatkan sebesar 19,3 mA. Pada saat keadaan
2,50 V didapatkan sebesar 34 mA. Dalam keadaan 3,00 V didapatkan sebesar
11,1 mA. Dalam keadaan 3,50 V didapatkan sebesar 14,4 mA. Dalam keadaan
4,00 V didapatkan sebesar 33,5 mA. Dalam keadaan 4,50 V didapatkan sebesar
51,2 mA. Dalam keadaan 5,00 V didapatkan sebesar 10,9 mA. Dalam keadaan
5,50 V didapatkan sebesar 26,5 mA. Dalam keadaan 6,00 V didapatkan sebesar
47,9 mA. Dalam keadaan 6,50 V didapatkan sebesar 61,5 mA. Dalam keadaan
7,00 V didapatkan sebesar 26 mA. Dalam keadaan 7,50 V maka didapatkan
sebesar 38 mA. Dalam keadaan 8,00 V maka didapatkan sebesar 71 mA. Dalam
keadaan 8,50 maka didapatkan sebesar 48,3 mA. Dalam keadaan 9,00 V maka
didapatkan sebesar 26 mA. Dalam keadaan 9,50 V maka didapatkan sebesar
33,5 mA. Dalam keadaan 10,00 V maka didapatkan sebesar 55,5 mA.
Pada merkuri yaitu pada saat grid volt sebesar 0,5 V yang terhitung oleh
penghitung arus yaitu 0,6 mA. Pada saat grid volt sebesar 1,00 V maka
didapatkan arus sebesar 0,7 mA. Pada keadaan grid volt sebesar 1,50 V maka
dihasilkan arus sebesar 4,5 mA. Dalam keadaan, 2,00 V didapatkan sebesar
11,4 mA. Dalam keadaan 2,50 V didapatkan sebesar 21,4 mA. Pada saat
keadaan 3,00 V didapatkan sebesar 31,8 mA. Dalam keadaan 3,50 V
didapatkan sebesar 41,7 mA. Dalam keadaan 4,00 V didapatkan sebesar 49,8
mA. Dalam keadaan 4,50 V didapatkan sebesar 55,4 mA. Dalam keadaan 5,00
V didapatkan sebesar 63,4 mA. Dalam keadaan 5,50 V didapatkan sebesar 30,8
mA. Dalam keadaan 6,00 V didapatkan sebesar 18 mA. Dalam keadaan 6,50
V didapatkan sebesar 28,1 mA. Dalam keadaan 7,00 V didapatkan sebesar 39,5
mA. Dalam keadaan 7,50 V didapatkan sebesar 51,2 mA. Dalam keadaan 8,00
V maka didapatkan sebesar 60,6 mA. Dalam keadaan 8,50 V maka didapatkan

23
sebesar 69,2 mA. Dalam keadaan 9,00 maka didapatkan sebesar 74,1 mA.
Dalam keadaan 9,50 V maka didapatkan sebesar 81,2 mA. Dalam keadaan
10,00 V maka didapatkan sebesar 54,5 mA.

24
K. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan praktikum yang dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis kami yang berbunyi:
1. Tipe gas yang digunakan mempengaruhi besar arus anoda yang dihasilkan.
2. Semakin besar tegangan gird maka semakin besar arus anoda yang
dihasilkan
Untuk hipotesis pertama dan hipotesis kedua dapat diterima dan
dinyatakan benar karena sesuai dengan hasil percobaan yang telah
dilakukan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Krane, K. (2011). Modern Physics (3 ed.). JOHN WILEY & SONS, INC.

Mikrajuddin, Adullah. 2017. Fisika Dasar II. Bandung: Institut Teknologi


Bandung. Hal 869-870

Shavira, R. A., H, A. P., & Arifin, Z. (n.d.). Frank-Hertz. 1–6

26
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui Samarinda, 14 November 2023


Asisten Praktikum, Praktikan,

Aprillia Annisa Khaerina Dwi Agustina


NIM.2105036034 NIM.2205036014
Lampiran data neon
Lampiran data merkuri

Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5

Gambar 6
Gambar 7

Gambar 8
Gambar 9

Gambar 10

Gambar 11.
Gambar 12.

Gambar 13
Gambar 14.

Gambar 15
Gambar 16

Gambar 17
Gambar 18

Gambar 19
Gambar 20

Anda mungkin juga menyukai